LAPKAS
KANKER PROSTAT
Disusun Oleh:
Pembimbing:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul “Kanker Prostat”.Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada dokter pembimbing laporan kasus kami, dr. Fauriski Febrian Prapiska,
Sp. U yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan serta masukan
dalam penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya.
Laporan kasus ini diharapkan bermanfaat bagi yang membaca dan dapat
menjadi referensi dalam pengembangan wawasan di bidang medis.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Karsinoma prostat adalah suatu kanker ganas yang tumbuh di dalam kelenjar
prostat, tumbuh secara abnormal tak terkendali sehingga mendesak dan merusak
jaringan sekitarnya dan merupakan yang terbanyak diantara keganasan sistem
urogenitalia pada pria. Tumor ini menyerang pasien yang berumur di atas 50 tahun,
diantaranya 30% menyerang pria berusia 70-80 tahun dan 75% pada usia lebih dari
80 tahun. Kanker ini jarang menyerang pria berusia di bawah 45 tahun.1
Kanker prostat merupakan tumor yang paling sering terjadi pada pria di
Amerika Serikat. Sekitar 200.000 kasus baru didiagnosis setiap tahunnya. Kanker
prostat menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang sangat tinggi pada populasi
pria di Amerika. Secara khusus kanker prostat ternyata lebih banyak diderita oleh
bangsa Afro-Amerika yang berkulit hitam daripada bangsa kulit putih. Hal tersebut
ditunjukkan dengan perbandingan bahwa 1 dari 9 pada kulit hitam di Amerika Utara
akan menderita kanker prostate, sedangkan pada kulit putih di Amerika Utara hanya
1 dari 11 orang akan mengidap kanker prostate. Sedangkan di Asia sendiri masih
terhitung rendah. Di Indonesia data di bagian Sub bagian Urologi, Bagian bedah
FKUI, selama periode 1995-1998 ditemukan data-data 17 kasus per tahun. Data
dari 13 Fakultas Kedokteran Negeri di Indonesia kanker prostat termasuk dalam 10
penyakit keganasan tersering pada pria dan menduduki peringkat ke 2 setelah
kanker buli-buli (kandung kemih).2
Kenaikan insidens kanker prostat dapat dihubungkan dengan peningkatan
usia harapan hidup, perubahan pola makan khususnya kombinasi lemak dan
modalitas diagnostik yang lebih baik. Sejak diperkenalkan pada akhir tahun 80-an,
prostate spesifik antigen (PSA) merupakan salah satu alat bantu untuk diagnosis
kanker prostat, dikombinasikan dengan pemeriksaan colok dubur dan biopsi prostat
dengan bimbingan Transrectal Ultrasonography (TRUS). Biopsi prostat dilakukan
apabila ditemukan kecurigaan kanker prostat pada pemeriksaan colok dubur yaitu
adanya konsistensi prostat yang keras, adanya nodul, atau pembesaran prostat yang
2
tidak simetris. Biopsi juga akan dikerjakan bila ditemukan lesi hypoechoic atau
hiperechoic pada pemeriksaan TRUS. Selain itu juga dikerjakan bila nilai PSA >10
ng/ml atau PSA density (PSAD) >0,15 pada penderita dengan nilai PSA antara 4 –
10 ng/ml walaupun tidak ada kecurigaan pada pemeriksaan colok dubur maupun
pemeriksaan TRUS.2
Pengobatan kanker prostat bergantung pada stadium penyakit dengan
terapi radikal baik secara operasi maupun radioterapi diindikasikan pada penderita
dengan stadium awal (T1b-T2c, N0, M0). Prostatektomi radikal merupakan anjuran
pertama pada penderita berusia <70 tahun tanpa adanya komorbiditas yang dapat
menghalangi pelaksanaan operasi atau menambah morbiditas paska bedah. Pada
penderita berusia >70 tahun atau menolak tindakan pembedahan dianjurkan
pemberian radioterapi radikal. Sedangkan pada penderita dengan stadium 3 (T3,
N0, M0) atau 4 (T4 atau N+, atau M+) diberikan terapi hormonal secara
orchydectomi bilateral atau pemberian LHRH agonis beserta anti androgen. Pada
penderita T3 tanpa penyebaran ke kelenjar getah bening atau metastasis, kombinasi
radioterapi dan terapi hormonal selama 2 – 3 tahun masih bisa dipertimbangkan bila
harapan hidup antara 5 – 10 tahun.2
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Prostat membentuk tiga buah lobi, yakni dua buah lobus lateralis dan
sebuah lobus medius. Kedua lobus lateralis dihubungkan satu dengan yang lain
disebelah ventral urethra oleh isthmus prostatae yang tidak tampak dari luar. Lobus
medius mempunyai ukuran yang bervariasi, terletak menonjol kedalam urethra pars
4
2.2 ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi ada beberapa hal yang dapat
meningkatkan risiko seseorang untuk terkena kanker prostat. Faktor predisposisi
tesebut antara lain : Genetic, ras, usia, riwayat keluarga, diet tinggi lemak, polusi,
hormonal dan aktivitas seksual.7
2.3 PATOGENESIS
Munculnya kanker prostate secara laten pada usia tua banyak terjadi.
Sepuluh persen pria usia enam puluh tahun mempunyai kanker prostate “diam” dan
tidak bergejala, pertumbuhan dari kanker prostate asimptomatis yang kebetulan
ditemukan lamban sekali.Keganasan prostate 90% biasanya berupa
Adenocarsinoma yang berasal dari kelenjar prostate yang menjadi hipotrofik pada
usia decade kelima sampai ketujuh. Agaknya proses menjadi ganas sudah mulai
pada jaringan prostate yang masih muda. Karsinoma prostate paling sering terjadi
pada zona perifer (75%).8
Dengan berkembangnya tumor dapat terjadi perluasan langsung ke urethra,
leher kandung kemih, dan vesikula seminalis. Karsinoma prostate dapat juga
menyebar melalui jalur limfatik dan hematogen. Secara berturut tempat yang paling
sering dari metastasis melalui jalur hematogen melalui v.vertebralis adalah ke
tulang-tulang pelvis, vertebra lumbalis, femur, vertebra torasika, dan kosta.
Metastasis ini lebih sering osteoklastik (menyerap tulang) daripada osteoblastik
(membentuk tulang). Pada osteokalstik jaringan tulang diganti jaringan tumor oleh
infiltrasi dan pertumbuhan tumor, sementara pada osteoblastik, tumornya justru
merangsang sel-sel pembentuk tulang di sekitarnya untuk membentuk tulang ekstra
yang jelas dapat dilihat pada foto roentgen.9
Penyebaran limfogen dapat ditemukan dikelenjar limfe di panggul kecil dan
lewat samping pembuluh darah besar keatas lewat samping dinding perut belakang
6
2.5 DIAGNOSIS
Diagnosis kanker prostate ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisis dan
laboratorium. Sebelum melakukan pemeriksaan sebaiknya ditanyakan mengenai
riwayat penyakit, riwayat penyakit kanker dalam keluarga dan gejala-gejala yang
dialami, khususnya yang berhubungan dengan berkemih. Berdasarkan anamnesis
tersebut barulah dianjurkan pemeriksaan yang akan dilakukan sebagaimana yang
akan dijelaskan dibawah ini. Berdasarkan dari ketentuan dari perhimpunan ahli
kanker amerika, dua dari pemeriksaan tersebut, yaitu digital rectal examination
(DRE) dan pemeriksaan prostate-antigen spesifik (PSA), dianjurkan untuk pasien
lebih dari 45 tahun dan memiliki perkiraan masa hidup kurang dari 10 tahun, serta
usia lebih dari 45 tahun yang termasuk dalam resiko tinggi.12
antigen = PSA) yang sensivitasnya tinggi dan spesifisitasnya tidak terlalu tinggi,
tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan PAP.8,12
Peningkatan kadar antigen spesifik prostate (PSA) dalam serum adalah
pemeriksaan paling peka untuk mendeteksi kanker prostate secara dini. Kadar PSA
mungkin meningkat pada penyakit local, sedangkan peningkatan kadar fosfatase
asam biasanya mengisyaratkan kelainan ekstraprostate. Setelah diagnosis dan
pengobatan, penilaian respon paling baik dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan berkala PSA maupun fosfatase asam.9,10,12
E. Biopsy
Pada biopsy jaringan sample diambil dan diperiksa dengan bantuan
mikroskop untuk mengetahui ada tidaknya perubahan dari kanker. Hanya biopsy
yang dapat menentukan kanker prostate dengan pasti. Sejumlah dokter biasanya
mengambil sejumlah jaringan sample untuk dibiopsi. Namun perlu diketahui
meskipun hasil biopsy negative namun kanker kemungkinan tetap ada. Hal ini
9
mungkin dikarenakan pada saat biopsy sample yang diambil bukanlah jaringan
yang mengalami kanker. Pada kanker prostate yang mempunyai pembungkus
tumornya memiliki grade dan stage tersendiri. Grade dan stage tersebut membantu
dalam menentukan jenis terapi yang akan dilakukan.12
Score gleason diperuntukkan untuk kanker prostat berdasarkan gambaran
mikroskopiknya. Score gleason sangat penting karena score gleason yang tinggi
berhubungan dengan prognosis yang buruk. Hal ini disebabkan score gleason yang
tinggi memberikan gambaran kanker yang pertumbuhannya cepat. Untuk
menerapkan score gleason perlu dilakukan biopsy. Biopsi dilakukan dengan cara
prostatectomy atau dengan cara memasukkan dengan needle kedalam kelenjar
prostat melalui rectum.
Score gleason berkisar antara 2 sampai 10. score gleason dengan nilai 2
menandakan prognosis yang baik sedangkan nilai 10 menandakan nilai 10. Score
akhir merupakan kombinasi dari 2 penilaian yang berbeda dengan range 1 sampai
5. Score gleason berhubungan dengan beberapa gambaran berikut ini :
Grade 1. kanker prostat yang menyerupai jaringan prostat normal. Kelenjarnya
kecil, bentuknya baik dan terbungkus rapat.
Grade 2. jaringan masih mempunyai kelenjar0kelenjar yang bentuknya baik,
tapi lebih besar dan memiliki lebih banyak jaringan diantaranya.
Grade 3. jaringan masih memiliki kelenjar yang masih dapat dikenali, tapi
selnya lebih gelap. pada pembesaran yang lebih tinggi, beberapa dari
sel-sel ini meninggalkan kelenjar dan mulai menginvasi jaringan
sekitarnya.
Grade 4. jaringan hanya menyisakan sedikit kelenjar yang masih dapat
dikenali. Sel sudah lebih banyak menginvasi jaringan disekitarnya.
Grade 5. jaringan sudah tidak memiliki kelenjar yang dapat dikenali. Hanya
terdapat lembaran-lembaran sel disepanjang jaringan yang berada
disekelilingnya.
spesimen prostat yang dibiopsi memperlihatkan dua bentuk yang berbeda salah
satunya diberi angka 2 dan yang lainnya diberi angka 3. maka hasil akhir dari score
gelason.5.
Score gleason berguna dalam menegakkan prognosis dari kanker prostat.
Bila digunakan dengan parameter lain, score gleason membantu dalam menentukan
staging kanker prostat yang mana secara tidak langsung akan memberikan
gambaran prognosis dari kanker prostat itu sendiri dan bermamfaat dalam
penentuan terapi yang akan dilakukan.13
adalah suatu hormon yang dihasilkan di prostat dan dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan metastasis sel kanker prostate.14
Penghambatan DHT dapat menghentikan pertumbuhan kanker prostat bahkan
menghambat metastasisnya. Namun, terapi hormon jarang menyembuhkan kanker
prostat karena kanker yang berespon terhadap terapi hormonal biasanya menjadi
resisten 1 sampai 2 tahun berikutnya. Sel hormonal biasa diberikan pada kanker
prostat yang sudah mendapat terapi pembedahan atau radioterapi untuk mencegah
timbulnya rekurensi.14,15
Tujuan dari terapi hormonal adalah menurunkan kadar testosteron atau
untuk menghentikan kerja testosteron. Kanker prostate distimulasi oleh testosteron
dan hormon-hormon pria lainnya (androgen). Pertama-tama kadar DHT yang
rendah dalam darah menstimulasi hipotalamus untuk menghasilkan GnRH. GnRH
kemudian menstimuli kelenjar hipofise untuk menghasilkan LH, yang selanjutnya
LH menstimuli testis untuk menghasilkan testosteron. Pada akhirnya testosteron
dari testis dan dihidro epiandrosteron dari kelenjar adrenal akan menstimuli prostat
untuk menghasilkan DHT. Terapi hormonal dapat menurunkankadar DHT dengan
cara mengganggu telur pembentukkan tersebut di atas.14,15
Berikut ini beberapa bentuk dari terapi hormonal.
Orchiektomy adalah suatu pembedahan yang bertujuan mengangkat testis.
Karena testis yang dihasilkan testosterone, maka apabila testis diangkat maka
stimulasi hormonal terhadap tumor akan terhenti.
Menggunakan Agonis dari LHRH, seperti leuprolide (lupron, viaduneligart),
Gossereline (zoladex) atau Busereline (supra Fact), untuk menghentikan
produksi testosterone.
Anti Androgen yang biasa digunakan adalah flutamide (eulexine) bisa lutamide
(casodex), nilutamide dan asetat siproteron, yang menghambat kerja
testosterone dan DHT pada pasien kanker prosta.
Obat lain yang digunakan untuk menghambat produksi androgen pada kelenjar
adrenal adalah DHEA yang mengandung ketokenazol dan aminoglutethimide.
Karena kelenjar adrenal hanya membentuk 5 % dari androgen seluruh tubuh,
maka pengobatan ini umumnya dikombinasikan dengan pengobatan lain yang
13
b. Brachy terapi
Brachy terapi untuk kanker prostat menggunakan “Seeds” yaitu suatu
lempeng radioaktif yang kecil yang mengandung bahan radioaktif (seperti iodin-
125 atau Paladium-103) yang ditanamkan pada tumor dengan bantuan transrectal
ultrasound (TRUS). Jika “Seeds” yang ditanamkan tadi telah mencapai dosis
homogen terhadap prostat maka memungkinkan dilakukannya radiotherapi.
Keuntungan dari cara radiotherapi ini adalah mudah dalam penempatannya dan
memiliki masa terapi yang singkat. Kerugiannya memiliki biaya yang besar,
menimbulkan impotensi, rekurensi, inkontinensia (umumnya pada pasien yang
telah menjalani reseksi prostat) dan pergeseran atau migrasi kekandung kemih atau
sirkulasi, contohnya keparu-paru.
Radioterapi umumnya diberikan pada kanker stadium dini dan biasanya
juga pada stadium lanjut untuk mencegah metastasis ketulang, radioterapi dapat
dikombinasikan dengan terapi hormon pada penyakit dengan resiko sedang, dimana
radioterapi saja tidak cukup untuk mengatasi kanker itu. Beberapa ahli onkologi
mengkombinasikan external-beam radiasi dan brachy terapi untuk kelompok resiko
sedang sampai tinggi. Pada salah satu penelitian ditemukan bahwa kombinasi terapi
supresi androgen yang dikombinasikan dengan external-beam radiasi selama 6
bulan dapat memperbaiki angka kelangsungan hidup pasien jika dibandingkan
dengan radioterapi saja pada pasien kanker prostat yang terlokalisir. Dapat pula
digunakan kombinasi dari external-beam radiasi, brachy terapi dan terapi hormon.
Umumnya radioterapi diberikan apabila kanker sudah sampai menekan medula
spinalis atau kadangkala setelah dilakukan pembedahan seperti pada kanker yang
ditemukan di vesikula semilunaris, limfonodus, diluar kapsul prostat atau daerah
yang dibiopsi. Radioterapi biasa dibeikan pada pasien yang memiliki kendala medis
sehingga susah untuk dilakukan pembedahan. Radioterapi juga terbukti lebih baik
dalam mengobati kanker ang kecil jika dibandingkan dengan pembedahan. 14,15,17
15
IV. Operatif
Tehnik operatif untuk penanganan kanker prostat terdiri atas dua cara :
1. Prostatectomy radikal
prostatectomy radikal adalah suatu tehnik pembedahan dengan cara
mengangkat seluruh prostat. Cara ini di indikasikan untuk kanker yang hanya
mengenai prostat dan tidak menginvasi kapsula prostat, limfonodus dan organ lain
disekitarnya. Terdapat tiga cara pelaksanaan radical prostatectomy yaitu radical
retropubik prostatectomy dengan cara melakukan insisi abdomen. Sedangkan yang
kedua yaitu radikal perineal prostatectomy,dengan melakukan prostatectomy yaitu
: prostate yang terkena, vesikula seminalis dan ampula dari vasdeferens diangkat
seluruhnya, sedangkan kandung kemih dibiarkan tetap berhubungan dengan
membrane urethra untuk membiarkan terjadinya berkemih. Dan yang ketiga cara
radikal suprapubik prostatectomy. Prostatectomy radikal dapat dikombinasikan
dengan radioterapi pada kanker prostate yang letaknya hanya pada daerah prostate.
Hal ini akan memberikan hasil yang baik karena kanker belum bermetastasis.
Komplikasi dari cara ini antara lain inkontinensia urine dan impotensi.14,15,16,17
Akhiri jahitan pada arah jam 5 dan lakukan jahitan pada daerah fascia viceralis
kandung kemih tepat pada arah jam 5 dan jam 7. lakukan anastomose vesiko
urethral direck menggunakan 6 jahitan (menggunakan monocryl 2,0).
diatas apex prostat untuk memastikan daerah disekitar apex sudah cukup
adekuat. Penanganan ini bertujuan untuk mencegah bagian posterior prostat
bergerak kearah apex dari protat.
Urethra dipisahkan dari prostat secara sirkumferential menggunkan disektor
kuthner diantara urethra dan apex prostat. Pediculus apical dipisahkan
menggunakan kauter, traktor lowsley diangkat, dan tambahn urethra di diseksi
dari apex sampai ke verummontanum. Urethra selanjutnya dipotong.
Ligamentum puboprostatikum dipisahkan menggunakan kauter beberapa
milimeter kearah anterior dari bagian anterior prostat. Klem ring ditempatkan
pada jaringan anterior, dengan salah satu ringnya masuk ke urethra untuk
mencegah timbulnya traksi prostat kearah bawah yang dapat menyentuh bagian
anterior dari leher kandung kemih. Bagian anterior dipisahkan dengan
menggunakan kauter. Apabila terjadi perdarahan vena yang berasal dari vena
dorsalis maka dilakukan ligasi dengan menggunakan benang absorben.
Pada traksi prostat daerah diseksi antara leher kandung kemih dan basis prostat
dibuka, terlihat urethra masuk sampai ke basis prostat. Urethra selanjutnya
dikeluakan dari basis prostat dan dipotong, sisakan kira-kira 1 cm bagian urethr
yang melekat dengan leher kandung kemih.
Daerah operasi diirigasi, dan lakukan kontrol perdarahan sebelum melakukan
anastomose. Ujung urethra di anastomose dengan 2 benang monocryl 3,0
ditempatkan didaerah midline anterior sampai kedaerah posterior, kemudian
diikat dengan tidak terlalu kencang untuk mencegah menurunnya diameter
anastomose. Apabila daerah urethra sudah cukup adekuat lakukan
urethrostomy sehingga urethra tidak beranastomose dengan leher kandung
kemih. Apabila anastomose sudah sempurna, diinjeksi dengan cairan salin
secara tegak lurus dari arah meatus dan kemudian anastomose dikencangkan
dengan jahitan tambahan. Kateter ukuran 18F ditempatkan pada kandung
kemih dan kemudian kandung kemih diirigasi untuk mengeluarkan sisa-sisa
bekuan yang ada didalamnya. Pada Resection prostat trans Urethral, dengan
pembesaran kelenjar atau kanker didekat leher kandung kemih maka leher
kandung kemih tidak perlu diikat. Pada keadaan ini kandung kemih masuk
21
kemih. Retraktor Deaver ditempatkan didalam fossa prostatika tepat diatas dari
balutan kassa gulung, dan dibagian posterior leher kandung kemih yang
dilekatkan dengan klem Allis. Dengan melakukan traksi keatas dan posterior
dari klem tersebut, sisi fossa prostatika dibagian posterior dari leher kandung
kemih dapat terlihat dengan jelas. Paparan tambahan dilakukan menggunaklan
retraktor Ribbon atau Deaver pada daerah dinding kandung kemih yang
merupakan tempat jahitan yang dilakukan.
Gambar jahitan delapan ditempatkan pada leher vesikal posterior dari arah jam
4 – jam 8. kesalahan yang sering dijumpai adalah letak jahitan yang tidak
berada didaerah lateral yang cukup aman untuk arteri prostat yang besar.
Jahitan sebaiknya lebih didalam dari daerah fossa prostatika leher kandung
kemih. Setelah mengamankan perdarahan arteri dan vena besar, balutan
dikeluarkan dari fossa prostatika. Meskipun terdapat robekan pada kapsula,
tapi sebaiknya tidak dilakukan penjahitan, ligasi maupun membekukan
perdarahan didaerah tersebut. Perdarahan dari daerah kapsula biasanya berasal
dari vena dan dapat dikendalikan menggunakan traksi jangka pendek. Fossa
prostatika sebaiknya diinspeksi untuk memastikan bahwa adenoma telah
diangkat. Integritas orifisium urethra diperbaiki untuk menentukan bahwa tidak
terdapat hubungan antara jahitan hemostatik yang ditempatkan didaerah
posterior dari leher kandung kemih.
Kateter French Folley No.24 disertai balon 30ml dimasukkan kedalam
kandung kemih pasien. Kateter balon dikembangkan sehingga tidak terjadi
traksi yang dapat menggeser kateter balon tersebut sampai ke fossa prostatika.
Biasanya jaringan seberat 1 ml air/gr dikeluarkan untuk menjaga agar
pengembangan balon tetap adekuat. Kateter balon ditarik berlawanan dengan
leher vesikal untuk menekan fossa prostatika. Traksi tersebut dipertahankan
menggunakan klem Kelly yang diletakkan bersilangan dengan kateter pada saat
akan dikeluarkan melalui meatus urethra. Drain penrose dimasukkan sepanjang
daerah hemostat dan menggunakan sedikit tahanan yang terkadang
membutuhkan bantuan. Drainase supra pubik dilakukan menggunakan kateter
French Mallecot No.26 atau 28. luka dibuat didasar kandung kemih, dan tube
25
mati. Jahitan nonabsorban dibutuhkan untuk menutup fascia rektus. Hal ini
akan menguatkan penutupan dan disertai dengan bahan penjahit (misalnya
neurolon maupun prolene), pembentukan batu pada luka yang secara teoritis
akan menimbulkan komplikasi. Penutupan menggunakan jahitan interuptus
jenis Tom Jones dengan neurolone 0 untuk menutup fascia rektus, jahitan
subkutan ditutup dengan cutgut plain 3.0 secara interuptus, dan kulit dengan
benang nilon 3.0 secara interuptus
V. Kemoterapi
Kemoterapi adalah cara pengobatan terakhir yang digunakan untuk
mengatasi kanker prostate. Kemoterapi belum dapat meningkatkan angka
kelangsungan hidup. Suatu penelitian telah menunjukkan bahwa tindakan
kemoterapi yang dilakukan bersama cara pengobatan lainnya terbukti belum dapat
meningkatkan kelangsungan hidup. Kemoterapi sangat toxic dan memiliki banyak
efek samping.22
2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari pemberian terapi baik dengan
menggunakan radiasi maupun pembedahan berupa :
27
2.8 PROGNOSIS
Harapan hidup untuk penderita kanker prostat berhubungan dengan
stadium penyakit : Stadium A 87 %, Stadium B 81%, Stadium C 64%, stadium D
30%.1,22
28
BAB 3
STATUS PASIEN
3.1 Identitas Pasien
Nama : Masanta Bukit
No. RM : 50.11.18
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 14/04/1948
Usia : 71 tahun
Alamat : Desa Kutambelin, Kec. Juhar, Kab. Karo,
Sumatera Utara
Agama : Kristen Protestan
Tanggal Masuk : 27/10/2019
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Sulit buang air kecil
Telaah : Keluhan dialami sejak 1 tahun yang lalu, memberat dalam
5 bulan ini. Pasien mengeluhan harus mengedan untuk buang air kecil. Pasien
mengeluhkan rasa tidak lampias setelah buang air kecil. Pasien mengeluhkan
kencing yang semakin sering dari biasanya. Sebelumnya pasien pernah dipasang
kateter urin, namun setelah kateter dilepas keluhan sulit berkemih dialami kembali.
Keluhan nyeri berkemih dijumpai sejak 1 bulan ini. Keluhan kencing berpasir
disangkal. Keluhan kencing berdarah disangkal. Pasien sebelumnya berobat di RS
di kabanjahe dan diberi obat Harnal. Awalnya keluhan berkurang namun dalam 5
bulan ini keluhan tidak berkurang walaupun mengkonsumsi obat tersebut. Pasien
sudah dilakukan TURP pada bulan Agustus 2019 dan sekarang direncanakan
tindakan SOB.
RPT : DM, Hipertensi
RPO : Harnal, Metformin, Amlodipin
29
Histopatologi (07/08/2019)
Makroskopik:
Diterima jaringan dari resection prostat dengan volume 1,5 cc dan jaringan biopsi
dengan volume 0,4 cc bentuk seperti benang, warna putih abu-abu.
Mikroskopik:
Permukaan prostat tampak proliferasi sel-sel epitel yang membentuk pola solid
dengan pola cribiform dan berfusi, inti membesar pleomorfik, kromatin kasar,
sebagian hiperkromatik, sitoplasma jernih dan mitosis mudah dijumpai. Stroma
jaringan fibrokolagen yang diinfiltrasi sebukkan ringan sel-sel radang limfosit
dengan pembuluh darah dilatasi dan kongesti.
Kesimpulan:
Acinar Adenocarcinoma Prostate Gleason Score 5 + 4 = 9/10, Grade group 5/5
3.5 Diagnosis
Adenocarcinoma Prostat cT2aNxM1b (Tulang)
3.6 Rencana
SOB
33
BAB 4
FOLLOW UP
28 Oktober 2019
29 Oktober 2019
P Rawat Luka
Pertahankan scrotal support
34
BAB 5
DISKUSI KASUS
Teori Kasus
Diagnosis
a. Anamnesa
- Kesulitan berkemih - Kesulitan berkemih (+)
- Mengedan jika ingin berkemih - Mengedan jika ingin berkemih (+)
- Retensi urin total - Retensi urin total (+)
- Nyeri punggung atau pinggang - Perasaan tidak puas setelah
- Hematuria. berkemih (+)
- Segera setelah berkemih,
biasanya air kemih masih
menetes-netes
- Perasaan tidak puas setelah
berkemih
b. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan DRE untuk menilai
apakah ada massa dalam lumen
rectum serta menilai keadaan
prostat
35
c. Pemeriksaaan Laboratorium
- PSA ( jika >4 ng/ml dilakukan
biopsy)
BAB 6
KESIMPULAN
Tn. M, laki-laki usia 71 tahun datang dengan keluhan sulit buang air kecil.
Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
pasien didiagnosis dengan Adenocarcinoma Prostat cT2aNxM1b (Tulang) dan
direncanakan untuk menjalani operasi Subcapsular Orchiectomy Bilateral.
37
DAFTAR PUSTAKA