PENDAHULUAN
1
pembangunan merupakan masalah kesenjangan yang serius untuk ditanggulangi baik
pada sistem perekonomian pasar maupun ekonomi terencana. Proses pembangunan
dalam skala nasional yang dilaksanakan selama ini ternyata telah menimbulkan
masalah pembangunan yang cukup besar dan kompleks karena pendekatan
pembangunan sangat menekankan pada pertumbuhan ekonomi makro dan cenderung
mengabaikan terjadinya kesenjangan-kesenjangan pembangunan ekonomi antar
wilayah.
Menurut Sjafrizal (2012) dalam Dyatmika dan Atmanti (2013), terdapat faktor-
faktor yang mempengaruhi ketimpangan antar wilayah yaitu perbedaan sumber daya
alam, faktor demografis termasuk kondisi tenaga kerja, alokasi dana pembangunan
antar wilayah baik investasi pemerintah maupun investasi swasta, konsentrasi kegiatan
ekonomi wilayah, dan mobilitas barang dan jasa Adanya perbedaan ini menyebabkan
kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan juga menjadi
berbeda.
Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa
dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan
pembangunan dari suatu negara. Pembukaan UndangUndang Dasar 1945 tercantum
tujuan bangsa Indonesia bahwa diantaranya yaitu untuk memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pelaksanaan pembangunan,
pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah sasaran utama bagi negara-negara sedang
berkembang. Hal ini disebabkan pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan
peningkatan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat, sehingga dengan
semakin banyak barang dan jasa yang diproduksi, maka kesejahteraan masyarakat akan
meningkat (Mirza, 2012).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
a) Perbedaan kuantitas dan kualitas dari faktor produksi yang dimiliki
seperti: lahan, infrastruktur, tenaga kerja, modal, organisasi dan
perusahaan;
b) Terkait akumulasi dari berbagai faktor. Salah satunya lingkaran
kemiskinan, konsumsi rendah, tabungan rendah, investasi rendah, dan
pemudian kondisi masyarakat yang tertinggal, standar hidup rendah,
efisiensi rendah dan jumlah pengangguran meningkat namun diwilayah
yang maju, masyarakat maju, standar hidup tinggi, pendapatan semakin
tinggi, tabungan semakin banyak yang pada akhirnya masyarakat
semakin maju;
c) Kekuatan pasar bebas telah mengakibatkan faktor-faktor ekonomi
seperti tenaga kerja, modal, perusahaan dan aktifitas ekonomi seperti
industri, perdagangan, perbankan, dan asuransi yang dalam ekonomi
maju memberikan hasil yang lebih besar, cenderung terkosentrasi di
wilayah maju;
d) Terkait dengan distorsi pasar, kebijakan harga, keterbatasan spesialisasi,
keterbatasan ketrampilan tenaga kerja dan sebagainya.
4
migrasi penduduk dari desa ke kota, sehingga kota dan pusat-pusat pertumbuhan
menjadi melemah akibat munculnya urbanisasi (Anwar 2005).
5
e) Disparitas pendapatan yang cukup lebar akan menjadi disinsentif dalam
pembangunan ekonomi.
2. Alokasi Investasi
Indikator lain yang juga menunjukkan pola serupa adalah distribusi
investasi langsung, baik yang bersumber dari luar negeri (PMA) maupun dari
dalam negeri (PMDN). Kurangnya investasi langsung di suatu wilayah
membuat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat per kapita
di wilayah tersebut rendah, karena tidak ada kegiatan-kegiatan ekonomi yang
produktif seperti industri manufaktur.
3. Tingkat Mobilitas Faktor Produksi yang Rendah Antar Daerah
Kurang lancarnya mobilitas faktor produksi seperti upah/gaji dan tingkat
suku bunga atau tingkat pengembalian dari investasi langsung antar provinsi
juga merupakan penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi regional. Relasi
antara mobilitas faktor produksi dan perbedaan tingkat pembangunan atau
pertumbuhan antar provinsi dapat dijelaskan dengan pendekatan analisis
mekanisme pasar output dan pasar input. Perbedaan laju pertumbuhan ekonomi
antar provinsi membuat terjadinya perbedaan tingkat pendapatan per kapita
antar provinsi, dengan asumsi bahwa mekanisme pasar bersifat bebas,
mempengaruhi mobilitas atau (re)alokasi faktor produksi antar provinsi. Jika
perpindahan faktor produksi antar daerah tidak ada hambatan, maka
pembangunan ekonomi yang optimal antar daerah akan tercapai dan semua
daerah akan lebih baik.
4. Perbedaan Sumberdaya Alam Antar Provinsi
Pembangunan ekonomi di daerah yang kaya sumberdaya alam akan lebih
maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan dengan daerah yang
miskin sumberdaya alam.
5. Perbedaan Kondisi Demografis Antar Wilayah
Ketimpangan ekonomi regional di Indonesia juga disebabkan oleh
perbedaan kondisi demografis antar provinsi, terutama dalam hal jumlah dan
pertambahan penduduk, tingkat kepadatan penduduk, pendidikan, kesehatan,
disiplin masyarakat dan etos kerja. Faktor-faktor ini mempengaruhi tingkat
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi melalui sisi permintaan dan sisi
6
penawaran. Dari sisi permintaan, jumlah penduduk yang besar merupakan
potensi besar bagi pertumbuhan pasar, yang berarti faktor pendorong bagi
pertumbuhan kegiatan-kegiatan ekonomi. Dari sisi penawaran, jumlah populasi
yang besar dengan pendidikan dan kesehatan baik, disiplin dan etos kerja yang
tinggi merupakan aset penting bagi produksi.
6. Kurang Lancarnya Perdagangan Antar Provinsi
Kurang lancarnya perdagangan antar daerah juga merupakan unsur yang
turut menciptakan ketimpangan ekonomi regional di Indonesia.
Ketidaklancaran tersebut disebabkan terutama oleh keterbatasan transportasi
dan komunikasi. Perdagangan antar provinsi meliputi barang jadi, barang
modal, input perantara, bahan baku, material-material lainnya untuk produksi
dan jasa. Tidak lancarnya arus barang dan jasa antar daerah mempengaruhi
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu provinsi.
7
(Yi - Y )2 pi
I =
dimana :
Iw = Indeks Williamson
8
penduduknya relatif besar, sehingga akan menyebabkan kesenjangan secara
keseluruhan.
9
dengan melihat berbagai wilayah dengan potensinya yang beragam dan
bagaimana mengatur suatu kebijakan yang dapat mempercepat pertumbuhan
ekonomi seluruh wilayah. Dalam analisis ekonomi regional diperlukannya
kebijakan pembangunan ekonomi regional, menurut Sjafrijal (2008:154) dalam
kebijakan pembangunan ekonomi regional sasaran akhirnya adalah untuk dapat
mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial
secara menyeluruh sesuai dengan keinginan dan aspirasi yang berkembang di
masyarakat.
Menurut Sjafrizal (2008: 156,157) Untuk dapat merumuskan kebijakan
pembangunan regional yang baik dan terarah , perlu pula ditetapkan terlebih
dahulu sasaran yang ingin dicapai. Dalam hal ini terdapat dua alternatif sasaran
yaitu mewujudkan kemakmuran wilayah (Place Prosperity), kemakmuran
masyarakat (People Prosperity) atau kedua-duanya sekaligus. Sasaran ini perlu
ditetapkan secara jelas dan tegas, karena masing-masingnya mempunyai
starategi dan kebijakan pembangunan daerah yang berbeda dan bahkan dapat
berlawanan satu sama lainnya. Aspek ini semula dibahas oleh Winnick (1966)
dan kemudian dilanjutkan oleh Richardson (1978).
Dijelaskan oleh Nadiatulhuda (2007:16) Terdapat juga beberapa teori
yang penting dalam pembangunan ekonomi wilayah (regional) diantaranya
menurut aliran ekonom klasik yang dipopulerkan oleh Adam Smith dikatakan
bahwa pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh kemajuan teknologi dan
perkembangan jumlah penduduk. Sumbangan pemikiran aliran Neo Klasik
dalam pertumbuhan ekonomi yaitu sebagai berikut:
a. Akumulasi modal merupakan faktor sangat penting dalam pertumbuhan
ekonomi.
b. Pertumbuhan ekonomi merupakan peroses yang gradual.
c. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses yang harmonis dan kumulatif.
d. Aliran Neo Klasik sangat optimis dengan pertumbuhan (perkembangan).
e. Meskipun model pertumbuhan Neo Klasik ini telah banyak digunakan
dalam analisis regional namun terdapat beberapa asumsi mereka yang
tidak tepat antara lain, Pertama Full Employment yang terus menerus
tidak dapat diterapkan pada sistem multi regional dimana persoalan-
persoalan regional muncul disebabkan oleh perbedaan geografis dalam
10
hal tingkat penggunaan sumber daya. Kedua, persaingan sempurna tidak
dapat diberlakukan dalam perekonomian regional dan spasial.
11
2. Kenaikan/penurunan pendapatan yang disebabkan adanya faktor
perubahan harga. Apabila terjadi kenaikan pendapatan yang hanya
disebabkan inflasi (menurunnya nilai beli uang) maka walaupun
pendapatan meningkat tetapi jumlah barang yang mampu dibeli belum
tentu meningkat. Perlu dilihat mana yang meningkat lebih tajam, tingkat
pendapatan atau tingkat harga.
12
b. Metode tidak langsung adalah suatu cara mengalokasikan produk
domestik bruto dari wilayah yang lebih luas ke masing-masing bagian
wilayah, dengan menggunakan alokator yaitu:
a) Nilai produksi bruto atau neto setiap sektor/subsektor, pada
wilayah yang dialokasikan,
b) Jumlah produksi fisik,
c) Tenaga kerja,
d) Penduduk, dan
e) Alokator tidak langsung lainnya.
13
teknologi, kemajuan pengetahuan lain, dan ekonomisnya skala produksi.
(Case dan Fair, 1999;326).
14
Sedangkan persediaan modal dapat meningkat jika perusahaan
mendorong kapasitas produktifnya dengan menambah pabrik dan
peralatan (investasi). Efisiensi bertambah ketika output yang lebih dapat
diperoleh dari jumlah tenaga kerja dan/atau modal yang sama. Ini sering
disebut sebagai Total Factor Productivity (TFP).
2. Terjadinya penurunan (downturns) pada ekonomi. Ini menjawab
pertanyaan mengapa output dapat turun atau naik lebih lambat. Secara
logika, apapun yang menyebabkan penurunan pada tenaga kerja, modal,
atau TFP akan menyebabkan penurunan pada output atau setidaknya
pada tingkat pertumbuhan output. Misalnya, peristiwa seperti bencana
alam, penyebaran penyakit berbahaya dan kerusuhan.
Jika nilai nominal ini dihitung dalam harga yang tetap atau dipatok,
didapatlah nilai PDB riil (PDB atas dasar harga konstan). Untuk menghitung
nilai riil tersebut dipilihlah satu tahun dasar—misalnya tahun 2000. Kemudian,
nilai semua barang dan jasa dihitung berdasarkan harga masing-masing yang
berlaku pada tahun tersebut. Karena harga barang sudah tetap, PDB riil dianggap
hanya berubah sesuai dengan adanya perubahan kuantitas barang/jasa.
15
g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi disetiap negara pun berbeda beda tergantung
dengan pendapatan perkapita itu sendiri dan tergantung dengan pendapatan
penduduknya. Semakin tinggi pendapatan penduduknya maka akan semakin
tinggi pula pertumbuhan ekonomi di Negara tersebut dan sebaliknya dengan
rendah nya pendapatan penduduk itu sendiri maka akan berdampak pada
rendahnya pendapatan nasional pada Negara itu sendiri. Pertumbuhan ekonomi
pada zaman sekarang ini berdampak pada kehidupan penduduk suatu Negara.
Semua berpengaruh pada kesejahteraan rakyat banyak. Oleh karena itu Negara
pun terus memajukan pendapatan nasional mereka dengan menaikkan harga-
harga kebutuhan pokok seperti bahan bakan minyak (BBM) dengan menjadikan
pendapatan nasional yang akan lebih baik dan tingkat perekonomian kita pun
semakin baik.
17
DAFTAR PUSTAKA
Murty, S. 2000. Regional Disparities: Need and Measures for Balanced Development.
In Shukla, AL. Ed., Regional Planning and Sustainable Development.
Sjafrizal. “Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi”. Padang: Baduose Media, 2008.
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/pertumbuhan-ekonomi-definisi-sumber.html
http://cafe-ekonomi.blogspot.com/2009/05/makalah-pertumbuhan-ekonomi.html
http://adie-wongindonesia.blogspot.com/2010/02/makalah-pertumbuhan-ekonomi-
definisi.html
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2009/11/19/mudahnya-menghitung-
pertumbuhan-ekonomi/
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://tutor2u.net/econ
omics/revision-notes/as
http://www.ekonomirakyat.org/edisi_16/artikel_1.htm
http://almasdi.unri.ac.id/bahan_ajar/Ekonomi_Pembangunan/Pertemuan_3_pertumbuh
an%20ekonomi.pdf
18
19