Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peranan sektor pertanian adalah sebagai sumber penghasil bahan kebutuhan
pokok, sandang dan papan, menyediakan lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk,
memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang tinggi, memberikan devisa
bagi negara dan mempunyai efek pengganda ekonomi yang tinggi dengan rendahnya
ketergantungan terhadap impor (multiplier effect), yaitu keterkaitan input-output antar
industri, konsumsi dan investasi. Dampak pengganda tersebut relatif besar, sehingga
sektor pertanian layak dijadikan sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi
nasional. Sektor pertanian juga dapat menjadi basis dalam mengembangkan kegiatan
ekonomi perdesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian yaitu agribisnis dan
agroindustri. Dengan pertumbuhan yang terus positif secara konsisten, sektor pertanian
berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam usaha pertanian, petani banyak dihadapkan pada pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan risiko dan ketidakpastian. Yang dimaksud pengambilan keputusan
dengan melibatkan faktor risiko dan ketidakpastian adalah bahwa petani tidak
mengetahui apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Dalam pengambilan
suatu keputusan terdapat banyak kemungkinan kejadian, bergantung pada faktor-faktor
lain di luar kemampuan petani untuk mengontrolnya. Untuk mengetahui apa yang akan
terjadi, biasanya digunakan berbagai informasi tentang beberapa hal yang mungkin
terjadi. Tingkat pengetahuan akan informasi ini sangat bervariasi, mulai dari sangat tidak
pasti sampai yang dapat diduga. Nelson et al. (1978) menyatakan, faktor risiko di bidang
pertanian berasal dari produksi, harga dan pasar, usaha dan finansial, teknologi,
kerusakan, social dan hukum, serta manusia. Risiko dan ketidakpastian menjadi masalah
karena dapat menyebabkan sistem ekonomi menjadi kurang efisien. Sebagai contoh,
karena meningkatnya ketidakpastian, petani tidak memberikan pupuk pada takaran yang

1
dianjurkan, sehingga hasil yang dicapai rendah. Karena ketidakpastian, petani tidak mau
meningkatkan skala usahanya untuk efisiensi tenaga kerja dan peralatan.
Manajemen risiko didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran, dan
kontrol keuangan dari sebuah risiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah
perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada
perusahaan tersebut. Dengan kata lain, manajemen risiko adalah suatu cara dalam
mengorganisir suatu risiko yang akan dihadapi baik itu sudah diketahui maupun yang
belum diketahui atau yang tak terpikirkan yaitu dengan cara memindahkan risiko kepada
pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian
atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko juga bisa disebut suatu
pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman
(Smith, 1990)
Pemasaran merupakan salah satu faktor penting dalam usaha menumbuh
kembangkansuatu perusahaan.Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang
dilakukan olehpengusaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang,
dan mendapatkanlaba. Pemasaran dikembangkan dari kata pasar yang berarti sarana atau
tempat berkumpulnyaorang yang terlibat dalam pemasaran, dalam pengertian abstrak
pemasaran diartikan sebagaisuatu kegiatan, proses atau system keseluruhan.
Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian
bertumbuhmenjadi keinginan manusia. Contohnya, seorang manusia membutuhkan air
dalam memenuhikebutuhan dahaganya. Jika ada segelas air maka kebutuhan dahaganya
akan terpenuhi.Namun manusia tidak hanya ingin memenuhi kebutuhannya namun juga
ingin memenuhikeinginannya yaitu misalnya segelas air merek Aqua yang bersih dan
mudah dibawa. Makamanusia ini memilih Aqua botol yang sesuai dengan kebutuhan
dalam dahaga dan sesuaidengan keinginannya yang juga mudah dibawa.
Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang
menjadikonsep pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (product), penetapan harga
(price),pengiriman barang (place), dan mempromosikan barang (promotion). Seseorang
yang bekerjadibidang pemasaran disebut pemasar. Pemasar ini sebaiknya memiliki
pengetahuan dalamkonsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai
sesuai dengankebutuhan dan keinginan manusia terutama pihak konsumen yang dituju

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud manajemen resiko?
2. Bagaimana manajemen resiko pada agribisnis?
3. Apa yang dimaksud dengan manejemen pemasaran?
4. Bagaimana konsep pemasaran pada agribisnis?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui definisi manajemen resiko
2. Untuk mengetahui manajemen resiko pada agribisnis
3. Untuk mengetahui definisi manajemen agribisnis
4. Untuk mengetahui konsep manajemen pada agribisnis

BAB II

PEMBAHASAN

3
2.1 Definisi Resiko
Risiko (Risk) dapat ditafsirkan sebagai bentuk keadaan ketidapastian tentang
suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan keputusan yang diambil
berdasarkan pertimbangan pada saai ini. (Fahmi, 2013).
Risiko berbeda dengan ketidakpastian, berikut akan menjelaskan perbedaan
risiko dan ketidakpastian:
Risiko => probabilitas hasil sudah diketahui.
Ketidakpastian => probabilitas hasil tidak diketahui dan masih berupa dugaan.
Risiko => adanya data.
Ketidakpastian => tidak adanya data.
Risiko timbul karena adanya ketidakpastian, yang berarti ketidakpastian adalah
merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko, karena mengakibatkan keragu-
raguan seorang mengenai kemampuannya untuk meramalkan kemungkinan terhadap
hasil-hasil yang akan terjadi di masa mendatang. Dimana kondisi yang tidak pasti itu
karena berbagai sebab, antara lain:
 Tenggang waktu antara perencanaan suatu kegiatan sampai kegiatan itu
berakhir/menghasilkan, dimana makin panjang tenggang waktunya makin besar
ketidakpastiannya.
 Keterbatasan informasi yang tersedia yang diperlukan dalam penyusunan rencana.
 Keterbatasan pengetahuan / kemampuan / teknik pengambilan keputusan dari
perencana (Hanafi, 2009).

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau
tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti
(uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut Wideman,
ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah
peluang (Opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang
merugikan dikenal dengan istilah risiko (Risk).

2.2 Pengertian Manejemen Resiko


Secara sederhana pengertian manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh
organisasi/perusahaan, keluarga dan masyarakat.Jadi mencakup kegiatan merencanakan,
mengorganisir, menyusun, memimpin/mengkoordinir dan mengawasi (termasuk

4
mengevaluasi) program penanggulangan risiko. Dalam pengertian lain Manajemen
Risiko dapat diartikan suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu
organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada
dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan
sistematis (Fahmi,2010).
Manajemen resiko adalah bagian penting dari strategi manajemen semua
perusahaan. Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya dapat menunjukkan
resiko yang terjadi pada suatu aktivitas menuju keberhasilan di dalam masing-masing
aktivitas dari semua aktivitas. Fokus dari manajemen resiko yang baik adalah identifikasi
dan cara mengatasi resiko. Sasarannya untuk menambah nilai maksimum
berkesinambungan (sustainable) organisasi. Tujuan utama untuk memahami potensi
upside dan downside dari semua faktor yang dapat memberikan dampak bagi organisasi.
Manajemen resiko meningkatkan kemungkinan sukses, mengurangi kemungkinan
kegagalan dan ketidakpastian dalam memimpin keseluruhan sasaran organisasi.
Manajemen resiko seharusnya bersifat berkelanjutan dan mengembangkan proses
yang bekerja dalam keseluruhan strategi organisasi dan strategi dalam
mengimplementasikan. Manajemen resiko seharusnya ditujukan untuk menanggulangi
suatu permasalahan sesuai dengan metode yang digunakan dalam melaksanakan aktifitas
dalam suatu organisasi di masa lalu, masa kini dan masa depan.

2.3 Peran Manejemen Resiko Pada Agribisnis


Kegiatan memanajemen risiko pada usaha agribisnis dapat membeikan informasi
yang diperlukan manajer dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besar-
kecilnya risiko kegagalan usaha yang mungkin akan dihadapi usaha. Selain itu kegiatan
manajemen risiko juga berperan dalam memberikan landasan dalam perumusan langkah-
langkah yang perlu diantisipasi untuk bisa keluar dari risiko kegagalan usaha.
Faktor-faktor penyebab timbulnya risiko itu pada umumnya berasal dari dua
sumber yakni sumber intern dan sumber ekstern. Sumber intern pada umumnya memiliki
risiko lebih kecil karena masalah intern itu umumnya lebh mudah dikendalikan dan
bersifat pasti, artinya hampir semua data dan fakta sudah tersedia.dipihak lain, sumber
ekstern umumnya jauh diluar kendali pihak pembuat keputusan, antara lain muncul dari

5
pasar, politik suatu negara, perkembangan teknologi, perubahan sosial budaya suatu
daerah atau negara dan lainnya (Sofyan, 2005).
Dari sudut pandang akademisi ada banyak jenis risiko namun secara umum risiko
itu hanya dikenal dalam 2 (dua) tipe saja, yaitu risiko murni (pure risk) dan risiko
spekulatif (speculative risk). Adapun kedua bentuk risiko tersebut adalah:
a. Risiko murni (pure risk), dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) tipe risiko yaitu:
1. Risiko aset fisik, merupakan risiko yang berakibat timbulnya kerugian
pada asset fisik suatu perusahaan/organisasi. Contoh: kebakaran, banjir,
gempa, tsunami, gunung meletus, dll.
2. Risiko karyawan, merupakan risiko karena apa yan dialami oleh karyawan
yang bekerja di perusahaan/organisasi tersebut. Contoh: kecelakaan kerja
sehingga aktivitas perusahaan terganggu.
3. Risiko legal, merupakan risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan
atau kontrak tidak berjalan sesuai dengan rencana. Contoh: perselisihan
dengan perusahaan lain sehingga adanya persoalan seperti ganti rugi.
b. Risiko spekulatif (speculative risk ), risiko spekulatif ini dapat dikelompokkan
kepada empat tipe risiko yaitu:
1. Risiko pasar, merupkan risiko yang terjadi dari pergerakan harga di pasar.
Contoh: harga saham mengalami penurunan sehingga menimbulkan
kerugian.
2. Risiko kredit, merupakan risiko yang terjadi karena counter party gagal
memenuhi kewajibannya kepada perusahaan. Contoh: timbulnya kredit
macet, persentase piutang meningkat.
3. Risiko likuiditas, merupakan risiko karena ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan kas. Contoh: kepemilikan kas menurun, sehingga tidak mampu
membayar hutang secara tepat menyebabkan perusahaan harus menjual
asset yang dimilikinya.
4. Risiko operasional, merupakan risiko yan disebabkan pada kegiatan
operasional yang tidak berjalan dengan lancar. Contoh: terjadi kerusakan
pada computer karena berbagai hal termasuk virus (Fahmi, 2010).

Mengelola Resiko

Menurut Djojosoedarso (1999) Ada beberapa cara yang dapat dilakukan


(perusahaan) untuk meminimalkan risiko kerugian, antara lain:

6
a. Mengadakan pencegahan dan pengurangan terhadap kemungkinan terjadinya
peristiwa yang menimbulkan kerugian, misalnya membangun gedung dengan
bahan-bahan yang anti terbakar untuk mencegah biaya kebakaran, memagari
mesin-mesin untuk menghindari kecelakaan kerja, melakukan pemeliharaan dan
penyimpanan yang baik terhadap bahan dan hasil produksi untuk menghindari
risiko kecurian dan kerusakan, megadakan pendekatan kemanusiaan untuk
mencegah terjadinya pemogokan, sabotase, dan pengacauan.
b. Melakukan retensi, artinya mentolelir terjadinya kerugian, membiarkan terjadinya
kerugian dan untuk mencegah terganggunya operasi perusahaan akibat kerugian
tersebut disediakan sejumlah dana untuk menanggulanginya (contoh: pos biaya
lain-lain atau tidak terduga dalam anggaran perusahaan).
c. Melakukan pengendalian terhadap risiko, contoh melakukan hedging
(perdagangan berjangka) untuk menanggulangi risiko kelangkaan dan fluktuasi
harga bahan baku/pembantu yang diperlukan.
d. Mengalihkan/memindahkan risiko kepada pihak lain, yaitu dengan cara
mengadakan kontrak pertanggungan (asuransi) dengan perusahaan asuransi
terhadap risiko tertentu, dengan membayar sejumlah premi asuransi yang telah
ditetapkan, sehingga perusahaan asuransi akan mengganti kerugian bila betul
terjadi kerugian yang sesuai dengan perjanjian.

2.4 Ruang lingkup Manajemen resiko


Ruang lingkup Manajemen Risiko Berisi Tahap-tahap dalam melaksanakan
manajemen risiko yang meliputi : Untuk mengimplementasikan manajemen risiko secara
komprehensif ada beberapa tahap yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan, yaitu :
1. Identifikasi Risiko
Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan melakukan tindakan berupa
mengindentifikasi setiap bentuk risiko yang dialami perusahaan, termasuk bentuk-
bentuk risiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan. Identifikasi ini
dilakukan dengan cara melihat potensi-potensi risiko yang sudah terlihat dan yang
akan terlihat.
2. Mengidentifikasi Bentuk-Bentuk Risiko
Pada tahap ini diharapkan pihak manajemen perusahaan telah mampu
menemukan bentuk dan format risiko yang dimaksud. Bentuk-bentuk risiko yang
diidentifikasi di sini telah mampu dijelaskan secara detail, seperti ciri-ciri risiko

7
dan faktor-faktor timbulnya risiko tersebut. Pada tahap ini pihak manajemen
perusahaan juga sudah mulai mengumpulkan dan menerima berbagai data-data
baik bersifat kualitatif dan kuantitatif.
3. Menempatkan Ukuran-Ukuran Risiko
Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan sudah menempatkan ukuran
atau skala yang dipakai, termasuk rancangan model metedologi penelitian yang
akan digunakan. Data-data yang masuk juga sudah dapat diterima, baik yang
berbentuk kualitatif dan kuantitatif serta pemilihan data dilakukan berdasarkan
pendekatan metedologi yang digunakan. Dengan kepemilikan rancangan
metodologi penelitian yang ada diharapkan pihak manajemen perusahaan telah
memiliki fondasi kuat guna melakukan pengolahan data. Untuk dipahami bahwa
penggunaan ukuran dengan berdasarkan format metedologi penelitian yang
digunakan harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan penuh kecermatan karena
jika salah atau tidak sesuai dengan kasus yang ditangani maka hasil yang akan
diperoleh nantinya juga dianggap tidak akan akurat.
4. Menempatkan Alternatif-Alternatif
Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan telah melakukan pengolahan
data. Hasil pengolahan kemudian dijabarkan dalam bentuk kualitatif dan
kuantitatif beserta akibat-akibat atau pengaruh-pengaruh yang akan timbul jika
keputasan-keputusan tersebut diambil. Berbagai bentuk penjabaran yang
dikemukakan tersebut dipilah dan ditempatkan sebagai alternatif-alternatif
keputusan.
5. Menganalisis Setiap Alternatif
Pada tahap ini dimana setiap alternatif yang ada selanjutnya dianalisis dan
dikemukakan berbagai sudut pandang serta efek-efek yang mungkin timbul.
Dampak yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka panjang
dipaparkan secara komprehensif dan sistematis dengan tujuan utama diperoleh
suatu gambaran secara tegas dan jelas. Kejelasan dan ketegasan sangat penting
guna membantu pengambilan keputusan secara tepat.
6. Memutuskan Satu Alternatif
Pada tahap ini setelah berbagai alternatif dipaparkan dan dijelaskan baik
dalam bentuk lisan dan tulisan oleh para manajemen perusahaan maka diharapkan
pihak manajer perusahaan sudah memiliki pemahaman secara khusus dan
mendalam. Pemilihan satu alternatif dari berbagai alternatif yang ditawarkan

8
artinya mengambil alternatif yang terbaik dari berbagai alternatif yang ditawarkan
termasuk dengan menolak berbagai alternatif lainnya. Dengan pemilihan satu
alternatif sebagai solusi dalam menyelesaikan berbagai permasalahan diharapkan
pihak manajer perusahaan sudah memiliki fondasi kuat dalam menugaskan pihak
manajemen perusahaan untuk bekerja berdasarkan konsep dan koridor yang ada.
7. Melaksanakan Alternatif yang Dipilih
Pada tahap ini setelah alternatif dipilih dan ditegaskan serta dibentuk tim
untuk melaksanakan ini, maka artinya menejer sudah mengeluarkan Surat
Keputusan (SK) yang dilengkapi dengan rincian biaya. Rincian biaya yang
dialokasikan tersebut telah disetujui oleh bagian keuangan serta otoritas
pengambil penting lainnya.
8. Mengontrol Alternatif yang Dipilih Tersebut
Pada tahap ini alternatif yang dipih telah dilaksanakan dan pihak tim
manajer beserta manajer perusahaan. Tugas utama manajer perusahaan adalah
melakukan control yang maksimal guna menghindari timbulnya berbagai risiko
yang tidak diinginkan.
9. Mengevaluasi Jalannya Alternatif yang Dipilih
Pada tahap ini setelah alternatif dilaksanakan dan control dilakukan maka
selanjutnya pihak tim manajemen secara sistematis melaporkan kepada pihak
manajer perusahaan. Pelaporan tersebut berbentuk data-data dan bersifat
fundamental dan teknikal serta dengan tidak mengesampingkan informasi yang
bersifat lisan. Tujuan melakukan evaluasi dari alternatif yang dipilih tersebut
adalah bertujuan agar pekerja tersebut dapat terus dilaksanakan sesuai dengan
yang direncanakan.
Penilaian Risiko
Rincian langkah umum yang biasanya dilaksanakan dalam penilaian risiko
meliputi :
1. Menentukan personil penilai
Penilai risiko dapat berasal dari intern perusahaan atau dibantu oleh
petugas lain diluar perusahaan yang berkompeten baik dalam pengetahuan,
kewenangan maupun kemampuan lainnya yang berkaitan. Tergantung dari
kebutuhan, pada tempat kerja yang luas, personil penilai dapat merupakan suatu
tim yang terdiri dari beberapa orang.
2. Menentukan obyek / bagian yang akan dinilai

9
Obyek atau bagian yang akan dinilai dapat dibedakan menurut
bagian/departemen, jenis pekerjaan, proses produksi dan sebagainya. Penentuan
obyek ini sangat membantu dalam sistematika kerja penilai.
3. Kunjungan / Inspeksi tempat kerja
Kegiatan ini dapat dimulai melalui suatu “walk through survey /
Inspection” yang bersifat umum sampai kepada inspeksi yang lebih detail. Dalam
kegiatan ini prinsip utamanya adalah melihat, mendengar dan mencatat semua
keadaan di tempat kerja baik mengenai bagian kegiatan, proses, bahan, jumlah
pekerja, kondisi lingkungan, cara kerja, teknologi pengendalian, alat pelindung
diri dan hal lain yang terkait.
4. Identifikasi potensi bahaya
Berbagai cara dapat dilakukan guna mengidentifikasi potensi bahaya di
tempat kerja, misalnya melalui :
 inspeksi / survei tempat kerja rutin
 informasi mengenai data keelakaan kerja dan penyakit, absensi
 laporan dari (panitia pengawas Kesehatan dan Keselamatan Kerja) P2K3,
supervisor atau keluhan pekerja
 lembar data keselamatan bahan (material safety data sheet)
 dan lain sebagainya
Selanjutnya diperlukan analisis dan penilaian terhadap potensi bahaya
tersebut untuk memprediksi langkah atau tindakan selanjutnya terutama pada
kemungkinan potensi bahaya tersebut menjadi suatu risiko.
5. Mencari informasi / data potensi bahaya
Upaya ini dapat dilakukan misalnya melalui kepustakaan, mempelajari
MSDS, petunjuk teknis, standar, pengalaman atau informasi lain yang relevan.
6. Analisis Risiko
Dalam kegiatan ini, semua jenis resiko, akibat yang bisa terjadi, tingkat
keparahan, frekuensi kejadian, cara pencegahannya, atau rencana tindakan untuk
mengatasi risiko tersebut dibahas secara rinci dan dicatat selengkap mungkin.
Ketidaksempurnaan dapat juga terjadi, namun melalui upaya sitematik, perbaikan
senantiasa akan diperoleh.
7. Evaluasi risiko
Memprediksi tingkat risiko melalui evaluasi yang akurat merupakan
langkah yang sangat menentukan dalam rangkaian penilaian risiko. Kualifikasi
dan kuantifikasi risiko, dikembangkan dalam proses tersebut. Konsultasi dan

10
nasehat dari para ahli seringkali dibutuhkan pada tahap analisis dan evaluasi
risiko.
8. Menentukan langkah pengendalian
Apabila dari hasil evaluasi menunjukan adanya risiko membahayakan bagi
kelangsungan kerja maupun kesehatan dan keselamatan pekerja perlu ditentukan
langkah pengendalian yang dipilih dari berbagai cara seperti :
a. Memilih teknologi pengendalian seperti eliminasi, substitusi, isolasi,
engineering control, pengendalian administratif, pelindung
peralatan/mesin atau pelindung diri.
b. Menyusun program pelatihan guna meningkatka pengetahuan dan
pemahaman berkaitan dengan risiko
c. Menentukan upaya monitoring terhadap lingkungan / tempat kerja.
d. Menentukan perlu atau tidaknya survailans kesehatan kerja melalui
pengujian kesehatan berkala, pemantauan biomedik, audiometri dan lain-
lain.
e. Menyelenggarakan prosedur tanggap darurat / emergensi dan pertolongan
pertama sesuai dengan kebutuhan.
9. Menyusun pencatatan / pelaporan
Seluruh kegiatan yang dilakukan dalam penilaian risiko harus dicatat dan
disusun sebagai bahan pelaporan secara tertulis. Format yang digunakan
dapatdisusun sesuai dengan kondisi yang ada.
10. Mengkaji ulang penelitian
Pengkajian ulang perlu senantiasa dilakukan dalam periode tertentu atau
bila terdapat perubahan dalam proses produksi, kemajuan teknologi,
pengembangan informasi terbaru dan sebagainya, guna perbaikan berkelanjutan
penilaian risiko tersebut.

2.5 Strategi alternatif untuk manajer menghadapi risiko dan ketidakpastian.


Menurut Downey terdapat Empat Strategi alternatif dasar telah di kembangkan
untuk menuntun perencanaan manajer dalam keadaan tidak pasti, yaitu:
1. Wald - strategi maksimim
2. Hurwicz - strategi alfa
3. Savage - strategi ketidak beruntungan minimaks
4. Laplace atau bayesian - strategi probabilitas berimbang.

Wald strategi ini sering disebut sebagai strategi ketidakpastian yang paling
pesimistik. Pengambilan keputusan ini sangat konservatif atau liberalisme dan cenderung

11
mendorong perusahaan untuk mengutamakan keterjaminan karena mengandaikan bahwa
kejadian buruk yang mungkin akan selalu terjadi.

Kaidah pengambilan keputusan dalam menghitung hasil taruhan yang di harapkan


untuk strategi wald boleh di katakan sederhana. Pertama, kita harus menentukan hasil
terburuk dari setiap tindakan, kemudian memilih yang terbaik dari antara yang terburuk
tersebut.

Hurwicz strategi hurwicz atau kriteria alfa mengambil sudut pandang lain dari
proses pengambilan keputusan dalam keadaan tidak pasti. Pengambil keputusan diminta
untuk memilih koefisien optimisme berkenaan dengan hasil taruhan maksimum untuk
setiap tindakan dan koefisien pessimisme yang terkait dengan hasil taruhan minimum
untuk setiap tindakan. Sekali lagi, pengambilan keputusan yang menggunakan strategi ini
sangat subyektif. Jelaslah, manajer yang optimistik akan memilih tindakan yang sangat
berbeda dari tindakan yang dipilih oleh manajer yang sangat konservatif jika di tinjau
dari segi keuangan.

Savage kriteria ini menetapkan kriteri “ ketidak beruntungan “ yang merupakan


biaya kesempatan (opertunity cost). Ketidak beruntungan di definisikan sebagai
perbedaan absolut antara hasil taruhan tertinggi yang terdapat pada keadaan
perekonomian tertentu. Setelah menghitung ketidak beruntungan maksimum untuk semua
tindakan, manajer harus memilih tindakan yang menghasilkan ketidak beruntungan
terkecil di antara yang maksimum.

Bayesian dan La Place strategi terkhir dalam menghadapi keidak pastian


sebenarnya hanya merupakan penjabaran lain dari strategi untuk keadaan beresiko.
Kriteria ini disebut juga kriteria equal likelihood. Strategi ini mengasumsikan bahwa
probabilitas dari setiap keadaan perekonomian adalah berimbang.Menurut kriteria ini,
pengambilan keputusan mengasumsikan bahwa probabilitas terjadinya berbagai kondisi
adalah sama besarnya.

Pada kiriteria ini, pengambil keputusan tidak dapat mementukan/mengetahui


probabilitas terjadinya berbagai hasil, sehingga diasumsikan bahwa semua kejadian
mempunyai kemungkinan yang sama untuk terjadinya atau setiap hasil memiliki

12
probabilitas yang sama. Hasil yang dipilih adalah yang memiliki nilai tertimbang
tertinggi.

2.6 Denfinisi Manajemen Pemasaran dan Agribisnis


Manajemen pemasaran adalah suatu usaha untuk merencanakan,
mengimplementasikan (yang terdiri dari kegiatan mengorganisaikan, mengarahkan,
mengkoordinir) serta mengawasi atau mengendalikan kegiatan pemasaran dalam
suatuorganisasi agar tercapai tujuan organisasi secara efesien dan efektif.
Menurut Kotle dan Amstrong (2001:1) menyatakan Manajemen Pemasaran adalah
analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian program yang dirancang untuk
menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan
dengan pembeli dengan sasaran demi mencapai tujuan organisasi.
Sedangkan menurut Sofyan Assauri (2004) Manajemen Pemasaran merupakan
kegiatan menganalisis, merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan semua
kegiatan yang terkait dengan perancangan dan peluncuran produk, pengkomunikasian,
promosi dan pendistribusian produk tersebut, rnenetapkan harga dan men
transaksikannya, dengan tujuan agar dapat memuaskan konsumennya dan sekaligus dapat
mencaapi tujuan organisasi perusahaan jangka panjang.
Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa manajemen pemasaran suatu
kegiatanmenganalisis, merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan suatu
kegiatan, yangterkait dengan perancangan dan peluncuran produk, promosi serta
pendistribusian produk,dan menetapkan harga dengan tujuan agar dapat memuaskan
konsumennya dan sekaligusdapat mencapai tujuan organisasi perusahaan dalam jangka
panjang.
Menurut Sjarkowi dan Sufri (2004), agribisnis adalah setiap usaha yang berkaitan
dengan kegiatan produksi pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan atau
pengusahaan produksi itu sendiri ataupun juga pengusahaan pengelolaan hasil pertanian.
Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan
pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh
keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen,
proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Wibowo dkk, (1994), pengertian agribisnis
mengacu kepada semua aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing, penyaluran sampai

13
pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang
saling terkait satu sama lain. Arsyad dkk berpendapat yang dimaksud dengan agribisnis
ialah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari matarantai
produksi, pengolahan hasil dan pemasaran produk-produk yang ada hubungannya dengan
pertanian dalam arti luas.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
manajemen pemasaran dalam agribisnis adalah suatu kegiatan dalam bentuk perencanaan,
kepemimpinan, mengorganisasi, mengkoordinasi, memotivasi, mengendalikan,
merancang, promosi dan distribusi produk, dan menetapkan harga yang bertujuan untuk
memuaskan konsumennya dan mencapai tujuan organisasi perusahaan dalam jangka
panjang yang produknya berkaitan dengan hasil pertanian yang berorientasi pada profit.
2.7 Konsep Inti Manajemen Pemasaran
A. Kebutuhan
Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia.
Kebutuhan manusiaadalah pernyataan dari rasa kahilangan, dan manusia
mempunyai banyak kebutuhan yangkompleks. Kebutuhan manusia yang
kompleks tersebut karena ukan hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan dll),
tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan.
Semua kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen, bila tidak puas consumen
akan mencari produk atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut.
B. Keinginan
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaza dan kepribadian
individual dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek
yang akan memuaskankebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan
penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang,
keinginannya juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan
ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang bisamemuaskan keinginan sekaligus
memenuhi kebutuhan manusia dengan menenbus keterbatasan tersebut, paling
tidak meminimalisasi keterbatasan sumber daya. Contoh :manusia butuh makan,
tetapi keinginan untuk memuaskan lapar tersebut terhgantung dari budayanya dan
lingkungan tumbuhnya. Orang Yogya akan memenuhi kebutuhan makannya
dengan gudeg, orang Jepang akan memuaskan keinginannya dengan makanan
sukayaki dll.

14
C. Permintaan
Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut,
akhirnya manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat
yang paling memuaskan. Sehingga muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan
menusia akan produk spesifik yangdidukung oleh kemampuan dan ketersediaan
untuk membelinya.
D. Produk (Organisasi, jasa, ide)
Sejalan dengan munculnya kebutuhan, keinginan dan permintaan,
perusahaan berusaha keras untuk mempelajarinya, mereka melakukan riset
pemasaran, mengamati perilaku konsumen, menganalisis keluhan yang dialami
konsumen, mencari jawaban produk atau jasa apa yangsedang disukai atau
bahkan produk apa yang tidak disukai, dan lain-lain. Dengan kegiatan diatas,
akhirnya perusahaan dapat menawarkan segala sesuatu kepada pasar untuk
diperhatikan, untuk dimiliki atau dikonsumsi sehingga konsumen dapat
memuaskankebutuhan sekaligus keinginannya, sesuatu itu disebut produk. Produk
tidak hanya mencakupobyek fisik, tetapi juga jasa, orang, tempat, organisasi
ataupun gagasan. Contoh: perusahaan manufaktur menyediakan: barang
(komputer, monitor, printer), jasa (pengiriman, pemasangan, pelatihan, perbaikan,
dan pemeliharaan).
E. Nilai pelanggan
Karena semua perusahaan berusaha menawarkan produk dan jasa yang
superior, maka konsumen dihadapkan pada pilihan yang beraneka ragam.
Konsumen membuat pilihan pembeli berdasarkan pada persepsi mereka mengenai
nilai yang melekat pada berbagai produk dan jasa ini. Nilai bagi pelanggan adalah
selisih antara nilai total yang dinikmati pelanggan karena memiliki serta
menggunakan suatu produk dan biaya total yang menyertai produk tersebut. Nilai
total antara lain nilai dari produk, jasa, personil pemasar, biaya waktu,biaya energi
yang dikeluarkan, biaya psikis. Setelah pemberian nialai, konsumen akan
mengevaluasi dan hasil evaluasi ini akan mempengaruhi kepuasan dan peluang
untuk membeli ulang produk tersebut.
F. Kepuasan pelanggan
Kepuasan pelanggan tergangtung pada anggapan kinerja produk dalam
menyerahkan nilai relative terhadap harapan pembeli. Bila kinerja atau prestasi

15
sesuai atau bahkan melebihi harapan, pembelinya merasa puas. Perusahaan yang
cerdik mempunyai tujuan membuat gembira pelanggan dengan hanya
menjanjikan apa yang dapat mereka serahkan, kemudian menyerahkan lebih
banyak dari yang mereka janjikan.
G. Mutu
Kepuasan pelanggan berkaitan erat dengan mutu, yang saat ini ada istilah
Total Quality Management (TQM) yaitu program yang dirancang untuk
memperbaiki mutu produk, jasa dan proses pemasaran secara terus menerus.
TQM memiliki komitmen antara lain:
 focus terhadap pelanggan- memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas-
menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah
 memiliki komitmen jangka panjang, membutuhkan kerja sama tim,
memperbaiki proses
 memperbaiki proses secara kesinambungan
 menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan untuk karyawan
H. Hubungan
Proses menciptakan, memelihara, dan meningkatkan hubungan erat yang
semakin bernilai dengan pelanggan dan pihak-pihak yang berkepentingan yang
lain dengan kata lain hubungan adalah praktik membangun hubungan jangka
panjang yang memuaskan dengan pihak-pihak pelanggan, pemasok (supplier),
penyalur (distributor), guna mempertahankan bisnis jangkapanjang mereka. Agar
hubungan dapat tercipta dalam jangka panjang antara lain:
 saling mempercayai, saling menguntungkan- menjanjikan dan
memberikan kualitas yang tinggi, pelayanan yang baik, harga yangpantas
antar pihak
 menghasilkan ikatan ekonomi, teknik dan sosial yang kuat antar pihak
yang berkepentingan
 menekan biaya transaksi dan waktu pencarian pelanggan
I. Jaringan
Jaringan terdiri dari perusahaan dan semua pihak-pihak pendukung;
pelanggan, supliré, distributor, pengecer, agen iklan, ilmuwan dan pihak lain yang
bersama-sama dengan firmtelah membangun hubungan bisnis yang saling
menguntungkan
J. Pasar

16
Pasar terdiri dari semua pelanggan potencial yang memiliki kebutuhan
atau keinginantertentu yang sama, yang mungkin bersedia dan mampu
melaksanakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan itu.
K. Pemasar dan calon pembeli
Seseorang yang mencari satu atau lebih calon pembeli yang akan terlibat
dalam pertukaran tersebut. Calon pembeli adalah seseorang yang diidentifikasikan
oleh pemasar sebagai orangyang mungkin bersedia dan mampu terlibat dalam
pertukaran tersebut.

Jadi konsep inti pemasaran adalah:

 proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran


 penetapan harga, promosi
 penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang
memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi.

2.8 Kecenderungan Perubahan di Bidang Agribisnis


Dalam konteks ini sangat penting untuk mengenali kecendrungan perubahan besar
yang terjadi di bidang agribisnis (industri perkebunan) di seluruh dunia. Ini dapat di
kelompokkan menjadi 3 kategori perubahan:
 perubahan dalam keorganisasian yang berkaitan dengan industri
 Perubahan peran manajer
 Perubahan kemampuan yang dibutuhkan dari manajer

Ini merupakan 3 buah kunci yang masing-masing berdiri sendiri dalam


memberikan kontribusi terhadap suatu sikap manajerialyang efektif yang menunjukan
kecendrungan sama di dunia. Perbedaan pokok diantara negara-negara produsen dan
diantara perkebunan dalam negara-negara tersebut condong ketingkat perubahan yang
sudah terjadi dan tingkat mana yang sedang berjalan. Perlu digaris bawahi bahwa daftar
di bawah ini mengambarkan beberapa perubahan yang terjadi dan prosesnya tidak akan
berhenti. Itu juga merefleksikan kecendrungan yang terjadi dalam industri dan tidak perlu
terjadi pada setiap organisasi. Jadi itu semua tidak dapat dijadikan untuk perubahan gaya
manajerial.

17
2.9 Lingkup Organisasi dalam Agribisnis
Lingkup organisasi agribisnis telah berubah secara dramatis selama 2 dekade lalu
dan terus berubah dengan cepat. Perubahan mencolok yang dapat diidentifikasi adalah
sebagai berikut
Perubahan dari perusahaan asing menjadi perusahaan nasional ditandai di
Indonesia dan Malaysia, juga di India dan negara lainnya. Pergerakan ini condong untuk
di barengi dengan penurunan persaingan dalam jumlah manajemen yang dilakukan oleh
orang-orang asing. Penurunan ini juga nampak pada perusahaan- perusahaan multi
nasional yang memiliki kebijakan untuk menambah orang-orang pribumi untuk
menduduki posisi top manajemen.
Dahulu, bidang agribisnis dianggap kegiatan tertutup yang tidak memiliki
hubungan dengan dunia luar. Komunikasi dengan menggunakan modern dan
meningkatkan jumlah penduduk di negara tropis membuat banyak perkebunan lebih
bersifat sebagai industri lokal dengan memperkerjakan penduduk yang berada di
sekitarnya. Ketercualian dan kesenjangan komunikasi memang masih terasa seperti di
daerah-daerah bukan bukaan baru, dimana perkebunan yang dibuka berada jauh di
ibukota. Tetapi dengan menurunya harga penggunaan telepon satelit kita berharap
kesenjangan komunikasi dapat di jembatani segera.
Perkebunan biasanya menerapkan peraturan tersendiri. Ada kecendrungan bahwa
bibit di anggap sebagai tujuan akhir. Sekali dipanen dan diproses maka akan berakhir.
Pendekatan sudah dilakukan dengan membuat perkebunan sebagai bisnis dimana tujuan
manajemen tidak hanya sekedar menumbuhkan bibit untuk mendapatkan uang.
Perubahan kultural dari perkebunan menjadi perniagaan juga mengangkat
penyesuaian perangkat manajemen dan organisasiserta filosofi yang diambildari industri
lain. Ini meliputi penciptaan proses perniagaan, total manajemen kualitas ( TQM / Total
Quality Management ) peningkatan prestasi proyek dan melakukan persaingan.
Aspek ilmiah dari manajemen agribisnis menjadi bertambah penting sebagai
gerak laju kecendrungan dari intensifikasi buruh kearah kemajuan mekanisme pertanian.
Beberapa jenis tanaman seperti teh telah dapat dilakukan proses mekanisasi terutama
terutama untuk kerja pemanenan, sedangkan untuk proses panen kelapa sawit atau karet
maka proses makanisasi secara penuh masih memerlukan waktu beberapa tahun kedepan.

18
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen risiko tidak semata berlaku di sektor bisnis, namun semakin
mendesak untuk diapplikasikan di sektor publik. Banyak argumen pendukung, dan
tampaknya faktor utama adalah perubahan lingkungan dan sumber daya yang terbatas
bagi pencapaian tujaun organisasi. Dari uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa
tujuan utama dari program keselamatan dan kesehatan kerja adalah memberikan
perlindungan kepada pekerja dari bahaya kesehatan dan keselamatan yang berhubungan
dengan lingkungan kerja.. Upaya tersebut bisa dilakukan dengan mengelola risiko yang
teridentifikasi di lingkungan kerja.
Manajemen pemasaran dalam agribisnis adalah suatu kegiatan dalam bentuk
perencanaan, kepemimpinan, mengorganisasi, mengkoordinasi, memotivasi,
mengendalikan, merancang, promosi dan distribusi produk, dan menetapkan harga yang
bertujuan untuk memuaskan konsumennya dan mencapai tujuan organisasi perusahaan
dalam jangka panjang yang produknya berkaitan dengan hasil pertanian yang berorientasi
pada profit.

19
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Irham. 2010. Manajemen Risiko: Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung:Penerbit Alfabeta

Fahmi, Irham. (2013). Manajemen Risiko. Bandung: ALFABETA.

Downey & Ericson. 1987. Manajemen Agribisnis. Jakarta. Erlangga

20

Anda mungkin juga menyukai