Anda di halaman 1dari 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian dapat didefinisikan sebagai suatu proses perubahan sosial.

Implementasinya tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan status dan kesejahteraan petani semata, tetapi sekaligus juga dimaksudkan untuk mengembangkan potensi sumberdaya manusia baik secara ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan, maupun melalui perbaikan (improvement), pertumbuhan (growth) dan perubahan (change) (Iqbal dan Sudaryanto, 2008).

Dalam literatur klasik pembangunan pertanian karya Arthur Mosher yang berjudul Getting Agriculture Moving dijelaskan secara sederhana dan gamblang tentang syarat pokok dan syarat pelancar dalam pembangunan pertanian. Syarat pokok pembangunan pertanian meliputi : 1. adanya pasar untuk hasil-hasil usahatani, 2. teknologi yang senantiasa berkembang, 3. tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal, 4. adanya perangsang produksi bagi petani, dan 5. tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu.

Adapun syarat pelancar pembangunan pertanian meliputi: 1. pendidikan pembangunan, 2. kredit produksi, 3. kegiatan gotong royong petani, 4. perbaikan dan perluasan tanah pertanian, dan 5. perencanaan nasional pembangunan pertanian.

Beberapa Negara berkembang, termasuk Indonesia, mengikuti saran dan langkah kebijakan yang disarankan oleh Mosher.

Kebijakan untuk menetapkan sektor pertanian sebagai titik berat pembangunan ekonomi sesuai dengan rekomendasi Rostow dalam rangka persiapan tinggal landas (Simatupang dan Syafaat, 2000). Lebih lanjut dinyatakan bahwa revolusi pertanian merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan upaya menciptakan prakondisi tinggal landas.

Pentingnya peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara juga dikemukakan oleh Meier (1995) sebagai berikut: 1. dengan mensuplai makanan pokok dan bahan baku bagi sektor lain dalam ekonomi yang berkembang, 2. dengan menyediakan surplus yang dapat diinvestasikan dari tabungan dan pajak untuk mendukung investasi pada sektor lain yang berkembang, 3. dengan membeli barang konsumsi dari sektor lain, sehingga akan meningkatkan permintaan dari penduduk perdesaan untuk produk dari sektor yang berkembang, dan 4. dengan menghapuskan kendala devisa melalui penerimaan devisa dengan ekspor atau dengan menabung devisa melalui substitusi impor.

Menyadari akan hal tersebut di atas, maka pendekatan pembangunan pertanian harus diubah dari pendekatan komoditas menjadi pendekatan sistem agribisnis. Seiring dangan hal ini, maka orientasi pembangunan pertanian jugaakan mengalami perubahan dari orientasi peningkatan produksi menjadi orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Memasuki era globalisasi yang dicirikan oleh persaingan perdagangan internasional yang sangat ketat dan bebas, pembangunan pertanian semakin dideregulasi melalui pengurangan subsidi, dukungan harga dan berbagai proteksi lainnya. Kemampuan bersaing melalui proses produksi yang efisien merupakan pijakan utama bagi kelangsungan hidup usahatani. Sehubungan dengan hal tersebut, maka partisipasi dan kemampuan wirausaha petani merupakan faktor kunci keberhasilan pembangunan pertanian. B. Perumusan Masalah Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa hal yang akan kami jelaskan yaitu : a. Beberapa teori-teori pembangunan pertanian b. Transformasi pembangunan pertanian di Indonesia

BAB II PEMBAHASAN A. Teori Teori Pertanian : 1) . Menurut A.T Mosher (1968;19) mengartikan, pertanian adalah sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-kegiatan produksi didalam setiap usaha tani merupakan suatu bagian usaha, dimana biaya dan penerimaan adalah penting. Tumbuhan merupakan pabrik pertanian yang primer. Ia mengambil gas karbondioksida dari udara melalui daunnya. Diambilnya air dan hara kimia dari dalam tanah melalui akarnya. Dari bahan-bahan ini, dengan menggunakan sinar matahari, ia membuat biji, buah, serat dan minyak yang dapat digunakan oleh manusia. Pertumbuhan tumbuhan dan hewan liar berlangsung di alam tanpa campur tangan manusia. Beribu-ribu macam tumbuhan di berbagai bagian dunia telah mengalami evolusi sepanjang masa sebagai reaksi terhadap adanya perbedaan dalam penyinaran matahari, suhu, jumlah air atau kelembaban yang tersedia serta sifat tanah. Tiap jenis tumbuhan menghendaki syaratsyarat tersendiri terutama tumbuhnya pada musim tertentu. Tumbuhan yang tumbuh di suatu daerah menentukan jenis-jenis hewan apakah yang hidup di daerah tersebut, karena beberapa di antara hewan itu memakan tumbuhan yang terdapat di daerah tersebut, sedangkan lainnya memakan hewan lain. Sebagai akibatnya terdapatlah kombinasi tumbuhan dan hewan di berbagai dunia.

Syarat-syarat dalam Pembangunan Pertanian A.T Mosher telah menganalisa syarat-syarat pembangunan pertanian di banyak negara dan menggolong-golongkannya menjadi syarat-syarat mutlak dan syarat-syarat pelancar. Terdapat lima syarat yang tidak boleh tidak harus ada untuk adanya pembangunan

pertanian. Kalau satu saja syarat-syarat tersebut tidak ada, maka terhentilah pembangunan pertanian, pertanian dapat berjalan terus tetapi sifatnya statis. Syarat-syarat mutlak yang harus ada dalam pembangunan pertanian (A.T Mosher, 1965;77) adalah : 1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani. 2. Teknologi yang senantiasa berkembang. 3. Tesedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal. 4. Adanya perangsang produksi bagi petani 5. Tersedianya perangkutan yang lancar dan kontinyu. Untuk lebih jelasnya, syarat-syarat mutlak yang diperlukan dalam

pembangunan pertanian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut : Pasaran untuk Hasil Usaha Tani Tidak ada yang lebih menggembirakan petani produsen daripada diperolehnya harga yang tinggi pada waktu ia menjual produksinya. Harga baik atau buruk (tinggi atau rendah) pada umumnya dilihat petani dalam hubungan dengan harga-harga saat panen sebelumnya. Pembangunan pertanian meningkatkan produksi hasil pertanian. Untuk hasilhasil itu perlu ada pasaran serta harga yang cukup tinggi guna membayar kembali biaya-biaya tunai dan daya upaya yang telah dikeluarkan petani sewaktu memproduksikannya. Diperlukan tiga hal dalam pasaran untuk hasil usaha tani (A.T Mosher, 1965;78), yaitu : a) Seseorang di suatu tempat yang membeli hasil usaha tani, perlu ada permintaan (demand) terhadap hasil usaha tani ini. b) Seseorang yang menjadi penyalur dalam penjualan hasil usaha tani, sistem tataniaga.

c) Kepercayaan petani pada kelancaran sistem tataniaga itu.Kebanyakan petani harus menjual hasil-hasil usaha taninya sendiri atau di pasar setempat. Karena itu, perangsang bagi mereka untuk memproduksi barang-barang jualan, bukan sekedar untuk dimakan keluarganya sendiri, lebih banyak tergantung pada harga setempat. Harga ini untuk sebagian tergantung pada efisiensi sistem tataniaga yang menghubungkan pasar setempat dengan pasar di kota-kota.

Teknologi dalam Pembangunan Pertanian yang Senantiasa Berkembang Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apapun tidak dapat dilepaskan dari kemajuan teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin-mesin dan cara-cara baru dalam bidang pertanian. A.T Mosher (Mubyarto, 1989;235) menganggap teknologi yang senantiasa berubah itu sebagai syarat mutlak adanya pembangunan pertanian. Apabila tidak ada perubahan dalam teknologi maka pembangunan pertanian pun terhenti. Produksi terhenti kenaikannya, bahkan dapat menurun karena merosotnya kesuburan tanah atau karena kerusakan yang makin meningkat oleh hama penyakit yang semakin merajalela. Teknologi sering diartikan sebagai ilmu yang berhubungan dengan keterampilan di bidang industri. Tetapi A.T Mosher (1965;93) mengartikan teknologi pertanian sebagai cara-cara untuk melakukan pekerjaan usaha tani. Didalamnya termasuk cara-cara bagaimana petani menyebarkan benih, memelihara tanaman dan memungut hasil serta memelihara ternak. Termasuk pula didalamnya benih, pupuk, pestisida, obat-obatan serta makanan ternak yang dipergunakan, perkakas, alat dan sumber tenaga. Termasuk juga didalamnya berbagai kombinasi cabang usaha, agar tenaga petani dan tanahnya dapat digunakan sebaik mungkin.

Yang perlu disadari adalah pengaruh dari suatu teknologi baru pada produktivitas pertanian. Teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian selalu dimaksudkan untuk menaikkan produktivitas, apakah ia produktivitas tanah, modal atau tenaga kerja. Seperti halnya traktor lebih produktif daripada cangkul, pupuk buatan lebih produktif daripada pupuk hijau dan pupuk kandang, menanam padi dengan baris lebih produktif daripada menanamnya tidak teratur. Demikianlah masih banyak lagi cara-cara bertani baru, di mana petani setiap waktu dapat meningkatkan produktivitas pertanian. Dalam menganalisa peranan teknologi baru dalam pembangunan pertanian, digunakan dua istilah lain yang sebenarnya berbeda namun dapat dianggap sama yaitu perubahan teknik (technical change) dan inovasi (inovation) menurut Mubyarto (1989;235). Istilah perubahan teknik jelas

menunjukkan unsur perubahan suatu cara baik dalam produksi maupun dalam distribusi barang-barang dan jasa-jasa yang menjurus ke arah perbaikan dan peningkatan produktivitas. Misalnya ada petani yang berhasil mendapatkan hasil yang lebih tinggi daripada rekan-rekannya karena ia menggunakan sistem pengairan yang lebih teratur. Caranya hanya dengan menggenangi sawah pada saat-saat tertentu pada waktu menyebarkan pupuk dan sesudah itu mengeringkannya untuk memberikan kesempatan kepada tanaman untuk mengisapnya. Sedangkan inovasi berarti pula suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya, artinya selalu bersifat baru. Sebagai contoh, penerapan bibit karet yang unggul dalam penanaman baru adalah inovasi.

Tersedianya Bahan-bahan dan Alat Produksi secara Lokal Bila petani telah terangsang untuk membangun dan menaikkan produksi maka ia tidak boleh dikecewakan. Kalau pada suatu daerah petani telah diyakinkan akan

kebaikan mutu suatu jenis bibit unggul atau oleh efektivitas penggunaan pupuk tertentu atau oleh mujarabnya obat pemberantas hama dan penyakit, maka bibit unggul, pupuk dan obat-obatan yang telah didemonstrasikan itu harus benar-benar tersedia secara lokal di dekat petani, di mana petani dapat membelinya. Kebanyakan metode baru yang dapat meningkatkan produksi pertanian, memerlukan penggunaan bahan-bahan dan alat-alat produksi khusus oleh petani. Diantaranya termasuk bibit, pupuk, pestisida, makanan dan obat ternak serta perkakas. Pembangunan pertanian menghendaki kesemuanya itu tersedia di atau dekat pedesaan (lokasi usaha tani), dalam jumlah yang cukup banyak untuk memenuhi keperluan tiap petani yang membutuhkan dan menggunakannya dalam usaha taninya.

Perangsang Produksi bagi Pertanian Cara-cara kerja usaha tani yang lebih baik, pasar yang mudah dijangkau dan tersedianya sarana dan alat produksi memberi kesempatan kepada petani untuk menaikkan produksi. Begitu pula dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh pemerintah menjadi perangsang produksi bagi petani. Pemerintah menciptakan kebijaksanaan-kebijaksanaan khusus yang dapat merangsang pembangunan pertanian. Misalnya kebijaksanaan harga beras minimum, subsidi harga pupuk, kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian yang intensif, perlombaan-perlombaan dengan hadiah menarik pada petani-petani teladan dan lainlain. Pendidikan pembangunan pada petani-petani di desa, baik mengenai teknikteknik baru dalam pertanian maupun mengenai keterampilan-keterampilan lainnya juga sangat membantu menciptakan iklim yang menggiatkan usaha pembangunan. Akhirnya kebijaksanaan harga pada umumnya yang menjamin stabilitas hargaharga hasil pertanian merupakan contoh yang dapat meningkatkan rangsangan pada

petani untuk bekerja lebih giat dan mereka akan lebih pasti dalam usaha untuk meningkatkan produksi. Jadi perangsang yang dapat secara efektif mendorong petani untuk menaikkan produksinya adalah terutama bersifat ekonomis (A.T Mosher, 1965;124), yaitu : a) Perbandingan harga yang menguntungkan. b) Bagi hasil yang wajar.Tersedianya barang dan jasa yang ingin dibeli oleh petani untuk keluarganya.

Unsur Perangkutan Dalam pembangunan pertanian terdapat unsur perangkutan. Tanpa

perangkutan yang efisien dan murah maka pembangunan pertanian tidak dapat diadakan secara efektif. Pentingnya perangkutan adalah bahwa produksi pertanian harus tersebar meluas, sehingga diperlukan jaringan perangkutan yang menyebar luas, untuk membawa sarana dan alat produksi ke tiap usaha tani dan membawa hasil usaha tani ke pasaran konsumen baik di kota besar dan/atau kota kecil. Selanjutnya, perangkutan haruslah diusahakan semurah mungkin. Bagi petani, harga suatu input seperti pupuk adalah harga pabrik ditambah biaya angkut ke usaha taninya. Uang yang diterimanya dari penjualan hasil pertanian adalah harga di pasar pusat dikurangi dengan biaya angkut hasil pertanian tersebut dari usaha tani ke pasar. Jika biaya angkut terlalu tinggi, maka pupuk akan menjadi terlalu mahal bagi petani dan uang yang diterimanya dari penjualan hasil pertanian tersebut akan menjadi terlalu sedikit. Sebaliknya, jika biaya angkut rendah, maka uang yang diterima oleh petani akan menjadi tinggi.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi biaya perangkutan (A.T. Mosher, 1965;138) antara lain : a) Sifat barang yang harus diangkut, berapa berat atau besarnya barang itu b) Jarak pengangkutan barang-barang itu c) Banyaknya barang yang diangkut d) Jenis alat perangkutan Berbagai sarana perangkutan dan jarak jauh bersama-sama harus membentuk sistem perangkuan yang merupakan satu kesatuan yang harmonis. Tidak hanya jalan raya yang diaspal, jalan setapak, jalan tanah, saluran air, jalan raya, sungai dan jalan kereta api semuanya ikut memperlancar perangkutan. Beberapa diantaranya dapat dibuat dan dipelihara oleh usaha setempat, termasuk pemerintah setempat. Beberapa lagi perlu dibangun dan dipelihara oleh pemerintah propinsi dan pusat. Kesemuanya harus dihubungkan dan diintegrasikan satu dengan yang lainnya, sehingga hasil pertanian dapat diangkut dengan lancar dari usaha tani ke pasar-pasar pusat. Demikian pula sarana dan alat produksi serta berbagai jasa tidak hanya perlu sampai ke kota kecil dan desa, melainkan juga sampai ke usaha tani itu sendiri. Di samping syarat-syarat mutlak di atas, terdapat lima syarat lagi yang adanya tidak mutlak tetapi kalau ada benar-benar akan memperlancar pembangunan pertanian. Yang termasuk dalam syarat-syarat pelancar (A.T Mosher, 1965;149) adalah : 1. Pendidikan pembangunan 2. Kredit produksi 3. Kegiatan gotong-royong petani 4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanianPerencanaan Nasional pembangunan pertanian

10

2. Teori Produksi Pertanian Neo Klasik Dalam pendekatan analisis pengambilan keputusan usahatani neoklasik, petani dipandang sebagai pengambil keputusan yang menentukan besarnya input misalnya tenaga kerja, bibit, pupuk dan input lain yang tidak dibeli.

Terdapat tiga pola hubungan antara input dan output yang umum digunakan dalam pendekatan pengambilan keputusan usahatani yaitu: 1. hubungan antara input-output, yang menunjukkan pola hubungan penggunaa berbagai tingkat input untuk menghasilkan tingkat output tertentu (dieksposisikan dalam konsep fungsi produksi) 2. hubungan antara input-input, yaitu variasi penggunaan kombinasi dua atau lebih input untuk menghasilkan output tertentu (direpresentasikan pada konsep isokuan dan isocost) 3. hubungan antara output-output, yaitu variasi output yang dapat diperoleh dengan menggunakan sejumlah input tertentu (dijelaskan dalam konsep kurva

kemungkinan produksi dan isorevenue)

Ketiga pendekatan di atas digunakan untuk mengambil berbagai keputusan usahatani guna mencapai tujuan usahatani yaitu: 1. menjamin pendapatan keluarga jangka panjang 2. stabilisasi keamanan pangan 3. kepuasan konsumsi 4. status sosial, dsb.

11

Teori dasar produksi pertanian dibangun berdasarkan sejumlah simplifikasi, misalnya teori produksi pertanian mengabaikan sisi konsumsi rumahtangga petani dan hanya menekankan pentingnya maksimasi profit.

3. Teori Dualisme Teori dualisme sosial oleh JH. Booke; bahwa pertanian di Indonesia terdiri dari perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Terdapat perbedaan tujuan berusaha antara masyarakat barat dan timur yaitu antara tujuan ekonomi dan kebutuhankebutuhan sosial. Orang Timur itu mempunyai tujuan hidup yang berbeda dengan orang Eropa. Mereka hanya hidup untuk bersenang-senang. Apabila kebutuhan pokoknya sudah terpenuhi maka dia tidak perlu susah payah lagi untuk bekerja. Dualisme teknologi oleh Higgins, B (1960); dualisme terjadi karena adanya perbedaan penggunaan teknologi modern dan sektor tradisional. Sektor modern lebih banyak mengimpor teknologi dari luar negeri yang bersifat labor saving sehingga modal relatif lebih banyak digunakan, sedangkan sektor tradisional yang ditandai oleh besarnya kemungkinan untuk mengganti modal dengan tenaga kerja (modal saving). Dualisme regional; adanya perbedaan atau ketidakseimbangan antara wilayah perkotaan dan pedesaan dan wilayah antar negara yang disebabkan oleh ketidakseimbangan investasi antara wilayah-wilayah tersebut.

4. Teori Involusi Pertanian

Dikemukakan oleh Clifford Geertz (1976) yang menyatakan bahwa terhambatnya pembangunan ekonomi di Indonesia disebabkan oleh involusi pertanian. Peningkatan produksi disebabkan oleh peningkatan tenaga kerja dan bukan oleh perkembangan teknologi dan mengakar kepada share poverty yaitu budaya untuk
12

berbagi kemiskinan. Teori ini menyatakan bahwa budaya yang lebih mementingkan solidaritas bersama daripada peningkatan penghasilan menyebabkan sektor pertanian tidak dapat berkembang.

5. Teori Evolusi Pertanian Dikemukakan oleh William Collier (1996) yang menyatakan bahwa keterlambatan dalam pembangunan pertanian disebabkan oleh hambatan faktor-faktor ekonomi seperti terbatasnya luas lahan, modal, dan kesalahan kebijakan pemerintah yang menganggap bahwa petani di Indonesia masih terbelakang.

6. Teori Moral Ekonomi Petani Dikemukakan oleh James Scott (1986) yang menyatakan bahwa petani Indonesia adalah sangat rasional, tanggap terhadap teknologi dan ingin maju. Namun ada faktor yang membatasi tindakan petani yaitu penghasilan yang pas-pasan karena luas usaha yang relatif kecil.

7. Coen Reintjes (1999) tentang Pembangunan Pertanian dengan input rendah Coen Reintjes melihat kerusakan lingkungan yang terjadi dan kemundurankemunduran yang terjadi di sektor pertanian seperti: 1. Telah terjadi kerusakan tanah akibat pemakaian pupuk anorganik secara berlebihan selama bertahun-tahun. 2. Telah terjadi perkembangan hama dan penyakit yang semakin sulit diatasi. 3. Hilangnya beberapa plasma nutfah seperti bibit unggul lokal yang menjadi kebanggaan petani di masa lampau

13

4. Semakin tingginya ketergantungan petani terhadap pihak luar dam semakin berkembangknya komersialisasi pembuatan input-input luar Coen Reintjes menganjurkan agar pembangunan pertanian beralih kepada teknologi yang menggunakan input luar rendah dengan mengembangkan teknologi yang ada di sekitar lingkungan petani .

8. Hayami dan Kikuchi (1987) tentang Teori Kelembagaan Pertanian Telah terjadi perubahan kelembagaan di beberapa desa di Pulau Jawa yaitu dari sistem bawon ke sistem caplokan sementara di beberapa desa lainnya tidak terjadi. Sistem bawon adalah sistem pekerjaan panen padi sawah dengan pola tolong menolong di antara petani, sedangkan sistem caplokan adalah sistem pekerjaan panen dengan jalan upah/ borongan. Teori ini menyimpulkan terbentuknya dan bertahannya suatu sistem kelembagaan dalam pekerjaan pertanian dapat dipahami dari aspek ekonomi dan bukan disebabkan oleh aspek sosial seperti yang dikemukakan oleh Booke dan Geertz.

9. Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi Rostow

Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi yang linear (mono-economic approach) inilah yang menjadi syarat pembangunan untuk mencapai status lebih maju. Rostow membagi proses pembangunan ke dalam lima tahapan yaitu:

14

1. Tahap masyarakat tradisional ( the traditional society ) dengan karakteristiknya: Pertanian padat tenaga kerja; Belum mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi (era Newton); Ekonomi mata pencaharian; Hasil-hasil tidak disimpan atau diperdagangkan; dan Adanya sistem barter.

2. Tahap pembentukan prasyarat tinggal landas (the preconditions for takeoff) yang ditandai dengan: Pendirian industri-industri pertambangan; Peningkatan penggunaan modal dalam pertanian; Perlunya pendanaan asing; Tabungan dan investasi meningkat; Terdapat lembaga dan organisasi tingkat nasional; Adanya elit-elit baru; Perubahan seringkali dipicu oleh gangguan dari luar.

3. Tahap tinggal landas (the take-off), yaitu ditandai dengan: Industrialisasi meningkat;

Tabungan dan investasi semakin meningkat; Peningkatan pertumbuhan regional; Tenaga kerja di sektor pertanian menurun; Stimulus ekonomi berupa revolusi politik, Inovasi teknologi,

Perubahan ekonomi internasional,

15

Laju investasi dan tabungan meningkat 5 10 persen dari

Pendapatan nasional, Sektor usaha pengolahan (manufaktur), Pengaturan kelembagaan (misalnya sistem perbankan).

4. Tahap pergerakan menuju kematangan ekonomi (the drive to maturity), ciricirinya: Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan; Diversifikasi industri; Penggunaan teknologi secara meluas; Pembangunan di sektor-sektor baru; Investasi dan tabungan meningkat 10 20 persen dari pendapatan nasional.

5. Tahap era konsumsi-massal tingkat tinggi (the age of high mass-consumption) dengan: Proporsi ketenagakerjaan yang tinggi di bidang jasa; Meluasnya konsumsi atas barang-barang yang tahan lama dan jasa; Peningkatan atas belanja jasa-jasa kemakmuran

Menurut Rostow, dalam hal mengenai perubahan dari tahap tradisional ke arah industrial sebagai syarat pembangunan dan kemajuan, pembangunan ekonomi atau proses transformasi masyarakat dari tahap tradisional menjadi masyarakat modern merupakan suatu proses yang multi-dimensional. Pembangunan ekonomi bukan berarti perubahan struktur ekonomi suatu negara yang ditunjukkan oleh menurunnya peranan sektor pertanian dan meningkatnya peran sektor industri saja.

16

Perubahan yang dimaksud selain dari perubahan struktural dari tradisionalitas menuju modernitas, dapat digambarkan sebagai berikut:

1.

Perubahan orientasi organisasi ekonomi, politik, dan sosial yang pada mulanya berorientasi kepada suatu daerah menjadi berorientasi ke luar.

2.

Perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga, yaitu dari menginginkan banyak anak menjadi keluarga kecil.

3.

Perubahan dalam kegiatan investasi masyarkat, dari melakukan investasi yang tidak produktif (seperti halnya menumpuk emas, membeli rumah, dan sebagainya) menjadi investasi yang produktif.

4.

Perubahan sikap hidup dan adat istiadat yang terjadi kurang merangsang pembangunan ekonomi (misalnya penghargaan terhadap waktu, penghargaan terhadap prestasi perorangan, dan sebagainya)

Dengan demikian, dasar pembedaan proses pembangunan ekonomi menjadi lima tahap tersebut adalah karateristik perubahan keadaan ekonomi, sosial, dan politik, serta nilai-nilai dalam masyarakat. Titik sentral dari argumentasi Rostow adalah bahwa cepat atau lambat, semua masyarakat dunia akan melewati rentetan dari kelima tahap pertumbuhan ekonomi di atas. Faktor penentunya adalah kondisi alam, ekonomi, politik, dan budaya.

17

TRANSFORMASI PERDESAAN

PERTANIAN

DAN

PEMBANGUNAN

DAERAH

Arti penting kemajuan sektor pertanian dan pembangunan daerah perdesaan Sebagian besar penjelasan tentang terjadinya gelombang migrasi ke kota-kota di Afrika,Asia dan Amerika latin,hingga mencapai tingkat yang belum pernah terjadi dalamsejarah,dapat kita temukan pada stagnasi kemacetan ekonomi di daerah-daerah perdesaan,lebih dari 2 milyar orang di negara tersebut hidup dengan bekerja keras menggarap lahan pertaniannya yang kurang memberikan hasil yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Fakta yang lebih penting dari hal ini adalah bahwa lebih dari dua pertiga penduduk termisskin di dunia menetap di perdesaan,yang penghidupan pokoknya bersumber dari pola pertanian subsistem. Seharusnya jika suatu negara menghendaki pembangunan yang lancar dan berkeeimbangan,maka nehara itu harus memulainya dari daerah perdesaan pada umumnya,dan sektor pertanian khususnya yang harus meluas,ketimpangan distribusi pendapatan yang semankin parah,laju pertumbuhan penduduk yang semankin cepat,dan terus menonjolnya tingkat pengangguran pada awalnya tercipta dari stagnasi serta terlalu seringnya kemunduran kehidupan ekonomi yang perekonomian perdesaan. Secara tradisional, peranan pertanian dalam pembangunan ekonomin hanya dipandang pasif dan sebagai unsur penunjang semata, berdasarkan pengalaman dari negara-negara maju (barat) apa yang disebut sebagai pembangunan ekonomi identik dengan transformasi struktural yang cepat terhadap perekonomian, yakni dari terjadi di daerah

18

perekonomian yang bertumpu pada sektor pertanian menjadi industri modern pelayanan masyarakat yang lebih komplek. Pada dasarnya, daerah perdesaan pada umumnya dan sektor pertanian pada

khususnya jauh lebih penting dari sekedar penunjang dalam proses pembangunan ekonomi secara keseluruhan ,keduanya harus saling ditepatkan pada kedudukan sebenarnya yaini sebagai unsur atau elemen unggulan yang sangat penting diperhatikan pemerintah. Suatu strategi pembangunan pembangunan yang dilandaskan pada prioritas pertanian dan ketenagakerjaan paling tidak memerlukan tiga unsur pelengkap dasar, yaitu : 1. Percepatan pertumbuhan dan output insentif melalui harga yang serangkaian khusus penyesuaian untuk

teknologi,institusional

dirancang

meningkatkan produktivitas para petani kecil 2. Peningkatan permintaan domestik terhadap output pertanian yang dihasilkan dari strategi pembangunan perkotaan yang beriorentasi pada upaya pembinaan ketenagakerjaan 3. Diversifikasi kegiatan pembangunan daerah perdesaan yang bersifat padat karya,yaitu nonpertanian ,yang secara langsung dan tidak langsung akan menunjang dan ditunjang oleh masyarakat pertanian. Karena itu pada skala yang lebih luas.pembangunan sektor pertanian dan daerah

perdesaan kini diyakini sebagai intisari pembangunan nasional secara keseluruhan oleh banyak pihak,selain itu tanpa pembangunan daerah perdesaan yang integratif pertumbuhan industri tersebut tidak akan berjalan dengan lancar.

19

STRUKTUR SISTEM AGRARIAN DI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG Dua jenis pertanian dunia : 1. Pola pertanian di negara-negara maju yang memiliki tingkat efisiensi tinggi dengan kapasitas produksi dan rasio output pertenaga kerja yang juga tinggi,sehingga dengan jumlah petani yang sedikit dapat menyediakan bahan pangan bagi seluruh penduduk. 2. Pola pertanian yang tidak atau kurang efisien yang umumnya terdapat di negaranegara berkembang Tingkat produktivitasnya begitu rendah sehingga hasil yang diperoleh seringkali tidak dapat memenuhi kebutuhan petaninya. Di negara negara miskin,metode produksi pertanian dari waktu ke waktu tidak mengalami perubahan yang berarti,sementara itu stagnasi teknologi pertanian di negara-negara berkembang tersebut dapat ditelusuri ke situasi khusus pertanian subsistem yang memiliki risiko tinggi dan hasil yang tidak menentukan pertumbuhan penduduk di daerah perdesaan yang sangat cepat telah memperberat bobot masalahnya, yakni menimbulkan berbagai tekanan yang berat dalam penggunaan lahan, semakin lama semakin banyak orang menggarap sebidang lahan yang sama sehingga tingkat kesuburan tanah mengikis dengan cepat, lahan yang subur semakin terbatas, pertumbuhan penduduk yang cepat menyebabkan semankin bertambahnya jumlah orang yang menganndalkan hidupnya dari lahan yang sama, sedangkan metode dan teknologi produksinya tidak mengalami perkembangan, dengan teknologi pertanian dan penggunaan masukan(input) tradisional di luar tenaga kerja manusia (spt: cangkul, bajak dengan hewan penarik, bibit tradisional, dan lain lain) yang sama .kita mengetahui dari prinsip perolehan hasil yang semakin menurun, semakin banyak orang yang mengerjakan sebidang lahan, maksimal tingkat produktivitas marjinal (dan rata-

20

ratanya) akan semakin menurun sehingga standar hidup petani- petani di negara berkembang akan menurun.

Ilmu Ekonomi Pembanguanan Sektor Pertanian : Transisi dari pola pertanian Subsisten ke Pola Pertanian Komersial yang Terspesialisasi Tiga tahap pokok dalam evolusi pola produksi pertanian : Tahap pertama dan yang paling primitif adalah usaha tani subsisten murni yang berskala kecil (petani hanya bertani) dengan tingkat produktivitas yang rendah. Tahap kedua adalah apa yang telah terdiversifikasi, sebagian hasilnya digunakan untuk konsumsi pribadi, dan sebagian lagi untuk dijual ke pasar. Tahap ketiga adalah usaha pertanian modern, yang secara khusus sudah mengarah pada usaha-usaha perdagangan dengan tingkat produktivitas yang tinggi telah terspesialisasi. Modernisasi pertanian dalam sistem perekonomian campuran diberbagai negaranegara berkembang juga dapat dijelaskan sebagai suatu proses transisi yang berlangsung secara bertahap tetapi berkesinambungan, yakni dari pola produksi subsisten menjadi sistem pertanian yang terdiversivikasi dan terspesialisasi. Sebagian besar masyarakat tradisional, pertanian bukan hanya kegiatan ekonomi semata-mata, melainkan jauh lebih dari itu, yakni sebagai pandangan hidup. Sistem pertanian di suatu negara berkembang mengalami perubahan atau evolusi dari waktu ke waktu, yakni mulai dari pola pertanian subsisten dan brskala kecil, ke pola pertanian keluarga yang lebih besar dan lebih terdiversifikasi, hingga akhirnya sampai ke pola produksi pertanian secara masal yang dioperasikan oleh unit-unit usaha pertanian komersial berskala besar.

21

Meskipun kita bisa menemukan ketiga jenis atau pola pertanian utama yakni, pola pertanian subsisten ,campuran,dan komersial terspesialisasi, secara serentak di banyak negara berkembang, pola yang paling menonjol disebagian besar sistem pertanian negara-negara berkembang adalah pola pertanian subsisten dan pola pertanian keluarga campuran yang berskala kecil. Transisi menuju tahap berikutnya, yakni sistem pertanian yang dimotori oleh perusahaan-perusahaan komersial agaknya sulit tercapai mengingat negara-negara berkembang pada umumnya masih berkutat dengan aneka persoalan jangka pendek dan menengah yang harus diatasi terlebih dahulu. Oleh karena itu, kita bisa menyimpulkan bahwa pembenahan praktik-praktik pertanian campuran berskala kecil dan menengah tidak hanya akan meningkatkan pendapatan dan hasil panen rata-rata saja ; tetapi jika pola itu padat karya, juga mampu menyerap tenaga kerja perdesaan yang melimpah dan terus bertambah, sehingga dalam waktu bersamaan upaya pembenahann tadi akan mengatasi salah satu pembangunan kawasan pedesaan . Unit-unit pertanian komersial yang berskala besar akan terus bertambah jumlahnya, namun pengembangannya bukan merupakan landasan yang baik bagi strategi pembangunan sektor pertanian negara-negara berkembang, mengingat masih banyak nya permasalahan kependuddukan, kemiskinan, dan tenaga kerja di perkotaan. masalah pokok dalam

22

Menuju suatu Strategi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan yang Andal : Beberapa Syarat Pokok Sumber-sumber kemajuam pertanian berskala kecil : 1. Kemajuan teknologi dan inovasi. 2. Kebijakan ekonomi pemerintah yang tepat. 3. Kelembagaan sosial yang menunjang. Syarat Umum Bagi Kemajuan Pedesaan : 1. Modernisasi struktur usaha tani dalam rangka memenuhi permintaan bahan pangan yang terus meningkat. 2. Penciptaan sistem penunjang yang efektif. 3. Perubahan kondisi sosial pedesaan guna memperbaiki taraf hidup masyarakat pedesaan.

23

BAB 3 PENUTUPAN

Kesimpulan Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari pemaparan penulisan makalah ini adalah sektor pertanian merupakan sektor peran penting bagi setiap negara manapun. Karena sektor tersebut merupakan sektor yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan pokok manusia baik itu beras, gandum, ubi, dan lain-lainnya atau dengan kata lain adalah kebutuhan primer bagi kelangsungan hidup. Walaupun kebanyakan Negara Negara Maju yang tidak focus akan hal sektor pertanian ini namun untuk memenuhi kebutuhan itu mereka juga harus melakukan impor-impor barang pokok tersebut dari kebanyakan Negara-negara berkembang. Hal ini memberikan dampak yang bagus terhadap hubungan antar Negara tersebut melalui perdagangan internasional (ekspor-Impor). Sehingga bagi Negara-negara yang memiliki kemampuan produksi output pertanian seperti Thailand yang terkenal sebagai pengekspor beras terbesar di Benua Asia.

24

DAFTAR PUSTAKA

http://informasi34.blogspot.com/2008/12/teori-teori-pertanian.html diakses pada tanggal 26 februari 2013. Dharmawan, Arya Hadi. Pendekatan-Pendekatan Pembangunan Pedesaan dan Pertanian: Klasik dan Kontemporer. MK Dinamika Masyarakat Pedesaan PS Sosiologi Pedesaan Pasca Sarjana IPB 2007/2008.

25

Anda mungkin juga menyukai