Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM PEMBANGUNAN PERTANIAN

ACARA 2

PRASYARAT PEMBANGUNAN PERTANIAN

Oleh :

Rizka Agustin W. 17024010106

Mierza Widya Syahrani 17024010109

Septyan Anjas W. 17024010111

Rizki Malik D. 17024010029

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian memegang peranan yang penting dalam pembangunan

nasional, selain diharapkan mempunyai pertumbuhan yang tinggi, juga ditujukan

untuk memecahkan masalah nasional seperti penyediaan pangan, penyediaan

bahan baku industri, peningkatan devisa, perluasan kesempatan kerja, serta

peningkatan pendapatan masyarakat, khususnya para petani. Namun semua itu

akan terwujud jika pertumbuhan sektor pertanian terus dikembangkan dengan

baik. Karena melihat permasalahan di bidang pertanian saat ini sangatlah

kompleks, mulai dari ketersediaan lahan, penggunaan teknologi sampai dengan

pemasaran, oleh karena itu pembangunan di sektor pertanian sangat diperlukan,

supaya sumber daya alam serta sumber daya manusia dapat digunakan dan

dikembangkan secara optimal.

Pada dasarnya pembangunan pertanian dilakukan oleh petani-petani kecil,

oleh pengusaha-pengusaha perkebunan swasta dan oleh perusahaan milik

negara yang mempunyai kedudukan otonomi. Dalam hal ini pemerintah

mempunyai kewajiban untuk membantu mereka dengan menjalankan berbagai

usaha yang dapat menciptakan suatu iklim, dimana mereka bersedia dan mampu

melakukan pembangunan di bidang pertanian.

Secara lebih terperinci Mosher dalam bukunya “Getting Agriculture Moving”,

membagi faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan petani, yang sekaligus juga

merupakan faktor-faktor yang dapat dipergunakan oleh pemerintah untuk

mempengaruhi petani, ke dalam 10 faktor yang dibagi lagi dalam: Lima faktor

utama (mutlak) yaitu faktor-faktor yang harus ada supaya pembangunan pertanian

dapat berlangsung, yang terdiri dari 1) pasaran untuk hasil produksi, 2) teknologi
maju, 3) tersedianya sarana produksi (alat-alat dan bahan- bahan) secara lokal, 4)

perangsang produksi, dan 5) pengangkutan.

Lima faktor accelerator (pelancar) yaitu faktor-faktor yang dapat

mempercepat terjadinya pembangunan pertanian yang terdiri dari 1) pendidikan

pembangunan, 2) kredit produksi, 3) kegiatan Gotong royong oleh para petani, 4)

perbaikan dan perluasan tanah pertanian, dan 5) perencanaan nasional untuk

pembangunan pertanian.

1.2 Tujuan

Mahasiswa bisa memahami bahwa membangun pertanian tidak dapat

dilakukan secara parsial oleh petani atau pemerintah saja. Ketiganya

pemerintah, petani (masyarakat) maupun potensi sumber daya alam harus

bersinergi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan Pertanian

Pembangunan seringkali diartikan pada pertumbuhan dan perubahan.Jadi,

pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan kalau terjadi pertumbuhan

sektor pertanian yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan masyarakat tani dari

kurang baik menjadi yang lebih baik.Seperti diketahui sektor pertanian di

Indonesia dianggap penting. Hal ini terlihat dari peranan sektor pertanian

terhadap penyediaan lapangan kerja, penyedia pangan, penyumbang devisa

Negara melalui ekspor dan sebagainya. (Soekartawi, 1995).

2.2 Tujuan Pembangunan Pertanian

Tujuan pembangunan pertanian yang dilakukan terutama pada Negara-

negara yang berpendapatan rendah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

penduduk (Mellor, 1974). Mosher (1968) telah menganalisis syarat-syarat

pembangunan pertanian di banyak Negara dan menggolongkannya menjadi

syarat mutlak dan syarat pelancar. Terdapat lima syarat yang harus ada dalam

pembangunan pertanian, apabila salah satu syarat tidak ada maka

pembangunan pertanian akan menjadi statis.


BAB III
PEMBAHASAN

Syarat-syarat pembangunan pertanian, suatu pembangunan pertanian

memerlukan beberapa syarat dan prakondisi yang berbeda-beda untuk setiap

negara ataupun daerah-daerah yang berbeda-beda. AT. Mosher (1983)

mengajukan faktor utama dan faktor pelancar di dalam pembangunan pertanian.

Terdapat lima faktor utama yang tidak boleh tidak harus ada untuk adanya

pembangunan pertanian. Kalau satu saja faktor-faktor tersebut tidak ada, maka

terhentilah pembangunan pertanian. Ada 5 faktor utama yaitu :

a. Adanya pasar untuk hasil usahatani

b. Teknologi yang senantiasa berkembang

c. Tersedianya sarana produksi dan peralatan secara local

d. Adanya perangsang produksi bagi petani

e. Pengangkutan /transportasi

Untuk lebih jelasnya, faktor-faktor utama yang diperlukan dalam

pembangunan pertanian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :

a. Adanya Pasar untuk Hasil Usahatani

Ada 3 hal yang diperlukan dalam pasar yaitu :

1. Adanya konsumen yang mau membeli hasil, atau adanya suatu permintaan

terhadap hasil tersebut.

2. Adanya seseorang atau lembaga yang menyalurkan/membawa hasil dari

tempat petani (usahatani) ke tempat konsumen. Dengan perkataan

lain adanya suatu system pemasaran atau sistem tataniaga.

3. Kepercayaan petani terhadap kelancaran dan keberlanjutan sistem

pemasaran.

Lembaga pemasaran mempunyai banyak fungsi tataniaga seperti,

pembelian, angkutan, pengolahan, sortasi, grading, penggudangan, paking dan


penjualan. Apabila fungsi-fungsi tataniaga berjalan efisien, maka biaya tataniaga

menjadi rendah, sehingga harga jual dapat cukup rendah. Peranan pemerintah

dalam pengembangan lembaga-lembaga pemasaran adalah penting, seperti

pembuatan peraturan, pemberian fasilitas-fasilitas, pengadaan informasi dan

pelatihan tenaga-tenaga pemasaran. Petani mempercayai lembaga pemasaran

apabila terdapat hal-hal berikut :

a) Biaya fungsi pemasaran cukup rendah

b) Balas jasa (profit) lembaga pemasaran dianggap cukup wajar, seimbang dan

adil dengan harga yang diterima petani.

c) Derajat fluktuasi harga cukup wajar dan dapat diramalkan.

d) Ukuran-ukuran timbangan yang jujur

e) Sistem pembayaran yang baik

f) Jaminan kepastian pembelian oleh lembaga-lembaga pemasaran.

Contoh kegiatan yang mendukung pembangunan pertanian didalam syarat

adanya pasar untuk usaha tani yaitu adanya regulasi yang dibuat oleh

pemerintah, berdasarkan peraturan menteri pertanian Republik Indonesia

nomoor 18/PERMENTAN/RC.040/4/2018 tentang pedoman pengembangan

kawasan pertanian berbasis korprorasi petania yaitu regulasi untuk fasilitas

perdagangan ketersediaan sarana dan prasarana perdagangan yang memadai

akan menunjang keberhasilan pemasaran produk-produk pertanian tidak hanya

di pasar lokal tetapi juga di pasar inetrnasional dan regulasi untuk penyediaan

fasilitas publik, adanya fasilitas publik seperti pasar, bursa komoditas, lembaga

penyedia informasi,dan sebagainya akan sangat membantu kemajuan pertanian

di Indonesia.
b. Teknologi yang Senantiasa Berkembang

Teknologi adalah metode atau cara-cara budidaya pertanian dan input-input

yang digunakan seperti : bibit/benih, pupuk, pestisida, pakan ternak, alat-alat dan

mesin pertanian. Termasuk juga dalam teknologi pertanian metode-metode

kombinasi usaha, seperti kombinasi tanaman dan ternak atau kombinasi

tanaman-ternak-ikan, agar pemanfaatan lahan dan tenaga kerja sebaik mungkin

(optimal). Setelah suatu teknologi digunakan akan ditemukan kemudian faktor-

faktor pembatas, untuk mengatasi faktor-faktor pembatas ini dibutuhkan

kemudian teknologi baru. Dengan demikian teknologi harus terus menerus

dikembangkan untuk mengatasi faktor pembatas yang muncul.

Contoh dari teknologi yang dapat mempengaruhi pembangunan pertanian

perubahan teknologi terjadi dalam setiap bidang pada sektor pertanian. Sebagian

besar mewujud dalam kapital, seperti pada mesin, drainase, irigasi dan

bangunan, sementara sebagian lainnya dalam bentuk varietas tanaman unggul,

benih atau bibit yang lebih baik, pupuk, pestisida, dan insektisida. Lebih jelasnya,

kemajuan teknologi terjadi dalam metode pertanian dan peternakan serta dalam

kemampuan manajerial para petani. Perubahan teknologi yang terjadi di sektor

pertanian sering kali bersifat labor- saving atau land-saving. Namun hal ini tidak

berarti penggunaan faktor tersebut sedikit. (Tri Haryanto,2009)

c. Tersedianya Sarana Produksi dan Peralatan Secara Lokal

Meskipun teknologi yang sesuai sudah ada dan hasil teknologi berupa input

produksi atau bahan-bahan produksi telah diproduksi/dihasilkan tetapi bila petani

belum dapat membelinya di lokasi usahataninya, maka petani belum

menggunakan input-input atau bahan baru tersebut. Itulah sebabnya bahwa

input-input yang diimport dan input yang diproduksi di dalam negara tetapi belum

lancar distribusinya atau pemasarannya, maka petani belum menggunakan input-


input yang kurang bagus, hanya karena tersedia secara lokal pada waktu

dibutuhkan, seperti : bibit/benih yang diproduksi secara lokal. Input-input bahan-

bahan produksi dibeli petani apabila memenuhi syarat-syarat:

a) Secara teknis dapat digunakan dengan efektif.

b) Mutunya dapat dipercaya.

c) Harganya terjangkau petani.

d) Harus tersedia secara lokal pada waktu dibutuhkan.

e) Paking atau ukuran yang dijual sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

petani.

Contoh kasus seperti di provinsi Sumatera Barat pada tahun 2015,

pemerintah terus mengupayakan bagaimana prasarana dan sarana pertanian

terus ditingkatkan agar produksi beras meningkat dan ketahanan pangan

tercapai. Dukungan prasarana dan sarana pertanian bertujuan untuk

meningkatkan indeks pertanaman (IP), meningkatkan produktivitas dan

produksi melalui upaya memperluas lahan pertanian pada kawasan tanaman

pangan untuk mengimbangi alih fungsi lahan. Kemudian melakukan upaya

rehabilitasi jaringan irigasi, melakukan upaya optimasi lahan, meningkatkan

ketersediaan alat dan mesin pertanian, perbaikan distribusi pupuk bersubsidi

agar pupuk sampai kepada petani sesuai dengan azas 6 tepat dan bantuan

modal petani melalui pengembangan dana PUAP. Dalam rentang waktu 2010

sampai dengan 2014 telah dilaksanakan berbagai kegiatan prasarana dan

sarana pertanian antara lain pencetakan sawah baru seluas 4.475,9 hektar,

Optimasi lahan pertanian seluas 13.289 hektar, Pengembangan SRI seluas

23.100 hektar serta rehab jaringan irigasi tersier seluas 58.023 hektar.

Fasilitasi alat mesin dan pembiayaan pertanian selama lima tahun terakhir

berupa pengadaan Handtraktor/Traktor Roda 2 (TR2) sebanyak 3.014 unit

serta pelayanan pembiayaan pertanian melalui Lembaga Keuangan Mikro


Agribisnis (LKMA) sebanyak 1.033 LKMA. Realisasi penyaluran pupuk

bersubsidi sejak tahun 2010 sampai dengan 2014 adalah Urea sebanyak

336.300 ton, SP36 sebanyak 10.969 ton, NPK sebanyak 76.847 ton, ZA

sebanyak 110.969 ton.

Pada tahun 2015 target pembangunan prasarana dan sarana pertanian

antara lain Optimasi lahan seluas 37.980 hektar, rehab jaringan irigasi tersier

seluas 66.150 hektar, pengadaan handtraktor (TR2) sebanyak 965 unit,

Traktor Roda 4/TR4 sebanyak 15 unit, Rice Transplanter sebanyak 140 unit

dan pelayanan pembiayaan pertanian sebanyak 13 LKMA.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor

130/Permentan/SR.130/11/2014 tentang kebutuhan dan harga eceran

tertinggi (HET) pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian TA. 2015 telah

dialokasikan volume sebesar 200.500 ton yang terdiri dari Pupuk Urea

sebanyak 70.000 ton, SP36 sebanyak 25.500 ton, NPK sebanyak 61.000 ton,

ZA sebanyak 21.000 ton dan pupuk organik sebanyak 23.000 ton. Penyaluran

pupuk bersubsidi tersebut diserahkan kepada produsen pupuk dengan

wilayah tanggungjawab masing-masing produsen diatur oleh PT. Pupuk

Indonesia (Persero).

Pada tahun 2017, Sumbar sebagai salah satu Provinsi penyanggah

produksi padi nasional diberi target produksi padi mencapai 3 juta ton,

dimana jika dibandingkan dengan produksi tahun 2014 maka kita harus

menaikkan produksi sebesar 500.000 ton selama 3 tahun. Target ini tentu saja

diiringi dengan dukungan prasarana dan sarana pertanian yang berperan

penting dalam peningkatan produksi padi.

d. Adanya Perangsang Produksi bagi Petani

Meskipun petani bisa menaikkan produksinya, tetapi kemauan/kesediaan

petani untuk menaikkan produksi tergantung pada manfaat yang akan


diterimanya dari kenaikan produksi itu. Tujuan petani dalam memproduksi hasil

pertanian adalah memenuhi kebutuhan pangan, sandang, perumahan, kemudian

kebutuhan-kebutuhan lain seperti : pendidikan, kesehatan, angkutan dan

kegiatan sosial. Peningkatan pendapatan bersih atau laba usahatani merupakan

perangsang bagi peningkatan produksi. Hal ini tercapai apabila :

a) Adanya hubungan harga yang menguntungkan

b) Ada sistem pembagian hasil atau sistem sewa yang wajar

c) Ada tersedia barang-barang dan jasa-jasa yang diinginkan petani.

d) Harga barang-barang dan jasa-jasa yang ingin dibeli petani juga dianggap

wajar/seimbang.

e. Pengangkutan /Transportasi

Sebagai akibat dari sifat pertanian yang harus tersebar luas diseluruh muka

bumi, maka diperlukan pengangkutan yang sangat banyak untuk mengangkut

input-input pertanian dari pasar ke usahatani dan mengangkut hasil-hasil

pertanian dari usahatani ke pasar lokal dan seterusnya dari pasar lokal ke tempat

konsumen, baik di dalam negeri atau di luar negeri.

Biaya pengangkutan sangat penting bagi petani dan menentukan biaya

produksi dan nilai penerimaannya. Besarnya biaya angkutan ditentukan berbagai

faktor yaitu :

a) Jenis komoditi yang diangkut dan perlakuan yang diperlukan

b) Jenis alat angkutan, berapa ton satu kali angkut

c) Jarak tempuh dari angkutan

d) Berapa kali barang di bongkar dan dimuat

e) Keadaan prasarana jalan

Disamping faktor utama tadi ada 5 (lima) factor pelancar yaitu :

1. Pendidikan pembangunan pertanian,

2. Kredit produksi.
3. Kegiatan bersama (gotong royong) para petani.

4. Perbaikan dan perluasan lahan pertanian.

5. Perencanaan nasional untuk pembangunan pertanian.

B. Alasan Syarat Pembangunan Pertanian Harus Dipenuhi

Salah satu tujuan dari pembangunan pertanian adalah meningkatkan

produksi pertanian, untuk itu dibutuhkan pasaran dengan harga yang cukup

tinggi untuk memasarkan hasil produksi tersebut guna mengembalikan biaya

yang telah dikeluarkan petani dalam menjalankan usaha taninya serta

meningkatkan pendapatan petani. Pembangunan pertanian akan berhenti tanpa

diikuti dengan perkembangan ilmu dan teknologi baru seperti penelitian, balai-

balai percobaan pemerintah, masalah-masalah yang seharusnya dipelajari,

program penelitian, dan pelatihan. Revolusi pertanian didorong dengan adanya

perkembangan ilmu dan teknologi baru yang dapat mendukung kegiatan

pertanian agar dapat meningkatkan produksi pertanian. Dalam menerapkan ilmu

dan teknologi baru di bidang pertanian perlu adanya alat-alat dan bahan-bahan

untuk mendukung penerapan ilmu dan teknoogi baru tersebut, alat dan bahan

yang digunakan harus dapat memberikan hasil produksi pertanian yang lebih

tinggi dan mudah didapatkan oleh petani. Selain teknologi baru dan bahan atau

alat pertanian Petani juga membutuhkan perangsang agar lebih semangat dalam

menjalankan usaha taninya seperti kebijaksanaan harga, pembagian hasil,

tersedianya barang-barang dan jasa-jasa yang diinginkan keluarga petani,

pendidikan atau penyuluhan pertanian, dan penghargaan masyarakat khususnya

petani terhadap prestasi. Di dalam pembangunan pertanian perlu adanya sarana

pengangkutan yang murah dan efisien agar produksi pertanian dapat tersebar

luas secara efektif. Semua syarat tersebut harus dipenuhi agar pembangunan

pertanian dapat terwujud. Karena semua faktor tersebut merupakan faktor

penting dan harus ada di dalam setiap kegiatan pertanian. Semua faktor tersebut
saling mendukung agar pertanian dapat terus berkembang. Akibat dari tidak

terpenuhinya syarat-syarat pembangunan pertanian, maka kondisi pertanian

akan menjadi subsisten. Petani tidak mendapatkan pendapatan yang

seharusnya, usahanya lebih sering mengalami kerugian, tidak bisa bersaing di

pasar, dan sering dibohongi tengkulak dan pedagang besar.


BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk

tercapainya pembangunan yang berkelanjutan diperlukan beberapa prasyarat

yang harus dipenuhi. Prasyarat pembangunan pertanian secara umum menurut

A T Mosher antara lain, pasaran hasil produksi pertanian, teknologi baru,

tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal, perangsang

produksi bagi petani, dan pengangkutan. Pasar dibutuhkan untuk menjual produk

hasil pertanian dan sebagai media antara petani dan konsumen untuk

menentukan harga guna mengembalikan biaya yang dikeluarkan petani. Petani

juga harus mengetahui tentang fluktuasi harga dan kondisi pasar terkini.

Pembangunan pertanian akan terhenti apabila tidak ditunjang oleh tersedianya

sarana produksi. Pertanian juga harus didukung oleh teknologi terbaru agar

dapat bersaing di era global. Pembangunan pertanian juga membutuhkan

perangsang produksi agar petani dapat memproduksi secara maksimal dengan

kepastian modal kembali. Tanpa prasyarat itu semua pembangunan pertanian

akan terhenti, kegiatan pertanian akan terhambat, petani akalah bersaing di

pasar global, dan pada akhirnya petani tidak bersemangat untuk melanjutkan

kegiatan pertanian, sehingga akan menjadi petani subsisten.


DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Bustanul. 2005. Pembangunan Pertanian, Paradigma Kebijakan dan


Strategi Revitalisasi.Jakarta: Grasindo. hal 183

Hanafie, Rita.2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: Andi Offset.


hal 307

Mellor, J.W. 2015. “The Impact of New Agricultural Technology on Employment


and Income Distribution. “ Concept and policy Departemen of Agricultural. Cornell
University Economkics.

Mosher, A.T. 2007. Menggerakkan dan Membangun Pertanian Syarat-Syarat


Pokok Pembangunan dan Modernisasi.Jakarta: CV. Yasaguna. hal 232

Nainggolan, Hotden Leonardo., dan Johndikson Aritonang. 2012.


Pengembangan Pertanian Berbasis Komoditi Unggulan Dalam Rangka
Pembangunan Berkelanjutan (Studi Kasus Kabupaten Humbang
Hasundutan).Medan:Program Studi Agribisnis Fakultas
PertanianUniversitas HKB Nommensen Medan.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


18/PERMENTAN/RC.040/4/2018 TENTANG PEDOMAN
PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN BERBASIS KORPORASI
PETANI

Saragih, Bungaran. 2008. Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi


Berbasis Pertanian. Jakarta: CV Nasional. hal 286

Soekartawi.2005. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press, Jakarta.


Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Haryanto, Tri. 2009. Ekonomi Pertanian. Surabaya : Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai