Anda di halaman 1dari 12

1.

Definisi Pertanian :
Agriculture adalah digunakannya kegiatan manusia untuk memperoleh hasil yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan dan atau hewan yang pada mulanya dicapai dengan jalan sengaja
menyempurnakan segala kemungkinan yang telah diberikan oleh alam guna
mengembangbiakkan tumbuhan dan atau hewan tersebut (Van Aarsten).
Pertanian adalah hal yang substansial dalam pembangunan, yaitu sebagai pemenuhan
kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia lapangan kerja, dan
penyumbang devisa Negara (Y.W. Wartaya Winangun)
Pertanian adalah suatu bentuk produksi yang khas, yang didasarkan pada proses
pertumbuhan tanaman dan hewan. Petani mengelola dan merangsang pertumbuhan
tanaman dan hewan dalam suatu usaha tani, dimana kegiatan produksi merupakan bisnis,
sehinggga pengeluaran dan pendapatan sangat penting artinya (Mosher)
Pertanian dalam pandangan modern merupakan kegiatan manusia untuk manusia dan
dilaksanakan guna memperoleh hasil yang menguntungkan sehingga hams pula meliputi
kegiatan ekonomi dan pengelolaan di samping biologi (Spedding)
Pertanian adalah kegiatan ekonomi utama penduduk Indonesia, sebab lebih dari 80%
penduduk bekerja pada sektor pertanian (Indianto Muin)
Pertanian adalah jenis usaha yang menenkankan pada pengolahan tanah dan tanaman yang
ditanam berupa tanaman pangan (Sri Sulestari)
Pertanian merupakan bagian agroekosistem yang tak terpisahkan dengan subsistem
kesehatan dan lingkungan alam,manusia dan budaya saling mengait dalam suatu proses
produksi untuk kelangsungan hidup bersama (Karwan A. Salikin)
Pertanian merupakan suatu usaha manusia dalam bercocok tanam dimana objeknya
merupakan sebuah lahan kosong (Dwi Haryanti)
Pertanian adalah salah satu cabang produksi yang berdasar pada terjadi perubahan antara
bahan non organik menjadi bahan organik (Kaslan Tohir)
Pertanian adalah pemakaian usaha dan tenaga manusia dalam pengelolaan alam. Atas
usaha ini akan didapatkan tujuan di dalam mengarahkan perkembangan dan pertumbuhan
dari tumbuhan dan hewan (Minderhoko).
Definisi ekonomi :

Ekonomi adalah platform dimana sektor industri melekat diatasnya (Hermawan


Kartajaya)

Ekonomi merupakan cara-cara yang dilakukan oleh manusia dan kelompoknya untuk
memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk memperoleh berbagai komoditi dan
mendistribusikannya untuk dikonsumsi oleh masyarakat (Paul A. Samuelson)
Ekonomi ialah sains praktikal tentang pengeluaran dan penagihan (Mill J. S)

Ekonomi adalah salah satu bidang pengkajian yang mencoba menyelesaikan masalah
keperluan asas kehidupan manusia melalui penggemblengan segala sumber ekonomi yang
ada dengan berasaskan prinsip serta teori tertentu dalam suatu sistem ekonomi yang
dianggap efektif dan efisien (Abraham Maslow).

Ekonomi ialah penyelidikan tentang keadaan dan sebab adanya kekayaan Negara (Adam
Smith)

Pengertian ekonomi adalah suatu ilmu yang memelajari masyarakat dalam usahanya
untuk mencapai kemakmuran, yaitu keadaan dimana manusia dapat memenuhi
kebutuhannya dari segi pemenuhan barang maupun jasa (M. Manulang)

Ekonomi didefinisikan sebagai studi tentang cara-cara alternative manusia dalam


memilih untuk menggunakan sumber daya yang langka dengan produktif untuk
menghasilkan barang dan jasa yang dapat memenugi keinginan ( Ronald A. Wykstra)

Ilmu ekonomi adalah disiplin ilmu yang sayang sekali bila tidak diperlakukan secara
tidak ilmiah karena para tokoh terkemukanya sibuk mengurusi solusi-solusi untuk
menghadapi masalah-masalah mendesak zaman itu (Von Neumann dan Morgenstern).

Ilmu ekonomi adalah Ilmu yang mempelajari usaha-usaha individu dalam ikatan
pekerjaan dalam kehidupannya sehari-hari. Ilmu ekonomi membahas kehidupan manusia
yang berhubungan dengan bagaimana ia memperoleh pendapatan dan bagaimana pula ia
mempergunakan pendapatan itu (Alfred Marshall).

Ilmu ekonomi adalah Ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang pemanfaatan sumber daya
yang langka untuk memenuhi kebutuha manusia yang tidak terbatas (Lipsey).

2. Sistem Pertanian :
a). AT. Mosher
Atas dasar pengalamannya menggeluti masalah pertanian di berbagai Negara berkembang,
Mosher menyimpulkan bahwa ada 5 syarat pokok/mutlak (essential) dan 5 syarat
tambahan/pelancar (accelerator) untuk membangun atau mengembangkan pertanian.
Syarat-syarat mutlak itu menurut Mosher adalah :
1)
Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani.
Pembangunan pertanian akan meningkatkan produksi hasil-hasil usaha tani. Hasil-hasil ini
tentunya akan dipasarkan dan dijual dengan harga yang cukup tinggi untuk menutupi biayabiaya dan tenaga yang telah dikeluarkan para petani sewaktu memproduksinya. Di dalam
memasarkan hasil-hasil produk pertanian ini diperlukan adanya permintaan ( demand) akan
hasil-hasil pertanian tersebut, sistem pemasaran, dan kepercayaan para petani pada sistem
pemasaran tersebut.
2)
Teknologi yang senantiasa berkembang.
Teknologi pertanian berarti cara-cara bertani. Di dalamnya termasuk cara-cara bagaimana para
petani menyebarkan benih, memelihara tanaman, dan memungut hasil serta memelihara
ternak. Termasuk pula di dalamnya benih, pupuk, obat-obatan, alat-alat dan sumber-sumber
tenaga.
3)
Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal.
Pembangunan pertanian memerlukan kesemua factor di atas dan tersedia di berbagai tempat
dalam jumlah yang cukup banyak untuk memenuhi keperluan tiap petani yang mungkin mau
menggunakannya.
4)
Adanya perangsang produksi bagi petani.
Faktor perangsang utama yang membuat petani bergairah untuk meningkatkan produksinya
adalah yang bersifat ekonomis. Faktor tersebut antara lain adalah harga hasil produksi
pertanian yang menguntungkan, pembagian hasil yang wajar, serta tersedianya barangbarang dan jasa yang ingin dibeli oleh para petani untuk keluarganya.
5)
Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu.
Tanpa pengangkutan yang efisien dan murah, keempat syarat mutlak lainnya tidak dapat
berjalan secara efektif, karena produksi pertanian harus tersebar luas. Oleh karena itu
diperlukan suatu jaringan pengangkutan yang bercabang luas untuk membawa bahan-bahan
perlengkapan produksi ke tiap usaha tani dan membawa hasil usaha tani ke konsumen di
kota-kota besar dan kecil.
Disamping ke lima syarat mutlak itu, menurut Mosher ada lima syarat lagi yang adanya tidak
mutlak tetapi kalau ada ( atau dapat diadakan ) benar-benar akan sangat memperlancar
pembangunan pertanian.
Yang termasuk syarat-syarat atau sarana pelancar adalah :
1) Pendidikan Pembangunan.

2)

3)
4)

5)

Pendidikan pembangunan di sini dititik beratkan pada pendidikan non formal yaitu beruapa
kursus-kursus, latihan-latihan, dan penyuluhan-penyuluhan. Pendidikan pembangunan ini
dimaksudkan untuk meningkatkan produkivitas petani.
Kredit Produksi.
Untuk meningkatkan produksi, petani harus lebih banyak mengeluarkan uang yang
digunakan untuk membeli pupuk, bibit unggul, obat-obatan, dan alat-alat lainnya.
Pengeluaran ini harus dibiayai oleh tabungan atau dengan meminjam. Oleh karena itu,
lembaga-lembaga prekreditan yang memberikan kredit produksi kepada para petani
merupakan suatu factor pelancar yang penting bagi pembangunan pertanian.
Kegiatan gotong royong petani.
Kegiatan gotong royong biasanya digunakan secara berkelompok dan bersifat informal
Perbaikan dan perluasan tanah pertanian.
Ada dua cara tambahan untuk mempercepat pembangunan pertanian yaitu : pertama,
memperbaiki mutu tanah yang telah menjadi usaha tani, misalnya dengan pupuk, irigasi, dan
pengaturan pola tanam. Kedua, mengusahakan tanah baru, misalnya pembukaan petak-petak
sawah baru.
Perencanaan nasional pembangunan pertanian.
Perencanan pertanian adalah proses memutuskan apa yang hendak dilakukan Pemerintah
mengenai tiap kebijaksanaan dan kegiatan yang mempengaruhi pembangunan pertanian
selama jangka waktu tertentu.

b) Max F Milikan & David Hapgood


Untuk mengembangkan pertanian dan mengimplementasikan suatu rencana pengembangan
pertanian yang efektif, diperlukan 5 syarat sebagai berikut:
1. Adanya kemauan membangun/mengembangkan pertanian dalam pikiran pimpinan
Ini berkaitan dengan prioritas yang ditetapkan untuk sektor tertentu dalam pembangunan
perekonomian suatu Negara. Tidak adanya kemauan untuk membangun pertanian dalam
pikiran pimpinan nasional berarti sector pertanian tidak akan mendapat prioritas dalam
pembangunan nasional. Tanpa mendapatkan prioritas selayaknya, pembiayaan dan
fasilitas untuk membangun pertanian tidak akan dialokasikan secara layak. Tanpa adanya
kemauan pimpinan nasional maka prioritas pengembangan akan rendah, alokasi
pembiayaan dan fasilitas tidak akan besar dan lancer, serta akibat selanjutnya adalah
pengembangan tidak dapat diharapkan.
2. Adanya
tingkat
kemantapan
politik
dan
kontinuitas
perencanaan
pembangunan/pengembangan pertanian
Pada akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an, keadaan politik di Indonesia masih
sangat rawan dan tidak ada stabilitas politik. Semua rencana pembangunan yang telah
dibuat dengan susah payah tidak dapat dilaksanakan. Selanjutnya, ketika stabilitas politik
sudah mulai mantap dan rencana-rencana pembangunan pertanian dapat direalisasikan
maka hasilnya adalah tercapainya swasembada beras pada tahun 1984 dan swasembada
kedelai pada tahun 1986. Dari pengalaman tersebut, dapat disimpulkan bahwa tanpa
stabilitas politik yang mantap, setidak-tidaknya sampai pada batas terten
3. Adanya ahli administrasi dan organisasi sebagai pemikir, serta tenaga local terampil
sebagai pelaksana
Untuk dapat merencanakan dan melaksanakan pengembangan pertanian, diperlukan
keahlian dalam berbagai bidang, misalnya keahlian dalam organisasi pembangunan,
administrasi, manajemen, dan lain-lain. Dalam jangka pendek, mungkin saja tenagatenaga ahli yang diperlukan itu disewa dari luar negeri, namun dalam jangka panjang hal
tersebut akan berakibat buruk karena tenaga-tenaga asing tersebut belum tentu mampu
memahami aspirasi bangsa di mana ia ditempatkan. Disamping itu, kehormatan suatu
bangsa akan terganggu manakala bangsa tersebut harus terus bergantung sepenuhnya
kepada tenaga-tenaga asing. Oleh karena itu, perlu ada tenaga terampil dari dalam negeri
untuk melanjutkan pembangunan.

4. Adanya pribumi berpendidikan pertanian


Sebelum rencana pengembangan pertanian diimplementasikan, harus sudah ada pribumi
berpendidikan pertanian sehingga tidak seluruh pemikiran dan pelaksanaan ditangani oleh
tenaga asing. Ini menjadi penting karena setelah tenaga asing yang disewa kembali ke
negaranya maka pelaksanaan rencana tersebut dapat terus dilanjutkan.
5. Adanya pasar yang luas bagi hasil pertanian
Di satu sisi, produk yang dihasilkan petani dapat terjual dan petani mendapatkan kembali
dana untuk berproduksi pada musim selanjutnya. Di sisi lain, distribusi hasil pertanian
tersebut dapat memenuhi kebutuhan seluruh warga Negara.

II. PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP EKONOMI


DALAM BIDANG PERTANIAN
2.1. Pertimbangan Ekonomis Dalam Produksi Pertanian
Produksi pertanian diartikan sebagai seperangkat prosedur dan serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh seorang petani pada sebidang tanah yang dikuasainya
yang digunakan sebagai tempat mengelola input (sarana produksi, modal, tenaga
kerja, teknologi, dan lain-lain) dengan segala kemampuan dan pengetahuannya
untuk menghasilkan berbagai macam produk pertanian baik berupa produk primer
maupun hasil olahannya. Dalam melaksanakan usahataninya, petani berusaha
sedemikian rupa untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak dengan menggunakan
biaya yang lebih sedikit agar usahataninya berkembang dan memperoleh
keuntungan.
Dengan perilaku petani seperti itu, tanpa disadari sesungguhnya petani sudah
berhitung-hitung dan sudah menerapkan prinsip ekonomi dalam usahataninya,
hanya saja belum melakukan pencatatan atau perhitungan-perhitungan tertulis.
Dalam berbagai hal, seperti dalam pemilihan bibit, penggunaan pupuk, obatobatan, dan penggunaan modal lainnya, penggunaan tenaga kerja, serta
penggunaan teknologi, sebenarnya petani secara rasional telah menimbangnimbang mana yang lebih baik hasilnya dan mana yang lebih murah biayanya.
Tujuan akhirnya adalah agar biaya yang dikeluarkan untuk usahataninya serendah
mungkin dan memperoleh hasil yang sebanyak mungkin.
Biasanya kita mengatakan bahwa usahatani yang ideal seperti yang diharapkan
adalah usahatani yang produktif dan efisien, artinya produktivitas usahataninya
tinggi. Produktivitas merupakan konsep efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas
tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil (output) dari satuan input yang
diberikan. Sementara kapasitas tanah adalah menyangkut kemampuan tanah untuk
menyerap modal dan tenaga kerja untuk memberikan sejumlah hasil tertentu.
Namun demikian, usaha pertanian tersebut harus direncanakan dengan baik dan
juga harus mempertimbangkan faktor ekonomisnya. Faktor-faktor penting yang
harus dipertimbangkan dalam mengambil suatu keputusan usaha/bisnis di bidang
pertanian khususnya dalam subsistem produksi primer (usahatani) adalah masalah
pemilihan komoditas, pemilihan lokasi produksi dengan pertimbangan fasilitasnya,
serta skala usaha. Kemudian baru dibuat suatu rencana yang spesifik menyangkut
kebutuhan input-input serta perlengkapan produksi.
Dalam pemilihan komoditas, hendaknya dipilih jenis komoditas yang bernilai
ekonomis tinggi menjadi prioritas utama dan perlu juga mempertimbangkan hal-hal
yang berkaitan dengan pemasarannya. Di sini harus dapat dipastikan bahwa jenis
komoditas yang dipilih adalah yang paling banyak yang diminta pasar dan biaya
produksinya jauh lebih rendah dari harga pasar pada umumnya, dan sekaligus juga
diketahui pasar-pasar mana yang memerlukan. Selanjutnya kemampuan
berproduksi harus dipertahankan sebaik-baiknya dengan lebih memperhatikan
kualitas dan kontinuitasnya. Kondisi topograpi, iklim setempat, dan kesesuaian
lahan tidak kalah pentingnya dalam mempertimbangkan jenis komoditas yang akan
diusahakan.

Untuk usahatani berskala kecil pemilihan lokasi bukan merupakan prioritas yang
harus dipertimbangkan, karena umumnya kegiatan produksi dilakukan di daerah
domisili petani. Untuk perusahaan pertanian skala menengah ke atas, pemilihan
lokasi sangat penting artinya bagi keberhasilan dan keberlanjutan usaha. Beberapa
hal yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi adalah ketersediaan tenaga kerja,
ketersediaan sarana dan prasarana fisik penunjang, lokasi pemasaran, dan
ketersediaan insentif wilayah.
Ketersediaan tenaga kerja mencakup jumlah, spesifikasi, dan mutu tenaga kerja
yang dibutuhkan, serta tingkat upah regional dan peraturan-peraturan daerah
mengenai ketenagakerjaan. Jumlah tenaga kerja yang ada di suatu wilayah menjadi
pertimbangan akan kecukupan tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi,
terutama berkaitan dengan tenaga kerja buruh dan tenaga kerja harian. Spesifikasi
dan mutu tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi sangat penting untuk
menjamin agar penempatan tenaga kerja yang direkrut sesuai dengan spesifikasi
yang dibutuhkan dalam suatu jenis pekerjaan. Tingkat upah regional sangat
berpengaruh kepada biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.
Peraturan-peraturan ketenagakerjaan di daerah tersebut juga berpengaruh kepada
kewajiban-kewajiban perusahaan dalam kaitannya dengan pemanfaatan tenaga
kerja.
Ketersediaan sarana dan prasarana fisik penunjang, seperti transportasi, dan
perhubungan, komunikasi, penerangan, serta pengairan atau sumber air sangat
penting artinya sebagai dasar pertimbangan dalam keputusan lokasi produksi. Sifatsifat dan karakteristik produk-produk pertanian, perlengkapan input-input dan
sarana produksinya yang voluminous menyebabkan ketersediaan sarana dan
prasarana fisik menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan. Produk pertanian
yang umumnya tidak tahan lama memerlukan penanganan dan pengangkutan yang
cepat menuju ke lokasi konsumen. Begitu juga keberadaan telekomunikasi akan
menjadi penting untuk transfer informasi dari lokasi produksi ke lokasi pasar atau
sebaliknya.
Pertimbangan lainnya adalah lokasi pasar. Sebaiknya lokasi produksi dekat dengan
lokasi pemasaran, terutama untuk komoditas-komoditas yang tidak tahan lama
seperti produk hortikultura. Letak usahatani dekat pasar atau mempunyai akses
transportasi yang lebih baik akan memiliki nilai ekonomis yang lebih baik karena
produktivitas ekonominya lebih tinggi. Dengan kemajuan teknologi daya tahan
produk, jarak antara lokasi produksi dan lokasi pasar tidak menjadi prioritas. Selain
itu, insentif wilayah juga merupakan faktor pertimbangan dalam menetapkan
keputusan lokasi produksi. Insentif wilayah sangat terkait dengan kebijakan
pemerintah daerah baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebijakan pajak,
kebijakan dan peraturan tenaga kerja, kebijakan investasi, budaya pelayanan
publik, dan efektivitas pelayanan publik (debirokrasi), dan lain-lain merupakan
insentif wilayah yang memiliki daya tarik bagi investor untuk berusaha di daerah
tersebut.
Skala usaha sangat terkait dengan ketersediaan input dan pasar. Skala usaha
hendaknya diperhitungkan dengan matang sehingga produksi yang dihasilkan tidak
mengalami kelebihan pasokan atau kelebihan permintaan. Begitu juga ketersediaan
input, seperti modal, tenaga, bibit, peralatan, serta fasilitas produksi dan operasi
lainnya harus diperhitungkan. Skala usaha yang besar, secara teoritis akan dapat
menghasilkan economic of scale yang tinggi. Namun kenyataannya di lapangan
seringkali skala besar menjadi tidak ekonomis yang disebabkan oleh karakteristik
produk dan produksi komoditas pertanian yang khas. Oleh karena itu, dalam

merencanakan usaha produksi pertanian, keputusan mengenai skala usaha menjadi


sangat penting.
Karakteristik produk dan produksi komoditas pertanian juga menyebabkan skala
usaha kecil di bidang pertanian kebanyakan dapat mencapai akala ekonomis. Pada
umumnya tanaman hortikultura dapat diusahakan dalam skala yang kecil dengan
tingkat efisiensi yang cukup tinggi. Akan tetapi, komoditas perkebunan (kelapa
sawit, karet, tebu, dan lain-lain) akan sangat tidak efisien jika diusahakan dalam
skala usaha yang kecil. Dengan demikian memberdayakan usahatani kecil pada
komoditas tersebut, dipandang perlu untuk membentuk pola kemitraan, seperti
perkebunan inti rakyat (PIR).
2.2. Fungsi Produksi
Konsep dasar di dalam kegiatan ekonomi pada dasarnya adalah fungsi produksi.
Melalui fungsi produksi akan dapat dilihat secara nyata bentuk hubungan fungsional
antara input (faktor-faktor produksi) dan output (hasil produksi). Dalam hal ini dapat
ditunjukkan perbedaan jumlah dari faktor produksi yang digunakan untuk
memperoleh sejumlah hasil produksi, sekaligus menunjukkan produktivitas hasil.
Jadi fungsi produksi menunjukkan berapa output yang diperoleh dengan
menggunakan sejumlah variabel input yang berbeda.
Dalam bidang pertanian fungsi produksi digambarkan sebagai berikut :
P = f(S, C, R, L, T)
Di mana :
P = jumlah produksi yang dihasilkan (output)
f = fungsi dari input
S = luas lahan
C = jumlah modal
R = jumlah sarana produksi (bibit, pupuk, obat-obatan, dan lain-lain)
L = jumlah tenaga kerja
T = tingkat teknologi yang digunakan
Dari persamaan di atas dapat dikemukakan bahwa tingkat produksi yang dihasilkan
tergantung pada luas lahan yang diusahakan, jumlah modal, jumlah sarana
produksi, jumlah tenaga kerja, dan tingkat teknologi yang digunakan. Misalnya
penerapan dalam bentuk fungsi produk total (total product, P) yang non linier pada
umumnya berupa sebuah persamaan kubik yang mempunyai titik belok dan sebuah
titik puncak. Produk total merupakan fungsi dari jumlah masukan (input, faktor
produksi) yang digunakan.
Dalam konsep produksi juga dikenal pengertian rata-rata dan marjinal. Produk ratarata (average product, AP) ialah jumlah keluaran atau produk yang dihasilkan dari
setiap unit masukan yang digunakan, merupakan hasil bagi produk total terhadap
jumlah masukan. Produk marjinal (marginal product, MP) ialah produk tambahan
yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit masukan (faktor produksi) yang
digunakan. Jika dalam suatu kegiatan produksi dianggap hanya terdapat satu
masukan variabel, katakanlah X, sementara masukan-masukan lainnya merupakan
masukan tetap, maka fungsi produksinya dapat dinyatakan dengan notasi P = f(X).

Produk Marjinal
Secara matematik fungsi produk marjinal merupakan turunan pertama dari fungsi
produk total. Jika fungsi produk total dinyatakan dengan P = f(X), maka produk
marjinalnya adalah :
Karena fungsi produk total yang non-linier pada umumnya berbentuk fungsi kubik,
maka fungsi produk marjinalnya akan berbentuk fungsi kuadrat (parabolik). Kurve
produk marjinal selalu mencapai nilai ekstrimnya , dalam hal ini nilainya maksimum,
yaitu tepat pada saat kurve produk total P berada pada posisi titik
beloknya. Kedudukan ini mencerminkan berlakunya hukum tambahan hasil yang
semakin berkurang (the law of the diminishing return, LDR). Produk total mencapai
puncaknya ketika produk marjinalnya nol. Sesudah kedudukan ini, produk total
menurun bersamaan dengan produk marjinal menjadi negatif. Area di mana produk
marjinal negatif, menunjukkan bahwa penambahan penggunaan input (masukan)
yang bersangkutan justru akan mengurangi jumlah produk total, ini mengisyaratkan
telah terjadi disefisiensi dalam kegiatan produksi. Dalam area ini, jika produk total
hendak ditingkatkan, jumlah masukan yang digunakan harus dikurangi.
Misalnya saja, jika fungsi produksi yang dihadapi seorang produsen ditunjukkan
oleh P = f(X) = 9 X2 X3, bagaimana bentuk persamaan produk rata-ratanya dan
hitunglah produk rata-rata dan produk total tersebut jika digunakan masukan
sebanyak 6 unit. Berapa produk marjinalnya jika masukan yang digunakan
ditambah 1 unit?
Jika produksi total : P = f(X) = 9 X2 X3 ; produk marjinal : MP = P = 18 X -3X2 ;
Pmaksimum pada P = 0, yakni pada saat X = 6, dengan Pmaksumum = 108. P
berada di titik belok dan MP maksimum pada P = (MP) = 0, yakni pada X =3.

Elastisitas Produksi
Elastisitas Produksi ialah suatu koefisien yang menjelaskan besarnya perubahan
jumlah keluaran (output) yang dihasilkan akibat adanya perubahan jumlah
masukan (input) yang digunakan. Jadi merupakan rasio antara persentase
perubahan keluaran terhadap persentase perubahan jumlah masukan. Jika P
melambangkan jumlah produk yang dihasilkan dan X melambangkan jumlah faktor
produksi yang digunakan, dan fungsi produksi dinyatakan dengan P = f(X), maka
elastisitas produksinya :
Di mana, dP/dX adalah produk marjinal dari X [(P atau f (X)].
Jika fungsi produksinya : P = f(X) = 6 X2 X3, hitunglah elastisitas produksinya
pada tingkat penggunaan faktor produksi sebanyak 3 unit dan 7 unit.
Hubungan Produk Marjinal dengan Produk Rata-rata
Produk marjinal sama dengan produk rata-rata pada saat produk rata-rata mencapai
posisi ekstrimnya (posisi maksimum). Jika produk total dinyatakan dengan P =
f(X), maka peoduk marjinal : MP = P = dP/dX dan produk rata-rata AP = P/X.
Biaya Produksi
Biaya (cost) adalah bagian daripada harga perolehan atau harga beli barangbarang, kekayaan atau jasa yang ditunda pembebanannya (deferred cost) atau
belum dipakai (dimanfaatkan) dalam hubungannya dengan realisasi penghasilan.

Pengeluaran (expense) adalah biaya yang telah dibebankan pada penghasilan suatu
periode tertentu.
Biaya dalam proses produksi pertanian dibedakan antara pengertian biaya tetap
dengan biaya variabel, hal ini sangat penting artinya dalam analisis ekonomi. Salah
satu tujuan utama dalam agribisnis (perusahaan pertanian) adalah bagaimana
mencapai keuntungan semaksimal mungkin (profit oriented). Untuk itu, perlu
mengadakan analisis marginal, di mana biaya variabel memegang peranan utama.
Oleh karena itu, pengusaha agribisnis harus bisa membedakan yang mana masuk
biaya tetap dan yang mana masuk biaya variabel.
Biaya tetap adalah biaya di mana nilai, macam, dan susunannya tidak akan
berubah dari satu proses produksi ke proses produksi berikutnya walaupun volume
produksi atau komposisi barang yang dihasilkan berubah-ubah. Hal ini bisa terjadi
karena sebelum proses produksi berlangsung, nilai dan macam biaya tetap sudah
ditentukan terlebih dahulu. Termasuk biaya tetap dalam perusahaan pertanian
adalah nilai tanah pertanian, pajak kekayaan perusahaan, biaya asuransi,
penyusutan berbagai barang produksi seperti bangunan, pembayaran angsuran
pembelian tanah pertanian, pembayaran sewa berbagai barang produksi dengan
uang tunai, gaji karyawan tetap, dan lain sebagainya.
Biaya variabel dapat diubah sesuai dengan keinginan produsen. Biaya variabel
adalah biaya yang bila dipandang secara keseluruhan berubah langsung dengan
jumlah kesatuan-kesatuan yang dihasilkan. Biaya variabel dalam usaha di bidang
pertanian pada mulanya menunjukkan suatu kenaikan yang degresif (selama
kapasitas sebuah perusahaan tidak digunakan sepenuhnya), kemudian meningkat
secara proporsional, dan akhirnya mulai pada titik P pada Gambar berikut kenaikan
tersebut menjadi progresif (kapasitas digunakan secara sangat intensif).

Biaya Total
Biaya tetap rata-rata (Average Fixed Cost, AFC) diperoleh dengan membagi biaya
tetap dengan jumlah yang dihasilkan (FC : Q). Biaya variabel rata-rata (Average
Variable Cost, AVC) diperoleh dengan membagi biaya variabel dengan jumlah
produk yang dihasilkan (VC : Q). Marginal Cost (MC) tambahan biaya yang
dikeluarkan untuk memproduksi satu kesatuan produk ekstra.
Biaya alternatif (opportunity cost) adalah biaya menggunakan sesuatu hal dalam
usaha tertentu, yaitu sebesar hasil yang dikorbankan (benefit forgone or
opportunity lost) karena hal tersebut tidak dipergunakan dalam penggunaan
alternatifnya yang terbaik.
Biaya yang harus diperhitungkan (imputed costs). Dalam kasus faktor-faktor
produksi yang tidak dibeli atau tidak disewa oleh perusahaan untuk produksi yang
berlangsung, maka biaya-biayanya harus diperhitungkan, tetapi karena tidak
dilakukan pembayaran kepada pihak manapun juga di luar perusahaan tersebut,
maka biaya-biaya seperti itu menjadi kurang jelas. Biaya-biaya seperti itu
disebut imputed costs. Imputed costs timbul karena digunakannya uang pemilik

perusahaan, depresiasi alat-alat modal, kebutuhan untuk mengkompensasi


dihadapinya resiko, dan sebagainya.
Private costs merupakan nilai penggunaan alternatif terbaik dari sumber-sumber
yang tersedia bagi perusahaan yang bersangkutan yang dievaluasi yang dievaluasi
oleh perusahaan tersebut. Social costs merupakan nilai daripada penggunaan
alternatif terbaik sumber-sumber yang tersedia bagi seluruh masyarakat yang
dievaluasi oleh masyarakat yang bersangkutan. Misalkan sebuah pabrik yang
didirikan di pinggir sungai membuang limbahnya ke dalam sungai tersebut.
Pencemaran air sungai menyebabkan banyak ikan yang mati dan sejumlah
masyarakat kota yang hidup dekat sungai tersebut terpaksa mendirikan pabrikpabrik penjernihan air karena air sungai tidak dapat diminum begitu saja.
Jadi private costs pabrik tersebut dalam memanfaatkan sungai tersebut adalah
nol. Social costs terdiri dari ikan yang mati, biaya untuk membeli alat penjernihan
air.

4. VISI KABUPATEN BULUNGAN


Mewujudkan Wilayah Agroindustri Utama yang Berwawasan Lingkungan Menuju
Masyarakat Kabupaten Bulungan yang Semakin Berkualitas, Adil dan Sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai