Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) adalah satu kesatuan tata
cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka
panjang, menengah, dan tahunan. Pemerintah telah menerbitkan Undang-undang (UU)
Nomor 25 Tahun 2004 mengenai SPPN pada tanggal 5 Oktober 2004. UU tersebut
dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan
daerah.
Pemerintah berusaha untuk menciptakan koordinasi antara pelaku pembangunan,
menciptakan suatu integrasi dan sinkronisasi, serta sinergi antardaerah, antarruang,
antarwaktu, dan antarfungsi pada pemerintahan pusat maupun daerah melalui UU SPPN
tersebut. Harapan lainnya adalah agar dapat tercipta suatu konsistensi dan optimalisasi
antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan dalam proses
perencanaan pembangunan (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas,
2004).
Hasil dari UU SPPN adalah proses perencanaan, baik di tingkat pusat dan daerah
yang meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM), dan Rencana Pembangunan Tahunan (RKP). Pada tingkat
pusat, perencanaan tersebut adalah RPJP Nasional (RPJPN), RPJM Nasional (RPJMN),
RKP, Rencana Strategis Kementrian/Lembaga (Renstra K/L), dan Rencana Kerja
Kementrian/Lembaga (Renja K/L).
Perencanaan pembangunan nasional pada UU SPPN tersebut dijabarkan menjadi
perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh Kementerian/Lembaga
(K/L) dan Pemerintah Daerah (Pemda) sesuai dengan kewenangannya. Pada proses
perencanaan di daerah, RPJPD memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang
mengacu pada RPJPN. RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program
Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJPD dan memperhatikan
RPJPM. RKPD merupakan penjabaran dari RPJMD dan mengacu kepada RKP.
Setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) memiliki Renstra dan Renja.
Renstra SKPD merupakan dokumen lima tahun yang memuat visi, misi, tujuan, strategi,
kebijakan, program, kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD, serta
berpedoman pada RPJMD dan bersifat indikatif. Sedangkan, Renja SKPD merupakan
dokumen satu tahun yang berpedoman pada Renstra SKPD, mengacu pada RKPD, serta
memuat berbagai kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan, baik yang
dilaksanakan langsung oleh Pemda maupun yang dilakukan dengan partisipasi aktif
masyarakat (Bappenas, 2013).

1
1.2 Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan pada makalah ini adalah:
a. Bagaimana isi undang-undang sistem perencanaan pembangunan nasional?
b. Bagaimana peran pemerintah dalam melaksanakan undang-undang sistem
perencanaan pembangunan nasional?

1.3 Tujuan Pembahasan


Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui isi undang-undang sistem perencanaan pembangunan nasional
b. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam melaksanakan undang-undang sistem
perencanaan pembangunan nasional

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional


Sistem perencanaan pembangunan daerah mengalami perubahan mendasar
dengan tuntutan bidang politik, pemerintahan, dan pengelolaan keuangan Negara. Sistem
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung akan diikuti pada tata cara
pemilihan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota). UU No. 32/2004 tentang
Pemerintahan Daerah mengisyaratkan bahwa Gubernur, Bupati, dan Walikota akan
dipilih secara langsung. Paparan visi, misi, dan program Kepala Daerah terpilih akan
menjadi bahan utama penyusunan agenda kerja selama 5 (lima) tahun yang dituangkan
dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Berdasarkan UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, juga menegaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJM-D) disusun berpedoman pada Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJP-D) dan
memperhatikan Rencana Jangka Menengah Nasional (RPJM-Nas). Reformasi
pengelolaan keuangan Negara/Daerah berdasarkan Undang-Undang No. 17/2003 tentang
Keuangan Negara, disertai dengan UU No. 1/2004 tentang Perbenda haraan Negara, dan
UU No. 15/2004 tentang Pertanggung jawaban Keuangan Negara, mengisyaratkan
terjadinya perubahan yang mendasar dalam pelaksanaan perencanaan dan penganggaran
di daerah. Pertama; bahwa perencanaan program kerja dan kegiatan menjadi satu
kesatuan dengan perencanaan anggaran, sehingga program kerja dan kegiatan yang
direncanakan akan sesuai dengan kemampuan pembiayaan yang tersedia. Oleh karena itu
perencanaan jangka menengah daerah harus dilengkapi dengan dokumen perencanaan
pembiayaan jangka menengah atau Medium Term Expenditure Framework (MTEF).
Kedua; seluruh satuan kerja Perangkat Daerah melaksanakan program kerja dan kegiatan
berdasarkan tugas dan fungsi masing-masing instansi/lembaga ditiap tingkat
pemerintahan. Ketiga; Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dikelola
berdasarkan prestasi kerja/anggaran kinerja, yang berarti program kerja dan kegiatan
yang dilaksanakan dengan menggunakan APBD harus dirumuskan secara jelas dan
terukur, apa output dan outcomenya. Keempat; fungsi pemerintahan di Pusat terdiri dari
11 (sebelas) fungsi yaitu fungsi pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan,
ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata dan
budaya, agama, pendidikan, serta fungsi perlindungan sosial. Sedangkan pemerintahan di
daerah terdiri dari 9 (sembilan) fungsi, tanpa fungsi pertahanan dan agama. Keseluruhan

3
peraturan perundangan dimaksud terkait langsung dengan perencanaan dan penganggaran
di daerah.

2.2 Dasar Hukum


Dasar hukum penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah mengacu
pada beberapa produk perundang-undangan sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
b. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
c. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
d. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Jo UU 12
tahun 2008;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Negara;
f. Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 13 Tahun 2006 Jo Permendagri Nomor
21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

Pengertian dan Ruang Lingkup

1. Pengertian
Dalam penyusunan substansi dokumen perencanaan pembangunan
daerah terdapat beberapa pengertian yang perlu dipahami dan disepakati secara
bersama, antara lain :
 Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan
yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya
yang tersedia.
 Perencanaan pembangunan daerah disusun untuk menjamin keterkaitan
dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan
pengawasan.
 Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
 Pembangunan Daerah merupakan bagian dari kesatuan sistem
pembangunan Nasional yang dilaksanakan oleh semua komponen
masyarakat dan pemerintah menurut prakarsa daerah dalam kerangka
NKRI.
 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara
perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana
pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang
dilaksanakan oleh unsur penyelenggara Negara dan masyarakat di tingkat
Pusat dan Daerah.

4
 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, yang selanjutnya
disingkat RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan periode 20 (dua
puluh) tahun.
 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya
disingkat RPJM Daerah adalah dokumen perencanaan untuk periode 5
(lima) tahun.
 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah,
yang selanjutnya disebut Renstra SKPD adalah dokumen perencanaan
Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
 Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, yang selanjutnya disebut
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan
daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
 Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang
selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perengkat Daerah (Renja
SKPD) adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun.
 Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
periode perencanaan.
 Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
 Strategi adalah cara untuk mewujudkan tujuan dirancang secara
konseptual, analitis, realistis, rasional, dan komprehensif. Strategi
diwujudkan dalam kebijakan dan program.
 Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah
Pusat/Daerah untuk mencapai tujuan.
 Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan
yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/ lembaga atau masyarakat
yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah untuk mencapai dan tujuan
serta memperoleh alokasi anggaran.
 Program Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah sekumpulan rencana kerja
Satuan Kerja Perangkat Daerah.
 Program Lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah sekumpulan
rencana kerja beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah.
 Program Kewilayahan dan Lintas Wilayah adalah sekumpulan rencana
kerja terpadu antar Satuan Kerja Perangkat Daerah mengenai suatu atau
beberapa wilayah, daerah, atau kawasan.
 Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau
beberapa satuan kerja, sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur
pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan
sumber daya, baik yang berupa personil (SDM), barang modal termasuk
peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua

5
jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan
keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
 Rencana Kerja adalah dokumen rencana yang memuat kegiatan-kegiatan
yang diperlukan untuk menghasilkan secara utuh sasaran hasil kinerja
pembangunan, dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka anggaran.
Setiap Rencana Kerja menjadi landasan dalam pelaksanaan koordinasi dan
monitoring implementasi rencana dalam maksud menghasilkan setiap
sasaran hasil kinerja pembangunan.
 Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah tolok
ukur kinerja daerah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar
kepada masyarakat.
 Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disingkat
Musrenbang adalah forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana
pembangunan daerah.
 Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan tugas dan fungsi perencanaan pembangunan di daerah
Provinsi dan Kabupaten/Kota adalah Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut Kepala Bappeda.
 Pagu Indikatif, merupakan ancar-ancar pagu anggaran yang diberikan
kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan
rencana kerja SKPD.
 Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah
dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan
pembiayaan serta asumsi yang mendasari untuk periode 1 (satu) tahun.
 Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat
PPAS merupakan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran
yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam
penyusunan RKA-SKPD.
 Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat RKA-
SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi
program dan kegiatan SKPD serta anggaran yang diperlukan untuk
melaksanakannya.
2. Ruang Lingkup
Dokumen rencana pembangunan di daerah yang terdiri dari :
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD);
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);
c. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD);
d. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD); dan
e. Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD).

6
dimana masing-masing dokumen perencanaan di atas terkait satu dengan lainnya,
dan juga dengan dokumen perencanaan pembangunan nasional.

A. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)


Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan rencana
untuk mencapai tujuan dibentuknya pemerintahan daerah provinsi sesuai Undang-
Undang tentang Pembentukan Daerah. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Daerah merupakan suatu dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20
(dua puluh) tahun, selanjutnya akan digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah. Dokumen perencanaan
tersebut adalah bersifat makro yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan jangka
panjang daerah. Dalam penyusunan RPJP Daerah Kabupaten memperhatikan RPJPN dan
RPJPD Provinsi sesuai kondisi dan karakteristik daerah. RPJP Daerah merupakan produk
para pemangku kepentingan Daerah, utamanya pihak-pihak yang berkepentingan dengan
kondisi daerah pada 20 tahun ke depan, sehingga memiliki visi jangka panjang. Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

B. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah


Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah merupakan arah
pembangunan yang ingin dicapai daerah dalam kurun waktu 5 (lima) tahun, sesuai masa
bhakti Kepala Daerah terpilih yang disusun berdasarkan visi, misi, dan program Kepala
Daerah. Program dan kegiatan yang direncanakan sesuai urusan pemerintah yang menjadi
batas kewenangan daerah, dengan mempertimbangkan kemampuan/ kapasitas keuangan
daerah. RPJM Daerah wajib disusun oleh Daerah-daerah yang telah memiliki Kepala
Daerah hasil pemilihan langsung (PILKADA), dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. RPJM Daerah Kabupaten berpedoman pada RPJP Daerah Kabupaten serta
memperhatikan sasaran pembangunan dalam RPJM Daerah Provinsi dan Standar
Pelayanan Minimal yang telah ditetapkan oleh Pemerintah;
b. Memperhatikan seluruh aspirasi pemangku kepentingan pembangunan melalui
penyelenggaraan musrenbang RPJM Daerah;
c. Apabila RPJM Daerah Provinsi belum tersedia, maka penyusunan RPJM Daerah
Kabupaten memperhatikan Renstrada Provinsi
d. Sebelum RPJP Daerah ditetapkan, penyusunan RPJM Daerah tetap dilaksanakan
dengan mengesampingkan RPJP Daerah sebagai laporan.

RPJM Daerah memuat visi, misi, arah kebijakan keuangan daerah, strategi
pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program satuan kerja perangkat daerah,
lintas satuan kerja perangkat daerah dan program kewilayahan disertai dengan rencana
kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Di
samping itu, RPJM Daerah juga memuat deskripsi kinerja pembangunan pada tahun akhir

7
periode sebelumnya dan deskripsi rencana kinerja pembangunan pada tahun rencana,
berupa sasaran hasil pembangunan jangka menengah yang ingin dicapai daerah pada
akhir periode rencana secara terukur. Sasaran hasil pembangunan jangka menengah
daerah ini dicapai melalui perumusan kebijakan-kebijakan. Setiap kebijakan memiliki
satu rencana kerja yang terdiri dari satu atau beberapa program, dan setiap program terdiri
dari beberapa kegiatan yang sudah diindikasikan memang perlu dilaksanakan, sehingga
sasaran hasil pembangunan pada kebijakan tersebut dapat direalisasikan.
Setiap rencana kerja berfungsi sebagai dokumen perencanaan dan dokumen koordinasi
implementasi rencana dan menjadi landasan dalam mengevaluasi kegiatan dan program
jangka menengah. Untuk menjamin kesinambungan rencana kerja pemerintah (RKP)
daerah, RPJMD memuat sasaran hasil pembangunan tahunan untuk setiap tahun rencana
ditambah dengan sasaran hasil pembangunan satu tahun setelah 5 tahun kepala daerah
menjabat. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan, terhitung setelah Kepala Daerah dilantik.

C. Rencana Strategis (Renstra) Satuan Kerja Perangkat Daerah


Renstra SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD yang berjangka waktu 5
(lima) tahun, disusun dalam rangka mengoperasionalkan RPJM Daerah sesuai tugas dan
fungsi masing-masing SKPD sesuai bidang urusan yang menjadi kewenangan daerah.
Renstra SKPD disusun dengan berpedoman pada RPJM Daerah dan SPM, dengan materi
dan substansi utama memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan. Setiap SKPD berkewajiban melaksanakan program dan kegiatan untuk
mencapai sasaran pembangunan jangka menengah Daerah, dengan tidak mengabaikan
tingkat kinerja pelayanan/ pembangunan yang sudah dicapai pada periode sebelumnya.
SKPD melalui Renstra SKPD perlu memastikan bahwa kegiatan yang disusun sudah
memadai untuk mencapai sasaran hasil pembangunan yang ditetapkan dalam RPJM
Daerah, serta estimasi biaya yang dibutuhkan setelah mencermati kapasitas fiskal Daerah
serta pagu indikatif jangka menengah. Renstra SKPD akan memudahkan untuk
menyusun anggaran yang diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program dan
kegiatan. Renstra SKPD ditetapkan dengan Keputusan Kepala SKPD.
D. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Daerah
RKP Daerah yang merupakan rencana pembangunan tahunan daerah, wajib
disusun oleh Daerah sebagai landasan dalam penyusunan anggaran pendapatan dan
belanja daerah (APBD) dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. RKP Daerah Kabupaten merupakan penjabaran RPJM Daerah Kabupaten serta
mengacu prioritas pembangunan pada RKP Daerah Provinsi dan atau RKP;
b. Memperhatikan seluruh aspirasi pemangku kepentingan pembangunan melalui
penyelenggaraan musrenbang tahunan yang diselenggarakan secara berjenjang
dari musrenbang kelurahan/desa, musrenbang kecamatan, musrenbang/forum
SKPD Kabupaten.

8
RKP Daerah memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas
pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja dan pendanaannya yang dilaksanakan
langsung oleh pemerintah, pemerintah daerah, maupun yang ditempuh dengan
mendorong partisipasi masyarakat, serta deskripsi kinerja pembangunan pada tahun
sebelumnya. Rancangan kerangka ekonomi daerah mendeskripsikan proyeksi pendapatan
daerah, alokasi belanja daerah, sumber dana penggunaan pembiayaan disertai dengan
asumsi yang mendasarinya sebagai dasar pengalokasian dana pada setiap rencana kerja.
Prioritas pembangunan daerah merupakan kebijakan yang dipilih sebagai strategi untuk
mencapai sasaran hasil yang ingin dicapai pada akhir periode pembangunan jangka
menengah. Sedangkan kewajiban daerah merupakan strategi untuk mencapai sasaran
sesuai dengan standar pelayanan minimal (SPM) yang ditetapkan. Rencana kerja
menterjemahkan prioritas pembangunan, berisi program dan kegiatan yang dilaksanakan
oleh SKPD, beserta sasaran (indikator) hasil dan keluaran yang akan dicapai pada akhir
tahun rencana berdasarkan SPM, maupun sebagai upaya mencapai sasaran akhir pada
periode pembangunan jangka menengah.

Dokumen RKP Daerah disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi


antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. Disamping itu, RKP
Daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah menjadi pedoman
Rencana Kerja (Renja) SKPD.

E. Rencana Kerja (Renja) Satuan Kerja Perangkat Daerah


Renja SKPD merupakan dokumen rencana pembangunan masing-masing SKPD
yang berjangka waktu 1 (satu) tahun, memuat kebijakan, program, dan kegiatan yang
disusun sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD yang bersangkutan berdasarkan urusan
yang menjadi kewenangan daerah, sasaran (indikator) hasil dan keluaran yang terukur,
beserta rincian pendanaannya.
Dokumen Renja SKPD mengoperasionalkan RKP Daerah disertai upaya
mempertahankan dan meningkatkan capaian kinerja pelayanan masyarakat yang sudah
dicapai oleh SKPD, dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat sesuai kesepakatan
yang dicapai dalam musrenbang tahunan (yang berjenjang dari musrenbang
kelurahan/desa, musrenbang kecamatan, forum SKPD dan musrenbang Kabupaten).
Renja SKPD yang telah ditetapkan dengan Keputusan Kepala SKPD menjadi dasar
dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran satuan kerja peragkat daerah (RKA-
SKPD).

2.3 Tata Cara Penyusunan Dokumen Perencanaan


1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah.
RPJP daerah disusun dengan tahapan sebagai berikut :
a. Penyiapan Rancangan RPJP Daerah.

9
Penyiapan rancangan RPJP Daerah untuk mendapatkan gambaran
awal dari visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang merupakan
tanggung jawab Kepala Bappeda, dan selanjutnya menjadi bahan bahasan
dalam Musrenbang Jangka Panjang Daerah. Rancangan RPJP Daerah
dimaksud dilampiri dengan :
1) Hasil analisis yang menggambarkan kondisi umum daerah dalam
periode perencanaan 20 tahun ke depan; dan
2) Arah pembangunan daerah yang telah ditetapkan dalam RPJP
tingkat pemerintahan atasnya.
Sebagai bahan masukan bagi para pemangku kepentingan
(stkeholders) pembangunan merumuskan dan menyepakati visi, misi, dan
arah pembangunan daerah.
b. Murenbang Jangka Panjang Daerah
1) Musrenbang Jangka Panjang Daerah merupakan forum konsultasi
dengan para pemangku kepentingan pembangunan untuk
membahas rancangan visi, misi dan arah pembangunan yang telah
disusun, di bawah koordinasi Kepala Bappeda;
2) Mendapatkan komitmen para pemangku kepentingan
pembangunan yang menjadi bahan masukan dalam
penyempurnaan rancangan visi, misi dan arah pembangunan
daerah.
c. Penyusunan Rancangan Akhir RPJP Daerah
Penyusunan rancangan akhir RPJP Daerah merupakan tanggung
jawab Kepala Bappeda, dengan bahan masukan utama hasil kesepakatan
Musrenbang Jangka Panjang Daerah. Rancangan akhir ini disampaikan
kepada Kepala Daerah, dan selanjutnya diproses untuk ditetapkan dalam
Peraturan Daerah.
d. Penetapan Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah
Rancangan Peraturan Daerah tentang Rancangan Pembangunan
Jangka Panjang Daerah, terlebih dahulu dikonsultasikan kepada Menteri
Dalam Negeri bagi Daerah Provinsi, dan kepada Gubernur bagi Daerah
Kabupaten/Kota sebelum ditetapkan.
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah
RPJM Daerah disusun dengan tahapan sebagai berikut :
a. Penyiapan Rancangan Awal RPJM Daerah
Penyusunan rancangan awal RPJM Daerah dilakukan dengan
memperhatikan capaian kinerja pembangunan daerah periode sebelumnya
atau yang terkini, melakukan analisis kondisi umum daerah dan
kemampuan keuangan daerah (fiscal capacity). Hasil dari analisis tersebut

10
di atas digunakan untuk diserasikan terhadap visi, misi dan program
Kepala Daerah terpilih.
b. Penyiapan Rancangan Renstra-SKPD
1) Penyiapan rancangan Renstra-SKPD merupakan tanggung jawab
Kepala SKPD yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan
fungsi SKPD dalam bidang urusan yang menjadi kewenangan
daerah dan Rancangan awal RPJMD. Rancangan Renstra SKPD
merupakan bahan masukan dalam penyusunan rancangan RPJM
Daerah.
2) Program/kegiatan dan capaian hasil/keluaran serta pendanaannya
dalam rancangan Renstra-SKPD adalah bersifat indikatif, tidak
mengabaikan keberhasilan yang sudah dicapai selama ini, dan
diselaraskan dengan program prioritas Kepala Daerah terpilih.
Dalam rencana kerja tersebut telah tersusun program dan kegiatan-
kegiatan SKPD, lintas SKPD, dan kewilayahan.
c. Penyusunan Rancangan RPJM Daerah
1) Rancangan RPJM Daerah merupakan integrasi rancangan awal
RPJM Daerah dengan rancangan Renstra-SKPD, yang
penyusunannya menjadi tanggung jawab Kepala Bappeda dan
menjadi masukan utama dalam Musrenbang Jangka Menengah
Daerah.
2) Rancangan RPJM Daerah sudah memuat rancangan rencana kerja
yang berisi rincian program dan kegiatan setiap SKPD, sasaran
hasil dan keluaran, serta pendanaan indikatif dalam upaya
mencapai sasaran hasil pembangunan jangka menengah.
d. Musrenbang Jangka Menengah Daerah
1) Musrenbang Jangka Menengah Daerah merupakan forum
konsultasi dengan para pemangku kepentingan pembangunan,
termasuk DPRD cq Panja RPJMD untuk membahas rancangan
RPJM Daerah, di bawah koordinasi Kepala Bappeda.
2) Mendapatkan komitmen para pemangku kepentingan
pembangunan yang menjadi masukan dalam penyempurnaan
rancangan visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan
kegiatan-kegiatan;
3) Musrenbang Jangka Menengah Daerah dilaksanakan paling lambat
2 (dua) bulan setelah Kepala Daerah terpilih dilantik.
e. Penyusuan Rancangan Akhir RPJM daerah
Penyusunan rancangan akhir RPJM Daerah merupakan tanggung
jawab Kepala Bappeda dengan masukan utama hasil kesepakatan

11
Musrenbang Jangka Menengah Daerah untuk disampaikan kepada Kepala
Daerah, dan selanjutnya diproses untuk ditetapkan dalam Peraturan
Daerah.
f. Penetapan Peraturan Daerah Tentang RPJM Daerah
Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah, terlebih dahulu dikonsultasikan kepada Menteri
Dalam Negeri bagi Daerah Provinsi, dan kepada Gubernur bagi Daerah
Kabupaten/Kota sebelum ditetapkan. Jangka waktu penetapan Peraturan
Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah paling
lambat 3 (tiga) bulan sejak Kepala Daerah dilantik.
3. Rencana Strategis (Renstra) Satuan Kerja Perangkat Daerah
Renstra SKPD merupakan dokumen rencana pembangunan dari masing-
masing SKPD sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun. Renstra SKPD disusun dengan tahapan sebagai berikut:
a. Penyiapan Rancangan Renstra SKPD
Kepala SKPD menyusun rancangan Renstra SKPD yang memuat
visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan
sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD serta Rancangan awal RPJMD
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Visi, misi, dan program prioritas kepala daerah dan sasaran hasil
pembangunan yang hendak dicapai dalam jangka 5 (lima) tahun;
2) Sasaran hasil pembangunan yang hendak dicapai merupakan
program dan kegiatan pada suatu rencana kerja dalam bentuk
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif,
sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD;
3) Hasil analisis prakiraan maju anggaran (MTEF) untuk mengetahui
pagu indikatif bagi setiap pelaksanaan program dan kegiatan dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun, dengan biaya pembangunan
diutamakan untuk memenuhi pelayanan kepada masyarakat
berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM), yang dicapai
melalui kerangka regulasi dan kerangka pendanaan;
4) Rancangan awal RPJM Daerah.
b. Penyusunan Rancangan Akhir Renstra SKPD
Penyusunan rancangan akhir Renstra SKPD berpedoman pada
RPJM Daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
c. Penetapan Peraturan Kepala SKPD Tentang Renstra SKPD
Agar Renstra SKPD menjadi dokumen perencanaan pembangunan
lima tahunan SKPD, dan menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana
Kerja (Renja) SKPD, maka Renstra SKPD ditetapkan dengan Peraturan
Kepala SKPD.

12
4. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Daerah
RKPD disusun dengan tahapan sebagai berikut :
a. Penyiapan Rancangan Awal RKP Daerah
RKP Daerah merupakan penjabaran RPJM Daerah dalam rangka
mencapai sasaran pembangunan jangka menengah daerah. Rancangan
Awal RKPD disusun dengan memperhatikan :
1) Hasil analisis kemampuan keuangan (fiscal capacity) daerah yang
terdiri dari pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan
penggunaan pembiayaan disertai dengan asumsi yang
mendasarinya sebagai dasar dalam pengalokasian dana pada setiap
rencana kerja.
2) Prioritas pembangunan daerah yang disinkronisasikan dengan
prioritas pembangunan pada RKP tingkat pemerintahan atasnya
untuk mencapai sasaran hasil pembangunan pada RPJM Daerah,
yang direncanakan akan dicapai pada tahun rencana berkenaan;
3) Penjabaran rencana kerja SKPD untuk mencapai sasaran hasil
pembangunan.
4) Memperhatikan prakiraan maju anggaran (MTEF) untuk
mengetahui pagu indikatif bagi setiap SKPD dalam melaksanakan
program dan kegiatan pada tahun rencana berkenaan. Secara umum
biaya pembangunan diutamakan untuk memenuhi pelayanan
kepada masyarakat dalam hal pemenuhan Standar Pelayanan
Minimal (SPM), serta kemudian mengoptimalkan pembangunan
potensi dan keunggulan daerah yang dicapai melalui kerangka
regulasi dan kerangka pendanaan daerah.
b. Penyiapan Rancangan Renja SKPD
Penyiapan rancangan Renja-SKPD merupakan tanggung jawab
Kepala SKPD yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah serta
yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Rancangan
Renja-SKPD digunakan sebagai bahan masukan dalam penyusunan
rancangan RKP Daerah.
c. Penyusunan Rancangan RKPD
1) Rancangan RKP Daerah merupakan integrasi rancangan awal RKP
Daerah dengan rancangan Renja SKPD, yang penyusunannya
menjadi tanggung jawab Kepala Bappeda dan menjadi masukan
utama dalam Musrenbang Tahunan Daerah.
2) Rancangan RKP Daerah sudah memuat rancangan kerangka
ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, dan
pendanaannya yang bersifat indikatif.

13
3) Setiap prioritas pembangunan daerah disusun untuk mencapai
sasaran hasil pembangunan jangka menengah daerah yang terukur
dan dapat dikenali indikatornya. Dalam penetapan prioritas
pembangunan dilakukan dengan memperhatikan isu-isu masalah
strategis atas pengaruh internal dan eksternal.
d. Musrenbang Tahunan Daerah
1) Merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai dari musrenbang
kelurahan/desa, musrenbang kecamatan, forum SKPD dan
musrenbang tahunan Kabupaten.
2) Merupakan forum konsultasi dengan para pemangku kepentingan
pembangunan untuk membahas prioritas pembangunan, rencana
kerja pembangunan, mengalokasikan anggaran pada setiap rencana
kerja, lokasi kegiatan, dan SKPD yang bertanggungjawab dalam
pelaksanaannya.
3) Mendapatkan komitmen para pemangku kepentingan
pembangunan yang menjadi masukan dalam penyempurnaan
rancangan RKP Daerah.
e. Penyusunan Rancangan Akhir RKP Daerah
Penyusunan rancangan akhir RKP Daerah merupakan tanggung
jawab Kepala Bappeda dengan masukan utama hasil kesepakatan
Musrenbang Tahunan Daerah untuk disampaikan kepada Kepala Daerah,
dan selanjutnya diproses untuk ditetapkan dalam Peraturan Kepala Daerah.
f. Penetapan Peraturan Kepala Daerah Tentang RKPD
RKP Daerah yang telah disempurnakan, ditetapkan
dengan Peraturan Kepala Daerah digunakan sebagai :
1) Pedoman penyempurnaan rancangan Renja SKPD
2) Pedoman penyusunan RAPBD
5. Rencana Kerja (Renja) Satuan Kerja Perangkat Daerah
Renja SKPD merupakan pemutahiran rencana kerja dari Renstra SKPD
pada tahun rencana berkenaan, disusun dengan tahapan sebagai berikut :
a. Penyiapan Rancangan Rencana Kerja (Renja) SKP
Renja SKPD merupakan operasionalisasi RKP Daerah oleh SKPD
sesuai tugas pokok dan fungsi SKPD dalam bidang urusan yang menjadi
kewenangan daerah dalam rangka mencapai sasaran pembangunan jangka
menengah daerah. Penyusunan rancangan Renja SKPD, memperhatikan
hal-hal sebagai berikut;
1) Capaian sasaran hasil pada Renstra-SKPD, yang direncanakan
akan dicapai pada tahun rencana berkenaan.
2) Penjabaran kegiatan dan sasaran keluarannya untuk mencapai
sasaran hasil pada tahun rencana berkenaan.

14
3) Hasil analisis prakiraan maju anggaran (MTEF) untuk mengetahui
pagu indikatif bagi setiap pelaksanaan program dan kegiatan pada
tahun rencana berkenaan, dengan biaya pembangunan diutamakan
untuk memenuhi pelayanan kepada masyarakat berdasarkan
Standar Pelayanan Minimal (SPM), yang dicapai melalui kerangka
regulasi dan kerangka pendanaan.
4) Rancangan awal RKP Daerah dalam rangka mengsinkronisasikan
capaian sasaran hasil/keluaran, dan pagu anggaran indikatif.
b. Forum SKPD
1) Kepala SKPD menyelenggarakan forum SKPD atau forum
gabungan SKPD untuk membahas rancangan Renja SKPD, dengan
mengikutsertakan para pemangku kepentingan pembangunan yang
terkait dengan fungsi SKPD.
2) Mendapatkan komitmen para pemangku kepentingan
pembangunan yang menjadi masukan dalam penyempurnaan
rancangan Renja SKPD.
c. Penyusunan Rancangan Akhir Renja SKPD
Penyusunan rancangan akhir Renja SKPD menggunakan hasil
kesepakatan Forum SKPD, dan mengacu pada RKP Daerah yang telah
ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.
d. Penetapan Peraturan Kepala SKPD Tentang Renja SKPD
Agar Renja SKPD menjadi dokumen perencanaan tahunan SKPD
yang menjadi pedoman dalam penyusunan RKA-SKPD, maka Renja
SKPD ditetapkan dengan Peraturan Kepala SKPD.

Berdasarkan uraian di atas menganai sistem perencanaan pembangunan daerah,


dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Seluruh doukumen perencanaan pembangunan yang disiapkan oleh daerah


merupakan satu kesatuan yang saling terkait satu sama lainnya, mulai dari tingkat
kebijakan, rencana kerja, dan penganggaran.
2. Setiap dokumen perencanaan pembangunan yang telah ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah yang telah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah berfungsi sebagai :
1) Pedoman penyusunan visi, misi, dan program prioritas para calon Kepala
Daerah;
2) Pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah;
3) RPJP Daerah Provinsi menjadi acuan penyusunan RPJP Daerah
Kabupaten.

15
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah yang telah
ditetapkan dengan Peraturan Daerah berfungsi sebagai :
1) Pedoman bagi Kepala SKPD untuk menyempurnakan rancangan
Renstra SKPD menjadi Renstra SKPD;
2) Bahan utama penyusunan RKP Daerah;
3) Dasar evaluasi dan laporan pelaksanaan atas kinerja Kepala
Daerah;
c. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Daerah yang ditetapkan dengan
Peraturan Kepala Daerah digunakan sebagai :
1) Pedoman penyempurnaan rancangan Renja SKPD
2) Pedoman penyusunan RAPBD
3) Dalam penyusunan RPJM Daerah ini ditambahkan rancangan
program indikatif 1 (satu) tahun ke depan setelah periode RPJM
Daerah berakhir. Hal ini adalah untuk menjembatani kekosongan
dokumen perencanaan jangka menengah pada masa awal jabatan
Kepala Daerah yang baru, disebut sebagai program transisi.
4) Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Daerah merupakan pedoman
dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS), dalam rangka
penyusunan rancangan (APBD) untuk tahun berkenaan.

16
SOAL-SOAL YANG HARUS DIBAHAS

1. Sebutkan dan jelaskan pengertian perencanaan wilayah menurut Glasson 1974?


Jawab: Perencanaan adalah suatu cara berpikir mengenai persoalan-persoalan sosial dan
ekonomi terutama berorientasi kepada masa akan dating, sangat berkenaan dengan
hubungan antara tujuan dan keputusan-keputusan kolektif dan mengusahakan
kebijaksanaan dan program yang menyeluruh, bilamana cara beripikir ini diterapkan,
maka dikatakan bahwa perencanaan sedak dilaksanakan.
2. Jelaskan dengan gambar 6 pilar penopang ilmu pembangunan wilayah menurut
budiharsono?
Jawab:

3. Sebutkan dan jelaskan pengertian pengembangan wilayah menurut Zen dan gambarkan
tiga pilar penopang ilmu pengembangan wilayah?
Jawab: Pengembangan wilayah adalah memberdayakan masyarakat, jadi pengembangan
wilayah itu tidak lain dari usaha mengawinkan tiga pilar secara harmonis sumber daya
alam, manusia, dan teknologi, dengan memperhitungkan daya tamping lingkungan itu
sendiri.

4. Sebutkan 3 arah dan kebijaksanaan pengembangan wilayah?


Jawab: 1. Pembangunan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
tetap memperkukuh kesatuan dan ketahanan nasional serta mewujudkan wawasan
nusantara
2. Pembangunan sektoral dilakukan secara saling memperkuat untuk
meningkatkan pertumbuhan, pemerataan dan kesatuan wilayah nasional serta
pembangunan yang berkelanjutan
3. Pengembangan wilayah diupayakan saling terkait dan menguatkan sesuai
dengan potensi wilayah
5. Sebutkan keempat model perencanaan pembangunan ekonomi menurut Blackley?
Jawab: 1. Recruitment Planning
2. Impact Planning
3. Contingency Planning
4. Strategic Planning

17
6. Sebutkan 3 klasifikasi menurut tingkat pengembangan wilayah
Jawab:
7. Sebutkan 3 ketidakmerataan distribusi pendapatan dipandang dari sudut ekonomi?
Jawab: 1. Ketimpangan pembagian pendapatan antar golongan penerima pendapatan (size
distribution income)
2. Ketimpangan pembagian pendapatan antar daerah perkotaan dan daerah
pedesaan (urban-rural income disparities)
3. Ketimpangan pembagian pendapatan antar daerah (regional income disparities)
8. Jelaskan model ketimpangan menurut Williamson?
Jawab: Williamson membuat suatu langkah dengan menganalisis hubungan natra
distribusi pendapatan dan pertumbuhan ekonomi pada tingkat region disuatu Negara.
Williamson juga menjelaskan hipotesa U terbalik pada lingkup wilayah bahwa pada saat
pendpatan perkapita meningkat, akan terjadi peningkatan kesenjangan wilayah, lalu
bertahan dalam jangka waktu tertentu dan kemudian menurun.
9. Apa yang dimaksud dengan table input output dan sebutkan 4 dalam model input-output
prespektif perencanaan ekonomi regional?
Jawab: Tabel input output adalah uraian statistik dalam bentuk matrik yang menyajikan
informasi transaksi barang dan jasa serta saling keterlibatan antar suatu kegiatan
ekonomi (sector) dalam suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu.
4 model I-O dalam prespektif perencanaan ekonomi regional:
1. Identifikasi sektor-sektor unggulan di suatu daerah
2. Analisis mengenai proyeksi pertumbuhan ekonomi daerah
3. Analisis mengenai peningkatan pendapatan masyarakat
4. Analisis mengenai kebutuhan tenaga kerja
10. Sebutkan keunggulan dan kelemahan analisis input-output?
Jawab: Keunggulan analisis input output:
1. Kemampuannya untuk melihat sector demi sector dalam perekonomian secara
rinci sehingga membuat analisis IO cocok bagi proses perencanaan
2. Kemampuan menganalisis keterkaitan dan hubngan antar sector dalam suatu
perekonomian.

Kelemahan Input output:

1. Terkait dengan analsisis kuantitatif input output memiliki keterbatasan bahwa


koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan tetap (konstan) selama
periode analisis atau proyeksi.
2. Input output tidak mampu menjelaskan masalah distribusi pendapatan dalam
suatu perekonomian
3. IO hanya mampu menjawab pertanyaan apakah daerah mempunyai
sumberdaya yang cukup untuk mencapai target yang ingin dicapai namun

18
tidak dapat menjawab pertanyaan metode apa yang harus dikerjakan untuk
mencapai tujuan tertentu dengan dihadapkan pada kendala sumberdaya.
11. Dari berbagai literature, terdapat banyak metode dalam proyeksi penduduk. Masing-
masingnya memiliki asumsi sendiri, kekuatan dan kelemahan. Model-model yang umum
yang biasanya digunakan untuk proyeksi penduduk diantaranya adalah?
Jawab: 1. Model ekstrapolasi trend, yang diantaranya terdiri dari:
a. Model Linear
b. Model Geometric
c. Model Parabolic
2. Model Komponen Kohor
3. Model Ratio
a. Model “Constant Share”
b. Model “Shift Share”
c. Model “Share of Growth”
12. Sebutkan model linier menurut Klosterman 1990?
Jawab: Model linear menurut Klosterman (1990) adalah teknik proyeksi yang paling
sederhanadari seluruh model trend. Model ini menggunakan persamaan derajat pertama
(first degreeequation). Berdasarkan hal tersebut, penduduk diproyeksikan sebagai fungsi
dari waktu, dengan persamaan:Pt =α + βT
Dimana : Pt = penduduk pada tahun proyeksi t
α = intercept = penduduk pada tahun dasar
β = koefisien = rata-rata pertambahan penduduk
T = periode waktu proyeksi = selisih tahun proyeksi dengan tahun dasar
13. Sebutkan dan jelaskan cakupan dari model ratio?
Jawab: Menurut Smith, Tayman dan Swanson (2001), model ratio-sebagaimana
modelekstrapolasi trend- juga didasarkan pada trend masa lalu. Model ratio
menggunakan konsep bahwa penduduk (atau perubahan penduduk) pada suatu wilayah
yang lebih kecil (wilayah studi) merupakan proporsi dari penduduk (perubahan
penduduk) dari wilayah yang lebih luas, atauwilayah basis (base area). Model ini
sederhana dan mudah dalam perhitungannya serta membutuhkan data yang relative lebih
sedikit. Meskipun demikian, model ini membutuhkan proyeksi penduduk dari wilayah
basis tersebut. Model ratio mencakup model constant share, shift share dan model share
of growth.
14. Sebutkan dan jelaskan kelemahan dari model Shift Share?
Jawab:
15. Sebutkan pengertian perencanaan menurut Undang-undang Nomor 25 tahun 2005 tentang
sistem perencanaan pembangunan nasional (SPPN)
Jawab: Perencanaan didefinisikan sebagai suatu proses untuk menentukan tindakan masa
depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumberdaya yang
tersedia.

19
16. Jelaskan tujuan sistem perencanaan pembangunan nasional Indonesia pada pendekatan
top down dan bottom up.
Jawab: Sistem perencanaan pembangunan nasional Indonesia ada dua pendekatan top
down dan bottom up tujuannya untuk menjamin keseimbangan antara prioritas nasional
dengan aspirasi prioritas local, walaupun pada kenyataannya sebagian besar daerah
belum mengakomodasi aspirasi local dikarenakan sebagian besar proposal proyek yang
diajukan berdasarkan aspirasi local telah tersingkir dalam rapat kordinasi yang
menempatkan proposal yang diajukan oleh tingkat pemerintahan yang lebih tinggi tanpa
memperhatikan proposal yang diajukan oleh tingkat pemerintahan yang lebih rendah.

20
BAB III

PENUTUP

3.2 Kesimpulan
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) adalah satu kesatuan tata
cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka
panjang, menengah, dan tahunan. Pemerintah telah menerbitkan Undang-undang (UU)
Nomor 25 Tahun 2004 mengenai SPPN pada tanggal 5 Oktober 2004. UU tersebut
dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan
daerah.
Hasil dari UU SPPN adalah proses perencanaan, baik di tingkat pusat dan daerah
yang meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM), dan Rencana Pembangunan Tahunan (RKP). Pada tingkat
pusat, perencanaan tersebut adalah RPJP Nasional (RPJPN), RPJM Nasional (RPJMN),
RKP, Rencana Strategis Kementrian/Lembaga (Renstra K/L), dan Rencana Kerja
Kementrian/Lembaga (Renja K/L).

21
DAFTAR PUSTAKA

https://docplayer.info/62701297-Bab-i-pendahuluan-sistem-perencanaan-pembangunan-
nasional-sppn-adalah-satu-kesatuan.html

https://www.scribd.com/document/365804307/Makalah-Perencanaan-Pembangunan-Nasional-
Dan-Daerah

22

Anda mungkin juga menyukai