PENDAHULUAN
1
proses penyadapan dilakukan di pagi hari kemudian air niranya ditampung dengan
menggunakan jerigen/tong plastik bekas.
Limbah batang sawit masih belum dimanfaatkan secara optimal, bahkan limbah
tersebut seringkali dibuang bahkan dibakar tanpa adanya pengolahan lebih lanjut. Limbah
batang sawit menjadi masalah karena sifatnya yang volumentris banyak memakan tempat
dan tidak mudah terdegradasi di areal perkebunan (Sunarko, 2009). Limbah batang
kelapa sawit dapat dimanfaatan menjadi bahan kayu lapis, pupuk kompos, bahan
bangunan, furnitur, dan pulp kertas. Inovasi pemanfaatan limbah batang kelapa sawit
terus diupayakan agar peluang pemanfaatan limbah batang kelapa sawit lebih
berdayaguna. Salah satu inovasi terbaru mengenai pemanfaatan batang kelapa sawit
adalah pemanfaatan nira kelapa sawit menjadi gula merah.
Dari 15 pohon sawit yang disadap mampu menghasilkan 60 liter air nira. Dari
jumlah tersebut, akan menghasilkan sebanyak 10 kg gula sawit dengan harga jual sebesar
Rp 10.000 per kg. Proses pencetakan gula harus setiap hari. Artinya, usai disadap, harus
langsung dicetak, sehingga untuk satu hari, biasanya dilakukan pencetakan sebanyak dua
kali. Hal ini untuk menghindari kegagalan pencetakan. Waktu memasaknya berkisar 5
sampai 6 jam (Chairulsp,2009).
Sejalan dengan temuan tersebut diatas, pengolahan gula kurang efektif karena
dalam proses pembuatan gula sawit membutuhkan waktu yang cukup lama. Nira diambil
ketika pohon kelapa sawit akan ditebang atau dilakukan replanting pada areal perkebunan
yang produktivitasnya telah menurun.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja bagian dari tanaman kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan?
2. Bagaimana proses pembuatan gula merah dari kelapa sawit?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui bagian dari tanaman kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan
2. Untuk mengetahui proses pembuatan gula merah dari kelapa sawit
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Famili : Arecaceae (dahulu disebut Palmae)
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Morfologi tanaman Kelapa Sawit menurut PTPN VII (2006) dideskripsikan
sebagai berikut :
a. Akar
Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki
akar tunggang. Radikula (bakal akar) pada bibit terus tumbuh memanjang
ke arah bawah selama enam bulan terus-menerus dan panjang akarnya
mencapai 15 meter. Akar primer kelapa sawit terus berkembang.
Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh
vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke samping. Serabut primer ini
akan bercabang menjadi akar sekunder ke atas dan ke bawah. Akhirnya,
cabang-cabang ini juga akan bercabang lagi menjadi akar tersier, begitu
seterusnya. Kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit bisa mencapai 8
meter hingga 16 meter secara vertikal.
b. Batang
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak
bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi
pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia
(ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang,
terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak dimakan.
Pada batang tanaman kelapa sawit terdapat pangkal pelepah-
pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah
kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih
tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak
berwarna hitam beruas.
c. Daun
Tanaman kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai
bulu burung atau ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua
4
baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anak-anak daun
(foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun. Di tengah-
tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun.
d. Bunga dan buah
Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai
dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga
jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat.
Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan silang (cross
pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh
bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan atau
serangga penyerbuk.
Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras
(epicarp), daging buah (mesocrap) dari susunan serabut (fibre) dan
mengandung minyak, kulit biji (endocrap) atau cangkang atau tempurung
yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang berwarna
putih dan mengandung minyak, serta lembaga (embryo).
Lembaga (embryo) yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke
dua arah, yaitu:
1. Arah tegak lurus ke atas (fototropy), disebut dengan plumula yang
selanjutnya akan menjadi batang dan daun
2. Arah tegak lurus ke bawah (geotrophy) disebut dengan radicula
yang selanjutnya akan menjadi akar.
5
muda, dan setelah matang menjadi merah kuning (orange). Jika sudah
berwarna orange, buah mulai rontok dan berjatuhan (buah leles).
e. Biji
Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang
berbeda. Biji dura afrika panjangnya 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai
4 gam, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji dura deli memiliki
bobot 13 gam per biji, dan biji tenera afrika rata-rata memiliki bobot 2
gam per biji.
Biji kelapa sawit umumnya memiliki periode dorman (masa non-
aktif). Perkecambahannya dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan
keberhasilan sekitar 50%. Agar perkecambahan dapat berlangsung lebih
cepat dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, biji kelapa sawit
memerlukan pre-treatment.
2.1.2. Varietas Kelapa Sawit.
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman
monokotil yang tergolong dalam famili palmae. Tanaman kelapa sawit
digolongkan berdasarkan ketebalan tempurung (cangkang) dan warna buah
(Pahan, 2012).
Menurut Pahan (2012), berdasarkan ketebalan cangkang, tanaman kelapa
sawit dibagi menjadi tiga varietas, yaitu:
1. Varietas Dura, dengan ciri-ciri yaitu ketebalan cangkangnya 2-8 mm,
dibagian luar cangkang tidak terdapat lingkaran serabut, daging buahnya
relatif tipis, dan daging biji besar dengan kandungan minyak yang rendah.
Varietas ini biasanya digunakan sebagai induk betina oleh para pemulia
tanaman.
2. Varietas Pisifera, dengan ciri-ciri yaitu ketebalan cangkang yang sangat
tipis (bahkan hampir tidak ada). Daging buah pissifera tebal dan daging
biji sangat tipis. Pisifera tidak dapat digunakan sebagai bahan baku untuk
tanaman komersial, tetapi digunakan sebagai induk jantan oleh para
pemulia tanaman untuk menyerbuki bunga betina.
6
3. Varietas Tenera merupakan hasil persilangan antara dura dan pisifera.
Varietas ini memiliki ciri-ciri yaitu cangkang yang yang tipis dengan
ketebalan 1,5 – 4 mm, terdapat serabut melingkar disekeliling tempurung
dan daging buah yang sangat tebal. Varietas ini umumnya menghasilkan
banyak tandan buah.
Berdasarkan warna buah, tanaman kelapa sawit terbagi menjadi 3 jenis yaitu:
1. Nigescens , dengan ciri-ciri yaitu buah mudanya berwarna ungu kehitam-
hitaman, sedangkan buah yang telah masak berwarna jingga kehitam-
hitaman.
2. Virescens, dengan ciri-ciri yaitu buah mudanya berwarna hijau, sedangkan
buah yang telah masak berwarna jingga kemerah-merahan dengan ujung
buah tetap berwarna hijau.
3. Albescens, dengan ciri-ciri yaitu buah mudanya berwarna keputih-putihan,
sedangkan buah yang telah masak berwarna kekuning-kuningan dengan
ujung buah berwarna ungu kehitaman (Adi, 2011).
7
yang dilakukan di Aek Pancur pada bulan januari – pertengahan Maret 1991
menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit tahun 1987 (berusai 4 tahun) yang disadap
tangkai bunga jantannya menghasilkan nira sawit rata-rata 46 ml/tangkai/hari selama 32,5
hari. Panjang tangkai bunga 15,1, diamater tangkai 6,0 cm, dan jumlah pelepah sebanyak
47,8 pelepah/pohon (Fauzy et al., 1991).
Menurut Anonimous (1958), dari hasil penelitian di Ghana, nira sawit hanya bisa
disadap dari tangkai bunga jantan selama beberapa hari (4-10 hari) sebanyak 2 botol
bir/hari/tangkai. Pada musim hujan, nira yang diperoleh lebih banyak daripada musim
kemarau namun kandungan airnya lebih banyak. Di samping itu Tuley (1965) juga
mengemukakan bahwa nira sawit merupakan sumber vitamin B kompleks.
Penyadapan nira sawit mempengaruhi produksi tandan buah. Ukuran tandan lebih
kecil dan produksi bunga betina terhambat. Demikian pula bila penyadapan dilakukan
lebih dari satu bunga jantan/pohon. Hal ini dapat membuat pohon menjadi sakit dan lebih
jauh lagi dapat mematikan pohon (Anonimous, 1958).
Gula merah atau gula jawa biasanya diasosiasikan dengan segala jenis gula yang
dibuat dari nira, yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon dari keluarga Arecaceae.
Tanaman yang selama ini menjadi sumber nira untuk pembuatan gula merah adalah
tanaman aren dan kelapa. Namun dengan adanya temuan terbaru yaitu gula merah yang
beraasal dari nira kelapa sawit, hal ini didasarkan karena kelapa sawit juga merupakan
tanaman dari keluarga Arecaceae, sehingga kelapa sawit juga bisa mengeluarkan nira
yang bisa dijadikan bahan dasar dalam pembuatan gula merah seperti aren dan kelapa.
Gula merah yang dihasilkan dari nira kelapa sawit juga memiliki komposisi kimia yang
tidak berbeda jauh dengan gula merah dari aren atau kelapa.
Tabel komposisi kimia nira kelapa :
8
Kadar Abu 0.66
9
perbedaan yang signifikan dari segi produksi nira yang dikeluarkan oleh pohon sawit
tersebut.
10
Bagan tahapan dalam proses pembuatan gula sawit
Nira segar
Penyaringan
Pemasakan
Nira pekat
Nira masak
Pencetakan
Gula cetak
kelasawitsawit
Gula sawit yang telah di cetak dapat langsung dikonsumsi atau dapat juga digunakan
sebagai bahan campuran dalam makanan dan minuman.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk meningkatkan produksi gula sawit, pohon kelapa sawit pada masa produksi
berpotensi untuk diambil niranya dengan frekuensi dua kali dalam setahun. Penyadapan
nira dilakukan pada musim hujan atau antara april sampai juni dan oktober sampai
desember. Selanjutnya nira kelapa sawit yang sudah disadap dapat diproses menjadi gula
merah cetak.
3.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian praktik secara mendalam oleh individu, badan atau
lembaga lainnya mengenai pembuatan gula sawit, agar mendapatkan hasil kajian
yang lebih baik, dikembangkan dan bermanfaat bagi masyarakat.
2. Perlu dilakukan penelitian tentang pembuatan gula semut dari nira kelapa sawit,
pasalnya nira aren dan nira kelapa dapat dibuat menjadi gula semut dan tidak
menutup kemungkinan nira kelapa sawit juga dapat dibuat menjadi gula semut.
12
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.. 1958. Oil Palm Inflorescence Tapping. Ghana Pmr., 2 (4): 146.
Ayernor, G.K.S dan J.S. Matthews. 1971. The sap of the palm Elaeis guineensis, Jacq. As raw
material for alcoholic fermentation in Ghana. Trop. Sci., XIII (1): 71.
Fauzy, N., Maskuddin dan Subroto. 1991. Prospek Penyadapan Nira Sawit. Di dalam Berita
Penelitian Perkebunan 1 (2): 61.
Isroi. 2006. Pengomposan Limbah Padat Organik. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan
Indonesia. Bogor.
Jamhari, K., Hadi P., dan Bambang Wijayanto. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Balai
Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian.
Pahan, I. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis dari Hulu ke Hilir.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Soetrisno, L. dan R. Winahyu. 1991. Kelapa Sawit – Kajian Sosial Ekonomi. Aditya Media,
Yogyakarta.
Sunarko. 2009. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan.
Cetakan Pertama. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Tim Penulis PS. 2000. Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan Aspek
Pemasaran. Penebar Swadaya. Cimanggis, Depok.
13