PEMBIMBING :
dr. Hiro Hidaya Danial Nst, M.Ked(OG), Sp.OG (K)
PENDAHULUAN
Kanker serviks merupakan suatu proses
neoplasma atau keganasan pada leher rahim
(serviks) yang disebabkan oleh virus Human Papiloma
Virus (HPV). Kanker serviks menempati peringkat
kedua penyakit yang dialami wanita di seluruh dunia
akibat kanker. Setiap tahun di seluruh dunia
terdapat 600.000 kanker serviks invasif baru dan
300.000 kematian.
Wanita dengan paritas tinggi dapat
menyebabkan trauma pada jalan lahir dan dapat
menimbulkan sel-sel abnormal pada mulut rahim
jumlah anak yang dilahirkan melalui jalan normal
dapat menyebabkan terjadinya perubahan sel
abnormal dari epitel pada mulut rahim dan dapat
berkembang menjadi keganasan.
TINJAUAN PUSTAKA
• Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal
pada jaringan leher rahim (serviks). Kanker serviks
merupakan kanker primer yang berasal dari serviks
(kanalis servikalis dan atau portio). Serviks adalah
bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina
• Menurut World Health Organitation (WHO, 2009) didapatkan
data 500.000 sampai 1 juta kasus baru terinfeksi kanker serviks
setiap tahunnya. Sedangkan menurut data dari Globocan pada
tahun 2008, didapatkan data pada kasus kanker serviks di
seluruh dunia mencapai 530.232 kasus
• Negara Indonesia memiliki penderita kanker serviks terbanyak
dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Menurut
perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah wanita
penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per
100.000 penduduk dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus
kanker serviks
• Penyebab primer kanker serviks adalah infeksi kronik
serviks oleh satu atau lebih virus HPV (Human
Papilloma Virus) tipe onkogenik yang berisiko tinggi
menyebabkan kanker serviks yang ditularkan melalui
hubungan seksual.
• Infeksi virus HPV yang berisiko tinggi menjadi kanker
adalah tipe 16, 18, 45, 56 di mana HPV tipe 16 dan 18
ditemukan pada sekitar 70% kasus.
• Sementara HPV yang berisiko sedang dan rendah
menyebabkan kanker (tipe non-onkogenik) berturut turut
adalah tipe 30, 31, 33, 35, 39, 51, 52, 58, 66 dan 6, 11,
42, 43, 44, 53, 54,55
• Pola hubungan seksual
• Paritas
• Kontrasepsi Oral
• Sosial Ekonomi
• Kebiasaan Merokok
• Umur
• Karakteristik Pasangan
• Pada tahapan pra kanker sering asimtomatis atau keputihan
yang tidak khas
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Diagnosis definitif harus didasarkan pada konfirmasi histopatologi
dari hasil biopsi lesi
1. Sitologi
Deteksi sel-sel serviks yang tidak menunjukkan adanya
gejala, dengan tingkat ketelitiannya mencapai 90%.
2. Kolposkopi
• Alat yang disamakan dengan mikroskop bertenaga rendah
• Pembesaran antara 6-40 kali dan terdapat sumber cahaya
didalamnya.
• Kolposkopi dapat meningkatkan ketepatan sitologi menjadi 95%.
• Untuk memperbesar gambaran permukaan porsio sehingga
pembuluh darah lebih jelas dilihat. Pada alat ini juga dilengkapi
dengan filter hijau untuk memberikan kontras yang baik pada
pembuluh darah dan jaringan.
3. Biopsy
Biopsy dilakukan di daerah yang abnormal. Biopsi harus dilakukan
dengan tepat dan alat biopsi harus tajam dan harus diawetkan
dalam larutan formalin 10% sehingga tidak merusak epitel
4. Konisasi
• Konisasi serviks adalah pengeluaran sebagian jaringan serviks
sehingga bagian yang dikeluarkan berbentuk kerucut. Dilakukan
jika
• Dicurigai lesi berada di endoserviks
• Lesi tidak tampak seluruhnya pada kolposkopi
Klasifikasi sitologi Klasifikasi histopatologi
Pap Sistem Bethesda NIS WHO
Karsinoma Karsinoma
Kelas V Karsinoma invasif
invasif invasif
0 Karsinoma in situ (karsinoma preinvasif)
IA Karsinoma invasif didiagnosis hanya dengan mikroskop. Semua lesi yang terlihat
secara makroskopik, meskipun invasi hanya superfisial, dimasukkan ke dalam stadium
IB
IA1 Invasi stroma tidak lebih dari 3,0 mm kedalamannya dan 7,0 mm atau kurang pada
ukuran secara horizontal
IA2 Invasi stroma lebih dari 3,0 mm dan tidak lebih dari 5,0mm dengan penyebaran
horizontal 7,0 mm atau kurang
IB Lesi terlihat secara klinik dan terbatas di serviks atau secara mikroskopik lesi lebih
besar dari IA2
IB1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0 cm atau kurang
IB2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih dari 4.0 cm
II Invasi tumor keluar dari uterus tetapi tidak sampai ke dinding panggul atau
mencapai 1/3 bawah vagina
IIA Tanpa invasi ke parametrium
IIA1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0 cm atau kurang
IIA2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih dari 4,0 cm
III Tumor meluas ke dinding panggul/ atau mencapai 1/3 bawah vagina dan/atau
menimbulkan hidronefrosis atau afungsi ginjal
IIIA Tumor mengenai 1/3 bawah vagina tetapi tidak mencapai dinding panggul
IIIB Tumor meluas sampai ke dinding panggul dan / atau menimbulkan hidronefrosis atau
Afungsi ginjal
IVA Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum dan/atau meluas keluar
panggul kecil (true pelvis)
IVB Metastasis jauh (termasuk penyebaran pada peritoneal, keterlibatan dari kelenjar
getah bening supraklavikula, mediastinal, atau para aorta, paru, hati, atau tulang)
• Skrining : IVA ,Pap smear, ataupun kolposkopi
• Terapi dengan destruksi lokal (krioterapi dengan
N2O dan CO2, elektrokauter, elektrokoagulasi, dan
laser)
• Tujuannya untuk destruksi lokal lapisan epitel serviks
dengan kelainan lesi prakanker yang kemudian
pada fase penyembuhan berikutnya akan
digantikan dengan epitel skuamosa yang baru
• Tergantung stadium berapa kanker serviks tersebut
• Stadium awal (1A - 2A) : konisasi, histerektomi total,
radikal histerektomi dengan limfadenektomi pelvis.
• Stadium 2B keatas : kemoradiasi, radiasi, neoajuvan
kemoterapi atau kemoradiasi paliatif saja
Definisi
Tes visual dengan menggunakan asam cuka (asam asetat 3-5%)
pada serviks dam melihat adanya perubahan warna yang terjadi
setelah dilakukan olesan
Teknik
• Oleskan larutan asam asetat secara merata pada serviks
• Tunggu 1-2 menit untuk terjadinya perubahan warna
• Lalu lihat apakah ada plak berwarna putih dan tebal (epitel
acetowhite)
Klasifikasi IVA Temuan Klinis
Indikasi
American Cancer Society (2009) : Semua wanita
sebaiknya memulai skrining 3 tahun setelah pertama kali
aktif secara seksual
Prosedur
• Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi spekulum bivalve
(cocor bebek), spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau
tanda, dan alkohol 95%.
• Pasien berbaring dengan posisi litotomi.
• Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks
posterior, serviks uterus, dan kanalis servikalis.
• Periksa serviks apakah normal atau tidak.
• Spatula dimasukkan ke dalam endoserviks, dimulai dari arah jam 12
dan diputar 360˚ searah jarum jam.
• Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi
yang telah diberi tanda dengan membentuk sudut 45˚ satu kali usapan.
• Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 95% selama 10 menit.
• Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transpor dan dikirim ke
ahli patologi anatomi
Interpretasi
• Klasifikasi Papanikolau
• Klasifikasi CIN (Cervical Intraepithelial Neoplasma)
• Klasifikasi Bethesda
Klasifikasi Papanikolau
KELAS HASIL
V Keganasan
Klasifikasi CIN
CIN HASIL
PROGNOSIS
Pada 5-years survival
• Stadium I : > 90%
• Stadium II : 60 – 80%
• Stadium III : 50%
• Stadium IV : < 30%
STATUS PASIEN
ANAMNESA PRIBADI
PEMERIKSAAN USG
-
LABORATORIUM (26/04/2019)
Elektrolit
TERAPI
• IVFD NaCl 0,9% 20gtt/i
• Inj. Asam traneksamat 500 mg /IV
• Inj. Ketorolak 30mg/IV
• Inj. Ranitidin 50mg/IV
RENCANA TINDAKAN
• Radikal histeroktomi
Follow-up Pasien
Tanggal Follow-up
05 Mei 2019 S : Keluar darah dari kemaluan (+), Hasil Pemeriksan Laboratorium 30
10.30 keputihan (+) warna kekuningan dan bau, April 2019
perut membesar (-), BAK dan BAB (+) N Hb/Ht/Leu/Plt :
O : Status Presens 7.5/23/10.270/391.000
Sens : Compos Mentis KGDs : 152
TD : 120/70 mmHg BUN/Ur/Cr : 12/26/1.14
Nadi : 86 x/ menit Na/K/Cl : 135/3.7/99
Pernafasan: 18 x/menit
Suhu : 36,7oC
A : Ca Cervix std. IB + Hiperplasia
endometrium
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj Ceftriaxone 1g/12 jam
- Inj transamin 1 amp/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Dulcolax supp 2x1
- Dulcolax tab 2x1
R : - Radikal histerektomi +
limfadenektomi KGB pelvis bilateral +
transips ovarium bilateral
Tanggal Follow-up
07 Mei 2019 S : Nyeri luka operasi (+) keluar darah
08.00 dari kemaluan (+)
O: Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 87 x/ menit
Pernafasan: 20 x/menit
Suhu : 36,7oC
A : Post radikal histerektomi +
limfadenektomi KGB pelvis bilateral +
transips ovarium bilateral a/i Ca Cervix
std. IB1 + H1
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj Ceftriaxone 1g/12 jam
- Inj transamin 1 amp/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Dulcolax supp 2x1
- Dulcolax tab 2x1
R : - Transfusi PRC 2 bag
Pantau tanda perdarahan
Tanggal Follow-up
08 Mei 2019
08.00
DISKUSI KASUS
TEORI Kasus
Semua kasus yang diduga ca serviks harus dirawat di
Ny. HS (77.68.16),60thn,batak,kristen,
rumah sakit rujukan Namun, beberapa gejala mengarah Smp,ibu rumah tangga,menikah datang dengan keluhan:
kepada infeksi HPV menjadi kanker serviks antara lain: Keluhan utama: Perdarahan dari vaginam.
tidak sembuh-sembuh. segar dengan frekuensi ganti pempers 2x/hari. Gumpalan darah
dijumpai sedikit. Nyeri abdomen dijumpai. Riwayat keputihan
Adanya perdarahan tidak normal. Hanya terjadi bila
dijumpai. Penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan
setelah sel-sel leher rahim menjadi bersifat kanker ± 6 kg dijumpai dalam 4 bulan ini. Sebelumnya pasien
dan menyerang jaringan-jaringan di sekitarnya. merupakan pasien rawat inap dan pulang 2 hari yang lalu
Meningkatnya perdarahan selama menstruasi. dengan diagnosa Ca. Cervix + Susp. Sarcoma Uteri. BAB dan
BAK dalam batas normal. Riwayat keluarga penyakit
Terjadinya siklus diluar menstruasi dan setelah
keganasan dijumpai yaitu adik pasien yang didiagnosa dengan
hubungan seks. Tumor Rahim.
Nyeri selama berhubungan seks.
Kesulitan atau nyeri saat berkemih.
Terasa nyeri didaerah sekitar panggul.
Perdarahan pada masa pra atau pasca menopause.
TEORI Kasus
Bila kanker sudah mencapai stadium tiga ke atas, RPT : Ca. Cervix sejak November 2018
maka akan terjadi pembengkakan diberbagai anggota RPO : Transfusi 3 kantung PRC (10/04/19)
tubuh seperti betis, paha, tangan dan sebagainya.10 Riwayat pekerjaan, sosio ekonomi dan psikososial yaitu Ibu Rumah
Faktor Resiko Tangga, ekonomi cukup dan tidak adariwayat gangguan psikososial.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kanker serviks RIWAYAT KEHAMILAN
antara lain : 1. Laki-laki, 40 tahun,psp, bidan
Umur 2. Laki-laki, 38 tahun,psp, bidan
Pritas 3. Laki-laki, 35 tahun,psp, bidan
Pola huungan seksual 4. Perempuan, 33 tahun,psp, bidan
Kontrasepsi oral 5. Perempuan, 30 tahun,psp, bidan
Sosio ekonomi 6. Laki-laki, 28 tahun,psp, bidan
Tingkat pendidikan
Defisensiasi gizi
TEORI Kasus
Pemeriksaan Fisik Inspekulo : tampak massa ektopik pada serviks, mudah
Pemeriksaan inspekulo: berdarah, tampak perdarahan aktif.
RVT : teraba massa
Pada stadium awal terlihat normal, seiring makin progresifnya kanker,
akan menimbulkan ulkus, erosi, atau
massa.13 ektopik pada serviks ukuran 5x5cm
PEMERIKSAAN USG
Kandung kemih terisi
UT AF 18,0 x 8,68 x 7,07 cm
Tampak gambaran hipoechoik pada cavum uteri 4,4 x 4 cm
Endometrial thickness 0,87 cm
Adnexa kiri dan kanan dalam batas normal
Kesimpulan : Susp. Sarcoma Uteri
TEORI Kasus
dilakukan program skrining atau deteksi dini dengan tes IVA. Skrining dengan tes - Inj. Asam traneksamat 1gr/IV
IVA dapat dilakukan dengan cara single visit approach atau see and treat - Inj. Ketorolak 30mg/IV
- Inj. Ranitidin 50mg/IV
program, yaitu bila didapatkan temuan IVA positif maka selanjutnya dapat
dilakukan pengobatan sederhana dengan krioterapi oleh dokter umum atau bidan
yang sudah terlatih.15
Pada skrining dengan tesPapsmear, temuan hasil abnormal direkomendasikan
untuk konfirmasi diagnostik dengan pemeriksaan kolposkopi. Bila diperlukan
maka dilanjutkan dengan tindakan Loop Excision Electrocauter Procedure (LEEP)
atau Large Loop Excision of the Transformation Zone (LLETZ) untuk
kepentingan diagnostik maupun
TEORI Kasus
sekaligus terapeutik. Bila hasil elektrokauter tidak
mencapai bebas batas sayatan, maka bisa dilanjutkan
dengan tindakan konisasi atau histerektomi total. Temuan
abnormal hasil setelah dilakukan kolposkopi.15
Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion (LSIL),
dilakukan LEEP dan observasi 1 tahun.
High Grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL),
dilakukan LEEP dan observasi 6 bulan