Dosen Pengampu :
Mutiara (821211004)
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Kerena berkat rahmat kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “Mobilitas, Imobilitas, Aktivitas dan Latihan”.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manusia. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang yang belum sempurna
dan luput dari perhatian kami. Baik itu dari bahasa yang digunakan maupun dari teknik
penyajiannya. Oleh karena itu dengan segala kekurangan dan kerendahan hati, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian demi perbaikan makalah ini
kedepannya.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi teman dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................I
A. MOBILITAS ......................................................................................................11
1. Definisi ...................................................................................................11
2. Jenis Mobilitas ........................................................................................11
3. Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas ...................................................12
4. Imobilitas/Gangguan Mobilitas ..............................................................13
5. Tujuan Mobilisasi ...................................................................................14
B. IMOBILITAS .....................................................................................................15
1. Definisi ...................................................................................................15
2. Jenis Imobilisasi .....................................................................................15
3. Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas ...........................................15
4. Faktor Imobilitas......................................................................................16
C. AKTIVITAS dan LATIHAN .............................................................................18
1. Definisi .................................................................................................. 20
2. Sistem teori yang berperan dalam kebutuhan aktifitas dan latihan ........18
3. Jenis aktifitas dan latihan ........................................................................18
4. Pelaksanaan pemenuhan aktifitas dan latihan .........................................21
ii
A. KESIMPULAN ..................................................................................................29
B. SARAN................................................................................................................29
DAFTAR ISI ......................................................................................................31
DAFTAR GAMBAR
iii
i
i
i
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Zori & morrison (2009) dalam Sudono, Setya, dan H (2017) asuhan
keperawatan merupakan metode ilmiah dalam penyelesaian masalah klien.
Kemampuan perawat mengidentifikasi masalah klien dan memilih solusi intervensi
yang tepat tidak lepas dari kemampuan perawat beripikir kritis, yaitu kemampuan
perawat menggali alasan berdasarkan evidence base dari setiap problem dan solusi
yang teridentifikasi.
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur – unsur yang dibutuhkan oleh manusia
dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis yang tentunya
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan (Ernawati, 2012).
14 kebutuhan dasar manusia menurut Virgina Henderson:
1. Bernafas secara normal
2. Makan dan minum adekuat
3. Eliminasi
4. Bergerak dan mempertahankan posisi yang nyaman
5. Istirahat dan tidur
6. Memilih pakaian yang tepat
7. Mempertahankan suhu tubuh
8. Menjaga tubuh tetap bersih dan rapi
9. Menghindari bahaya dari lingkungan
10. Berkomunikasi
11. Beribadah
12. Bekerja
13. Bermain/rekreasi
14. Belajar
3
keadaan dimana seseorang mengalami pembatasan fisik yang disebabkan oleh faktor
lingkungan maupun oleh keadaan orang tersebut. Imobilitas intelektual, disebabkan
kurang pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Imobilitas
emosional, yang dapat terjadi akibat pembedahan atau kehilangan seseorang yang
dicintai. Imobilitas sosial, yang dapat menyebabkan perubahan interaksi sosial yang
sering terjadi akibat penyakit. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian
diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit
degeneratif, dan untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh) (Ambarwati,2014).
B. Rumusan Masalah
Berikut ini rumusan masalag dari mobilitas, imobilitas, aktivitas dan Latihan :
a. Apa itu yang dimaksud dengan mobilitas dan imobilitas?
b. Bagaimana saja jenis-jenis mobilitas dan imobilitas?
c. Apa saja fakto yang mempengaruhi sistem tubuh akibat imobilitas?
d. Apa saja Gangguan mobilitas?
e. Apa tujuan mobilitas?
f. Apa itu yang dimaksud dengan aktivitas dan Latihan?
g. Apa saja jenis-jenis aktivitas dan Latihan?
h. Bagaimana System teori yang berperan dalam aktivitas dan Latihan?
i. Bagaimana Pelaksanaan kebutuhan aktivitas dan Latihan?
C. Tujuan
Tujuan Umum sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tentang asuhan keperawatan dalam mobilitas, imibilitas,
aktivitas dan latihan.
4
D. Manfaat
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan
pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam mobilitas, imobilitas, aktivitas dan
latihan.
5
BAB II
7
kekuatan otot kaki kanan 5 (kekuatan normal dimana seluruh gerakan
dilakukan otot dengan tahanan maksimal dari proses yang dilakukan
berulang-ulang tanpa menimbulkan kelelahan), tidak ada edema.
C. Pemeriksaan Neurologi
a. Nervus olfaktoris/N I
Pasien mampu mengidentifikasi bau dengan baik.
b. Nervus optikus/N II
Pasien mampu melihat dengan baiktanpa alat bantu.
c. Nervus okulomotoris/N III, Trochlearis/N IV, Abdusen/N VI
Pasien mampu menggerakkan bola mata dengan baik.
d. Nervus trigeminus/N V
Pasien mampu untuk membedakan panas/dingin, tajam/tumpul pada
ekstremitas bawah.
e. Nervus fasalis/N VII
Wajah simetris kiri dan kanan, pasien sudah mampu menggerakkan
otot wajahnya, tetapi jika berbicara cepat kata-kata pasien menjadi
salah
f. Nervus vestibulocochlearis/N VIII
Pasien masih mendengar dengan baik
g. Nervus glossopharingeus/N IX, Vagus/N X
Pasien mampu untuk menelan, mengunyah dan membuka
h. Nervus aksesorius/N XI
Pasien tidak mampu menggerakan bagian tangan nya sebelah kiri dan
terasa lemah, bahu kiri tidak simetris.
VII. Masalah Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik
2. Defisit keperawatan diri
VIII. Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan moblitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular
pada tungkai sebelah kiri dan tangan sebelah kiri ditandai dengan pasien
berjalan menggunakan tongkat, berjalan dengan kaki kiri menyeret, tangan
tangan kiri tidak berdaya, TD: 160/100 mmHg, HR: 72x/menit, RR: 24
x/menit, kekuatan otot 1.
8
2. Definisi keperawatan diri berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik
ditandai pasien mandi 1x sehari, gigi kuning, rambut bau, pakaian lusuh
kerena jarang diganti.
EVALUASI
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mobilitas
1. Definisi
Jadi molitas atau imobilisasi adalah kemampuan gerak seseorang dalam melakukan
aktivitas tampa ketergangtungan atau masalah
2. Jenis Mobilitas
1) Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehinggga dapat melakukan interaksi sosial dan
menjalani peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf
motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh tubuh
seseorang.
2) Mobilitas sebagaian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya.
Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan
pemasangan traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas
sebagian pada ekstremitas bahwa karena pada kehilangan konrol motorik
dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
10
a. Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem
muskulokeletal, contohnya adalah adanya di lokasi sendi dan
tulang.
b. Mobilitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut
disebabkan oleh rusak nya sistem saraf yang reversibel, contohnya
terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang
belakang, poliomilitis karena terganggunya sistem saraf motorik
dan sensorik.
mobilitas yaitu :
a. Tahap pertumbuhan
b. Jenis pekerjaan
c. Lingkungan rumah
e. Intervensi terapeutik
f. Luka traumatis
Kesimpulaan :
12
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah,
teratur, dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilitas
penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas
sehinggga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalani peran sehari-hari.
Mobilitas sebagaian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Mobilitas sebagian
temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang
sifatnya sementara. Mobilitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Gaya Hidup, perubahan gaya
hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena gaya hidup
berdampak mampuan perilaku atau kebiasaan sehari-hari. Hal ini terjadi karena
adanya perubahan gaya hidup terutama orang muda perkotaan modern, seperti
mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang mengandung kadar lemak
tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang
berolahraga dan stres (Junaidi, 2011).
Sebagai contoh, seorang yang menderita fraktur femur akan mengalami
keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah. Kemampuan
melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan. Sebagai contoh, orang
yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kempuan mobilitas yang
kuat, sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena
adat dan budaya tertentu dilakukan untuk beraktivitas. Energi adalah sumber
untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat melakukan mobilitas dengan
baik, dibutuhkan energi yang cukup. Usia dan status perkembangan. Terdapat
perbedaan dalam mobilitas pada tingkat usia yang berbeda. Semakin
bertambahnya usia, semakin besar pula risiko terjadinya stroke. Hal ini terkait
dengan proses degenerasi (penuaan) yang terjadi secara alamiah. Tujuan
Mobilisasi mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri,
meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit
degeneratif, dan untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh).
(Ambarawati,2014).
13
B. IMOBILITAS
1. Definisi
Imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara
bebas kerena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami
trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan
sebagainya. . (Heriana, 2014).
Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh satu
atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (Nurafif & Hardi, 2015). Menurut
(Nanda, 2011) hambatan mobilitas fisik merupakan keterbatasan pada pergerakan
fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah.
Jadi imobilisasi adalah gangguan terhadap gerak seseorang (hambatan fisik) dalam
melakukan aktivitas
2. Jenis Imobilitas
Menurut Atoilah, 2013, secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas
antara lain :
4.Faktor Imobilitas
Faktor internal yang dapat menyebabkan imobilitas atau gangguan aktivitas adalah:
e) Jatuh
g) Aspek psikologis
1) Faktor Eksternal
Banyak faktor eksternal yang mengubah mobilitas pada lansia. Faktor tersebut
adalah:
15
a) Program terapeutik: Program penanganan medis memiliki pengaruh yang kuat
terhadap kualitas dan kuantitas pergerakan pasien. Misalnya pada program
pembatasan yang meliputi faktor-faktor mekanis dan
4) Restrain fisik dan pengamanan tempat tidur biasanya digunakan pada lansia
yang diinstitusionalisasi. Alat-alat ini turut berperan secara langsung terhadap
imobilitas dengan membatasi pergerakan ditempat tidur dan secara tidak
langsung terhadap peningkatan resiko cedera ketika seseorang berusaha untuk
memperoleh kebebasan dan
mobilitasnya.
b) Karakteristik tempat tinggal: tingkat mobilitas dan pola perilaku dari kelompok
teman sebaya klien dapat mempengaruhi pola mobilitas dan perilakunya. Dalam
suatu studi tentang status mobilitas pada penghuni panti jompo, mereka yang
dapat berjalan dianjurkan untuk menggunakan kursi roda karena anggapan para
staf untuk penghuni yang pasif.
16
c) karakteristik staf: Karakteristik dari staf keperawatan yang mempengaruhi pola
mobilitas adalah pengetahuan, komitmen, dan jumlah. Pengetahuan dan
pemahaman tentang konsekuensi fisiologis dari imobilitas dan tindakan-tindakan
keperawatan untuk mencegah atau melawan pengaruh imobilitas penting untuk
mengimplementasikan perawatan untuk memaksimalkan mobilitas. Jumlah
anggota staf yang adekuat dengan suatu komitmen untuk menolong lansia
mempertahankan kemandiriannya harus tersedia untuk mencegah komplikasi
imobilitas.
d) Sistem pemberian asuhan keperawatan: jenis sitem pemberian asuhan
keperawatan yang digunakan dalam institusi dapat mempengaruhi status
mobilitas penghuninya. Alokasi praktik fungsional atau tugas telah menunjukkan
dapat meningkatkan ketergantungan dan komplikasi dari
imobilitas.
17
C. AKTIVITAS DAN LATIHAN
1. Definisi
jadi bahwa aktivitas adalah melakukan sesuatu baik yang berhubungan dengan
jasmani maupun rohani dalam interaksinya dengan sekitarnya.
18
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Aktivitas sebagian
temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan
yang sifatnya sementara.
a. Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, di mana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Cara :
b) Dudukkan pasien
c) Berikan sandaran / bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur,
untuk posisi semifowler (30-45 derajat) dan untuk fowler (90 derajat).
19
d) Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.
b. Posisi Sims
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri. Posisi ini dilakukan
untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria).
Cara :
20
c. Posisi Trendelenburg
Gambar 3 Trendelenburg
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih
rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan
peredaran darah ke otak.
Cara:
21
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik
atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat
dan memeriksa genitalia serta pada proses persalinan.
Cara:
e. Posisi Lithotomi
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa
genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
Cara:
22
f. Posisi Genu Pectoral
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kki ditekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
Cara:
Pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas, atau trauma
memerlukan latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilitas.
Menurut Junaidi (2011) setelah keadaan pasien membaik dan kondisinya telah
stabil baru diperbolehkan dilakukannya mobilisasi.
23
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b) Atur posisi lengan pasin dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk
dengan lengan
c) Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang
pergelangan tangan pasien
d) Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin
24
b) Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak
mengrah ke tubuhnya
c) Letakkan tangan diatas siku pasien dan pegang tangannya degan tangan
lainnya
d) Tekuk siku pasien sehingga tangannya mendekat bahu
b) Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya.
c) Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya
d) Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya
25
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c) Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya
d) Angkat lengan pasien pada posisi semula
c) Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya
d) Gerakan lengan pasien menjauh dari tubuhnya ke arah perawat
26
b) Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan sementara tangan lain
memegang kaki
c) Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah
b) Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang
pergelangan kaki dengn tangan satunya
c) Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya
d) Kembalikan ke posisi semula
e) Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain
f) Kembalikan ke posisi semula
g) Catat perubahan yang terjadi
b) Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan
yang lain diatas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan
rileks
c) Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari – jari kaki ke arah dada pasien
d) Kembalikan ke posisi semula
b) Letakkan atu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien
dengan tangan yang lain
27
c) Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha
atas
b) Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan yang
lain di atas lutut
c) Putar kaki menjauhi perawat
d) Putar kaki ke arah perawat
b) Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan
pada tumit
c) Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari
tempat tidur, gerakkan kaki menjauhi badan pasien
d) Gerakkan kaki mendekati badan pasien
3) Latihan Ambulasi
29
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratus dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2014). Pergerakan merupakan rangkaian
aktivitas yang terintegrasi antara system musculoskeletar dan sistem persyaratan di
dalam tubuh (Mubarak dan Chayatin, 2008). Imobilitas dan imobilisasi merupakan
keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak bebas karean kondisi yang
mengganggu pergerakan (Aktivitas), fraktur pada estremitas, dan sebagainya
(Hidayat,2014). Aktivitas dalam KBBI yaitu kegiatan atau keaktivan. Jadi, segala
sesuatu yang dilakukan, atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-
fisik merupakan suatu aktivitas. Latihan merupakan suatu Gerakan tubuh secara aktif
yang dibutuhkan untuk menjaga kenerja otot dan mempertahankan postur tubuh. 1)
Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehinggga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalani peran sehari-hari. 2)
Mobilitas sebagaian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya.
B. Saran
Saran kami dalam makalah pemenuhan kebutuhan dasar manusia tentang
mobilitas, imobilitas, aktivitas dan Latihan ini sebagai penyelesaian tugas mata kuliah
pemenuhan kebutuhan dasar manusia adalah sabagai berikut :
1. Agar mahasiswa/i memiliki pemahaman akan pemenuhan kebutuhan dasar
manusia bagi mahasiswa keperawatan sebagai satu kewajiban dasar dalam
usaha memperkaya khasanah berpikir seorang calon perawat yang profisioanl
dan beretika.
30
2. Agar mahasiswa/i memahami konsep dasar Kesehatan yang telah
dikembangkan oleh para ahli dan bisa mempraktekannya dalam perawatan
pasien menuju sehat
31
DAFTAR PUSTAKA
Haswati, dan sulistyowati reni. 2017 buku kebutuhan dasar manusia. TIM : Jakarta
Blog : www.transinfotim.blogspot.com
Andriyani, A., Nurlaila, N., & Pranajaya, R. (2017). Pengaruh Senam Nifas terhadap
penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Ibu Post Partum. Jurnal Keperawatan, 9(2),
180-185. Dermawan & Jamil.2013. Keterampilan Dasar Keperawatan Konsep dan
Prosedur. Yogyakarta.
Blog : https://id.scribd.com/presentation/450080617/ppt-aktivitas-dan-latihan
Atoilah E.M., Kurniadi E.,2013. Askep pada klien dengan gangguan kebutuhan dasar
manusia. Inmedia : Garut
Bickley, Lynn S. 2015. Bates buku suku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. EGC :
Jakarta
Ernawati. (2012). Konsep dan aplikasi keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar
manusia. (A. Rifai, Ed.). Jakarta:trans info media.
Riyadi, S. (2015). Kebutuhan dasar manusia aktivitas istirahat diagnose NANDA 2015
Jakarta: Gosyen Publishing.
DS, B. S., A, D. s., & H, R. A. (2017, April). Gambaran Kemampuan Brpikir Kritis Perawat
Primer dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Di Rumah sakit Islam Surakarta Vol
10 No 1. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia.
Ambawarti, Respati Fitri. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Dua Satria
Offset
32
Atoilah, Elang Mohamad & Engkus Kusnadi. 2013. Askep Pada Klien Dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: In Media
EGC
33