Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

MOBILITAS, IMOBILITAS, AKTIVITAS DAN LATIHAN

Dosen Pengampu :

Ns. Yunita Dwi Anggreini., M. Kep.

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Annisa Amimi (821211054)

Feriana Titisal (821211023)

M. Riski Abdullah (821211031)

Mutiara (821211004)

Rizki Puji Astuti (821211043)

Widia Lestari (821211006)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Kerena berkat rahmat kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “Mobilitas, Imobilitas, Aktivitas dan Latihan”.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manusia. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.

Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang yang belum sempurna
dan luput dari perhatian kami. Baik itu dari bahasa yang digunakan maupun dari teknik
penyajiannya. Oleh karena itu dengan segala kekurangan dan kerendahan hati, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian demi perbaikan makalah ini
kedepannya.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi teman dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita.

Pontianak, Oktober 2021

Kelompok 2

DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................I

DAFTAR ISI ....................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................4

A. Latar Belakang ......................................................................................................4


B. Rumusan Masalah .................................................................................................5
C. Tujuan ...................................................................................................................6
D. Manfaat...................................................................................................................6

BAB II ASKEP ASUHAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MANUSIA .......................7

BAB III TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................11

A. MOBILITAS ......................................................................................................11
1. Definisi ...................................................................................................11
2. Jenis Mobilitas ........................................................................................11
3. Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas ...................................................12
4. Imobilitas/Gangguan Mobilitas ..............................................................13
5. Tujuan Mobilisasi ...................................................................................14
B. IMOBILITAS .....................................................................................................15
1. Definisi ...................................................................................................15
2. Jenis Imobilisasi .....................................................................................15
3. Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas ...........................................15
4. Faktor Imobilitas......................................................................................16
C. AKTIVITAS dan LATIHAN .............................................................................18
1. Definisi .................................................................................................. 20
2. Sistem teori yang berperan dalam kebutuhan aktifitas dan latihan ........18
3. Jenis aktifitas dan latihan ........................................................................18
4. Pelaksanaan pemenuhan aktifitas dan latihan .........................................21

BAB IV PENUTUP ........................................................................................................29

ii
A. KESIMPULAN ..................................................................................................29
B. SARAN................................................................................................................29
DAFTAR ISI ......................................................................................................31

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Posisi Fowler...............................................................................................22


Gambar 2 Posisi Smis..................................................................................................23
Gambar 3 Posisin Trendelenburg................................................................................24
Gambar 4 Posisi Dorsal Recumbent............................................................................24
Gambar 5 Posisi Lithotomi..........................................................................................25
Gambar 6 Posisi Genu Pectoral...................................................................................26
Gambar 7 Latihan ROM Pasif dan Aktif......................................................................27

iii
i
i
i
i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Zori & morrison (2009) dalam Sudono, Setya, dan H (2017) asuhan
keperawatan merupakan metode ilmiah dalam penyelesaian masalah klien.
Kemampuan perawat mengidentifikasi masalah klien dan memilih solusi intervensi
yang tepat tidak lepas dari kemampuan perawat beripikir kritis, yaitu kemampuan
perawat menggali alasan berdasarkan evidence base dari setiap problem dan solusi
yang teridentifikasi.
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur – unsur yang dibutuhkan oleh manusia
dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis yang tentunya
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan (Ernawati, 2012).
14 kebutuhan dasar manusia menurut Virgina Henderson:
1. Bernafas secara normal
2. Makan dan minum adekuat
3. Eliminasi
4. Bergerak dan mempertahankan posisi yang nyaman
5. Istirahat dan tidur
6. Memilih pakaian yang tepat
7. Mempertahankan suhu tubuh
8. Menjaga tubuh tetap bersih dan rapi
9. Menghindari bahaya dari lingkungan
10. Berkomunikasi
11. Beribadah
12. Bekerja
13. Bermain/rekreasi
14. Belajar

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah,


teratur, dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilitas
2
penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas
sehinggga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalani peran sehari-hari. Mobilitas
sebagaian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas
dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf
motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Mobilitas sebagian temporer, merupakan
kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara.
Mobilitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan
yang sifatnya menetap. Gaya Hidup, perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi
kemampuan mobilitas seseorang karena gaya hidup berdampak mampuan perilaku
atau kebiasaan sehari-hari. Hal ini terjadi karena adanya perubahan gaya hidup
terutama orang muda perkotaan modern, seperti mengkonsumsi makanan siap saji
(fast food) yang mengandung kadar lemak tinggi, kebiasaan merokok, minuman
beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga dan stres (Junaidi, 2011).
Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karean dapat
mempengaruhi fungsi sitem tubuh. Sebagai contoh, seorang yang menderita fraktur
femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah.
Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan. Sebagai
contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kempuan mobilitas
yang kuat, sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena
adat dan budaya tertentu dilakukan untuk beraktivitas. Energi adalah sumber untuk
melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik,
dibutuhkan energi yang cukup. Usia dan status perkembangan. Terdapat perbedaan
dalam mobilitas pada tingkat usia yang berbeda. Semakin bertambahnya usia,
semakin besar pula risiko terjadinya stroke. Hal ini terkait dengan proses degenerasi
(penuaan) yang terjadi secara alamiah. Gangguan mobilitas atau imobilitas merupakan
keadaan yang dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi
mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya trauma tulang belakang, cedera otak
berat di sertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya. Gangguan mobilitas fisik
(imobilisasi) didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana individu yang mengalami
atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik. Antara lain : lansia, individu
dengan penyakit yang mengalami penurunan. (Nanda, 2011)
Hambatan mobilitas fisik merupakan keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau
satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah. Imobilitas fisik, yaitu suatu

3
keadaan dimana seseorang mengalami pembatasan fisik yang disebabkan oleh faktor
lingkungan maupun oleh keadaan orang tersebut. Imobilitas intelektual, disebabkan
kurang pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Imobilitas
emosional, yang dapat terjadi akibat pembedahan atau kehilangan seseorang yang
dicintai. Imobilitas sosial, yang dapat menyebabkan perubahan interaksi sosial yang
sering terjadi akibat penyakit. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian
diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit
degeneratif, dan untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh) (Ambarwati,2014).

B. Rumusan Masalah
Berikut ini rumusan masalag dari mobilitas, imobilitas, aktivitas dan Latihan :
a. Apa itu yang dimaksud dengan mobilitas dan imobilitas?
b. Bagaimana saja jenis-jenis mobilitas dan imobilitas?
c. Apa saja fakto yang mempengaruhi sistem tubuh akibat imobilitas?
d. Apa saja Gangguan mobilitas?
e. Apa tujuan mobilitas?
f. Apa itu yang dimaksud dengan aktivitas dan Latihan?
g. Apa saja jenis-jenis aktivitas dan Latihan?
h. Bagaimana System teori yang berperan dalam aktivitas dan Latihan?
i. Bagaimana Pelaksanaan kebutuhan aktivitas dan Latihan?

C. Tujuan
Tujuan Umum sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tentang asuhan keperawatan dalam mobilitas, imibilitas,
aktivitas dan latihan.

Tujuan khususnya sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi mobilitas dan imobilitas.


2. Untuk mengidentifikasi aktivitas dan latihan.

4
D. Manfaat
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan
pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam mobilitas, imobilitas, aktivitas dan
latihan.

5
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR


MANUSIA

A. Asuhan Keperawatan Masalah Pada Kebutuhan Dasar Gangguan Mobilitas


Fisik
I. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematik dalam pengumpulan data diri sebagai sumber data
untuk mengevaluasi dan pengidentifikasi status kesehatan pasien. Pasien
dengan gangguan mobilitas fisik.
II. Keluhan Utama
Pasien mengeluh tangan dan kaki sebelah kiri mengalami kelemahan dan tidak
dapat degerakan sepenuhnya serta sulit untuk melakukan aktivitas.
III. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Penyebabnya ; Pasien mengalami kelemahan pada ekstremitas atas dan
bawah sebelah kiri (hemiparese sinistra) sehingga membuat pasien sulit
untuk beraktivitas.
2. Hal-hal yang mempengaruhi keadaan : perawatan yang dilakukan selama
di rumah sakit terutama bimbingan melakukan ROM sangat berpengaruh
terhadap pergerakan pasien.
3. Bagaimana dilihat : pasien terkadang duduk lama dikursi dan berbaring di
tempat tidur. Pasien dapat berjalan sendiri dengan alat bantu tongkat dan
menyeret kakinya ketika berjalan.
4. Mengganggu aktivitas : saat ini kelemahan pada ekstremitas atas dan
bawah sebelah ini.
5. Waktu : kelemahan terjadi sejak 2 tahun tetapi sudah banyak mengalami
perubahan mulai dari perubahan komunikasi dan pergerakan.
IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
A. Penyakit yang pernah dialami : pasien mengalami Hipertensi sejak usia 55
tahun.
6
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan : pasien pernah menjalani
pengobatan di rumah sakit sekitar setahun lalu untuk pemeriksaan, dan
selebihnya berobat herbal dan fisioterapi.
C. Pernah di rawat di rumah sakit.
D. Lama dirawat : pasien pernah di rawat di rumah sakit selama 1 minggu
dengan kasus ganguan mobilitas fisik
E. Pasien tidak memiliki elergi makanan/minuman.
F. Pasien tidak pernah dilakukan imunisasi.
V. Riwayat Keadaan Psikososial
A. Konsep Diri
1. Gambaran Diri : pasien menerima keadaan yang sekarang, dan tetap
semangat untuk dirinya sembuh.
2. Keadaan emosi : pasien dapat mengontrol diriny dengan baik.
B. Spiritual

Pasien beragama islam, pasien mengatakan sering pergi ke masjid sewaktu


sehat.
VI. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum
Keadaan pasien compos mentis, posisi pasien lebih sering duduk,
keterbatasan melakukan aktivitas karena kaki dan tangannya sebelah kiri
yang terasa dan sulit untuk digerakan.
B. Pemeriksaan Muskouloskletal/Ekstremitas
a. Ekstremitas Atas : tidak simetris kiri dan kanan, bahu kiri jatuh, ROM
(-), Kekuatan otot tangan kiri 1 (kontraksi otot minimal terasa/teraba
pada otot bersangkutan tanpa menimbulkan gerakan), kekuatan otot
kanan 5 (kekuatan normal dimana seluruh gerakan dilakukan otot
dengan tahanan maksimal dari proses yang dilakukan berulang-ulang
tanpa menimbulkan kelelahan), tidak ada edema.
b. Ekstremitas bawah :Pasien mengalami kelemahan pergerakan pada
ekstremitas bawah sebelah kiri sehingga sulit untuk melakukan
aktifitasnya. Kekuatan otot kaki kiri 1 (kontraksi otot minimal
terasa/teraba pada otot bersangkutan tanpa menimbulkan gerakan),

7
kekuatan otot kaki kanan 5 (kekuatan normal dimana seluruh gerakan
dilakukan otot dengan tahanan maksimal dari proses yang dilakukan
berulang-ulang tanpa menimbulkan kelelahan), tidak ada edema.
C. Pemeriksaan Neurologi
a. Nervus olfaktoris/N I
Pasien mampu mengidentifikasi bau dengan baik.
b. Nervus optikus/N II
Pasien mampu melihat dengan baiktanpa alat bantu.
c. Nervus okulomotoris/N III, Trochlearis/N IV, Abdusen/N VI
Pasien mampu menggerakkan bola mata dengan baik.
d. Nervus trigeminus/N V
Pasien mampu untuk membedakan panas/dingin, tajam/tumpul pada
ekstremitas bawah.
e. Nervus fasalis/N VII
Wajah simetris kiri dan kanan, pasien sudah mampu menggerakkan
otot wajahnya, tetapi jika berbicara cepat kata-kata pasien menjadi
salah
f. Nervus vestibulocochlearis/N VIII
Pasien masih mendengar dengan baik
g. Nervus glossopharingeus/N IX, Vagus/N X
Pasien mampu untuk menelan, mengunyah dan membuka
h. Nervus aksesorius/N XI
Pasien tidak mampu menggerakan bagian tangan nya sebelah kiri dan
terasa lemah, bahu kiri tidak simetris.
VII. Masalah Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik
2. Defisit keperawatan diri
VIII. Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan moblitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular
pada tungkai sebelah kiri dan tangan sebelah kiri ditandai dengan pasien
berjalan menggunakan tongkat, berjalan dengan kaki kiri menyeret, tangan
tangan kiri tidak berdaya, TD: 160/100 mmHg, HR: 72x/menit, RR: 24
x/menit, kekuatan otot 1.

8
2. Definisi keperawatan diri berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik
ditandai pasien mandi 1x sehari, gigi kuning, rambut bau, pakaian lusuh
kerena jarang diganti.

EVALUASI

1. Menunjukan keadaan mental dan emosional yang baik, tidak mudah


tersinggung dan bingung.
2. Menjaga pola makan dan kesehatan diri sendri dan keluarga.
3. Meningkatkan aktivitas seseorang dalam bergerak bebas untuk
menghindari keterbatasan gerak fisik.

9
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mobilitas
1. Definisi

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah,


teratur, dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Kehilangan
kemampuan untuk bergerak menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan
tindakan keperawatan (Ambarwati, 2014).

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara


bebas, mudah dan teratus dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2014).

Jadi molitas atau imobilisasi adalah kemampuan gerak seseorang dalam melakukan
aktivitas tampa ketergangtungan atau masalah

2. Jenis Mobilitas
1) Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehinggga dapat melakukan interaksi sosial dan
menjalani peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf
motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh tubuh
seseorang.
2) Mobilitas sebagaian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya.
Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan
pemasangan traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas
sebagian pada ekstremitas bahwa karena pada kehilangan konrol motorik
dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

10
a. Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem
muskulokeletal, contohnya adalah adanya di lokasi sendi dan
tulang.
b. Mobilitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut
disebabkan oleh rusak nya sistem saraf yang reversibel, contohnya
terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang
belakang, poliomilitis karena terganggunya sistem saraf motorik
dan sensorik.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas

Gaya Hidup, perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas


seseorang karena gaya hidup berdampak mampuan perilaku atau kebiasaan
sehari-hari. Hal ini terjadi karena adanya perubahan gaya hidup terutama orang
muda perkotaan modern, seperti mengkonsumsi makanan siap saji (fast food)
yang mengandung kadar lemak tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol,
kerja berlebihan, kurang berolahraga dan stres (Junaidi, 2011).

1) Usia keamampuan melakukan mobilitas dapat di pengaruhi oleh faktor


2) Proses penyakit/Cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan
mobilitas karean dapat mempengaruhi fungsi sitem tubuh. Sebagai contoh,
seorang yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan
pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah.
3) Kebudayaan. Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan. Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan
jauh memiliki kempuan mobilitas yang kuat, sebaliknya ada orang yang
mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya tertentu
dilakukan untuk beraktivitas.
4) Tingkat Energi. Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar
seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan energi yang
cukup.
11
5) Usia dan status perkembangan. Terdapat perbedaan dalam mobilitas pada
tingkat usia yang berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau
kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia.
Semakin bertambahnya usia, semakin besar pula risiko terjadinya stroke.
Hal ini terkait dengan proses degenerasi (penuaan) yang terjadi secara
alamiah. Pada orang orang-orang lanjut usia, pembuluh darah lebih kaku
karena banyak penimbunan plak. Penimbunan plak yang berlebih akan
mengakibatkan berkurangnya aliran darah ke tubuh termasuk otak
(Ambarwati, 2014).

Sedangkan menurut Vaughans, 2011 faktor – faktor yang memengaruhi

mobilitas yaitu :

a. Tahap pertumbuhan
b. Jenis pekerjaan

c. Lingkungan rumah

d. Status kesehatan secara keseluruhan (gizi, olah raga, status mental)

e. Intervensi terapeutik

f. Luka traumatis

g. Penyakit atau cacat (muskuloskletal, neurologis, kardiovaskuler,


pernapasan).

4. Tujuan MobilisasiMenurut Ambarwati, 2014 mobilisasi diperlukan untuk


meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses
penyakit khususnya penyakit degeneratif, dan untuk aktualisasi diri (harga diri dan
citra tubuh).

Kesimpulaan :

12
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah,
teratur, dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilitas
penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas
sehinggga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalani peran sehari-hari.
Mobilitas sebagaian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Mobilitas sebagian
temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang
sifatnya sementara. Mobilitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Gaya Hidup, perubahan gaya
hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena gaya hidup
berdampak mampuan perilaku atau kebiasaan sehari-hari. Hal ini terjadi karena
adanya perubahan gaya hidup terutama orang muda perkotaan modern, seperti
mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang mengandung kadar lemak
tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang
berolahraga dan stres (Junaidi, 2011).
Sebagai contoh, seorang yang menderita fraktur femur akan mengalami
keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah. Kemampuan
melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan. Sebagai contoh, orang
yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kempuan mobilitas yang
kuat, sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena
adat dan budaya tertentu dilakukan untuk beraktivitas. Energi adalah sumber
untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat melakukan mobilitas dengan
baik, dibutuhkan energi yang cukup. Usia dan status perkembangan. Terdapat
perbedaan dalam mobilitas pada tingkat usia yang berbeda. Semakin
bertambahnya usia, semakin besar pula risiko terjadinya stroke. Hal ini terkait
dengan proses degenerasi (penuaan) yang terjadi secara alamiah. Tujuan
Mobilisasi mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri,
meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit
degeneratif, dan untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh).
(Ambarawati,2014).

13
B. IMOBILITAS
1. Definisi
Imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara
bebas kerena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami
trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan
sebagainya. . (Heriana, 2014).

Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh satu
atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (Nurafif & Hardi, 2015). Menurut
(Nanda, 2011) hambatan mobilitas fisik merupakan keterbatasan pada pergerakan
fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah.

Jadi imobilisasi adalah gangguan terhadap gerak seseorang (hambatan fisik) dalam
melakukan aktivitas

2. Jenis Imobilitas
Menurut Atoilah, 2013, secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas
antara lain :

1) Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik


dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan.

2) Imobilitas Intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami


keterbatasan daya pikir.
3) Imobilitas Emosional, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
keterbatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba
dalam menyesuaikan diri.
4) Imobilitas Sosial, merupakan keadaan individu yang mengalami
hampbatan dalam melakukan interaksi sosial kerena keadaan penyakitnya,
sehinggan dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.

3. Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas


Dampak dari imobilitas dalam tubuh dapat mempengaruhi sistem tubuh, seperti
perubahan pada metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
14
gangguan dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan
sistem pernapasan, perubahan kardiovaskluar, perubahan sistem muskuloskeletar,
perubahan kulit, perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil), dan perubahan
perilaku.

Berdasarkan Nursing Outcome Classification and Nursing Intervension


Classification (NOC & NIC) 2015 adalah pasien mengalami kesulitan dalam
membolak-balik posisi, keterbatasan dalam kemampuan melakukan keterampilan
motorik dan keterbatasan rentang pergerakan sendi. Menurut Mubarak (2014)
kehilangan kemampuan untuk bergerak menyebabkan ketergantungan dan ini
membutuhkan tindakan keperawatan. Berbagai penyebab dari imobilitasi fisik dapat
dihubungkan dengan lingkungan internal dan eksternal (Stanley dan Beare, 2007)

4.Faktor Imobilitas

Faktor internal yang dapat menyebabkan imobilitas atau gangguan aktivitas adalah:

a) Penurunan fungsi muskuloskeletal: Otot (adanya atrofi, distrofi, atau cedera),


tulang (adanya infeksi, fraktur, tumor, osteoporosis, atau osteomalaisa, Sendi
(adanya artritis dan tumor)
b) Perubahan fungsi neurologis: misalnya adanya infeksi atau ensefalitis, tumor,
trauma, obat-obatan, penyakit vaskuler seperti stroke, penyakit demielinasi
seperti sklerosis multiple, penyakit degeneratif, terpajan produk racun,
gangguan metabolik atau gangguan nutrisi.
c) Nyeri: dengan penyebab yang multiple dan bervariasi seperti penyakit kronis
dan trauma.
d) Defisit perseptual: berkurangnya kemampuan kognitif

e) Jatuh

f) Perubahan fungsi sosial

g) Aspek psikologis

1) Faktor Eksternal

Banyak faktor eksternal yang mengubah mobilitas pada lansia. Faktor tersebut
adalah:

15
a) Program terapeutik: Program penanganan medis memiliki pengaruh yang kuat
terhadap kualitas dan kuantitas pergerakan pasien. Misalnya pada program
pembatasan yang meliputi faktor-faktor mekanis dan

farmakologis, tirah baring, dan restrain.

1) Faktor-faktor mekanis dapat mencegah atau pergerakan tubuh atau bagian


tubuh dengan penggunaan peralatan eksternal (misalnya gips dan traksi) atau
alat-alat (misalnya yang dihubungkan dengan pemberian cairan intravena,
pengisapan gaster, kateter urine, dan pemberian oksigen).
2) Agens farmakologik seperti sedatif, analgesik, transquilizer, dan anastesi yang
digunakan untuk mengubah tingkat kesadaran pasien dapat mengurangi
pergerakan atau menghilangkannya secara
keseluruhan.

3) Tirah baring dapat dianjurkan atau merupakan akibat dari penanganan


penyakit cedera. Sebagai intervensi yang dianjurkan, istirahat dapat
menurunkan kebutuhan metabolik, kebutuhan oksigen, dan beban kerja
jantung. Selain itu, istirahat dapat memberikan kesempatan pada sistem
muskuloskeletal untuk relaksasi menghilangkan nyeri, mencegah iritasi yang
berlebihan dari jaringan yang cedera, dan meminimalkan efek gravitasi. Tirah
baring dapat juga merupakan
akibat dari faktor-faktor fisiologis atau psikologis.

4) Restrain fisik dan pengamanan tempat tidur biasanya digunakan pada lansia
yang diinstitusionalisasi. Alat-alat ini turut berperan secara langsung terhadap
imobilitas dengan membatasi pergerakan ditempat tidur dan secara tidak
langsung terhadap peningkatan resiko cedera ketika seseorang berusaha untuk
memperoleh kebebasan dan
mobilitasnya.

b) Karakteristik tempat tinggal: tingkat mobilitas dan pola perilaku dari kelompok
teman sebaya klien dapat mempengaruhi pola mobilitas dan perilakunya. Dalam
suatu studi tentang status mobilitas pada penghuni panti jompo, mereka yang
dapat berjalan dianjurkan untuk menggunakan kursi roda karena anggapan para
staf untuk penghuni yang pasif.

16
c) karakteristik staf: Karakteristik dari staf keperawatan yang mempengaruhi pola
mobilitas adalah pengetahuan, komitmen, dan jumlah. Pengetahuan dan
pemahaman tentang konsekuensi fisiologis dari imobilitas dan tindakan-tindakan
keperawatan untuk mencegah atau melawan pengaruh imobilitas penting untuk
mengimplementasikan perawatan untuk memaksimalkan mobilitas. Jumlah
anggota staf yang adekuat dengan suatu komitmen untuk menolong lansia
mempertahankan kemandiriannya harus tersedia untuk mencegah komplikasi
imobilitas.
d) Sistem pemberian asuhan keperawatan: jenis sitem pemberian asuhan
keperawatan yang digunakan dalam institusi dapat mempengaruhi status
mobilitas penghuninya. Alokasi praktik fungsional atau tugas telah menunjukkan
dapat meningkatkan ketergantungan dan komplikasi dari
imobilitas.

e) Hambatan – hambatan: Hambatan fisik dan arsitektur dapat mengganggu


mobilitas. Hambatan fisik termasuk kurangnya alat bantu yang tersedia untuk
mobilitas, pengetahuan dalam menggunakan alat bantu mobilitas tidak adekuat,
lantai yang licin, dan tidak adekuatnya sandaran untuk kaki. Sering kali,
rancangan arsitektur rumah sakit atau panti jompo tidak memfasilitasi atau
memotivasi klien untuk aktif dan tetap dapat bergerak.
f) Kebijakan - kebijakan institusional: faktor lingkungan lain yang penting untuk
lansia adalah kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur institusi. Praktik
pengaturan yang formal dan informal ini mengendalikan keseimbangan antara
perintah institusional dan kebebasan individu. Semakin ketat kebijakan, semakin
besar efeknya pada mobilitas.
Menurut NANDA (2015) kriteria hasil yang diharapkan setelah melakukan
tindakan keperawatan untuk diagnosa mobilitas fisik berhubungan dengan
penurunan kekuatan otot adalah klien meningkat dalam aktivitas fisik, mengerti
tujuan dari peningkatan mobilisasi, memverbalisasikan perasaan dalam
meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah, memperagakan penggunaan
alat bantu untuk mobilisasi (walker).

17
C. AKTIVITAS DAN LATIHAN
1. Definisi

Aktivitas adalah melakukan sesuatu dibawa ke arah perkembangan jasmani dan


rohaninya. (Zakiah Darajat,2011) Dalam filsafat, aktivitas adalah suatu hubungan
khusus manusia dengan dunia, suatu proses yang dalam perjalanannya manusia
menghasilkan kembali dan mengalihwujudkan alam, karena ia membuat dirinya
sendiri subyek aktivitas dan gejalagejala alam objek aktivitas. Dalam psikologi,
aktivitas adalah sebuah konsep yang mengandung arti fungsi individu dalam
interaksinya dengan sekitarnya.(Biker Pintar,2013)

jadi bahwa aktivitas adalah melakukan sesuatu baik yang berhubungan dengan
jasmani maupun rohani dalam interaksinya dengan sekitarnya.

2. Sistem Teori Yang Berperan Dalam Kebutuhan Aktivitas Dan Latihan


1) Tulang : merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi yaitu fungsi
mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot.
2) Otot dan tendon : otot memiliki kontraksi yang kemungkinan tubuh sesauai
keinginan.
3) Ligamen : merupakan bagian menghungkan tulang denag tulang.ligamen
berfisat elastis sehingga membantu fleksibelitas sendi dan mendukung sendi.
4) Sistem saraf : terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan medulaspenalis)
dansistem saraf tepi (percangan dalam sistem saraf pusat).
5) Sendi : merupakan tempat 2 atau lebih ujung tulang bertemu sendi membuat
segmentasi dari rangkan tubuh dan kemungkinan gerakan antar segmen.

3. Jenis Aktivitas Dan Latihan


Aktivitas penuh, Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh hal ini merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh

18
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Aktivitas sebagian
temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan
yang sifatnya sementara.

4. Pelaksanaan Pemenuhan Aktifitas dan Latihan

Menurut Saputra (2013), ada beberapa penatalaksanaan gangguan mobilisasi secara


umum diantaranya, yaitu :

1) Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien

Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas dapat


disesuaikan dengan tingkat gangguan, seperti posisi fowler, sim, trendelenburg,
dorsal recumbent, lithotomi, dan genu pectoral.

a. Posisi Fowler

Gambar 1 posisi fowler

Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, di mana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.

Cara :

a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

b) Dudukkan pasien

c) Berikan sandaran / bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur,
untuk posisi semifowler (30-45 derajat) dan untuk fowler (90 derajat).
19
d) Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.

b. Posisi Sims

Gambar 2 posisi sims

Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri. Posisi ini dilakukan
untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria).

Cara :

a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

b) Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan


posisi badan setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan
ditekuk kearah ke dada.
c) Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan
diatas tempat tidur.
d) Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup dan
kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahkan ke dada.
e) Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri
diatas tempat tidur.

20
c. Posisi Trendelenburg

Gambar 3 Trendelenburg

Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih
rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan
peredaran darah ke otak.
Cara:

a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

b) Pasien dalam keadaan berbaring telentang, letakkan bantal diantara kepala


dan ujung tempat tidur pasien, dan berikan bantal di bawah lipatan lutut.
c) Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat
tidur khusus dengan meninggalkan bagian kaki pasien.
d. Posisi Dorsal Recumbent

Gambar 4 Posisi Dorsal Recumbent

21
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik
atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat
dan memeriksa genitalia serta pada proses persalinan.

Cara:

a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan


b) Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakai bawah dibuka.

c) Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat


tidur, dan renggangkan kedua kaki
d) Pasang selimut

e. Posisi Lithotomi

Gambar 5 Posisi Lithotomi

Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa
genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.

Cara:

a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

b) Pasien dalam keadaan berbaring, telentang, kemudian angkat kedua


pahanya dan tarik ke arah perut.
c) Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha

d) Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi


lithotomi
e) Pasang selimut

22
f. Posisi Genu Pectoral

Gambar 6 Posisi Genu Pectoral

Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kki ditekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa daerah rektum dan sigmoid.

Cara:

a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

b) Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk


dan dada menempel pada kasur tempat tidur.
c) Pasang selimut pada pasien

2) Latihan ROM Pasif dan Aktif

Pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas, atau trauma
memerlukan latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilitas.

Menurut Junaidi (2011) setelah keadaan pasien membaik dan kondisinya telah
stabil baru diperbolehkan dilakukannya mobilisasi.

Latihan berikut dilakukan untuk memelihara dan mempertahankan kekuatan otot


serta memelihara mobilitas persendian.

a. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan


Tangan Cara:

23
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

b) Atur posisi lengan pasin dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk
dengan lengan
c) Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang
pergelangan tangan pasien
d) Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin

e) Catat perubahan yang terjadi

b. Fleksi dan Ekstensi Siku Cara:

a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

24
b) Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak
mengrah ke tubuhnya
c) Letakkan tangan diatas siku pasien dan pegang tangannya degan tangan
lainnya
d) Tekuk siku pasien sehingga tangannya mendekat bahu

e) Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya

f) Catat perubahan yang terjadi

c. Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah


Cara:

a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

b) Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya.

c) Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya
d) Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya

e) Kembalikan ke posisi semula.

f) Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap ke


arahnya.
g) Kembalikan ke posisi semula

h) Catat perubahan yang terjadi

d. Pronasi Fleksi Bahu Cara:

25
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

b) Atur posisi tangan pasien di sisi tubuhnya

c) Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya
d) Angkat lengan pasien pada posisi semula

e) Catat perubahan yang terjadi

e. Abduksi dan Adduksi Cara:


a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

b) Atur posisi lengan pasien disamping badannya

c) Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya
d) Gerakan lengan pasien menjauh dari tubuhnya ke arah perawat

e) Kembalikan ke posisi semula

f) Catat perubahan yang terjadi

f. Rotasi Bahu Cara:


a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

b) Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk


c) Letakkan satu tangan perawat di lengan ats pasien dekat siku dan pegang
tangan pasien dengan tangan yang lain
d) Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke bawah
e) Kembalikan ke posisi semula

f) Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur,


telapak tangan menghadap ke atas
g) Kembalikan lengan ke posisi semula

h) Catat perubahan yang terjadi

g. Fleksi dan Ekstensi Jari – jari Cara:


a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

26
b) Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan sementara tangan lain
memegang kaki
c) Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah

d) Luruskan jari-jari kemudian dorong kebelakang

e) Kembalikan ke posisi semula

f) Catat perubahan yang teradi

h. Infersi dan Efersi Kaki Cara:


a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

b) Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang
pergelangan kaki dengn tangan satunya
c) Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya
d) Kembalikan ke posisi semula

e) Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain
f) Kembalikan ke posisi semula
g) Catat perubahan yang terjadi

i. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Kaki


Cara:
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

b) Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan
yang lain diatas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan
rileks

c) Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari – jari kaki ke arah dada pasien
d) Kembalikan ke posisi semula

e) Tekuk pergelangan kaki menjauh dada pasien

f) Catat perubahan yang terjadi

j. Fleksi dan Ekstensi Lutut Cara:


a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

b) Letakkan atu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien
dengan tangan yang lain

27
c) Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha

d) Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin

e) Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke

atas

f) Kembalikan ke posisi semula

g) Catat perubahan yang terjadi

k. Rotasi Pangkal Paha Cara:


a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

b) Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan yang
lain di atas lutut
c) Putar kaki menjauhi perawat
d) Putar kaki ke arah perawat

e) Kembalikan ke posisi semula

f) Catat perubahan yang terjadi

l. Abduksi dan Adduksi Pangkal Paha


Cara:
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

b) Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan
pada tumit
c) Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari
tempat tidur, gerakkan kaki menjauhi badan pasien
d) Gerakkan kaki mendekati badan pasien

e) Kembalikan ke posisi semula

f)Catat perubahan yang terjadi

3) Latihan Ambulasi

a. Duduk diatas tempat tidur Prosedur kerja :


a) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
b) Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan disamping badannya dengan
telapak tangan menghadap kebawah
28
c) Berdirilah disamping tempat tidur dan letakkan tangan pada bahu pasien
d) Bantu pasien untuk duduk dan beri penompang atau bantal

b. Turun dari tempat tidur, berdiri, kemudian


duduk dikursi roda Prosedur kerja :
a) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada
pasien
b) Pasang kunci kursi roda

c) Berdirilah menghadap pasien dengan kadua kaki merenggang


d) Tekuk sedikit lutut dan pinggang anda

e) Anjurkan pasien untuk meletakkan kedua tangannya dibahu anda

f) Letakkan kedua tangan anda disamping kanan dan kiri pinggang


pasien
g) Ketika kaki pasien menapak dilantai, tahan lutut anda pada lututpasien
h) Bantu pasien duduk dikursi roda dan atur posisi agar nyaman

c. Membantu berjalan Prosedur kerja :

a) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada


pasien
b) Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan disamping badan atau
memegang telapak tangan anda
c) Berdiri disamping pasien dan pegang telapak tangan dan lengan bahu
pasien
d) Bantu pasien berjalan

29
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratus dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2014). Pergerakan merupakan rangkaian
aktivitas yang terintegrasi antara system musculoskeletar dan sistem persyaratan di
dalam tubuh (Mubarak dan Chayatin, 2008). Imobilitas dan imobilisasi merupakan
keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak bebas karean kondisi yang
mengganggu pergerakan (Aktivitas), fraktur pada estremitas, dan sebagainya
(Hidayat,2014). Aktivitas dalam KBBI yaitu kegiatan atau keaktivan. Jadi, segala
sesuatu yang dilakukan, atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-
fisik merupakan suatu aktivitas. Latihan merupakan suatu Gerakan tubuh secara aktif
yang dibutuhkan untuk menjaga kenerja otot dan mempertahankan postur tubuh. 1)
Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehinggga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalani peran sehari-hari. 2)
Mobilitas sebagaian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya.

B. Saran
Saran kami dalam makalah pemenuhan kebutuhan dasar manusia tentang
mobilitas, imobilitas, aktivitas dan Latihan ini sebagai penyelesaian tugas mata kuliah
pemenuhan kebutuhan dasar manusia adalah sabagai berikut :
1. Agar mahasiswa/i memiliki pemahaman akan pemenuhan kebutuhan dasar
manusia bagi mahasiswa keperawatan sebagai satu kewajiban dasar dalam
usaha memperkaya khasanah berpikir seorang calon perawat yang profisioanl
dan beretika.

30
2. Agar mahasiswa/i memahami konsep dasar Kesehatan yang telah
dikembangkan oleh para ahli dan bisa mempraktekannya dalam perawatan
pasien menuju sehat

31
DAFTAR PUSTAKA

Haswati, dan sulistyowati reni. 2017 buku kebutuhan dasar manusia. TIM : Jakarta

Blog : www.transinfotim.blogspot.com

Andriyani, A., Nurlaila, N., & Pranajaya, R. (2017). Pengaruh Senam Nifas terhadap
penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Ibu Post Partum. Jurnal Keperawatan, 9(2),
180-185. Dermawan & Jamil.2013. Keterampilan Dasar Keperawatan Konsep dan
Prosedur. Yogyakarta.

Yoga Yhan Barlonga, 2020

Blog : https://id.scribd.com/presentation/450080617/ppt-aktivitas-dan-latihan

Atoilah E.M., Kurniadi E.,2013. Askep pada klien dengan gangguan kebutuhan dasar
manusia. Inmedia : Garut

Bickley, Lynn S. 2015. Bates buku suku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. EGC :
Jakarta

Ernawati. (2012). Konsep dan aplikasi keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar
manusia. (A. Rifai, Ed.). Jakarta:trans info media.

Riyadi, S. (2015). Kebutuhan dasar manusia aktivitas istirahat diagnose NANDA 2015
Jakarta: Gosyen Publishing.

Wilkonsolom.M.J. (2011). Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 9. Jakarta: EGC

DS, B. S., A, D. s., & H, R. A. (2017, April). Gambaran Kemampuan Brpikir Kritis Perawat
Primer dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Di Rumah sakit Islam Surakarta Vol
10 No 1. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia.

Ambawarti, Respati Fitri. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Dua Satria
Offset

Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Rapha Publishing

Junaidi, Iskandar. 2011. STROKE, Waspadai Ancamannya. Yogyakarta: ANDI

32
Atoilah, Elang Mohamad & Engkus Kusnadi. 2013. Askep Pada Klien Dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: In Media

NANDA International. 2015. NANDA International Inc. Diagnosa Keperawatan:


Definisi & Klasifikasi 2015-2017 (Budi Anna Keliat, et al, Penerjemah).
Jakarta: EGC

NANDA. 2011. Diagnosis Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi 2012 – 2014 .


Jakarta : EGC

Nurarfif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: 2015

Stanley, M.& Beare, P. G. (2007). Buku ajar keperawatan gerontik. Jakarta:

EGC

Saputra, Lyndon. 2013. Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang Selatan: Binarupa


Aksara

Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,(Jakarta: Bumi Aksara,


2011), hlm. 138.

Biker Pintar, “Pengertian dan Arti Aktivitas”, http://hondacbmodifikasi.com, diakses


22 Oktober 2013.

33

Anda mungkin juga menyukai