Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK 4

“OBSERVASI ALAT DAN FUNGSI SISTEM GERAK TUBUH PADA


DOKTER GIGI DI MASYARAKAT”

KELOMPOK 10

Pembimbing : dr. Rury Tiara Oktariza, M.Si

Satya Wira Ade Putra (702019087)

Muhammad Akbar Novriansyah (702017060)

Wiwik Sulatri (702019104)

Khofifah Alqiftiyah (702019088)

Farobby Yusuf Saleh (702019027)

Nada Putri Aisyah (702019054)

Jessica Aurel Virginia (702019066)

Mey Azizah Dhea Rianti (702019026)

Mutiara Aswalita Wijaya (702019021)

Sarah Chairunissa (702019037)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita sampaikan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkah
dan rahmat-Nya dalam penyusunan proposal kegiatan Tugas Pengenalan Profesi Blok
IV mengenai “Observasi alat dan fungsi sistem gerak tubuh pada dokter gigi di
Masyarakat”. Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW karena atas berkat perjuangan beliau kita dapat dihantarkan kepada
zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal kegiatan TPP ini dapat
terselesaikan berkat pengarahan, bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan oleh
berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada
1. Allah SWT, yang telah memberikan kehidupan dengan sejuknya
keimanan
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materi maupun
spiritual
3. dr. Rury Tiara Oktariza, M.Si selaku pembimbing Tugas Pengenalan
Profesi (TPP)
4. Teman-teman sejawat seperjuangan
5. Semua pihak yang membantu penulis
Proposal ini kami tujukan agar setiap orang yang melihat dan membacanya
dapat mengerti maksud dan tujuan kegiatan Observasi alat dan fungsi sistem gerak
tubuh dokter gigi di Masyarakat. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dalam segi materi maupun dalam penyusunan kata-
kata dalam penyusunan proposal ini, hal ini disebabkan oleh keterbatasannya
kemampuan dan penetahuan yang penulis miliki. Maka dari itu penulis memohon
maaf, saran dan kritik bagi seluruh pembaca dalam upaya perbaikan laporan ini.

Palembang, Desember 2019

Penulis

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................i

Daftar Isi......................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1

1.3 Tujuan..............................................................................................................2

1.4 Manfaat............................................................................................................2

BAB II Tinjauan Pustaka..........................................................................................3

2.1 Tulang..............................................................................................................3

2.1.1 Morfologi Tulang Manusia...................................................................3

2.1.2 Anatomi Tulang.....................................................................................3

2.1.3 Pembentukan Tulang.............................................................................5

2.1.4 Struktur Tulang......................................................................................5

2.1.5 Macam-Macam Tulang..........................................................................6

2.1.6 Ekstermitas Atas (Superior).................................................................10

2.1.7 Ekstermitas Bawah (Inferior)..............................................................13

2.2 Otot................................................................................................................15

2.2.1 Jenis-Jenis Otot....................................................................................15

2.2.2 Sifat Kerja Otot....................................................................................17

2.2.3 Mekanisme Gerak Otot........................................................................17

2.2.4 Susunan Otot Anggota Badan Atas.....................................................18

I
2.2.5 Susunan Otot Anggota Badan Bawah.................................................22

2.3 Sendi..............................................................................................................26

2.3.1 Definisi Sendi......................................................................................26

2.3.2 Klasifikasi Sendi..................................................................................27

2.3.3 Persyarafan Persendian........................................................................29

2.3.4 Pembatasan Gerakan Sendi.................................................................29

2.3.5 Persendian Menurut Tempat Sendi Anggota Gerak Atas...................29

BAB III Metode Pelaksanaan..................................................................................37

3.1 Lokasi Pelaksanaan........................................................................................37

3.2 Waktu Pelaksanaan........................................................................................37

3.3 Subjek Tugas Mandiri....................................................................................37

3.4 Alat dan Bahan..............................................................................................37

3.5 Langkah-Langkah Kerja...............................................................................37

BAB IV Hasil dan Pembahasan...............................................................................38

4.1 Hasil...............................................................................................................38

4.2 Pembahasan...................................................................................................39

BAB V Kesimpulan dan Saran................................................................................42

5.1 Kesimpulan...................................................................................................42

5.2 Saran..............................................................................................................42

Daftar Pustaka..........................................................................................................44

Lampiran...................................................................................................................45

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tubuh manusia tersusun dari berbagai macam sistem yang menyusunnya,
yaitu struktur tulang, otot dan persendian. Sistem tersebut berjalan dengan baik
dan akan membentuk suatu keseimbangan pada tubuh manusia yang sehat dan
akan berlaku sebaliknya pada tubuh manusia yang sedang mengalami gangguan
kesehatan. Pada blok IV Fakultas Kedokteran UMPalembang mempelajari tentang
sistem tubuh manusia. Sistem tubuh manusia merupakan cabang ilmu kedokteran
dasar yang akan menjadi bekal pengetahuan dalam mengikuti blok tingkat
selanjutnya.Sistem gerak tubuh manusia merupakan salah satu dari sistem tubuh
manusia. Dalam gerakan pasti memerlukan gabungan dari beberapa sistem antara
lain: osteologi, myologi dan arthrologi (Sherwood, 2006).
Pada Tugas Pengenalan Profesi ini, kami mengobservasi alat dan fungsi
sistem gerak tubuh pada dokter gigi di masyarakat. Dengan mengamati alat gerak
pada dokter gigi di masyarakat, mahasiswa dapat secara langsung mempelajari
peran fungsi tubuh manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.Selain itu,
mahasiswa juga dapat melihat secara langsung dampak yang ditimbulkan dari
aktivitas yang dilakukan setiap hari terhadap perubahan bentuk tubuhnya. Oleh
karena itu, kami mahasiswa kedokteran UMPalembang akan melaksanakan
kegiatan Tugas Pengenalan Profesi dalam Blok IV ini dengan judul “Observasi
Alat dan Fungsi Sistem Gerak Tubuh pada Dokter gigi di Masyarakat”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang dirumuskan pada
kegiatan Tugas Pengenalan Profesi blok IV ini adalah:
1. Bagaimana anatomi (otot, sendi, dan tulang) sistem gerak tubuh yang
terlibat pada doktergigi saat melakukan tindakan medis?
2. Apa saja gerakan yang terjadi pada sistem gerak tubuh dokter gigi saat
melakukan tindakan medis?

1
1.3 Tujuan Observasi
Adapun tujuan pelaksananaan kegiatan Tugas Pengenalan Profesi blok IV ini
adalah:
1. Mengetahui anatomi (otot, sendi, dan tulang) sistem gerak tubuh yang
terlibat pada dokter gigi saat melakukan tindakan medis ?
2. Mengetahui gerakan yang terjadi pada sistem gerak tubuh dokter gigi saat
melakukan tindakan medis ?

1.4 Manfaat Observasi


Adapun manfaat pelaksanaan kegiatan Tugas Pengenalan Profesi Blok IV ini
adalah :

1. Memperluas wawasan terhadap alat gerak dan sistem gerak pada dokter
gigi.
2. Mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi gerakan yangdilakukan
saat pemeriksaan gigi.
3. Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu anatomi pada aktivitas sehari-hari.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tulang
2.1.1Morfologi Tulang Manusia
Tulang manusia berbeda dengan tulang hewan dalam hal
struktur, ketebalan, ukuran dan umur penulangan (osifikasi). Setiap
manusia memiliki 190 tulang, dan tulang ini dibedakan menjadi tulang
panjang, pendek, pipih dan tidak teratur. Tulang panjang kita dapati
pada tangan dan kaki seperti humerus, radius, ulna, femur, tibia dan
fibula. Tulang pendek meliputi tulang belikat/clavicula, metacarpal
dan metatarsal (jari tangan dan kaki). Tulang pipih terdapat pada
tulang-tulang atap tengkorak seperti frontal, parietal dan occipital.
Tulang tidak teratur adalah tulang vertebra dan basis cranii. (Indriati,
2004)

Gambar 1. Tulang Penyusun Kerangka Tubuh


(Indriati, 2004)

2.1.2 Anatomi Tulang


Secara umum, rangka orang dewasa memiliki dua komponen
struktur yang mendasar yaitu tulang spongiosa dan kompakta/kortikal.
Struktur kompakta/kortikal terdapat pada bagian tepi tulang panjang
meliputi permukaan eksternal. Pada bagian internal tulang, terdapat

3
struktur spongiosa seperti jala-jala sedangkan bagian tengah tulang
panjang kosong atau disebut cavitas medullaris untuk tempat sumsum
tulang. (Indriati, 2004)
Pada persendian, tulang kompakta ditutupi oleh
kartilago/tulang rawan sepanjang hidup yang disebut tulang
subchondral. Tulang subchondral pada persendian ini lebih halus dan
mengkilap dibanding tulang kompakta yang tidak terletak pada
persendian. Contohnya adalah pada bagian distal humerus atau siku.
Selain itu, tulang subchondral pada sendi juga tidak memiliki kanal
Haversi. (Indriati, 2004)
Pada tulang vertebra, strukturnya porus dan dinamakan tulang
trabecular atau cancellous. Daerah tulang trabecular pada rangka yang
sedang tumbuh memiliki tempat-tempat sumsum merah, jaringan
pembuat darah atau hemopoietic yang memproduksi sel-sel darah
merah, putih dan platelet. Sumsum kuning berfungsi terutama sebagai
penyimpan sel-sel lemak di kavitas medullaris pada tulang panjang,
dikelilingi oleh tulang kompakta. Selama pertumbuhan, sumsum merah
digantikan secara progresif oleh sumsum kuning di sebagian besar
tulang panjang. (Indriati, 2004)
Bagian-bagian tulang panjang yang panjang dan silindris
disebut diaphysis, sedangkan ujung proksimal dan distalnya terdapat
epiphysis dan metaphysis. Jadi, diaphysis adalah batang tulang
panjang, epiphysis adalah ujung akhir tulang panjang sedangkan
metaphysis adalah ujung tulang panjang yang melebar ke samping.
Semasa hidup, bagian eksternal tulang yang tidak berkartilago dilapisi
oleh periosteum. Periosteum adalah membran dengan vaskularisasi
yang memberi nutrisipada tulang. Bagian internal tulang dilapisi oleh
endosteum/membran seluler. Baik periosteum maupun endosteum
adalah jaringan osteogenik yang berisi sel-sel pembentuk tulang. Pada
periosteum yang mengalami trauma, sel-sel pembentuk tulang
jumlahnya bertambah. Pada periostitis/trauma pada periosteum
ditandai dengan pembentukan tulang baru di permukaan eksternal
tulang yang tampak seperti jala/trabekular. (Indriati, 2004)

4
2.1.3 Pembentukan tulang

Osifikasi atau yang disebut dengan proses pembentukan tulang


telah bermula sejak umur embrio 6-7 minggu dan berlangsung sampai
dewasa. Osifikasi dimulai dari sel-sel mesenkim memasuki daerah
osifikasi, bila daerah tersebut banyak mengandung pembuluh darah
akan membentuk osteoblas, bila tidak mengandung pembuluh darah
akan membentuk kondroblas. Pembentukan tulang rawan terjadi segera
setelah terbentuk tulang rawan (kartilago). Osteoblas ada dalam lakuna
berubah menjadi osteosit dan mensekresikan kompoonen organik
sehingga tulang menjadi keras. (Snell, 2012)

Gambar 2.Pembentukan tulang(Snell, 2012)

2.1.4 Struktur tulang

1. Periosteum
Pada lapisan pertama bernama periosteum. Periosteum merupakan
selaput luar tulang yang tipis Periosteum merupakan tempat
melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam
memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.
2. Tulang Kompak (Compact Bone)
Pada lapisan kedua bernama tulang kompak. Tulang ini teksturnya
halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan
lebih banyak mengandung kapur (Calsium, Phosfat, dan Calsium
Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat.

5
3. Tulang Spongiosa (Spongy Bone)
Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Tulang
spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh sumsum
merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri
dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.
4. Sumsum Tulang (Bone Marrow)
Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah
sumsum tulang. Sumsum tulang wujudnya seperti jelly yang kental.
Sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa seperti yang telah
dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting
dalam tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada
dalam tubuh. (Snell, 2012)

Gambar 3. Struktur Tulang (Ivaska, 2005).

2.1.5 Macam-macam Tulang

1.) Berdasarkan bentuknya

a) Tulang Pipa atau Tulang Panjang (Long Bone).

Pada tulang ini, panjangnya lebih besar daripada


lebarnya. Tulang ini mempunyai corpus berbentuk tubular,
diafisis, dan biasanya dijumpai epifisis pada ujung-ujungnya.
Selama masa pertumbuhan, diafisis dipisahkan dari epifisis

6
oleh kartilago epifisis. Bagian diafisis yang terletak
berdekatan dengan kartilago epifisis disebut metafisis.
Corpus mempunyai cavitas medullaris di bagian tengah
yang berisi sumsum tulang. Bagian luar corpus terdiri atas
tulang kompakta yang diliputi oleh selubung jaringan ikat
yaitu periosteum. Ujung-ujung tulang panjang terdiri atas
tulang spongiosa yang dikelilingi oleh selapis tipis tulang
kompakta. Facies artikularis ujung-ujung tulang diliputi
oleh kartilago hialin. Tulang-tulang panjang yang ditemukan
pada ekstremitas antara lain tulang humerus, femur, ossa
metacarpi, ossa metatarsal dan phalanges.(Snell, 2012)

Gambar 4. Histologi Tulang Panjang


(Tortora dan Derrickson, 2011)

b) Tulang Pipih (FlatBone)

Bentuk tulang yang kedua yaitu tulang pipih. Tulang pipih


tersusun atas dua lempengan tulang kompak dan tulang spons,
didalamnya terdapat sumsum tulang. Kebanyakan tulang pipih
menyusun dinding rongga, sehingga tulang pipih ini sering
berfungsi sebagai pelindung atau memperkuat. Contohnya

7
adalah tulang rusuk (costa), tulang belikat (scapula), tulang
dada (sternum), dan tulang tengkorak. (Snell, 2012)

c) Tulang Pendek (ShortBone)

Dinamakan tulang pendek karena ukurannya yang pendek


dan berbentuk kubus umumnya dapat kita temukan pada
pangkal kaki, pangkal lengan, dan ruas-ruas tulang belakang.
(Snell, 2012)

d) Tulang Tak Berbentuk (Irreguler Bone)

Tulang tak berbentuk memiliki bentuk yang tak termasuk


ke dalam tulang pipa, tulang pipih, dan tulang pendek. Tulang
ini terdapat di bagian wajah dan tulang belakang. Gambar
tulang wajah (bagian mandibula) di samping termasuk tulang
irreguler. (Snell, 2012)

e) Tulang Sesamoid
Tulang sesamoid merupakan tulang kecil yang ditemukan
pada tendo-tendo tertentu, tempat terdapat pergeseran tendo
pada permukaan tulang. Sebagian besar tulang sesamoid
tertanam di dalam tendon dan permukaan bebasnya ditutupi
oleh kartilago. Tulang sesamoid yang terbesar adalah patella,
yang terdapat pada tendo musculus quadriceps femoris. Contoh
lain dapat ditemukan pada tendo musculus flexor pollicis brevis
dan musculus flexor hallucis brevis, fungsi tulang sesamoid
adalah mengurangi friksi pada tendo, dan merubah arah tarikan
tendo (Snell, 2012).

2) Berdasarkan jaringan penyusunnya dan sifat-sifat fisik tulang

a. Tulang rawan

Pada saat masih embrio, rangka manusia dan


hewan vertebrata sebagian besar berupa tulang rawan
(kartilago). Dalam perkembangannya, tulang rawan

8
tersebut akan berubah menjadi tulang (tulang keras).
Tulang rawan mengandung banyak zat perekat berupa
protein dan mengandung sedikit zat kapur sehingga
bersifat lentur. Ada 3 jenis tulang rawan, yaitu:

1. Tulang rawan hialin; merupakan tulang


rawan yang tersusun dari bahan yang
seragam. Tulang rawan hialin terdapat pada
dinding trakea, ujung tulang tungkai dan
lengan anggota badan, sendi tulang, dan
antara tulang rusuk dan tulang dada.
2. Tulang rawan elastis; bersifat lentur dan
terdapat di hidung dan daun telinga.
3. Tulang rawan serabut; bersifat kuat, tetapi
kurang lentur dibandingkan bentuk tulang
rawan lainnya, terdapat pada antar ruas
tulang belakang. (Snell, 2011)

Gambar 5. Tulang Rawan(Snell, 2011)

b. Tulang keras

Tulang keras atau yang sering kita sebut sebagai


tulang berfungsi menyusun berbagai sistem rangka.
Tulang tersusun atas:

9
1. Osteoblast : sel pembentuk jaringan tulang

2. Osteosit : sel-sel tulang dewasa

3. Osteoklas : sel-sel penghancur tulang

(Snell, 2011)

2.1.6 Ekstremitas Atas (Superior)

Gambar 6. Ekstremitas atas


(Akmal, 2018)

Ekstremitas atas terdiri atas tulang skapula, klavikula, humerus,


radius, ulna, karpal, metakarpal, dan tulang-tulang phalangs (Snell,
2011).
a. Skapula
Skapula merupakan tulang yang terletak di sebelah posterior
tulang kostal dan berbentuk pipih seperti segitiga.Skapula

10
memiliki beberapa proyeksi (spina, korakoid) yang melekatkan
beberapa otot yang berfungsi menggerakkan lengan atas dan
lengan bawah.Skapula berartikulasi dengan klavikula melalui
acromion. Sebuah depresi (cekungan) di sisi lateral skapula
membentuk persendian bola-soket dengan humerus, yaitu fossa
glenoi (Snell, 2011).
b. Klavikula
Klavikula merupakan tulang yang berartikulasi dengan skapula
di sisi lateral dan dengan manubrium di sisi medial. Pada posisi ini
klavikula bertindak sebagai penahan skapula yang mencegah
humerus bergeser terlalu jauh (Snell, 2011).
c. Humerus
Humerus merupakan tulang panjang pada lengan atas, yang
berhubungan dengan skapula melalui fossa glenoid. Di bagian
proksimal, humerus memiliki beberapa bagian antara lain leher
anatomis, leher surgical, tuberkel mayor, tuberkel minor dan
sulkus intertuberkular. Di bagian distal, humerus memiliki
beberapa bagian antara lain condyles, epicondyle lateral,
capitulum, trochlear, epicondyle medial dan fossa olecranon (di
sisi posterior). Tulang ulna akan berartikulasi dengan humerus di
fossa olecranon, membentuk sendi engsel. Pada tulang humerus ini
juga terdapat beberapa tonjolan, antara lain tonjolan untuk otot
deltoid (Snell, 2011).
d. Ulna
Ulna merupakan tulang lengan bawah yang terletak di sisi
medial pada posisi anatomis.Di daerah proksimal, ulna
berartikulasi dengan humerus melalui fossa olecranon (di bagian
posterior) dan melalui prosesus coronoid (dengan trochlea pada
humerus).Artikulasi ini berbentuk sendi engsel, memungkinkan
terjadinya gerak fleksi-ekstensi.Ulna juga berartikulasi dengan
radial di sisi lateral.Artikulasi ini berbentuk sendi kisar,
memungkinkan terjadinya gerak pronasi-supinasi.Di daerah distal,
ulna kembali berartikulasi dengan radial, juga terdapat suatu
prosesus yang disebut sebagai prosesus styloid (Snell, 2011).

11
e. Radius
Radius merupakan tulang lengan bawah yang terletak di sisi
lateral pada posisi anatomis. Di daerah proksimal, radius
berartikulasi dengan ulna, sehingga memungkinkan terjadinya
gerak pronasi-supinasi. Sedangkan di daerah distal, terdapat
prosesus styloid dan area untuk perlekatan tulang-tulang karpal
antara lain tulang scaphoid dan tulang lunate (Snell, 2011).

Gambar 7. Tulang telapak tangan (Akmal, 2018)

f. Karpal
Tulang karpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi
dengan ujung distal ulna dan radius, dan dengan ujung proksimal
dari tulang metakarpal.Antara tulang-tulang karpal tersebut
terdapat sendi geser.Ke delapan tulang tersebut adalah scaphoid,
lunate, triqutrum, piriformis, trapezium, trapezoid, capitate, dan
hamate (Snell, 2011).
g. Metakarpal
Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan
tangan dan bagian proksimalnya berartikulasi dengan bagian distal
tulang-tulang karpal.Persendian yang dihasilkan oleh tulang karpal
dan metakarpal membuat tangan menjadi sangat fleksibel.Pada ibu

12
jari, sendi pelana yang terdapat antara tulang karpal dan
metakarpal memungkinkan ibu jari tersebut melakukan gerakan
seperti menyilang telapak tangan dan memungkinkan menjepit/
menggenggam sesuatu.Khusus di tulang metakarpal jari 1 (ibu jari)
dan 2 (jari telunjuk) terdapat tulang sesamoid (Snell, 2011).
h. Tulang-tulang phalangs
Tulang-tulang phalangs adalah tulang-tulang jari, terdapat 2
phalangs di setiap ibu jari (phalangs proksimal dan distal) dan 3 di
masing-masing jari lainnya (phalangs proksimal, medial,
distal).Sendi engsel yang terbentuk antara tulang phalangs
membuat gerakan tangan menjadi lebih fleksibel terutama untuk
menggenggam sesuatu (Snell, 2011).

2.1.7 Ekstremitas Bawah (Inferior)

Gambar 8. Ekstremitas inferior


(Akmal, 2018)
Ekstremitas bawah terdiri dari tulang pelvis, femur, tibia, fibula,
tarsal, metatarsal, dan tulang-tulang phalangs (Snell, 2011).
a. Pelvis
Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang
merupakan tulang pipih. Masing-masing tulang pinggul terdiri atas
3 bagian utama yaitu ilium, pubis dan ischium. Ilium terletak di
bagian superior dan membentuk artikulasi dengan vertebra sakrum,
ischium terletak di bagian inferior-posterior, dan pubis terletak di

13
bagian inferior-anterior-medial.Bagian ujung ilium disebut sebagai
puncak iliac (iliac crest). Pertemuan antara pubis dari pinggul kiri
dan pinggul kanan disebut simfisis pubis. Terdapat suatu cekungan
di bagian pertemuan ilium-ischium-pubis disebut acetabulum,
fungsinya adalah untuk artikulasi dengan tulang femur (Snell,
2011).
b. Femur
Femur merupakan tulang betis, yang di bagian proksimal
berartikulasi dengan pelvis dan dibagian distal berartikulasi dengan
tibia melalui condyles.Di daerah proksimal terdapat prosesus yang
disebut trochanter mayor dan trochanter minor dihubungkan oleh
garis intertrochanteric. Pada bagian distal anterior terdapat condyle
lateral dan condyle medial untuk artikulasi dengan tibia, serta
permukaan untuk tulang patella. Pada bagian distal posterior
terdapat fossa intercondylar (Snell, 2011).
c. Tibia
Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial
dibanding dengan fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki
condyle medial dan lateral di mana keduanya merupakan facies
untuk artikulasi dengan condyle femur. Terdapat juga facies untuk
berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral.Selain itu, tibia
memiliki tuberositas untuk perlekatan ligamen.Di daerah distal
tibia membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal dan
malleolus medial (Snell, 2011).
d. Fibula
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral
dibanding dengan tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi
dengantibia. Sedangkan di bagian distal, fibula membentuk
malleolus lateral dan facies untuk artikulasi dengan tulang-tulang
tarsal (Snell, 2011).
e. Tarsal
Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan
fibula dan tibiadi proksimal dan dengan metatarsal di
distal.Terdapat 7 tulang tarsal, yaitu calcaneus, talus, cuboid,

14
navicular, dan cuneiform (1, 2, 3). Calcaneus berperan sebagai
tulang penyanggah berdiri (Snell, 2011).
f. Metatarsal
Metatarsal merupakan 5 tulang yang berartikulasi dengan tarsal di
proksimal dan dengan tulang phalangs di distal. Khusus di tulang
metatarsal 1 (ibu jari) terdapat 2 tulang sesamoid (Snell, 2011).
g. Phalangs
Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki.Terdapat 2 tulang
phalangs di ibu jari dan 3 phalangs di masing-masing jari
sisanya.Karena tidak ada sendi pelana di ibu jari kaki,
menyebabkan jari tersebut tidak sefleksibel ibu jari tangan(Snell,
2011).

2.2 Otot
Otot adalah ikatan jaringan berserat yang menggerakkan tubuh, penjaga
postur, serta memfungsikan organ-organ dalam, seperti jantung, ginjal, dan
kandung-kemih. Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuan
berkontraksi. Otot memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika
berelaksasi. Kontraksi otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan,
sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot sedang beristirahat.Dengan demikian
otot memiliki 3 karakter, yaitu:
a. Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari
ukuran semula, hal ini teriadi jika otot sedang melakukan kegiatan.
b. Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari
ukuran semula.
c. Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.
Otot tersusun atas dua macam filamen dasar, yaitu filament aktin dan filament
miosin. Filamen aktin tipis dan filament miosin tebal. Kedua filamen ini
menyusun miofibril. Miofibril menyusun serabut otot dan serabut otot-serabut
otot menyusun satu otot. (Snell, 2011)

2.2.1 Jenis – Jenis Otot

15
Berdasarkan bentuk morfologi, sistem kerja dan lokasinya dalam tubuh,
otot dibedakan menjadi tiga, yaitu otot lurik, otot polos, dan otot jantung.
1. Otot lurik (Otot Rangka)
Otot lurik disebut juga otot rangka atau otot serat lintang. Otot ini
bekerja di bawah kesadaran. Pada otot lurik, fibril-fibrilnya mempunvai
jalurjalur melintang gelap (anisotrop) dan terang (isotrop) yang tersusun
berselang-selang. Sel-selnya berbentuk silindris dan mempunvai banvak
inti. Otot rangka dapat berkontraksi dengan cepat dan mempunyai
periode istirahat berkali - kali. Otot rangka ini memiliki kumpulan
serabut yang dibungkus oleh fasia super fasialis. Gabungan otot
berbentuk kumparan dan terdiri dari bagian:
a.) Ventrikel (empal), merupakan bagian tengah yang menggembung.
b.) Urat otot (tendon), merupakan kedua ujung yang mengecil.
Urat otot (tendon) tersusun dari jaringan ikat dan bersifat keras
sertaliat. Berdasarkan cara melekatnya pada tulang, tendon
dibedakan sebagai berikut ini:
(1) Origo merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak
berubah kedudukannya ketika otot berkontraksi;
(2) Insersio merupakan tendon yang melekat pada tulang yang
bergerak ketika otot berkontraksi. Otot yang dilatih terus
menerus akan membesar atau mengalami hipertrofi,
Sebaliknya jika otot tidak digunakan (tidak ada aktivitas) akan
menjadi kisut atau mengalami atrofi. (Snell, 2011)

2. Otot Polos
Otot polos disebut juga otot tak sadar atau otot alat dalam (otot
viseral). Otot polos tersusun dari sel – sel yang berbentuk kumparan
halus. Masing – masing sel memiliki satu inti yang letaknya di tengah.
Kontraksi otot polos tidak menurut kehendak, tetapi dipersarafi oleh
saraf otonom. Otot polos terdapat pada alat alat dalam tubuh, misalnya
pada:

a. dinding saluran pencernaan;


b. saluran-saluran pernapasan;

16
c. pembuluh darah;
d. saluran kencing dan kelamin.

3. Otot Jantung
Otot jantung mempunyai struktur yang sama dengan otot lurik hanya
saja serabut – serabutnya bercabang - cabang dan saling beranyaman
serta dipersarafi oleh saraf otonom. Letak inti sel di tengah. Dengan
demikian, otot jantung disebut juga otot lurik yang bekerja tidak
menurut kehendak. (Snell, 2011)

2.2.2 Sifat Kerja Otot


Sifat kerja otot dibedakan atas antagonis dan sinergis seperti berikut ini:
1. Antagonis
Antagonis adalah kerja otot yang kontraksinya menimbulkan efek
gerak berlawanan, contohnya adalah sebagai berikut.
a. Ekstensor (meluruskan) dan fleksor (membengkokan) misalnya
otot trisep dan otot bisep
b. Abduktor (menjauhi badan) dan adductor (mendekati badan)
misalnya gerak tangan sejajar bahu dan sikap sempurna.
c. Depresor (ke bawah) dan adduktor ( ke atas), misalnya gerak
kepala merunduk dan menengadah.
d. Supinator (menengadah) dan pronator (menelungkup),
misalnyagerak telapak tangan menengadah dan gerak telapak tangan
menelungkup. (Snell, 2011)
2. Sinergis
Sinergis adalah otot-otot yang kontraksinya menimbulkan gerak searah.
Contohnya pronator teres dan pronator kuadratus. (Snell,2011)

2.2.3 Mekanisme Gerak Otot


Dari hasil penelitian dan pengamatan dengan mikroskop elektron dan
difraksi sinar X, Hansen dan Huxly (l955) mengemukkan teori kontraksi
otot yang disebut model sliding filaments. Model ini menyatakan bahwa
kontraksi didasarkan adanya dua set filamen di dalam sel otot kontraktil
yang berupa filament aktin dan filamen miosin. Rangsangan yang diterima

17
oleh asetilkolin menyebabkan aktomiosin mengerut (kontraksi). Kontraksi
ini memerlukan energi. Pada waktu kontraksi, filamen aktin meluncur di
antara miosin ke dalam zona H (zona H adalah bagian terang di antara 2
pita gelap). Dengan demikian serabut otot menjadi memendek yang tetap
panjangnya ialah ban A (pita gelap), sedangkan ban I (pita terang) dan zona
H bertambah pendek waktu kontraksi. Ujung miosin dapat mengikat ATP
dan menghidrolisisnya menjadi ADP. (Snell, 2011)

2.2.4 Susunan Otot Anggota Badan Atas


1. Otot-otot bahu

Otot Origo Insertio

M. Deltoideus Extremitas acromialis Tuberositas deltoidea


claviculae, acromion. humeri.

M. Supraspinatus Fossa supraspinata scapulae. Tuberculum majus humeri


bagian atas.

M. Infraspinatus Fossa infraspinata sacpulae. Tuberculum majus humeri


bagian tengah.
M. Teres minor Margo axillaris scapulae. Tuberculum majus humeri
bagian bawah.
M. Teres major Margo axillaris dan angulus Crista tuberculi minoris
inferior scapulae. humeri.

M. Subscapularis Facies costalis scapulae. Tuberculum minus humeri.

(Snell, 2011)

2.Otot-otot lengan atas

Otot Origo Insertio

18
M. Biceps brachii Caput longum: tuberositas Tuberositas radii.
supraglenoidalis;
Caput breve: processus
coracoideus scapulae.

M. Processus coracoideus. Pertengahan humerus.


Coracobrachialis
M. Brachialis Pertengahan humerus, Tuberositas ulnae.
mencakup insersi m.
deltoideus.
M. Triceps Caput longum : tuberculum Olecranon.
brachii infraglenoidale;
Caput mediale : facies
posterior humerus;
Caput laterale : facies
posterior humerus.
(Snell, 2011)

3. Otot lengan bawah

Otot Origo Insertio


M. Pronator Caput humerale: epicondylus Tuberositas pronatoria pada
teres medialis humeri; Caput pertengahan pinggir lateral
ulnare: processus radius.
coronoideus.

M. Supinator Epicondylus lateralis humeri; Radius diatas insersi m.


Lig. Collaterale laterale; pronator teres.
Lig. Anulare radii;
Crista supinatoria ulnae.
M. Pronator Facies volaris ulnae bagian Facies volaris radii bagian
quadratus distal. distal.
M. Flexor carpi Epicondylus medialis Basis pada ossium
radialis humeri. metacarpalium II dan III.

19
M. Palmaris Epicondylus medialis Aponeurosis Palmaris.
longus humeri.
M. Flexor carpi Caput humerale: epicondylus Os pisiforme.
ulnaris medialis humeri;
Capul ulnare: pinggir dorsal
ulna.
M. Flexor Facies volaris ulnae; Basis phalanx terakhir jari II
digitorum Membrana interosea. – V.
profundus
M. Flexor pollicis Facies volaris radii; Basis phalanx terakhir ibu
longus Membrana interossea. jari.
M. Pinggir radial humerus; Processus styloideus radii.
Brachioradialis Septum intermuscularis
lateral.
M. Extensor Pinggir radial humerus; Basis ossis metacarpalis II.
carpi radialis Septum intermuscularis
longus: lateral.
M. Extensor Epicondylus lateralis humeri. Basis ossis metacarpalis III.
carpi radialis
brevis
M. Extensor Epicondylus lateralis humeri; Basis ossis metacarpalis V.
carpi ulnaris Facies dorsalis ulnae.
M. Anconeus Epicondylus lateralis humeri; Permukaan lateral olecranon;
Permukaan belakang simpai Facies dorsalis ulnae.
sendi articulatio Cubiti.
M. Extensor Epicondylus lateralis humeri; Aponeurosis dorsalis jari II –
digitorum Fascia antebrachii. V.
communis
M. Extensor Bersatu erat dengan origo m. Aponeurosis dorsalis jari V.
digiti minimi extensor digitorum
communis.
M. Abductor Facies dorsalis ulnae et radii; Basis ossis metacarpalis I.

20
pollicis longus Membrana interossea
antebrachii.
M. Extensor Facies dorsalis radii; Basis phalanx pertama ibu
pollicis brevis Membrana interossea jari.
antebrachii.
M. Extensor Facies dorsalis ulnae; Basis phalanx terakhir ibu
pollicis longus Membrana interossea jari.
antebrachii.
M. Extensor Facies dorsalis ulnae; Aponeurosis dorsalis
indicis Membrana interossea telunjuk.
antebrachii.
(Snell, 2011)

4. Otot-otot tangan

Otot Origo Insertio


M. Abductor Lig. Carpi transversum; Sisi lateral basis phalanx
pollicis brevis Tuberositas ossis navicularis; proksimal ibu jari.
Urat m. abductor pollicis
longus.
M. Opponens Lig. Carpi transversum; . Sisi lateral os metacarpale I.
pollicis Os trapezium

M. Palmaris Aponeurosis palmaris bagian Jaringan bawah kulit


brevis medial. didaerah hypothenar.
M. Flexor pollicis Caput superficiale: lig. Carpi Os sesamoideum laterale dan
brevis transversum; basis phalanx proksimal ibu
Caput profundus: os jari.
trapezium, os trapezoideum
dan os capitatum.
M. Adductor Caput obliqum: basis pada Basis phalanx proksimal ibu
pollicis ossa metacarpalia II & III os jari os sesamoideum mediale.
capitatum ikat-ikat disekitar
os capitatum;
caput transversum: facies volaris

21
ossis metacarpalis III.
M. Abductor Os pisiforme; lig. Carpi Basis phalanx pertama
digiti V (minimi) transversum. kelingking.
M. Flexor digiti Hamulus ossis hamati; Bersama dengan m. abductor
V brevis: Lig. Carpi transversum digiti V.
M. Opponen Hamulus ossis hamati; Lig. Margo medialis ossis
digiti V (minimi): Carpi transversum. metacarpalis V.
Mm. Urat-urat m. flexor digitorum Aponeurosis dorsalis jari II –
Lumbricales: profundus. V.
Mm Interossei Sisi medial os metacarpale Sisi medial basis phalanx
volaris (3 buah) II; pertama telunjuk dan
Sisi lateral ossa metacarpalia aponeurosis dorsalis jari itu;
IV dan V. Sisi lateral basis phalanx
pertama jari IV dan V dan
aponeurosis dorsalis jari-jari
itu.
Mm. Interossei Sisi yang berhadapan pada Pinggir lateral phalanx
dorsales (4 ossa metacarpalia. pertama jari II dan III dan
buah): aponeurosis dorsalis jari-jari
itu
pinggir medial phalanx pertama
jari III dan IV dan pada
aponeurosis dorsalisnya.
(Snell, 2011)

2.2.5 Susunan Otot Anggota Bawah


1. Otot-otot Pangkal Paha

Otot Origo Insertio


M. Psoas Corpus vertebrae Thoracalis Eminentia iliopectinea;
minor XII; fascia iliaca.
corpus vertebrae Lumbalis I;
discus diantara kedua vertebrae
itu.

22
M. Psoas Corpora vertebrae Thoracalis Trochanter minor femoris.
mayor Xii dan vertebrae Lumbalis I –
V;
processus transversi semua
vertebrae Lumbalis.
M. Iliacus Fossa iliaca. Trochanter minor femoris.
M. Gluteus Ala ossis ilium; 2/3 bagian atas pada tractus
maximus permukaan belakang os sacrum iliotibialis;
dan os coccygis; 1/3 bagian bawah pada
lig. Sacroiliaca posteriora; tuberositas glutea femoris.
lig. Sacrotuberosum.
M. Gluteus Ala ossis ilium. Trochanter mayor
medius permukaan lateral.
M. Gluteus Ala ossis ilium. Trochanter mayor
minimus permukaan depan.
M. Piriformis Facies pelvina ossis sacri. Puncak trochanter major
femur.
M. Obturator Permukaan medial membrana Fossa trochanterica femur.
internus obturatoria os coxae.
M. Gemellus Spina ischiadica. Fossa trochanterica femur.
superior
M. Gemellus Tuber ischiadicum. Fossa trochanterica femur.
inferior
M. Quadratus Tuber ischiadicum. Crista intertrochanterica
femoris femur.
M. Obturator Permukaan luar membrana Fossa trochanterica femur.
externus obturatoria os coxae.
M. Tensor Labium externum crista iliaca; Melalui tractus iliotibialis
fasciae latae spina iliaca anterior superior; Maissiatii.
permukaan dalam fascia latae.
(Snell, 2011)

2. Otot-otot Tungkai Atas

23
Otot Origo Insertio
M. Sartorius Spina iliaca anterior superior. Facies medialis tibiae.
M. Quadriceps Caput rectum: spina iliaca Tuberositas tibiae dengan
femoris anterior inferior; perantaraan lig. Patellae.
Caput obliquum: sedikit diatas
acetabulum.
M. Pectineus Pecten ossis pubis;fascia Linea pectinea femoris.
pectinea.
M. Adductor Ramus superior ossis pubis. Labium medialis linea
longus asperae.
M. Gracillis Ramus inferior ossis pubis. Facies mediale Tibiae.
M. Adductor Ramus inferior ossis pubis. Labium mediale lineae
brevis asperae.

M. Adductor Ramus inferior ossis pubis; Labium mediale linea


magnus ramus inferior ossis ischii; asperae, condylus medialis
tuber ischiadicum. femoris.

M. Adductor Ramus inferior ossis pubis; Labium mediale linea


minimus ramus inferior ossis ischii. asperae.
M. Tuber ischiadicum. Facies mediale Tibiae.
Semitendinosu
s
M. Tuber ischiadicum. Simpai sendi lutut.
Semimembran
osus
M. Biceps Caput longum: tuber Caput fibulae (bagian
femoris ischiadicum; terbesar);
caput breve: labium laterale condylus lateralis tibiae
linea asperae. (bagian kecil).
(Snell, 2011)

3. Otot tungkai bawah

24
Otot Origo Insertio
M. Tibialis Condylus lateralis tibiae, facies Permukaan plantar os
anterior lateralis tibiae, membrana cuniforme I, permukaan atas
interosea cruris, fascia cruris. basis ossis metatarsalis I.
M. Extensor Condylus lateralis tibiae, Aponeurosis dorsalis jari kaki
digitorum capitulum dan facies medialis II – V.
longus fibula, fascia cruris.
M. Extensor Facies medialis fibula, Basis phalanx terakhir ibu
hallucis longus membrana interossea cruris. jari.
M Caput mediale : epicondylus Tuber calcanei dengan
gastrocnemius medialis femoris perantaraan tendo calcanei
caput laterale : epicondylus (achilles).
lateralis femoris.
M. Soleus Caput dan facies posterior Tuber calcanei dengan
fibula, linea poplitea fibula, perantaraan tendo calcanei.
arcus tendineus m. Solei.
M. Plantaris Condylus lateralis femoris. Tuber calcanei.

M. Popliteus Condylus lateralis femoris, lig. Planum popliteum tibiae.


Popliteum arcuatum.
M. Flexor Facies posterior tibiae, facies Phalanx terakhir jari kaki II –
digitorum cruris lembar dalam. V.
longus
M. Flexor Facies posterior fibulae, facies Phalanx terakhir ibu jari kaki.
hallucis longus cruris lembar dalam,
membrana interosea cruris.
M. Tibialis Facies posterior fibulae, facies Tuberositas ossis navicularis,
posterior posterior tibiae. ossa cuneiformia I – III.
M. Peronaeus Caput fibulae, facies lateralis Os cuneiforme I, basis ossis
longus fibulae. metatarsalis I.

M. Peronaeus Facies lateralis fibulae. Basis ossis metatarsalis V.


brevis

25
(Snell, 2011)

4. Otot-otot Kaki

Otot Origo Insertio


M. abductor Tuber calcanei. Phalanx proximal ibu jari.
hallucis

M. abductor Tuber calcanei. Sisi lateral phalanx proximal


digiti minimus kelingking dan tuberositas
ossis metatarsalis V.
M. adductor Caput obliquum : permukaan Os sesamoidea laterale , basis
halluces plantar os cuneiforme; phalanx pertama ibu jari kaki.
caput transversum : caput
articulatio sendi
metatarsophalangea III-V.
M. flexor digiti Lig. plantare longum, basis Phalanx proximal jari V kaki
minimi brevis ossis metatarsalis V. dan tuberosstitas ossis
metatarsalis V.
M. flexor Ossa cuneiforme medial, Os sesamoideum medial dan
hallucis brevis lateral dan intermedia. lateral.
Mm. interossei Sisi medial ossa metatarsalia Aponeurosis dorsalis jari III –
plantares ( 3 III – V. V, sisi medial basis phalanx
buah) pertama jari III – V.
Mm. Interossei Sisi-sisi yang berhadapan Yang pertama pada sisi medial
dorsales kelima ossa metatarsalia. basis phalanx pertama jari II,
yang lain pada sisi lateral basis
phalanx pertama jari II – IV.
(Snell, 2011)

2.3 Sendi
2.3.1 Definisi Sendi
Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat
bergerak dengan baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas
tulang yang satu dengan ruas tulang lainnya, sehingga kedua tulang

26
tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis persendian yang
diperantarainya. (Evelyn, 2006)
Sendi merupakan hubungan antar tulang sehingga tulang dapat
digerakan.Hubungan dua tulang disebut persendian (artikulasi).Beberapa
komponen penunjang sendi:
- Kapsula sendi adalah lapisan berserabut yang melapisi sendi. Di
bagian dalamnya terdapat rongga.
- Ligament (ligamentum) adalah jaringan pengikat yang mengikat
luar ujung tulang yang saling membentuk persendian. Ligamentum
juga berfungsi mencegah dislokasi.
- Tulang rawan hialin (kartilagi hialin) adalah jaringan tulang
rawan yang menutupi kedua ujung tululang. Berguna untuk
menjaga benturan.
- Ciran synovial adalah cairan pelumas pada kapsula sendi.
(Evelyn, 2006)

2.3.2 Klasifikasi Sendi


Menurut Evelyn C. Pearce (2013) dalam buku Anatomi dan
Fisiologi untuk Paramedis terdapat tiga jenis utama sendi berdasarkan
kemungkinan geraknya, yaitu:
1. Sendi fibrus adalah sendi yang tak dapat bergerak atau merekat
ikat, maka tidak ada pergerakan antara tulang-tulangnya. Sub
bagiannya yaitu Sutura atau sela antara tulang pipih tengkorak, sendi
kaitan dan sendi kantong dan sindesmoses.
2. Sendi tulang rawan atau amfiartroses adalah sendi dengan
gerakan sedikit, dan permukaan persendiannya dipisahkan oleh
bahan-antara dan hanya mungkin sedikit gerakan, misalnya Simfisis
pubis, sendi antara manubrium dan badan sternum dan sendi
temporer (sementara).
3. Sendi synovial atau diartroses adalah persendian yang bergerak
bebas dan terdapat banyak ragamnya. Terdapat enam jenis, yaitu :

1. Sendi Peluru, dimana sebuah ujung bulat tepat masuk di


dalam sebuah rongga cawan tulang lain, yang mengizinkan

27
gerakan ke segala jurusan atau berputar, seperti bola di
dalam lubang berbentuk cawan, misalnya sendi panggul
dan sendi bahu.
2. Sendi Engsel, di dalam jenis ini satu permukaan bundar
diterima oleh yang lain sedemikian rupa sehingga hanya
mungkin gerakan dalam satu bidang atau satu arah, seperti
engsel pintu. Contohnya yaitu sendi siku.
3. Sendi Kondiloid atau Elipsoid mirip sendi engsel, tetapi
dapat bergerak dalam dua bidang, lateral, ke belakang dan
ke depan, sehingga flexi dan extensi dan abduksi dan
adduksi (ke samping dan ke tengah) dan sedikit
sirkumduksi, seperti pada pergelangan tangan tetapi bukan
rotasi (perputaran).
4. Sendi Berporos atau Sendi Putar ialah sendi yang hanya
memungkinkan perputaran, seperti pada gerakan kepala, di
mana atlas yang berbentuk cincin berputar sekitar prosesus
yang berbentuk paku dari axis (servikal kedua atau
apistrofeus), contoh lain ialah gerakan radius sekitar ulna
waktu pronasi (putar ke depan) dan supinasi (putar ke
belakang) dari lengan bawah.
5. Sendi Datar atau Sendi Geser. Dua permukaan datar dari
tulang saling meluncur atau bergeser satu atas yang
lainnya, misalnya sendi karpus dan tarsus.
6. Sendi Pelana adalah sambungan dari dua tulang yang
mengartikulasikan, permukaan yang berdekatan seperti
bayangan cermin satu sama lain, tetapi diposisikan tegak
lurus satu sama lain. Sendi pelana memiliki kedua
permukaan cekung dan cembung dengan melengkung
sekitar satu sama lain. Gerakan sendi pelana meliputi fleksi
dan ekstensi; adduksi dan abduksi; sirkumduksi, gerakan
berputar-putar, dan gerakan belawanan (oposisi), atau
menyentuh ibu jari ke ujung empat jari lainnya. Contoh
sendi ini terdapat pada bagian ibu jari atau jempol.

28
2.3.3 Persyarafan Persendian

Kapsul dan ligamentum mendapat saraf sensori. Pembuluh darah


mendapat serabut saraf otonom simpatik. Rawan yang meliputi permukaan
sendi mendapat sedikit ujung saraf dekat pinggirnya. (Snell, 2011)

Peregangan berlebihan pada kapsul dan ligamentum menimbukan


reflex kontraksi otot sekitar sendi. Peregangan yang berlebihan akan
menimbulkan rasa nyeri. Serabut simpatis mengatur sulay darah pada
sendi. Menurut hukum Hilton, syaraf yang mempersarafi sendi juga
mempesyarafi otot yang menggerakan sendi dan kulit sekitar insersi otot
tersebut. (Snell, 2012)

2.3.4 Pembatasan Gerakan Sendi


Pergerakan sendi banyak di tentukan oleh permukaan persendian,
misalnya dibatasi oleh prosesus olekrani pada sendi bahu, ligament
iliopemoral pada sendi panggul. Kalau melihat bentuk-bentuk sendi
tersebut di atas maka pergerakan tulang dapat benar-benar bebas. Tetapi
kenyataan dalam pergerakan sehari-hari tidak demikian halnya, oleh
karena pergerakan tersebut dihalangidan dibatasi oleh otot yang terdapat di
sekeliling sendi dan jugaadanya ikat sendi. Pada sendi panggul, ikat sendi
ini banyak sehingga pergerakan sendi tersebt sangat terbatas. (Snell, 2011)

2.3.5 Persendian Menurut Tempat Sendi Anggota Gerak Atas


1. Sendi Pergelangan Bahu
a. Art. Sternoclavicularis
Sendi ini adalah hubungan antara gelang bahu batang
badan, antara pares sternalis clavicula manubrium sterni rawan
iga I, sebelah atas berhubungan dengan clavicula dan sebelah
bawah dengan sternum.
Alat alat khususnya:
1. Capsula articularis, jaringan fibrosa sekeliling sendi.
2. Ligamentum sternoclaviculare yang menghubungkan
ujung medialis clavicula dengan manubrium sterni.
3. Ligamentum interclavicular menghubungkan kedua
ujung clavicula dangan ujung cranialis sternum.

29
4. Ligamentum costoclaviculare menghubungkan
tuberositas clostaris-clavicula denganrawan iga I.
5. Discus articularis terletak antara permukaan sendi
sternalis clavicula,melekat pada tepi atas belakang
permukaan sendi clavicula. (Lynn, 2011)
b. Art. Akcomioclavicula
Sendi ini merupakan hubungan antara ekstremitas
akomialis dan clavicula
Alat-alat khususnya:
1. Capsul articularis mengelilingi sendi dan melekat pada
pinggir facies articularis.
2. Ligamentum acromioclaviculare superior dan
inferior,menghubungkan bagian atas ekstremitas acromialis
claviculare dengan permukaan atas acromion.
3. Ligamentum acromioclavicularis imperior, dibawah
articulation acromiclavicularis.
4. Ligamentum coracoclavikulare,menghubungkan prossesus
coracoideusdengan tuberositas coraco clavicularis
5. Ligamentum trapezoideum,bagian anterior dan lateral.
(Lynn, 2011)
c. Art Humeri.
Persendian ini merupakan seni peluru karena caput
humeri merupakan sebuah bola yang melekat pada bagian
dalam bidang scapula dengan caput gerakan humeri.
1. Gerakan antevleksi dan retrofleksi,gerakan berlangsung
sekeliling sumbu dengan gerakanhorizontal.
2. Gerakan abduksidan aduksi, gerakan berlangsung dalam
bidang scapula sekeliling sumbu, gerak yang sagitalis dan
tegak lurus pada bidang scapula.
3. Gerakan rotasi, gerak sekeliling sumbu yang memanjang
pada sumbu humerus, ketiga sumbu gerak berpotogan tegak
lurus dicaput humeri. (Lynn, 2011)

30
2. Sendi Siku (Art Cubiti)
Bagian ini merupakan articulation komposita,pada sumbu ini
bertemu humerus,ulna dan radius. Sedangkan menurut faalnya
sendi ini merupakan sendi engsel yang terdiri dari 3 bagian.
a. Art. Humeroulnaris
Sendi antara trokhlea humeri dan insisura seminularis ulnae.
Kedua permukaan sendi mempunyai bidang pertamuan yang
terlebarpada sikap lengan yang sedikit diketulkan sehingga
merupakan sikap terbaik bagi lengan untuk menerima
tumpuan.
b. Art. Humeroradialis. sendi antara capitulum humeri fovea
capitulum adii.
c. Art. Radio Ulnaris Proksimal. Sendi btara sirkumferensia
artikularis radii dan insisura radialis ulna. (Lynn, 2011)

Ketiga sendi ini mempunyai


a. Alat-alat khususnya: Capsul alticularis melekat pada
epicondilus medialis permukaan depan. Humerus diatas fossa
radialis sebelah bawah melekat pada permukan anterior
prosessus coronoideus ulnae.
b. Ligamentum kolateral ulnae, ligamentum ini berhubungan
dengan M. triseps brachii, flexor calpi ulnaris, nervus ulnaris
merupakan origodari M. flexor digiturum sublimis.
c. Art. Radioularis proximal, merupakan sendi
antarasirkumperensia artikularis radii dengan incisura radialis
ulna dan ligamentum ulnare.
d. Art. Radio ulnaris distalis, sendi antara sirkum ferensia
articularis capitul ulna dengan incisura radii. Rongga sendi
berbentuk huruf L dibentuk oleh ulna dan radius permukaan
sendi sangat luas sehingga dapat kemungkinan yang luas
untuk pergerakan spinalis dan pronalis.
e. Sinartrosis, kedua ulna dan radius dihubungkan oleh koroidea
oblique dan membrane interrosa antebakhii. (Lynn, 2011)

31
3. Sendi Lengan Bawah dan Tangan
a. Art. Radiokarval, merupakan sendi ellipsoid, hubungan
antara ujung distal radialis yang merupakan lekuk sendi dan os
navikularie/ lunatum dan triquitrum merupakan kepala
sendiyang terletak di sebelah distal. (Lynn, 2011)
b. Art. Korpometacarpae, terdiri dari:
1. Art. Carpometacarpae I (pollicis), hubungan antara os
metacarpal I dan os multangulum manus merupakan sendi
pelana simpai sendi sangat longgar sehingga pergerakan
lebih luas.
2. Articulations carpometacarpae II-V, sendi antara ossa
carpalia dan ossa metacarpalia II-V.
3. Articulationes intermetacarpal, basis ossis meta carpal
II-V bersendi satu sama lainya dengan satu
permukaansendi yang kecil.
4. Articulaatoones metacarpophalangea, merupakan sendi
antara ossis metakarval, kepala sendi dengan basis ossis
phalanx I merupakan lekuk sendi.
5. Articulations digitorum manus, sndi antara phalanx I, II,
III merupakan sendi-sendi engsel yang diprtkuat oleh
(lig.vaginale,endorotasi dan eksorotasi). (Lynn, 2011)

4. Persendian Gelang Panggul


Sendi pinggul adalah sendi sinobial dari varietas sendi putar.
Kepala sendi femur kedalam asetabulum tulang koksa. Sendi ini
tebal dan kuat, membatasi gerak sendikeseluruh arah dan
membentuk sikap tegak tubuh dalam keadaan berdiri, gerak sendi
fleksi, ekstensi, abduksi, endorotasi dan eksorotasi. (Lynn, 2011)
a. Articulatio sacroilliaca
Persendian antara os sacrum dan os sacrum dan os ileum
melalui fascies artikularis ossis illii dan fasies artikularis ossis
sacrum. Sendi ini merupakan hbungan antara gelang panggul dan
rangka yang identik dengan artikulatio sternoclavicularis.

32
Artikulatio ini mempunyi gerakan yang kecil karena banyak
cekungan, cembung dan persendian tidak rata, disamping itu
banyak ligamentum pada sendi. (Lynn, 2011)
b. Art. Simfiphisis pubis
Hubungan antara kedua os pubis. Di dalamnya ada satu
kavumyangdisebutpseudocruris berupa cartilage dinamakan fibro
cartilage interpubis. (Lynn, 2011)
c. Artikulatio coxae
Persendian ini merupakan enarthorosis spheroidea, diperkuat
oleh ligamentum illeo femorale sehingga caput femoris bisa
keluar dari lekuknya dan berada di bawah os ileum. (Lynn, 2011)
d. Persendian tungkai atas dan lutut
Articulatio genu menghubungkan permukaan ujung tulang
distal os femur dengan permukaan ujung proksimal tibiya yaitu
antara condilus medialis dan lateralis ossis femur dengan fascies
articularissuperior ossis tibia. Di depan sendi ini terdapat patella.
Sendi lutut adalah sendi engsel yang dibentuk oleh kondilus
femoralis yang bersendi dengan permukaan dari kondilus tibia.
Patella terletak di atas permukaan yang halus pada femur tetapi
tidak termasuk dalam sendi lutut. (Lynn, 2011)

5. Persendian tungkai bawah


Pesendian ini merupakan persendian antara tibia dan fibula

a. Artikulatio tibia – fibula proximal


Sendi yang terdapat antara fascies artikularis kalpitulung
fibula ossis pada kondilus dengan pascies articularis
fibularisossis pada kondilus tibia, ikat sendi ligamentum tibio
fibularis proximal. (Lynn, 2011)
b.Sindes mosisi tibio fibularis
Persendian antara pasies artikularis tibialis ossis fibulae
dengan insisura fibularis ossis tibiais. Ikat sendi terdiri dari:
1. Ligamentum tibio fibularis inferior-interior
2. Ligamentum tibio fibularis inferior posterior

33
3. Ligamentum fibularis transversal.
Hubungan antara crista interosea fibula dengan Krista
interossea tibiahubungan ini terbentang melalui membrane
interosa kurris yang terbentang dari proksimalis di bawah colum
fibulae ke distal sampai batas 1/3 distal ostibia dan osfibula. Arah
serabut membrane unterosa kruris dan medial atas ostibia ke
lateral baawah menuju osfibula. (Lynn, 2011)
c. Art. Talo tibia fibularis
Talo fibia fibuaris (pergelangan kaki) antara facies articulaaris
tali os tibia dan os fibula dengan trochlea tali bagian medial dan
lateral. Bentuk sendi engsel gerakan sendi ini dapatdi lakukan
dorsal flexio dan plantar flexio (extensio). (Lynn, 2011)
Art. Talo tarsalia. Talo tarsalia (sendi loncat),karena pada gerakan
meloncat ada dua bagian:
a. Art talo calcaneo (sendi locat bagian atas) antara fascies
articularis calcanei posterior assis talus dan fescies articularis
tali posterior ossis calcaaneus.
b. Art talo calcaneo navicularis (sendi loncat bagian bawah)
antara fasies articular naviculare calcanei media anterior dan
fasies articularis naviculare ossis talus dengan fasies tali
media anterior ossis calcaneus dan fasies articularis tali ossis
navicular pedis. Gerakan sendi dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu geakan plantar flexi dan adduksi dan gerakan
dorsal flexi kaki disertai adduksi. (Lynn, 2011)
d. Art. Tarso transversa
Merupakan linea amputasionies choparti. Ada dua bagian yaitu:
art. Talo navicularis edis (antara capitulum tali fascies artikularis
tali os navicularis pedis) dan ar. Calcanea kuboida (antara
articularis uboida dari os kolumnae fasies articularis kalkanei dari
os kuboideum). Gerakan rotasi sumbu gerak searah dengan panjang
kaki. (Lynn, 2011)
e.Art. Tarso metatarsia.
Sendi ini ada diantara permukaan distal ossa cunaiformi renon I,
II, III dengan permukaan proksimal ossa metatarsalia I, II, III.

34
Permukaan sendi distal os coboideum dengan permkaan proksimal
ossa metatarsalia IV, V. antara permukaan distal ossa metatarsalia
dengan permukaan proximal ossa falangea I, digiti I,II, III, IV, V.
(Lynn, 2011)
f. Art. inter falangeal.
Ada diantara ruas jari I, II, III, (masing-masing jari digiti) I, II,
III, IV, V untuk gerakan sendi engsel, Kecuali vertebrae servikalis
1, semua vertebrae lainya saling berartikulas dengan perantaraan
articulatio kartilaginia dan articulatio sinovial. (Lynn, 2011)

6. Sendi antara korpus vertebrae


Permukaan atas dan bawah korpus vertebrae yang berdekatan di
lapisi oleh tulangrawan hialin tipis. Di antara lempeng tersebut
terdapat diskus intervertebralis yang tersusun oleh jaringan
vibrokartilaku. Di daerah servikal bawah di temukan banyak sendi
siovial kecil, yaitu di kiri kanan diskus intervertibralis antara
permukaan korpus vertebrae. (Lynn, 2011)
Ligamentum logitudinale anterior dan posterior berjalalan turun
menyusuri permukaan anterior dan posterior kolumna vertebrarus
dari cranium sampei sacrum. Ligamentum anterior lebar menempel
kuat pada tepi depan sisi kornu vertebrae dan diskus intervertebralis.
Sedangkan ligamentum posterior lemah dan sempit, melekat pada
posterior diskus. (Lynn, 2011)

7.Sendi diantara arkus vertebrae.


Sendi ini terdiri dari dua sendi synovial di antara prosessus
artikularis superior dan imperior vertebrae. Fasies artikularis
tertutup oleh tulang rawan hialin dan sendi dikelilingi oleh
ligamentum kapsularis.Ligamentum suprapinalis menghubungkan
ujung tulang prosesus vertebrae. Ligamentum intersoinalis berjalan
di antara prosesus spinosus yang berdekatan. Ligamtum plava
menghubungkan dua laminan, berdekatan pada daerah serpikal
ligamentum supravinalis dan interpinalis, sangat tebal membentuk
lig. Nuchea meluas dariprosessus spinosus sampei kepotuberonsia

35
oksipitalis external. Permukaan anteriornya melekat erat pada
prosesus spinosus spinosus sevikalis.

8. Artikulatio atianto oksipitalis.


Sendi ini merupakan sendi synovial antara kundulus oksipitalis kiri-
kanan, poramen magnum, diatas vascies artikularis superior masa
latral, altas bagian bawah. Membrane atianto oksipitalia anterior
merupan lanjutan ligamentum longitudinale anterius,
menghubungkan arcus anterior atas dengan tepi anterior poramen
magnum. Membrane atianto oksivitalis superior menghubungkan
arkus posterior atlas dengan tepi posterior poramen magnum. (Lynn,
2011)

9. Artikulatio atianto aksiralis


Sendi ini terdiri dari tiga sendi sinokial antara densaksis dengan
arkus anterior atlas yang lain diantara masa lateralis kedua tulang,
yaitu :
1. Lig. Apisis dentis, terletak ditengah menghubungkann apeks
dentis dengan tepi anterior foramen magnum.
2. Lig. Alaria, terletak di kiri kanan ligamentum apicis dentis
menghubungkan dens aksis dengan sisi medial condilus oksipitalis.
3. Lig. Cociformr atiantis yang kuat dan vesculi longituginalis yang
lemah, ujung transpersum melekat pada bagian masa lateralis atas
dan mengikat aksis. (Lynn, 2011)

36
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Lokasi Pelaksanaan


Tugas Pengenalan Profesi blok IV dilaksanakan di Klinik Opi Medika (BPJS
& UMUM) diSungai Kedukan, Kec. Rambutan, Kabupaten Banyu Asin,
Sumatera Selatan.

3.2 Waktu Pelaksanaan


Tugas pengenalan profesi sudah dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal :Kamis, 2 Januari 2020
Waktu : 10.00 sd selesai

3.3 Subjek Tugas Mandiri


Subjek tugas mandiri pada pelaksanaan TPP Blok Sistem Tubuh Manusia
adalah dokter gigi di Klinik Opi Medika (BPJS & UMUM

3.4 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang diperlukan:
1. Alat tulis
2. Kamera
3. Handphone

3.5 Langkah-Langkah Kerja


Langkah kerja yang dilakukan adalah:
1. Membuat proposal Tugas Pengenalan Profesi.
2. Menyiapkan rumusan pertanyaan.
3. Konsultasi kepada pembimbing tutorial Tugas Pengenalan Profesi.
4. Melakukan observasi.
5. Mencatat hasil observasi.
6. Membuat kesimpulan hasil observasi.
7. Membuat laporan Tugas Pengenalan Profesi.

37
BAB IV
Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil
Berdasarkan kegiatan observasi yang kami lakukan pada drg. S di Klinik Opi Medika
(BPJS & UMUM) pada Kamis, 2 Januari 2020 didapatkan tindakan medis yaitu:

1. Pencabutan Gigi

Gambar 4.1 Pencabutan gigi

Tindakan medis yang dilakukan pada saat pencabutan gigi melibatkan


ekstremitas superior seperti gerakaan abduksi dan fleksi.

2. Pembersihan Karang Gigi

Gambar 4.2 Pembersihan Karang Gigi

38
Tindakan medis pada pembersihan karang gigi melibatkan kedua
ekstremitas yaitu ekstremitas superior dan ekstremitas inferior seperti
gerakan fleksi

4.2 Pembahasan

a. Pencabutan gigi

Pada saat pencabutan gigi ekstremitas superior lebih banyak terlihat


dikarenakan posisi dokter saat melakukan pencabutan adalah berdiri.
Terlihat mulai dari regio deltoid hingga regio manus. Pada regio deltoid
terdapat musculus deltoideus. Kontraksi m. deltoideus mengakibatan
terjadinya gerakan abduksi pada articulation humeri. Musculus deltoideus
berorigo di os clavicula dan os scapula serta berinsersio pada humerus,
diinervsi oleh nervus axillaris, divaskularisasi arteri thoracoacromialis dan
vena cephalica (Tahir,dkk, 2016).
Pada Regio Brachii, dokter terlihat melakukan gerakanfleksi pada
articulatio cubiti, musculus yang berkontraksi adalah musculus bicep
brachii yang berorigo di tuberculum supraglenoidale (caput longum) dan
di ujung procesuss coracoideus (caput breve) serta berinsersio di
tuberositas radii, lewat aponeurosis musculi biciptis brachii pada fascia
antebrachii, fungsi otot ini adalah abduksi anteversi, rotasi ke medial (caput
longum) dan adduksi anteversi, rotasi ke medial, fleksi (otot terpenting),
dan supinasi (caput breve). Diinervsi oleh nervus musculocutaneu dan
divaskularisasi oleh arteri brachialis dan vena cephalica. Serta terdapat
gerak fleksi pada articulatio cubiti akibat kontraksi Musculus
Brachioradialis di regio antebrachii Musculus brachioradialis tersusun
berorigo pada 3 tulang bersesuaian yaitu os humerus, os radius, os ulna dan
berinsersio pada proccessus styloideus radii. Diinerversi oleh nrvus
cutaneus antebrachi medialis, di vaskularisai arteri brachialis yang
berlanjut menjadi arteri radialis dan arteri ulnaris serta vena median
cubiti.(Paulsen dan Waschke, 2013).

39
Pada tangan dokter gigi yang sedang melakukan pencabutan gigi
adalah dengan mengungkit gigi menggunakan gerakan supinasi, lalu
setelah gigi goyang akan dilakukan pencabutan gigi dengan menggunakan
gerakan ekstensi pada articulatio radiocarpalis. Sedangkan pada gerakan
supinasi musculus yang berkontraksi adalah musclus supinatordan sendi
yang bekerja adalah carpometacarpalis pollicis dan metacarpophalangeae.
Pada saat pencabutan gigi Musculus yang terlibat saat menggenggam tang
adalah Musculus flexor pilicis, otot pada thenar dan palma manus . Otot
pada thenar berkontraksi musculus abductor pollicis brevis, musculus
flexor pollicis brevis, dan musculus opponens pollicis. Pada palma manus
terdapat mm. lumbricales berasal dari tendon m. flexor digitorum
profundus, Mm. interossei palmares dan Mm. interossei dorsales ber origo
di os metacarpal, os phalanges di inervasi oleh nervous medianus di
vaskularisasi oleh A. Ulnaris V. Ephalica(Moore et al, 2013).

b. Pembersihan karang gigi

Pada saat melakukan tindakan medis untuk pembersihan karang gigi


melibatkan ekstremitas superior dan ekstremitas inferior tetapi yang
banyak telihat jelas diobservasi yaitu ekstremitas superior. Ekstremitas
superior saat pencabutan gigi yaitu yang terlihat mulai dari regio deltoidea
hingga regio manus hanya saja posisi dokter saat melakukan tindakan
berbeda saat pencabutan yaitu duduk, tetapi gerakan, otot yang
berkontraksi, tulang, maupun sendi yang digunakan tetap sama. Hanya saja
pada pembersihan karang gigi yang berbeda dengan pencabutan adalah
penggunaan ekstremitas inferior yang digunakan untuk menekan pedal
yangmana pedal tersebut berfungsi untuk mengatur keluar masuknya air
pada alat yang digunakan. Ekstremitas inferior yang terlihat banyak
digunakan yaitu pada regio cruris hingga regio pedis.
Pada ektremitas inferior terjadi gerakan fleksi yaitu menahan pada
articulation genus yang menepati articulation ginglymus dan terjadi

40
gerakkan dorso fleksi pada articulation talocruraris. Musculus yang bekerja
adalah musculus quadriceps femoris, musculus sartorius yang terdapat di
regio femoris berorigo di spina iliaca anterior superior terdapat arteri
tibialis anterior et posterior, arteri fibularis serta vena saphena magna, dan
vena saphena parva. (Sobotta, 2011)
Pada telapak kaki dokter terlihat melakukan gerakan fleksi. Articulatio
Talocruralis untuk menekan pedal yang digunakan, Musculus yang
berkontraksi adalah musculus flexor hallucis brevis, musculus fleksor
digitorium brevis, musculus fleksor hallucis longus, yang berorigo di
dataran medial fibula bagian distal dan insersio di mll dorsal malleolus
medialis sampai ke phalanx distalis jari I, fungsi otot ini adalah flexor
plantar, supinasi kaki, flexor phalanx jari I, diinervsi oleh nervus plantaris
medialis dan nervus plantaris , di vaskularisasi arteri plantaris plantaris.
(Sobotta, 2011)

41
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil observasi yang telah dilakukan diketahui bahwa :
1. Anatomi yang terlibat yaitu pada ektremitas superior dan ektremitas inferior
dengan
 Tulang pada ekstremitas superior adalah os humerus, os radius, os
ulna, ossa carpalia dan pada ekstremitas inferior adalah os patella, os
tibia, os fibula, dan os tarsalia.
 Otot yang berperan atau lebih dominan digunakan pada ekstremitas
superior adalah musculus deltoideusi, musculus biceps brachi,
musculus brachioradialis, musculus flexor ulnaris, musculus flexor
radialis, musculus flexor longus, musculus abductor pollicis brevis,
musculus flexor pollicis brevis, musculus opponens pollicis (otot
padaa thenar).Sedangkan pada ekstremitas inferior menggunakan
musculus gastrocnemeus, musculus fibularis, musculus tibialis,
musculus soleus, musculus flexor hallucis longus.
 Sendi yang digunakan pada ekstremitas superior yang meliputi regio
deltoid yaitu articulatio humeri, regio brachialis yaitu articulatio
spheroidea, regio antebracialis yaitu articulatio cubiti, dan articulatio
carpometacarpalis.
2. Gerakan dominan yang digunakan pada saat melakukan tindakan yaitu
pencabutan gigi dan pembersihan karang gigi yaitu flexi dan extensi serta
adduksi.

5.2 Saran

Setelah melakukan observasi ini, maka kami menyarankan kepada

42
Mahasiswa dalam melaksanakan Tugas Pengenalan Profesi (TPP) sebaiknya
untuk melihat perubahan struktur pada narasumber dengan lebih teliti.

43
DAFTAR PUSTAKA

Akmal, Y. 2018. Anatomi Fisiologi Manusia. Penerbit Leisyah: Makassar

Indriati, E. 2004. Identifikasi Rangka Manusia, Aplikasi Antropologi Biologis


dalam Konteks Hukum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ivaska, K. 2005. Osteocalsin: Novel insights into the use of osteocalcin as a


determinant of bone metabolism.

Lynn, S. 2011. Klinik Kinesioligi dan Anatomi. Edisi ke-10. Jakarta:EGC

Moore KL, Dalley AF, Agur AMR, Moore ME. 2013. Anatomi Berorientasi

Klinis. Edisi ke−5. Jakarta: Erlangga.

Paulsen F. dan J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi


Umum dan Muskuloskeletal.Jilid 1. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta
: EGC.

Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis,Cetakan


kedua puluh Sembilan. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.

Pearce, Evelyn C. 2013. Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis,Cetakan


kedua puluh Sembilan. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.

Snell, Richard. 2011. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi ke-7.
Jakarta: EGC

Sherwood, L. 2006Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC

Tahir, dkk., 2016. Overwiew of Dioscorea deltoidea Wall. Journal of


Biodiversity and Environmental Sciences. 9. 2222-3045

Tora, D 2011. Prinsip Anatomi dan Fisiologi. Edisi ke-13. Jakarta:EGC

44
LAMPIRAN

45

Anda mungkin juga menyukai