Anda di halaman 1dari 37

FUNGSI DAN KLASIFIKASI SISTEM GERAK (OTOT DAN

TULANG) PADA MANUSIA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran biologi


Guru mata pelajaran Aprizal Efendi, S.Pd,M.Pd

Disusun oleh:
Kelas XI MIPA 2
Kelompok 8
Ketua : Sindi Manora Khoirunisa 0066487556
Anggota : 1. Feni Savera 0064310279
2. Rifqi Muhammad Ihsan 0068829526

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN


DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 4 LAHAT
2022
FUNGSI DAN KLASIFIKASI SISTEM GERAK (OTOT DAN TULANG)
PADA MANUSIA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran biologi


Guru mata pelajaran Aprizal Efendi, S.Pd,M.Pd

Disusun oleh:
Kelas XI MIPA 2
Kelompok 8
Ketua : Sindi Manora Khoirunisa 0066487556
Anggota : 1. Feni Savera 0064310279
2. Rifqi Muhammad Ihsan 0068829526

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN


DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 4 LAHAT
2022

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Sturuktur dan Proses Sistem Gerak pada
Manusia ini dengan baik dan lancar. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Aprizal Efendi, S.Pd,M.Pd. yang telah menjadi pembimbing mata pelajaran biologi.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak dan terutama kepada Bapak
Aprizal Efendi, S.Pd,M.Pd. yang telah membantu berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.

Lahat, September 2022

Tim Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah.............................................................................................. 3
1.4 Tujuan ............................................................................................................. 3
1.5 Manfaat Pembahasan....................................................................................... 3
BAB II. PEMBAHASAN.................................................................................... 5
2.1 Definisi Sistem Gerak Pada Manusia.............................................................. 5
2.2 Fungsi dan Klasifikasi Tulang ........................................................................ 5
2.3 Fungsi dan Klasifikasi Otot............................................................................. 18
BAB III. PENUTUP............................................................................................ 27
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 27
3.2 Saran................................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 29
LAMPIRAN......................................................................................................... 31

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tulang Rawan Hialin............................................................................6


Gambar 2 Tulang Rawan Elastis...........................................................................7
Gambar 3 Tulang Rawan Fibrosa..........................................................................7
Gambar 4 Tulang Keras.........................................................................................8
Gambar 5. Tulang Keras Berdasarkan Matriksnya...............................................10
Gambar 6. Tulang Pipa..........................................................................................11
Gambar 7 Tulang Pipih.........................................................................................11
Gambar 8 Tulang Pendek......................................................................................12
Gambar 9 Tulang Tidak Beraturan........................................................................12
Gambar 10 Proses Osifikasi..................................................................................13
Gambar 11 Tulang Kepala.....................................................................................14
Gambar 12 Tulang Belakang.................................................................................15
Gambar 13 Tulang Dada dan Tulang Rusuk.........................................................16
Gambar 14 Rangka Apendikular dan Rangka apendikular...................................17
Gambar 15 Kontraktibilitas...................................................................................19
Gambar 16 Otot Lurik...........................................................................................20
Gambar 17 Otot Polos...........................................................................................21
Gambar 18 Otot Jantung........................................................................................21
Gambar 19 Otot yang Bekerja Antagonis….........................................................22
Gambar 20 Mekanisme Kerja Otot........................................................................24
Gambar 21. Kontraksi Filamen Aktin...................................................................24
Gambar 22 Reaksi Aktomiosin.............................................................................25

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bergerak. Secara umum gerak dapat

diartikan berpindah tempat atau perubahan posisi sebagian atau seluruh bagian dari

tubuh makhluk hidup. Makhluk hidup akan bergerak bila akaimpuls atau rangsangan

yang mengenai sebagian atau seluruh bagian tubuhnya. Pada hewan dan manusia

dapat mewakili pengertian gerak secara umum dan dapat dilihat dengan kasat mata

atau secara nyata. Gerak pada manusia menggunakan alat gerak yang tersusun dalam

sistem gerak (Azima, dkk. 2012: 1).

Alat-alat gerak yang digunakan pada manusia ada 2 macam yaitu alat gerak

pasif berupa tulang dan alat gerak aktif berupa otot. Tulang disebut alat gerak pasif

karena tidak dapat melakukan pergerakannya sendiri. Otot disebut alat gerak aktif

karena otot memiliki senyawa kimia yang membentuk aktomiosin sehingga dapat

bergerak. Maka otot memiliki sifat yang lentur untuk kontraksi dan relaksasi. Kedua

alat gerak ini akan bekerja sama dalam melakukan pergerakan sehingga membentuk

suatu sistem yang disebut sistem gerak (Azima, dkk. 2012: 1) Proses pembentukan

tulang disebut osifikasi. Tulang yang Menyusun rangka terdiri dua jenis, yaitu tulang

rawan (kartilago) dan tulang keras (osteon).

Pengenalan sistem gerak ini perlu sekali diterapkan, karena sangat berguna

untuk menambah wawasan serta pengetahuan setiap orang terhadap pentingnya

mengenali sistem gerak pada manusia. Oleh karena itu makalah ini di buat untuk
memenuhi tugas kami dan untuk menambah wawasan serta pengetahuan tentang

Fungsi dan Klasifikasi Sistem Gerak pada Manusia.

1.2 Rumusan Masalah

Agar penulisan makalah ini terstruktur dan mencapai tujuan yang diinginkan,

maka kami membuat beberapa rumusan masalah. Adapun rumusan masalah tersebut

sebagai berikut:

1. Apa itu sistem gerak pada manusia?

2. Bagaimana fungsi dan klasifikasi tulang pada sistem gerak manusia?

3. Bagaimana fungsi dan klasifikasi otot pada sistem gerak manusia?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah pada makalah ini yaitu hanya membahas fungsi dan klasifikasi

sistem gerak (otot dan tulang) pada manusia.

1.4 Tujuan

Tujuan penulisan dari makalah ini adalah:

1.4.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud sistem gerak pada manusia.

1.4.2 Untuk mengetahui fungsi tulang dan otot pada sistem gerak manusia

1.4.3 Untuk mengetahui klasifikasi tulang dan otot pada sistem gerak manusia

1.5 Manfaat

Adapun manfaat dibuatnya makalah ini adalah dapat menambah wawasan dan

pengetahuan mengenai tentang sistem gerak pada manusia(tulang dan otot).

2
1.5.1 Manfaat Bagi Penulis

Melatih penulis agar mampu menyusun makalah yang benar dan untuk

memperluas wawasan serta pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang

Sistem Gerak pada Manusia.

1.5.2 Manfaat Bagi Sekolah

Sebagai bahan pertimbangan terhadap peningkatan kinerja guru dan sebagai

upaya peningkatan kualitas sekolah.

1.5.3 Manfaat Bagi Masyarakat

Memberikan informasi mengenai Sistem Gerak pada Manusia dan dapat

menambah wawasan bagi masyarakat.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sistem Gerak

Sistem gerak adalah sistem dalam tubuh yang terdiri dari persendian, otot

dan tulang-tulang yang bergabung membentuk rangka dan berguna

untukmemberikan bentuk tubuh, memudahkan manusia untuk melakukan

gerakandan aktivitas, seperti berlari, berjalan, menari. Alat gerak pada manusia

yaitu alat gerak aktif dan pasif. Pasif berupa tulang dan aktif berpa otot. Tulang

disebut alat gerak pasif karena tidak dapat melakukan pergerakannya sendiri.Otot

disebut alat gerak aktif karena otot memiliki senyawa kimia yangmembentuk

aktomiosin sehingga dapat bergerak. Maka otot memiliki sifat yanglentur untuk

kontraksi dan relaksasi (Hafiz, dkk. 2018:1). Sistem gerak (kerangka) adalah

sistem yang memiliki fungsi untuk menyimpan bahan mineral, tempat

pembentukan sel darah merah tempat melekatnya otot rangka,melindungi tubuh

yang lunak dan menunjang tubuh (Rifqiawati dan Hisani, 2010: 69). Sistem gerak

pada manusia merupakan sistem yang mengatur seluruh pergerakan pada tubuh

manusia melalui hasil interaksi antara tulang, otot dan persendian tulang. Otot

merupakan jaringan yang terdiri atas unit kontraktil mikroskopis, disebut

sarkomer. Sarkomer memiliki sifat elastis, cenderung untuk kembali ke ukuran

semula. Sedangkan tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi

oleh matrix kolagen ekstraselular. Tulang adalah organ dengan struktur keras,

kaku dan pasif yang membentuk kerangka manusia. Terdiri atas hampir 50 persen
air. Bagian padat selebihnya terdiri atas berbagai bahan mineral, terutama

garam kalsium 67 persen, dan bahan seluler 33 persen (Pearce, 2011: 25 ).

2.2 Fungsi dan Klasifikasi Tulang

2.2.1 Fungsi Tulang

Beberapa fungsi tulang adalah sebagai berikut (Pratiwi, 2017):

2.2.1.1 Memberi Bentuk Tubuh.

2.2.1.2 Sebagai tempat melekatnya otot.

2.2.1.3 Sebagai pelindung organ lunak dan vital.

2.2.1.4 Tempat penyimpanan energi, yaitu berupa lemak.

2.2.1.5 Tempat penyimpanan cadangan mineral, berupa kalsium dan

fosfat, serta cadangan lemak.

2.2.1.6 Untuk menahan dan menegakan tubuh.

2.2.2 Jenis Tulang

Tulang sangat banyak jenisnya, baik bentuk maupun penyusunnya.

Berdasarkan jaringan penyusunnya, tulang dapat dikelompokkan sebagai

berikut (Hafiz, dkk. 2018):

2.2.2.1 Tulang Rawan (Kartilago)

Tulang rawan terdiri atas sel-sel tulang rawan (kondrosit),

serabut kolagen, dan matriks. Sel-sel tulang rawan dibentuk oleh bakal

sel-sel tulangrawan, yaitu kondroblas.Berdasarkan susunan serabutnya,

tulang rawan dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai

berikut.

28
2.2.2.1.1 Tulang rawan hialin, mempunyai serabut tersebar

dalam anyaman yang halus dan rapat (Gambar 1). Tulang

rawan hialin terdapat di ujung-ujung tulang rusuk yang

menempel ke tulang dada.

Gambar 1 Tulang Rawan Hialin

(Hafiz, dkk. 2018:4)

2.2.2.1.2 Tulang rawan elastis, susunan sel dan matriksnya

mirip tulang rawan hialin, tetapi tidak sehalus dan serapat

tulang rawan hialin (Gambar 2). Tulang rawan elastis terdapat

di daun telinga, laring, dan epiglotis

Gambar 2 Tulang Rawan Elastis

(Hafiz, dkk. 2018:4)

2.2.2.1.3 Tulang rawan fibrosa, matriksnya tersusun kasar

dan tidak beraturan (Gambar 3). Tulang rawan fibrosa terdapat

29
di cakram antartulang belakang dan simfisis pubis (pertautan

tulang kemaluan).

Gambar 3 Tulang Rawan Fibrosa

(Hafiz, dkk. 2018:4)

2.2.2.2 Tulang Keras (Osteon)

Tulang terbentuk dari tulang rawan yang mengalami penulangan

(osifikasi). Ketika tulang rawan (kartilago) terbentuk, rongga-rongga

matriksnya terisi oleh sel osteoblast (Gambar 4). Osteoblas merupakan

lapisan sel tulang muda. Osteoblas akan menyekresikan zat interseluler

seperti kolagen yang akan mengikat zat kapur. Osteoblas yang telah

dikelilingi zat kapur akan mengeras dan menjadi osteosit (sel tulang

keras). Antara sel tulang yang satu dan sel tulang yang lain

dihubungkan oleh juluran juluran sitoplasma yang disebut kanalikuli.

Setiap satuan sel osteosit akan mengelilingi suatu sistem saraf dan

pembuluh darah sehingga membentuk system Havers.

Gambar 4 Tulang Keras

30
(Hafiz, dkk. 2018:4)

Matriks di sekitar sel-sel tulang memiliki senyawa protein

yang dapat mengikat kapur (CaCO3) dan fosfor (CaPO4). Kapur dan

fosfor tersebut membuat tulang menjadi keras. Berdasarkan

matriksnya, bagian tulang dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,

yaitu tulang kompak dan tulang spons. Tulang kompak memiliki

matriks yang padat dan rapat, sedangkan tulang spons memiliki

matriks yang berongga rongga (Matriks di sekitar sel-sel tulang

memiliki senyawa protein yang dapat mengikat kapur (CaCO 3) dan

fosfor (CaPO4). Kapur dan fosfor tersebut membuat tulang menjadi

keras.

Berdasarkan matriksnya, bagian tulang dapat dikelompokkan

menjadi dua bagian, yaitu tulang kompak dan tulang spons (Gambar

5). Tulang kompak memiliki matriks yang padat dan rapat, sedangkan

tulang spons memiliki matriks yang berongga rongga (Matriks di

sekitar sel-sel tulang memiliki senyawa protein yang dapat mengikat

kapur (CaCO3) dan fosfor (CaPO4). Kapur dan fosfor tersebut

membuat tulang menjadi keras. Berdasarkan matriksnya, bagian

tulang dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu tulang kompak

31
dan tulang spons. Tulang kompak memiliki matriks yang padat dan

rapat, sedangkan tulang spons memiliki matriks yang berongga

rongga. Sebenarnya, kedua jenis tulang tersebut terdapat di suatu

tempat yang sama. Penamaan diambil hanya dengan melihat bagian

mana yang paling dominan. Sebenarnya, kedua jenis tulang tersebut

terdapat di suatu tempat yang sama. Penamaan diambil hanya dengan

melihat bagian mana yang paling dominan. Sebenarnya, kedua jenis

tulang tersebut terdapat di suatu tempat yang sama. Penamaan diambil

hanya dengan melihat bagian mana yang paling dominan.

Gambar 5 Tulang Keras Berdasarkan Matriksnya

(Hafiz, dkk. 2018:5)

2.2.3 Bentuk Tulang

Berdasarkan bentuknya, tulang keras dapat dikelompokkan sebagai

berikut.

32
2.2.3.1 Tulang pipa, berbentuk panjang dan berongga, seperti pipa.

Contoh tulang ini di antaranya tulang pengumpil, tulang hasta, tulang

betis, dan tulang kering. Tulang pipa terdiri atas dua bagian, yaitu dia

fisis dan epifisis. Diafisis adalah bagian "badan" tulang, sedangkan

epifisis adalah bagian tepi (epi) atau bagian "kepala" tulang. Di antara

epifisis dan diafisis, dibatasi oleh bagian yang disebut cakram epifisis

(Gambar 6). Cakram epifisis lebih lambat proses penulangannya

dibandingkan dengan daerah diafisis.

Gambar 6. Tulang Pipa.

(Irnaningtyas dan Istiadi, 2017:89)

2.2.3.2 Tulang pipih, adalah tulang-tulang yang berbentuk pipih. Tulang

pipih banyak terdapat di rangka aksial, misalnya tulang rusuk, tulang

belikat, dan tulang-tulang yang menyusun tengkorak (Gambar 7). Tulang

pipih berfungsi sebagai pelindung suatu rongga. Misalnya, rongga

tengkorak melindungi otak dan rongga dada melindungi jantung serta

paru-paru.

Gambar 7 Tulang Pipih

33
(Hafiz, dkk. 2018:6)

2.2.3.3 Tulang pendek, berukuran pendek. Hanya ditemukan di daerah

pangkal telapak tangan (Gambar 8), pangkal telapak kaki, dan tulang-

tulang belakang.

Gambar 8 Tulang Pendek

(Hafiz, dkk. 2018:6)

2.2.3.4 Tulang tidak beraturan, yaitu tulang yang memiliki bentuk tidak

beraturan. Contohnya adalah tulang-tulang belakang (Gambar 9) dan

tulang penyusun wajah.

Gambar 9 Tulang Tidak Beraturan

34
(Hafiz, dkk. 2018:6)

2.2.4 Osifikasi

Osifikasi adalah proses pembentukan tulang (Gambar 10). Jenis osifikasi

ada dua macam, yaitu:

2.2.4.1 Osifikasi intramembranosa (osifikasi primer) adalah proses

pembentukan tulang dari jaringan mesenkim menjadi jaringan tulang,

contohnhya pada proses pembentukan tulang pipih.

2.2.4.2 Osifikasi endokondral (osifikasi sekunder) adalah proses

pembentukan tulang yang terjadi dimana sel-sel mesenkim berdiferensi

lebih dulu mnejadi kartilago lalu berubah menjadi jaringan tulang,

contohnya pada proses pembentukan tulang panjang, ruas tulang

belakang, dan pelvis.

Gambar 10 Proses Osifikasi

35
(Maulani. 2016:62)

2.2.5 Sistem Rangka Tubuh

Rangka manusia terdiri atas kurang lebih 206 tulang. Berdasarkan

letak tulang-tulang terhadap sumbu tubuh, rangka dapat dikelompokkan

menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah rangka aksial yang berada

di bagian tengah sumbu tubuh. Kelompok kedua, adalah rangka apendikular

yang berada di bagian tepi dari sistem rangka aksial.Rangka aksial terdiri atas

tulang kepala (tengkorak), ruas-ruas tulang belakang (vertebrae), tulang dada

(sternum), dan tulang rusuk (kosta). Rangka apendikular terdiri atas gelang

bahu, anggota gerak atas (tungkai atas), gelang panggul, dan anggota gerak

bawah (tungkai bawah).

2.2.5.1 Rangka Aksial

36
Rangka aksial merupakan tulang-tulang yang berada di bagian

tengah sumbu tubuh. Tulang rangka aksial terdiri atas tulang kepala. ruas

tulang belakang, tulang dada, dan tulang rusuk.

2.2.5.1.1 Tulang Kepala

Tulang kepala terdiri atas tulang tempurung

(kranium) dan tulang rahang. Tulang kepala berfungsi sebagai

pelindung otak, organ pendengaran, dan organ penglihatan

(Gambar 11).

Gambar 11 Tulang Kepala.

(Hafiz, dkk. 2018:6)

2.2.5.1.2 Tulang Belakang (Columna Vertebralis)

37
Tulang belakang merupakan penopang tubuh utama.

Terdiri atas jejeran tulang-tulang belakang (vertebrae). Di antara

tulang-tulang vertebrae terdapat discus invertebralis merupakan

tulang rawan yang membentuk sendi yang kuat dan elastis. Discus

invertebralis memungkinkan tulang belakang bergerak ke segala

arah. Jika dilihat dari samping, tulang belakang membentuk

lekukan leher (cervix). lekukan dada (thorax), lekukan pinggul

(lumbar). dan lekukan selangkang (sacral). (Gambar 12)

Gambar 12 Tulang Belakang

(Hafiz, dkk. 2018:6)

2.2.5.1.3 Tulang Dada (Sternum) dan Tulang Rusuk (Costa)

38
Tulang dada terdiri atas bagian hulu atau tangkai

(manubrium sterni), bagian badan (corpus sterni), dan taju

pedang (processus xyphoideus). Tulang rusuk terdiri atas 12

pasang tulang rusuk, yaitu 7 pasang rusuk sejati (costa vera), 3

pasang rusuk palsu (costa spuria), dan 2 pasang rusuk melayang

(costa fluctuantes). (Gambar 13).

Gambar 2.13 Tulang Dada dan Tulang Rusuk

(Azima, 2017:6)

Bersama lekukan thorax pada tulang belakang, tulang

dada dan tulang rusuk membentuk rongga dada (thorax) yang

melindungi organ-organ penting seperti jantung. paru-paru, dan

pembuluh darah.

2.2.5.1.3.1 Rangka Apendikular dan Rangka apendikular

39
Rangka Apendikular dan Rangka apendikular

meliputi anggota gerak tubuh (Gambar 14). Rangka apendikular

dapat dikelompokkan menjadi gelang bahu, tulang anggota gerak

atas, gelang panggul, dan tulang anggota gerak bawah.

Gambar 14 Rangka Apendikular dan Rangka apendikular

(Hafiz, dkk. 2018:6)

2.2.5.1.3.2 Gelang bahu

Terdapat dua gelang bahu, yaitu kanan dan kiri.

Masing-masing gelang bahu terdiri atas tulang selangka

(clavicula) dan tulang belikat (scapula).

2.2.5.1.3.3 Tulang anggota gerak atas.

Tulang anggota gerak atas terdiri atas dua tungkai,

kanan dan kiri. Masing-masing terdiri atas.

2.2.5.1.3.3.1 Tulang lengan atas (humerus)

2.2.5.1.3.3.2 Tulang hasta (ulna)

2.2.5.1.3.3.3 Tulang pengumpil (radius)

40
2.2.5.1.3.3.4 8 tulang pergelangan tangan (carpal)

2.2.5.1.3.3.5 5 tulang telapak tangan (metacarpal)

2.2.5.1.3.3.6 14 tulang jari tangan (phalanges)

2.2.5.1.3.4 Gelang panggul

Gelang panggul terdiri atas 2 tulang pinggul

(coxae) di kanan dan kiri. Gelang panggul sangat stabil dan

berfungsi menahan berat tubuh.

2.2.5.1.3.5 Tulang anggota gerak bawah

Tulang anggota gerak bawah terdiri atas dua tungkai

kaki,kanan dan kiri. Masing-masing terdiri atas:

2.2.5.1.3.5.1 Tulang paha (femur).

2.2.5.1.3.5.2 Tulang tempurung (patella).

2.2.5.1.3.5.3 Tulang kering (tibia).

2.2.5.1.3.5.4 Tulang betis (fibula).

2.2.5.1.3.5.5 7 tulang pergelangan kaki (tarsal).

2.2.5.1.3.5.6 5 tulang telapak kaki (metatarsal.)

2.2.5.1.3.5.7 14 tulang jari kaki (phalanges).

2.3 Fungsi dan Klasifikasi Otot

2.3.1 Ada tiga karakter yang dimiliki otot, yaitu sebagai berikut:

2.3.1.1 Kontraktibilitas, adalah kemampuan otot untuk memendek.

Ketika memendek, otot berkontraksi (Gambar 15). Jika otot

menempel pada tulang, otot akan menarik tulang tersebut.

41
Gambar 15 Kontraktibilitas

(Maulani, 2016:60)

2.3.1.2 Ekstensibilitas, adalah kemampuan otot untuk memanjang

melebihi ukuran semula. Pada saat otot memanjang, otot berelaksasi.

2.3.1.3 Elastisitas, adalah kemampuan otot untuk kembali ke bentuk

semula, setelah mengalami pemanjangan atau pemendekan.

2.3.2 Fungsi Otot

Beberapa fungsi otot adalah sebagai berikut (Pratiwi, 2017):

2.3.1.1 Menjaga Keseimbangan Tubuh.

2.3.1.2 Dapat mensirkulasikan aliran darah dalam tubuh.

2.3.1.3 Tubuh bisa melakukan gerakan-gerakan.

2.3.1.4 Mendorong makanan atau minuman masuk ke sistem

pencernaan.

2.3.3 Jenis Otot

Berdasarkan morfologi, cara kerja, dan lokasinya dalam tubuh, otot

dapat dibagi menjadi tiga jenis (Hafiz ,2018).

42
2.3.3.1 Otot Lurik

Seperti halnya tulang, otot memiliki beberapa jenis. Otot lurik

disebut juga otot rangka karena otot jenis ini menempel pada rangka

dan menjadi alat gerak utama. Otot lurik memiliki sel yang berbentuk

silindris dan memiliki banyak inti. Kerja otot lurik dikendalikan oleh

sistem saraf pusat dan disadari (Gambar 16).

Gambar 16 Otot Lurik

(Pratiwi. 2017:124)

Berdasarkan cara melekatnya di tulang, terdapat dua bagian otot,

yaitu origo dan insersio. Origo merupakan ujung otot yang menempel di

tulang yang kedudukannya tetap (tumpuan) ketika otot berkontraksi.

Adapun insersio merupakan bagian otot yang menempel pada tulang yang

akan digerakkan ketika otot berkontraksi.

2.3.3.2 Otot Polos

Otot polos sering juga disebut otot organ dalam atau otot viseral.

Otot polos terdapat di organ-organ dalam, misalnya di saluran-saluran

dalam sistem pernapasan, sistem pencernaan, pembuluh darah, dan

saluran kencing. Bentuk sel-sel otot polos menyerupai gelendong

dengan satu inti di tengah (Gambar 17). Otot polos tidak dikendalikan

43
oleh sistem saraf pusat sehingga otot-otot polos bekerja di luar

kesadaran.

Gambar 17 Otot Polos

(Pratiwi, 2017:124)

2.3.3.3 Otot Jantung

Otot Jantung memiliki struktur mirip dengan struktur otot lurik

(Gambar 18). Hal yang membedakannya adalah serabut otot jantung

memiliki percabangan di serabut-serabut ototnya. Otot jantung

menggerakkan jantung dan jenis sarafnya adalah saraf otonom. Oleh

karena itu, otot jantung bekerja di luar kesadaran

Gambar 18 Otot Jantung

44
(Pratiwi, 2017:124)

2.3.4. Sifat Kerja Otot

Otot-otot saling bekerja sama ketika melakukan gerak. Sifat kerja otot

dibedakan atas:

2.3.4.1 Anatagonis

Kedua otot tersebut dikatakan melakukan kerja yang

antagonis karena menimbulkan efek gerak berlawanan (Gambar 19).

Pergerakan yang disebabkan otot-otot tersebut dapat berupa ekstensor

dan fleksor (meluruskan dan membengkokkan), depressor dan

elevator (ke bawah dan ke atas), supinator dan pronator (menengadah

dan menelungkup), dan abduktor dan adduktor (menjauhi dan

mendekati sumbu tubuh).

Gambar 19 Otot yang Bekerja Antagonis.

45
` (Hafiz, dkk. 2018:6)

Contoh otot yang bekerja antagonis adalah otot bisep dan

trisep di lengan bagian atas (Gambar 19). Ketika otot bisep

berkontraksi dan otot trisep berelaksasi, siku terlipat dan lengan

bawah terangkat. Sebaliknya, ketika otot bisep relaksasi dan otot

trisep berkontraksi, siku lurus dan lengan bawah turun. Jenis gerakan

yang dihasilkan otot bisep dan trisep tersebut adalah gerakan

ekstensor-fleksor. Jadi, otot bisep berperan sebagai otot fleksor karena

kontraksinya membengkokkan lengan. Sementara itu, otot trisep

adalah otot ekstensor karena kontraksinya meluruskan lengan.

2.3.4.2 Sinergis

Dua atau lebih otot yang berkontraksi ke arah yang sama

disebut otot yang bekerja sinergis, merupakan lawan dari bekerja

secara antagonis. Contoh otot yang bekerja sinergis adalah gerakan

supinasi-pronasi pada telapak tangan kita.

2.3.5 Mekanisme Kerja Otot

46
Pada tahun 1955, Hansen dan Huxly, mengemukakan teori sliding

filaments (filamen yang bergeser) pada otot lurik. Mereka menyatakan bahwa

saat otot kontraksi tidak terjadi pemendekan filamen, namun hanya

pergeseran filamen-filamen. Melalui pengamatan dengan menggunakan

mikroskop elektron dan difraksi sinar X, Hansen dan Huxly menemukan dua

set filamen, yaitu aktin dan miosin. Aktin dan miosin tersebut bergeser

sehingga otot dapat memendek dan memanjang saat otot berkontraksi dan

berelaksasi. Filamen tersebut terdapat di dalam sarkomer. Sarkomer terdapat

dalam sel otot. Jumlah filamen dalam satu sarkomer dapat mencapai ratusan

hingga ribuan filamen, bergantung jenis ototnya. Filamen-filamen tersebut

membangun 80% massa sarkomer (Gambar 20).

Gambar 20 Mekanisme Kerja Otot

(Hafiz, dkk. 2018:6)

Pada saat berkontraksi, filamen aktin berikatan dan meluncur

sepanjang filamen miosin. Perhatikan (Gambar 20) Zona H adalah bagian

terang, yang berada di antara bagian A yang berupa pita gelap. Pita yang

terang disebut pita I. Pada saat berkontraksi, di zona-zona tersebut terjadi

47
perubahan. Pita I dan zona H akan berubah jadi semakin sempit, atau bahkan

hilang sama sekali (Levine and Miller, 1991: 862).

Gambar 2.21. Kontraksi Filamen Aktin

(Hafiz, dkk. 2018:6)

Kontraksi otot dipacu oleh potensial aksi dari sinaps sel saraf yang

menyebabkan pelepasan ion kalsium (Ca) oleh retikulum sarkoplasma

(retikulum endoplasma yang terspesialisasi) di otot. Pelepasan Ca²+

menyebabkan protein regulator tropomiosin dan troponin berubah bentuk.

Hal ini memungkinkan terjadi ikatan antara kepala miosin dan filamen aktin.

Ketika filamen-filamen aktin meluncur menuju tengah sarkomer, otot

memendek (kontraksi). Pada saat relaksasi, filamen-filamen tersebut kembali

ke bentuk semula. Pada saat filamen aktin meluncur, kepala miosin akan

membentuk ikatan (cross bridges) dengan sebuah bonggol pada badan

filamen aktin. Agar dapat berikatan, dibutuhkan energi yang diperoleh dari

pemecahan ATP (adenosine triphospate) menjadi ADP (adenosine

diphospate). Kombinasi aktin dan miosin dengan bantuan energi dari ATP ini

disebut aktomiosin. Berikut adalah reaksinya (Gambar 22):

48
Gambar 22 Reaksi Aktomiosin

(Hafiz, dkk. 2018:6)

Sel otot umumnya hanya menyimpan sedikit ATP untuk beberapa

kali kontraksi. Untuk kontraksi berulang, diperlukan ATP lebih banyak.

Energi tersebut diperoleh dari cadangan energi berupa kreatin fosfat.

Cadangan energi ini memberikan gugus fosfat kepada ADP (adenosine

diphospaete) untuk membentuk ATP. Namun, cadangan kreasin fosfat akan

habis jika otot bekerja lebih keras. Untuk menunjang pergerakan otot yang

lebih keras dan lama, mitokondria sel otot lebih banyak memerlukan glukosa

dan oksigen. Oleh karena itu, detak jantung dan napas akan lebih cepat.

Glukosa dan oksigen digunakan untuk respirasi sel dan menghasilkan ATP.

Meskipun detak jantung dan napas lebih cepat, namun tetap diperlukan waktu

bagi glukosa dan oksigen mencapai sel otot. Untuk menyediakan energi

secara cepat, glukogen yang terdapat pada otot dapat dipecah menjadi glukosa

dan asam laktat. Secara normal sel memerlukan oksigen untuk memecah

karbohidrat dan menyintesis ATP. Namun, pemecahan glikogen dapat terjadi

tanpa oksigen, yaitu melalui proses fermentasi asam laktat. Selama latihan

keras, asam laktat terakumulasi di otot. Asam laktat di otot dapat

menyebabkan otot lelah dan sakit.

Namun, asam laktat secara berkala terbawa aliran darah menuju

hati. Kemudian, asam laktat diubah menjadi asam piruvat oleh sel hati. Proses

fermentasi asam laktat untuk menghasilkan ATP ini disebut juga respirasi

49
anaerob (berasal dari Bahasa Yunani, an artinya tanpa; aer artinya udara; bios

artinya hidup). Ketika detak jantung dan napas bertambah kencang, hal ini

memberikan lebih banyak udara pada sel otot sehingga sel otot mampu

melakukan respirasi secara normal (respirasi aerob). Sebagian besar ATP

yang dihasilkan mitokondria melalui proses fosforilasi oksidatif. Proses ini

menggunakan energi kimia yang berasal dari katabolisme karbohidrat, lemak,

atau protein. Jika Anda berhenti berolahraga, Anda akan tetap bernapas

kencang beberapa saat. Oksigen tambahan ini digunakan untuk mengubah

banyak asam laktat menjadi glikogen kembali.

50
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gerak pada manusia merupakan perpaduan antara tulang dan otot. Tulang

merupakan alat gerak pasif dan otot merupakan alat gerak aktif. Tulang saja tidak

akan bergerak, namun memerlukan otot untuk dapat bergerak. Berdasarkan

penyusunnya, tulang dapat dibedakan menjadi tulang rawan dan tulang keras.

Tulang rawan (kartilago) tersusun atas sel-sel tulang rawan (kondrosit), serabut

kolagen, dan matriks. Tulang keras berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi

tulang pipa, tulang pipih, tulang pendek, dan tulang tidak beraturan.

Tulang rangka manusia terdiri atas lebih dari 206 tulang. Tulang tesebut dapat

dikelompokkan menjadi rangka aksial dan rangka apendikular. Rangka aksial

terdiri atas tulang kepala, tulang belakang, tulang dada, dan tulang rusuk. Adapun

tulang apendikular terdiri atas tulang gelang bahu, tulang anggota gerak atas,

tulang gelang panggul, dan tulang anggota gerak bawah.

Hubungan antartulang (artikulasi) dapat dibedakan menjadi sinartrosis

amfiartrosis, dan aliran diartrosis. Persendian diartrosis memungkinkan

pergerakan leluasa dan dapat dibedakan atas sendi peluru, sendi putar, sendi

engsel, sendi elipsoid, sendi pelana, dan sendi luncur.

Otot merupakan alat gerak aktif. Otot dapat dibedakan menjadi otot lurik,

otot polos, dan otot jantung. Mekanisme kerja otot berdasarkan teori sliding

filamen, menyatakan bahwa sewaktu otot kontraksi tidak ada filamen yang

memendek atau memanjang, namun hanya terjadi pergeseran filamen. Tulang dan

otot dapat mengalami gangguan. Gangguan pada tulang, di antaranya kekurangan

51
vitamin D, osteoporosis, mikrose falus, fraktura, terkilir, kelainan bentuk tulang

belakang, dan artritis. Adapun gangguan pada otot, di antaranya atrofi, tetanus,

miastenia gravis, kelelahan otot, distrofi, dan hernia.

3.2 Saran

Kepada pembaca makalah ini kami mohon untuk saran dan masukkannya

agar dapat lebih memperbaiki dalam penyusunan makalah ini dikarenakan

makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka kami sarankan untuk membaca

referensi yang lain agar pengetahuan mengenai sistem gerak pada manusia dapat

bertambah.

Tulang-tulang rangka yang terdapat dalam tubuh kita tidak akan berfungsi

sebagai alat gerak apabila tidak digerakkan oleh otot. Maka kesadaran untuk

mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium dan vitamin sangatlah

dibutuhkan agar tidak terjadi kelainan-kelainan yang akan menyerang otot dan

tulang kita. Dengan demikian kita harus membiasakan diri sejak dini mungkin

untuk melakukan hal-hal yang tidak merugikan tubuh dan mencegah supaya tidak

terjadi kelainan pada tubuh termasuk otot dan tulang.

52
DAFTAR PUSTAKA

Archambault, Ariane. 2004. Kamus Visual. Buana Ilmu Populer: Jakarta.


Dikutip melalui
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Archambault
%2C+Ariane.+2004.++Kamus+Visual.+Jakarta+
%3A+Buana+Ilmu+Populer.+&btnG=
Diakses pada Kamis, 15 September 2022 pukul 10.15 WIB.

Azima. A. dkk. 2012. Makalah Sistem Gerak Manusia. Universitas


Mulawarman.
Dikutip melalui
https://www.scribd.com/doc/89170820/Makalah-Sistem-Gerak
Diakses pada Rabu, 05 Oktober 2022 pukul 19.22 WIB.

Febriantina. D.D. 2013. Makalah Sistem Gerak Manusia. Jurusan Pendidikan


Biologi FPMIPA IKIP Bandung.
Dikutip melalui
http://dyahfebriantina.blogspot.com/2013/12/vbehaviorur-
Idefaultvmlo_18.html.
Diakses pada Rabu, 12 September 2022 pukul 14.00 WIB.

Iranto, K. 2004. Stuktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Jakarta. Yrama Widya.
Dikutip melalui
https://jurnal.stikesbhaktihusada.ac.id/index.php/MR/article/view/45
Diakses pada Rabu, 12 September 2022 pukul 15.00 WIB.

Irnaningtyas dan Istiadi. 2017. Biologi untuk SMA/MA kelas XI. Penerbit

Erlangga: Jakarta.

Jendela Iptek: Tubuh Manusia, 1997: Human Anatomi, 1996.


Dikutip melalui
https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=mufNDXw6cEcC&oi=fnd&pg=PA1&dq=Jendela++Iptek:
+Tubuh+Manusia,+1997:+Human+Anatomi,+1996 Diakses pada Rabu, 12
September 2022 pukul 15.40 WIB.

53
Hafizh. A dkk. 2018. Makalah Sistem Gerak pada Manusia. Universitas Negeri
Malang.
Dikutip melalui
https://www.academia.edu/38433813/
Makalah_Sistem_Gerak_Pada_Manusia_pdf
Diakses pada Jumat, 30 September 2022 Pukul 22.37 WIB.

Maulani. A. H. 2016. Modul PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan)


Biologi SMA.
Dikutip melalui
https://cdn-gbelajar.simpkb.id/s3/p3k/Biologi/Perpembelajaran/BIOLOGI-
PB3.pdf
Diakses pada Senin, 31 Oktober 2022 Pukul 10.45 WIB.

Pratiwi. D.A. dkk. 2017. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Penerbit Erlangga:

Jakarta.

Pearce. E.C. 2009. Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis. PT. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta.
Dikutip melalui
http://journal.ipts.ac.id/index.php/BIOESA/article/view/3653/2318
Diakses pada Kamis, 22 September 2022 pukul 11.30 WIB.

Rifqiawaty, Ika & Annah ElHisani. 2010. Ensiklopedi Tubuh Manusia. Gara
Ilmu: Jogjakarta Gara.
Dikutip melalui
http://journal.ipts.ac.id/index.php/BIOESA/article/view/3653/2318
Diakses pada Kamis, 22 September 2022 Pukul 10.00 WIB.

Toto dan Lia Yulisma. 2017. Analisis Aplikasi Konsep Gaya dalam Fisika yang
Berkaitan dengan Bidang Biologi. Jurnal Penelitian & Pengembangan.
Dikutip melalui
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Toto
%2C+dan +Lia+Yulisma.
+2017.+Analisis+Aplikasi+Konsep+Gaya+dalam+Fisika+yang+Berkaitan+
dengan+Bidang+Biologi.+Jurnal+Penelitian+%26+Pengembangan&btnG=
Diakses pada Kamis, 22 September 2022 Pukul 09.00 WIB.

54
55

Anda mungkin juga menyukai