Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ANATOMI FISIOLOGI
“SISTEM PENCERNAAN MANUSIA”

Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Ilhan Octaviansyah P21335121042
2. Mutiara Pasha Rahmadina P21335121059
3. Putri Savira P21335121063
4. Salsabila Rahmadina P21335121072
5. Syahrul Sani P21335121078

PRODI SARJANA TERAPAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II
JL. HANG JEBAT III NO.8, RT.4/RW.8, GUNUNG, KEBAYORAN BARU, KOTA JAKARTA
SELATAN, DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA 12120.

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sistem Pencernaan Manusia” ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Endang Uji
Wahyuni, SKM. MKM, DR. Dra. Tjipto Rini, M.Kes, Dr. Corazon pada mata kuliah Anatomi
Fisiologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Hubungan
Timbal Balik Pada Penduduk bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Endang Uji Wahyuni, SKM. MKM, DR. Dra.
Tjipto Rini, M.Kes, Dr. Corazon selaku dosen pada mata kuliah Anatomi Fisiologi yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi Sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 12 Febuari 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ 2


DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4
1.3 Tujuan .................................................................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................................. 5
2. 1 Proses dan Fungsi Sistem Pencernaan ................................................................................. 5
2. 2 Rongga Oral, Faring dan Esofagus ...................................................................................... 5
2. 3 Lambung ............................................................................................................................ 10
2. 4 Usus Halus ......................................................................................................................... 16
2. 5 Pankreas, Hati dan Kantong Empedu ................................................................................ 17
2. 6 Usus Besar ......................................................................................................................... 25
BAB III ............................................................................................................................................. 28
PENUTUP ........................................................................................................................................ 28
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh manusia terdiri atas banyak jaringan dan organ, masing-making dengan
fungsinya yang khusus untuk dilaksanakan. Agar dapat melaksanakan fungsinya, tubuh
memerlukan energi untuk melakukan berbagai aktifitas. Untuk melakukan aktifitasnya,
setiap makhluk hidup pasti memerlukan makan karena makanan merupakan sumber energi
pada makhluk hidup.
Namun, makanan yang kita makan tidak selamanya berguna bagi tubuh. Di dalam
tubuh kita terdapat organ-organ tubuh yang sangat berperan penting dalam proses
pencernaan. Dimana antara organ yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Jika ada
salah satu organ yang mengalami gangguan maka sistem pencernaan di dalam tubuh
manusia tidak akan berlangsung secara optimal. Kita mengetahui bahwa tidak ada satu
individu yang dapat bertahan hidup tanpa adanya organ sistem pencernaan, karena sistem
pencernaan merupakan hal yang sangat vital di dalam tubuh manusia. Sistem pencernaan
makanan berhubungan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkannya untuk di
proses oleh tubuh. Makanan adalah tiap zat atau bahan yang dapat digunakan dalam
metabolisme gua memperoleh bahan-bahan untuk memperoleh tenaga atau energi.
Selama dalam proses pencernaan makanan dihancurkan menjadi zat-zat sederhana
dan dapat diserap oleh usus, kemudian digunakan oleh jaringan tubuh. Fisiologi sistem
pencernaan manusia terdiri dari beberapa organ. Rongga mulut, esofagus, lambung, usus
kecil, usus besar, rectum dan anus. Semua sistem pencernaan itu akan bekerja sesuai dengan
tugasnya, namun tetap saling berkaitan untuk mencerna semua makanan yang masuk ke
tubuh.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses dan fungsi pencernaan dalam tubuh?
2. Apa saja alat-alat pencernaan dalam tubuh?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah agar dapat memahami Anatomi Fisiologi Sistem
Pencernaan pada tubuh manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Proses dan Fungsi Sistem Pencernaan

Fungsi utama sistem ini adalah untuk menyediakan makanan, air, dan elektrolit bagi tubuh
dari nutrien yang dicerna sehingga siap diabsorpsi. Pencernaan berlansung secara mekanik dan
kimia, dan meliputi proses-proses berikut:
1. Ingesti (proses mengambil makanan ke dalam sistem pencernaan dengan cara melalui
mulut)
2. Mastikasi (proses mengunyah untuk menghancurkan makanan dan mencampurnya air
liur)
3. Deglutition (tindakan menelan untuk mengangkut makanan dari mulut ke perut)
4. Digestion (memecah secara mekanis serta kimia dari makanan)
5. Absorpsi (bagian dari molekul makanan dari usus ke dalam darah atau kelenjar getah)
6. Peristaltik (kontraksi seperti gelombang yang memindahkan makanan melalui saluran
pencernaan)
7. Egesti (defekasi) adalah proses eleminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga bakteri,
dalam bentuk feses dari saluran pencernaan.

2. 2Rongga Oral, Faring dan Esofagus

1. Rongga Oral
Rongga oral adalah jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ
eksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan. Rongga vestibulum (bukal)
terletak di antara gigi dan, bibir dan pipi sebagai batas luarnya. Rongga oral utama dibatasi
gigi dan gusi di bagian depan, palatum lunak dan keras di bagian atas, lidah di bagian
bawah, dan orofaring dibagian belakang.

Pada rongga mulut (cavum oris) makanan mulai dicerna secara mekanik dan
kimiawi. Adapun alat kelenjar di dalam rongga mulut adalah gigi, lidah, dan kelenjar
ludah.
1) Gigi (dentis)
Pada manusia gigi pertama kali tumbuh pada usia 6 bulan yang disebut gigi
susu (denslakteus) dan disusul dengan gigi sulung (densdesidui). Gigi berfungsi
untuk mencerna makanan secara mekanis dan untuk membantu berbicara. Gigi
manusia tertanam pada rahang dan terlindung oleh gusi. Adapun bagian-bagian gigi
sebagai berikut:
a) Mahkota gigi (korona), bagian yang tampak dari luar.
b) Leher gigi (kolum), bagian yang terlindung gusi
c) Akar gigi (radiks), bagian yang tertanam di dalam rahang Apabila
gigi disayat memanjang akan terlihat bagian-bagian berikut:
a) Email, bagian terluar dan terkeras
b) Tulang gigi, tersusun atas zat dentin, dan saraf pembuluh darah (pulpa), serabut
saraf, dan pembuluh darah.
c) Semen, pelapis tulang gigi yang masuk ke dalam rahang.
Secara umum dari bentuk dan letaknya, gigi dibedakan menjadi empat
macam, yaitu gigi seri (dens insivus)= I, gigi taring (dens caninus) = C, gigi
geraham depan (premolar) = P, dan gigi geraham belakang (molare)=M.

2) Lidah (lingua)
Lidah tersusun atas otot serat lintang dengan permukaan tidak rata dan
terdapat tonjolan (papilla pengecap) Fungsi lidah yaitu:
a) Membantu mengaduk makanan didalam rongga mulut
b) Membantu membersihkan mulut
c) Membantu bersuara
d) Membantu mendorong makanan pada waktu penelanan
e) Sebagai indera pengecap
f) Kelenjar ludah (glandulu saliva)

3) Kelenjar ludah
Di dalam rongga mulut terdapat tiga pasang kelenjar ludah:
a) Glandula parotis, berbentuk air yang terdapat di bawah telinga.
b) Glandula submandibular, berbentuk air dan lendir yang terdapat pada rahang
bawah
c) Glandula sublingualis, berbentuk air dan lendir yang terdapat di bawah lidah.

Kelenjar ludah berfungsi untuk:


a) Memudahkan penelanan dan pencernaan makanan (melarutkan makanan)
b) Mencernakan makanan secara kimiawi
c) Melindungi selaput rongga mulut dari panas, dingin, asam, dan basa.
Air ludah mengandung enzim ptyalin yang berfungsi untuk memecah amilum
menjadi maltose, dan bekerja pada lingkungan netral (pH7).

Dalam tubuh manusia, mulut (rongga mulut) adalah organ khusus untuk
menerima makanan dan memecah massa organic besar. Di mulut, makanan diubah
secara mekanis dengan menggigit dan mengunyah. Manusia memiliki empat jenis
gigi: gigi seri adalah gigi berbentuk pahat di depan mulut untuk menggigit, gigi taring
yang menunjukkan gigi untuk merobek, dan gigi geraham untuk menggiling
menghancurkan makanan.
Di mulut, makanan dibasahi oleh air liur, cairan lengket yang mengikat
partikel makanan bersama-sama menjadi massa lembut. Tiga pasang kelenjar ludah-
kelenjar parotis, kelenjar submaxillary, dan kelenjar sublingualis-mensekresi air liur
ke dalam. Air liur mengandung enzim yang disebut amylase, yang mencerna molekul
pati menjadi molekul yang lebih dari maltose disakarida. Selama mengunyah, lidah
menggerakkan makanan dan memanipulasi itu menjadi massa
disebut bolus. Bolus didorong kembali ke dalam faring (tenggorokan) dan dipaksa
melalui pembukaan ke kerongkongan.
2. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Didalam
lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung
kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak persimpangan
antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga
hidung, di depan ruas tulang belakang. Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga
hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari
3 bagian sebagai berikut.
a) Bagian superior
Bagian ini disebut dengan nasofaring. Pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.
b) Bagian media
Bagian ini merupakan bagian yang sama tinggi dengan mulut. Bagian media disebut
dengan orofaring.Bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah.
c) Bagian inferior
Bagian ini merupakan bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian inferior disebut
dengan laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Sering juga disebut dengan
esofagus(dari bahasa Yunani). Panjang kerongkongan ± 20 cm dan lebar ± 2 cm. Organ
ini berfungsi untuk menghubungkan mulut dengan lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Gerak peristaltik kerongkongan meliputi gerakan melebar, menyempit, bergelombang,
dan meremas remas agar makanan terdorong ke lambung. Di kerongkongan, zat makanan
tidak mengalami pencernaan. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang.
Menurut histologi, Esofagus dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian superior
(sebagian besar adalah otot rangka),bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus),
dan bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus) (Anderson, 1999; Syaifuddin, 2012,
Pearce, 2007).

2. 3Lambung

1. Anatomi lambung
a. Lambung
Lambung adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga
abdomen di bawah diafrgma. Semua bagian, kecuali sebagian kecil,terletak pada
bagian kiri garis tengah. Ukuran dan bentuknya bervariasi dari satu individu ke
individu lain. Regia-regia lambung terdiri dari bagian kardia, fundus, bodi organ, dan
bagian pilorus.
1) Bagian kardia lambung adalah area di sekitar pertemuan esofagus dan lambung
(pertemuan gastroesofagus).
2) Fundus adalah bagian yang menonjol ke sisi kiri atas mulut esofagus.
3) Bodi lambung adalah bagian yang terdilatasi di bawah fundus, yang membentuk
dua pertiga bagian lambung. Tepi medial bodi lambung yang konkaf disebut
kurvatur kecil; tetapi lateral bodi lambung yang konveks disebut kurvatur besar.
4) Bagian pilorus lambung yang menyempit di ujung bawah lambung dan membuka
ke duodenum. Antrum pilorus mengarah ke mulut pilorus yang dikelilingi sfingter
pilorus muskular tebal.

b. Histologi dinding lambung


Ada tiga lapisan jaringan dasar (mukosa, submukosa, dan jaringan muskularis)
beserta modifikasinya.
1) Muskularis eksterna pada bagian fundus dan bodi lambung mengandung lapisan
otot melintang (oblik) tambahan. Lapisan otot tambahan ini membantu keefektifan
pencampuran dan penghancuran isi lambang.
2) Mukosa membentuk lipatan-lipatan (ruga) longitudinal yang menonjol sehingga
memungkinkan peregangan dinding lambung. Ruga terlihat saat lambung kosong
dan akan menghalus saat lambung meregang terisi makanan.
3) Ada kurang lebih 3 juta pit lambung di antara ruga-ruga yang bermuara pada sekitar
15 juta kelenjar lambung. Kelenjar lambung yang dinamakan sesuai letaknya,
menghasilkan 2 L sampai 3 L cairan lambung. Cairan lambung mengandung
enzimenzim pencernaan, asam klorida, mukus, garam-garaman, dan air.
2. Fungsi lambung
1) Penyimpanan makanan
Kapasitas lambung normal memungkinkan adanya interval waktu yang panjang
antara saat makan dan kemampuan menyimpan makanan dalam jumlah besa sampai
makanan ini dapat terakomodasi di bagian bawah saluran. Lambung tidak memiliki
peran mendasar dalam kehidupan dan dapat diangkat, asalkan makanan yang dimakan
sedikit dan sering.
2) Produksi kimus
Aktivitas lambung mengakibatkan terbentuknya kimus (massa homogen setengah
cair, berkadar asam tinggi yang berasal dari bolus) dan mendorongnya ke dalam
duodenum.
3) Digesti protein
Lambung memulai digesti protein melalui sekresi tripsin dan asam klorida
4) Produksi mukus
Mukus yang dihasilkan dari kelenjar membentuk barier setebal 1 mm untuk
melindungi lambung dari aksi pencernaan dari sekresinya sendiri.
5) Produksi faktor intrinsik
a. Faktor intrinsik adalah glikoprotein yang disekresi sel parietal
b. Vitamin B12, yang didapat dari makanan yang dicerna lambung, terikat pada faktor
intrinsik. Kompleks faktor intrinsik vitamin B12 dibawa ke ileum usus halus,
tempat vitamin B12 diabsorpsi.
A. Potongan frontal lambung dari duodenum memperlihatkan anatomi internal
dan eksternal.
B. Mukosa lambung.
C. Kelenjar lambung dari fundus.
D. Sel chief dan sel parietal.
6) Absorpsi
Absorpsi nutrien yang berlansung dalam lambung hanya sedikit. Beberapa obat
larut lemak (aspirin) dan alkohol diabsorpsi pada dinding lambung. Zat terlarut dalam
air terabsorpsi dalam jumlah yang tidak jelas.
3. Sekresi lambung
1) Jenis kelenjar lambung
a. Kelenjar kardia ditemukan di regia mulut kardia. Kelenjar ini hanya mensekresi
mukus.
b. Kelenjar fundus (lambung) terdiri atas tiga jenis sel.
1. Sel chief (zimogenik) mensekresi pepsinogen, prekursor enzim pepsin.
Kelenjar ini mensekresi lipase dan renin lambung,yang kurang penting.
2. Sel parietal mensekresi asam klorida (HCl) dan faktor intrinsik.
a) Dalam pembuatan HCl, CO2 bergerak ke dalam sel untuk berikatan
dengan air dan membentuk asam karbonat (H2CO3) dalam reaksi yang
dikatalis oleh anhidrase karbonik.
b) H2CO3 terionisasi untuk membentuk H+ dan HCO3-. Ion bikarbonat
keluar dari sel untuk digantikan ion klorida (CI-) dan memasuki sirkulasi
sistemik.
c) Ion hidrogen, bersama ion klorida, secara aktif terpompa ke dalam
lambung.
3. Sel leher mukosa ditemukan pada bagian leher semua kelenjar lambung. Sel
ini mensekresi barier mukus setebal 1 mm dan melindungi lapisan lambung
terhadap kerusakan HCl atau autodigesti.
c. Kelenjar pilorus terletak pada regia antrum pilorus. Kelenjar ini mensekresi mukus
dan gastrin, suatu hormon peptida yang berpengaruh besar dalam proses sekresi
lambung.
2) Tiga tahap sekresi lambung
Dinamakan sesuai dengan regia tempat terjadinya stimulus. Faktor saraf dan
hormone terlibat.
a. Tahap sefalik terjadi sebelum makanan mencapai lambung. Masuknya makanan
ke dalam mulut atau tampilan, bau, atau pikiran tentang makanan, dapat
merangsang sekresi lambung.
b. Tahap lambung terjadi saat makanan mencapai lambung dan berlansung selama
makanan masih ada.
1. Peregangan dinding lambung merangsang reseptor saraf dalam mukosa
lambung dan memicu refleks lambung. Serabut aferen parasimpatis menjalar
dalam vagus menuju kelenjar lambung untuk menstimulasi produksi HCl,
enzim-enzim pencernaan, dan gastrin.
2. Asam amino dan protein dalam makanan yang separuh tercerna dan zat kimia
(alkohol dan kafein) juga meningkatkan sekresi lambung melalui refleks lokal.
3. Fungsi gastrin, antara lain:
(a) Gastrin merangsang sekresi lambung.
(b) Gastrin meningkatkan motilitas usus dan lambung.
(c) Gastrin mengkontriksi sfingter esofagus bawah dan merelaksasi sfingter
pilorus.
(d) Efek tambahan, seperti stimulasi sekresi pankreas dan peningkatan
motilitas usus, juga termasuk fungsi gastrin.
4. Pengaturan pelepasan gastrin dalam lambung terjadi melalui penghambatan
umpan balik yang didasarkan pada pH isi lambung.
(a) Jika tidak ada makanan dalam lambung di antara jam makan, pH lambung
rendah dan sekresi lambung terbatas.
(b) Makanan yang masuk ke lambung memiliki efek pendaparan (buffering)
yang mengakibatkan peningkatan pH dan peningkatan sekresi lambung.
c. Tahap usus
Terjadi setelah kimus meninggalkan lambung dan memasuki usus halus yang
kemudian memicu faktor saraf dan hormon.
1) Sekresi lambung distimulasi oleh sekresi gastrin duodenum sehingga dapat
berlangsung selama beberapa jam. Gastrin ini dihasilkan oleh bagian atas
(duodenum) usus halus dan dibawa dalam sirkulasi menuju lambung.
2) Sekresi lambung dihambat oleh hormon-hormon polipeptida yang dihasilkan
duodenum. Hormon ini, yang dibawa dalam sirkulasi menuju lambung,
disekresi sebagai respons terhadap asiditas lambung dengan pH di bawah 2 dan
jika ada makanan berlemak. Hormon-hormon ini meliputi gastric inhibitory
polipeptide (GIP), sekretin, kolesistokinin (cholecystokinin [CCK]), dan
hormon pembersih enterogastron.
4. Digesti dalam lambung
Cairan lambung memicu digesti protein dan lemak.
1) Digesti protein. Pepsinogen (disekresi sel chief) diubah menjadi pepsin oleh asam
klorida (disekresi sel parietal). Pepsin adalah enzim proteolitik, yang hanya dapat
bekerja dengan pH di bawah 5. Enzim ini menghidrolisis protein menjadi polipeptida.
Lambung janin memproduksi renin, enzim yang mengkoagulasi protein susu, dan
menguraikannya untuk membentuk dadih (curd).
2) Lemak. Lipase lambung (disekresi sel chief) menghidrolisis lemak susu menjadi asam
lemak dan gliserol, tetapi aktivitasnya terbatas dalam kadar pH yang rendah.
3) Karbohidrat. Amilase dalam saliva yang menghidrolisis zat tepung bekerja pada pH
netral. Enzim ini terbawa bersama bolus dan tetap bekerja dalam lambung sampai
asiditas lambung menembus bolus. Lambung tidak mensekresi enzim untuk mencerna
karbohidrat.
5. Kontrol pada pengosongan lambung
1) Pengosongan distimulasi secara refleks saat merespons terhadap peregangan
lambung, pelepasan gastrin, kekentalan kimus, dan jenis makanan. Karbohidrat dapat
masuk dengan cepat, protein lebih lambat, dan lemak tetap dalam lambung selama 3
sampai 6 jam.
2) Pengosongan lambung dihambat oleh hormon duodenum yang juga menghambat
sekresi lambung dan oleh refleks umpan balik enterogastrikdari duodenum.
Faktorfaktor hormon dan saraf ini mencegah terjadinya pengisian yang berlebih pada
usus dan memberikan waktu yang lebih lama untuk digesti dalam usus halus.
3) Sinyal umpan balik memungkinkan kimus memasuki usus halus pada kecepatan
tertentu sehingga dapat diproses.
2. 4Usus Halus

1. Gambaran umum
Keseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari sfingter pilorus
sampai ke katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus besar. Diameter usus halus
kurang lebih 2,5 cm dan panjangnya 3 sampai 5 meter saat bekerja. Panjang 7 meter pada
mayat dicapai saat lapisan muskularis eksterna berelaksasi.
2. Divisi
a. Duodenum (usus dua belas jari) adalah bagian yng terpendek (25 cm - 30 cm). Duktus
empedu dan duktus pankreas, keduanya membuka ke dinding posterior duodenum
beberapa sentimeter di bawah mulut pilorus.
b. Jejunum/ Yeyunum (usus kosong) adalah baian yang seanjutnya. Pamjangnya kurang
lebih 1 m – 1,5 m.
c. Ileum (usus penyerapan) (2 m – 2,5 m) merentang sampai menyatu dengan usus
besar.
3. Motilitas
Gerakan usus halus mencampur isinya dengan enzim untuk pencernaan,
memungkinkan produk akhir pencernaan mengadakan kontak dengan sel absorptif, dan
mendorong zat sisa memasuki usus besar. Pergerakan ini dipicu oleh peregangan dan
secara refleks dikendalikan oleh sistem saraf otonom.
a. Segmentasi irama adalah gerakan pencampuran utama. Segmentasi mencampur kimus
dengan cairan pencernaan dan memaparkannya ke permukaan absorptif. Gerakan ini
adalah gerakan kontriksi dan relaksasi yang bergantian dari cincin-cincin otot dinding
yang membagi isi menjadi segmen-segmen dan mendorong kimus bergerak maju-
mundur dari satu segmen yang relaks ke segmen lain.
b. Peristaltis adalah kontraksi ritmik otot polos longitudinal dan sirkular. Kontraksi ini
adalah daya dorong utama yang menggerakkan kimus ke arah bawah di sepanjan
saluran.
4. Fungsi usus halus
1) Usus halus mengakhiri proses pencernaan makanan yang di mulai di mulut dan di
lambung. Proses ini di selenggarakan oleh enzim usus dan enzim pankreas serta
dibantu empedu dalam hati.
2) Usus halus secara selektif mengabsorpsi produk digesti.

2. 5Pankreas, Hati dan Kantong Empedu

1. Pankreas
a. Anatomi pankreas
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan yang strukturnya sangat mirip dengan
kelenjar ludah. Panjangnya kira-kira 15 cm, mulai dari duodenum sampai
limpa, terdiri atas tiga bagian yaitu kepala (kaput), badan (korpus), dan ekor
(kauda). Pankreas berwarna merah muda keabuan yang terletak secara transversal
melintasi dinding abdomen posterior di belakang lambung .
Kepala pankreas yang paling lebar, terletak sebelah kanan rongga abdomen dan di
dalam lekukan duodenum yang melingkarinya. Badan pankreas merupakan bagian
utama pada pankreas dan letaknya di belakang lambung serta di depan vetebra
lumbalis pertama. Ekor pankreas adalah bagian runcing di sebelah kiri menyentuh
limpa.
Pankreas terdiri atas dua jenis kelenjar yaitu kelenjar eksokrin dan kelenjar
endokrin. Kelenjar eksokrin membentuk sebagian besar pankreas dan terdiri atas
lobulus yang mengandung alveoli yang berbatasan dengan sel sekretori. Setiap
alveolus masuk ke dalam duktus, yang menyatu untuk meninggalkan lobulus dan
memisah menjadi dua duktus sentral yaitu duktus pankreatikus dan duktus aksesorius.
Duktus pankreatikus menyatu dengan duktus biliaris komunis sebelum masuk ke
duodenum. Duktus aksesorius langsung ke dalam duodenum. Kelenjar eksokrin
berperan dalam produksi getah pankreas, dalam sehari dapat menghasilkan getah
pankreas sekitar 1,5 liter. Kelenjar endokrin ditemukan sepanjang pankreas sebagai
sekumpulan sel khusus berukuran kecil yang dikenal dengan pulau Langerhans. Pulau
tersebut mengandung sel alfa dan sel beta. Sel alfa berfungsi menyekresi glukagon
sedangkan sel beta berfungsi menyekresi insulin.
Jaringan pankreas terdiri atas lobula tersusun sel sekretori yang mengitari saluran-
saluran halus. Saluran-saluran ini mulai dari persambungan saluran-saluran kecil dari
lobula yang terletak di dalam ekor pankreas dan berjalan melalui badan pankreas dari
kiri ke kanan. Saluran-saluran kecil itu menerima saluran dari lobula lain dan
kemudian bersatu untuk membentuk saluran utama, yaitu duktus wirsungi.
b. Fungsi pankreas
Pankreas merupakan organ tubuh istimewa yang berfungsi ganda sebagai kelenjar
eksokrin dan endokrin. Sebagai kelenjar eksokrin pankreas membantu dan berperan
penting dalam sistem pencernaan dengan mensekresikan enzim-enzim pankreas seperti
amilase, lipase, dan tripsin. Sebagai kelenjar endokrin, pankreas dikenal dengan
produksi hormon utama yaitu glukagon dan insulin yang berperanan dalam
metabolisme glukosa. Fungsi endokrin pankreas dilakukan oleh pulau-pulau
Langerhans yang tersebar di antara bagian eksokrin pankreas (Guyton, 1976;
Greenspan dan Forsham, 1983; Sundler dan Hakanson, 1988).
c. Kendali pada sekresi
Sekresi eksokrin pankereas dipengaruhi oleh aktivitas refleks saraf selama tahap
sefalik dari lambung pada sekresi lambung. Walaupun demikian, kontrol utama
terletak pada hormon duodenum yang diabsorpsi kedalam aliran darah untuk mencapai
pankreas. Sekretin diproduksi oleh sel-sel mukosa duodenum dan diabsorpsi kedalam
darah untuk mencapai pankreas. Sekretin akan dilepas jika kimus asam memasuki usus
dan mengeluarkan sejumlah besar cairan berair yang mengandung natrium bikarbonat.
Bikarbonat menetralisir asam dan membentuk lingkungan basa untuk kerja enzim
pankreas dan usus.
CCK diproduksi oleh sel-sel mukosa duodenum sebagai respons terhadap lemak
dan protein separuh tercerna yang masuk dari lambung. CCK ini menstimulasi sekresi
sejumlah besar enzim pankreas.
Komposisi getah pankreas. Cairan pankreas mengandung enzim-enzim untuk
mencerna protein, karbohidrat, dan lemak.
1) Enzim proteolitik pankreas (protease)
a) Tripsinogen yang disekresi pankreas diaktivasi menjadi tripsin oleh
enterokinase yang diproduksi usus halus. Tripsin mencerna protein dan
polipeptida besar untuk membentuk polipeptida dan peptida yang lebih kecil.
b) Kimotripsin teraktivasi dari kimotripsinogen oleh tripsin kimotriptida
memiliki fungsi yang sama seperti tripsin terhadap protein.
c) Karboksipeptidase, aminopeptidase dan dipeptidase adalah enzim yang
melanjutkan proses pencernaan protein untuk menghasilkan asam amino
bebas.
d) Lipase pancreas menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol setelah
lemak diemulsi oleh garam-garam empedu.
e) Amilase pancreas menghidrolisis zat tepung yang tidak tercerna oleh amilase
saliva menjadi disakarida (maltosa, sukrosa, dan laktosa).
f) Ribonuklease dan deoksribonuklease menghidrolisis RNA dan DNA menjadi
blok-blok pembentuk nukleotidanya.
2. Hati dan kandung empedu
a. Anatomi
1) Anatomi hati
Hepar atau hati adalah organ terbesar yang terletak di sebelah kanan atas
rongga abdomen. Pada kondisi hidup hati berwarna merah tua karena kaya akan
persediaan darah (Sloane, 2004). Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh
manusia dengan berat kurang lebih 1,5 kg (Junqueira & Carneiro., 2007). Sebagian
besar hepar terletak di profunda arcus costalis dextra dan hemidiaphragma dextra
memisahkan hepar dari pleura, pulmo, pericardium, dan cor. Hepar terbentang ke
sebelah kiri untuk mencapai hemidiaphragma sinistra (Snell, 2006).
Hepar terbagi menjadi empat lobus, yakni lobus dextra, lobus caudatus,
lobus sinistra, dan lobus qaudatus. Terdapat lapisan jaringan ikat yang tipis,
disebut dengan kapsula Glisson, dan pada bagian luar ditutupi oleh peritoneum.
Darah arteria dan vena berjalan di antara sel-sel hepar melalui sinusoid dan
dialirkan ke vena centralis. Vena centralis pada masing-masing lobulus bermuara
ke venae hepaticae. Dalam ruangan antara lobulus-lobulus terdapat canalis
hepatis yang berisi cabang-cabang arteria hepatica, vena portae hepatis, dan sebuah
cabang ductus choledochus (trias 12 hepatis). (Sloane, 2004) .
Selain cabang-cabang vena porta dan arteri hepatika yang mengelilingi
bagian perifer lobulus hati, juga terdapat saluran empedu yang membentuk kapiler
empedu yang dinamakan kanalikuli empedu yang berjalan diantara lembaran sel
hati (Amirudin, 2009).

2) Anatomi kandung empedu


Kandung empedu adalah sebuah kantung berbentuk seperti buah pir, yang
terletak pada permukaan inferior dari hati pada garis yang memisahkan lobus
kanan dan kiri, yang disebut dengan fossa kandung empedu. Ukuran kandung
empedu pada orang dewasa adalah 7cm hingga 10 cm dengan kapasitas lebih
kurang 30mL. Kandung empedu menempel pada hati oleh jaringan ikat longgar ,
yang mengandung vena dan saluran limfatik yang menghubungkan kandung
empedu dengan hati. Kandung empedu dibagi menjadi empat area anatomi:
fundus, korpus, infundibulum, dan kolum (Avunduk, 2002).
Saluran biliaris dimulai dari kanalikulus hepatosit, yang kemudian menuju
ke duktus biliaris. Duktus yang besar bergabung dengan duktus hepatikus kanan
dan kiri, yang akan bermuara ke duktus hepatikus komunis di porta hepatis. Ketika
duktus sistika dari kandung empedu bergabung dengan duktus hepatikus komunis,
maka terbentuklah duktus biliaris komunis. Duktus biliaris komunis secara umum
memiliki panjang 8 cm dan diameter 0.5-0.9 cm, melewati
duodenum menuju pangkal pankreas, dan kemudian menuju ampula Vateri
(Avunduk, 2002).
Suplai darah ke kandung empedu biasanya berasal dari arteri sistika yang
berasal dari arteri hepatikuskanan. Asal arteri sistikadapat bervariasi pada tiap tiap
orang, namun 95 % berasal dari arteri hepatik kanan (Debas, 2004).
Aliran vena pada kandung empedu biasanya melalui hubungan antara vena
vena kecil. Vena-vena ini melalui permukaan kandung empedu langsung ke hati
dan bergabung dengan vena kolateral dari saluran empedu bersama dan akhirnya
menuju vena portal.Aliran limfatik dari kandung empedu menyerupai aliran
venanya. Cairan limfamengalir dari kandung empedu ke hati dan menuju duktus
sistikadan masuk ke sebuah nodus atau sekelompok nodus. Dari nodus ini cairan
limfa pada akhinya akan masuk ke nodus pada vena portal.Kandung empedu
diinervasi oleh cabang dari saraf simpatetik dan parasimpatetik, yang melewati
pleksus seliaka. Saraf preganglionik simpatetik berasal dari T8 dan T9. Saraf
postganglionik simpatetik berasal dari pleksus seliaka dan berjalan bersama
dengan arteri hepatik dan vena portal menuju kandung empedu. Saraf
parasimpatetik berasal dari cabang nervus vagus (Welling & Simeone, 2009).

b. Fungsi
1) Fungsi hati
Fungsi hati dalam sistem pencernaan adalah menghasilkan empedu yang
kemudian dibawah ke usus kecil untuk mengemulsikan lema. Emulsifikasi adalah
pemecahan gumpalan lemak menjadi tetesan lemak yang lebih kecil, yang
menambah daerah permukaan dimana enzim pencernaan lemak (lipase) dapat
bekerja.
Hati melaksanakan berbagai fungsi metabolisme. Beberapa fungsi yang
penting adalah sebagai berikut:
(1) Sekresi, hati menghasilkan dan mensekresikan empedu
(2) Sintesis garam empedu, garam empedu adalah derivat kolesterol yang
dihasilkan di hati dan membantu pencernaan dan absorpsi lemak dan vitamin
yang larut dalam lemak.
(3) Sintesis protein plasma, hati mensintesis albumin, globulin (kecuali
imunoglobin), fibrinogen dan faktor pembekuan.
(4) Penyimpanan, hati menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan juga
menyimpan besi dan vitamin A, B12, D, E dan K.
(5) Ekskresi, hormon , obat dan pigmen empedu dari pemecahan hemoglobin di
ekskresikan di empedu.
(6) Metabolisme karbohidrat, hati memilliki peran besar dalam mempertahankan
kadar glukosa darah dan mengubahnya menjadi glikogen untuk disimpan. Dia
memecah glikogen menjadi glukosa ketika dibutuhkan, megubah molekul
nonkarbohidrat menjadi glukosa.
(7) Metabolisme lipid, fungsi hati dalam pemecahan asam lemak, dalam sintetis
kolesterol dan fosfolipid, dan dalam konversi kelebihan karbohidrat dan protein
menjadi lemak.
(8) Metabolisme protein, hati mengubah asam amino menjadi asam amino lain
yang diperlukan untuk sintetis protein, juga amonia yang dihasilkan dari
pemecahan protein menjadi urea yang kurang toksik dan dapat diekskresi di
empedu.
(9) Penyaring, sel kuffer hepatosit yang melapisi sinusoid melepaskan bakteri, sel
darah merah yang rusak dan partikel lainnya dari tubuh.
(10) Detoksifikasi, sebagian besar zat-zat yang ditelan adalah berbahaya bagi sel
tubuh kita. Selain itu, tubuh sendiri menghasilkan banyak produk dari hasil
metabolisme, yang jika terakumulasi akan menjadi toksik. Hati
membentuk pertahanan utama dengan merubah struktur dari kebanyakan zat-
zat yang berbahaya ini dengan membuatnya menjadi kurang toksik atau
membuatnya lebih mudah untuk dieliminasi. Sebagai contoh produk hasil dari
metabolisme asam amino, adalah toksik dan tidak secara cepat dilepaskan dari
sirkulasi oleh ginjal. Hepatosit melepaskan amonia dari sirkulasi dan
mengubahnya menjadi urea, yang kurang toksik dari pada ammonia. Urea
kemudian disekresikan ke dalam sirkulasi dan dieliminasi oleh ginjal di urin.
Hepatosit hati juga melepaskan zat-zat lainnya dari sirkulasi dan
mengsekresikannya ke dalam empedu.
2) Fungsi kandung empedu
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu membantu pencernaan dan
penyerapan lemak, serta berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh,
terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol.

c. Kendali pada sekresi


Hati terdiri atas banyak unit fungsional yang disebut lobula. Di dalam setiap lobula,
sel epitelium yang disebut hepatosit disusun dalam lapisan – lapisan yang menyebar
keluar dari vena sentral. Sinusoid hati adalah ruang yang terdapat diantara kelompok
lapisan ini, sedangkan saluran yang lebih kecil yang disebut kanalikulus empedu
memisahkan lapisan yang lain. Masing – masing dari (biasanya) enam sudut lobula
ditempati oleh tiga pembuluh: satu duktus empedu dan dua pembuluh darah (triad
portal). Pembuluh darah ini merupakan cabang dari arteri hepatik (yang membawa
darah teroksigen) dan dari vena porta hepatic (yang membawa darah tak teroksigen
tetapi kaya nutrisi dari usus kecil).
Darah masuk ke hati lewat arteri hepatik dan vena porta hepatik dan kemudian
didistribusikan ke lobula. Darah mengalir ke setiap lobula dengan melewati sinusoid
hati dan berkumpul di vena senyral. Vena sentral dari semua lobula bersatu dan keluar
dari hati lewat vena hepatik (bukan vena porta hepatik).
Di dalam sinusoid, fagosit yang disebut sel kupffer (sel retikuloendoteluim
berbentuk bintang) menghancurkan bakteri dan memecah sel darah merah dan putih
yang tua serta sisa-sisa yang lain. Hepatosit yang membatasi sinusoid juga
menyaring darah yang masuk. Hepatosit menghilangkan berbagai zat dari darah
termasuk oksigen, nutrisi, toksin dan material buangan.
Dari zat ini, hepatosit menghasilkan empedu yang disekresi ke dalam kanalikulus
empedu, yang masuk ke duktus empedu. Duktus empedu dari berbagai lobula bersatu
dan keluar dari hati lewat duktus hepatik umum tunggal. Duktus hepatik umum ini
bersatu dengan duktus sisitikus dari kantung empedu membentuk ampula
hepatopankreas (hepatopankreatic ampulla). Saluran terakhir ini membawa empedu ke
usus kecil.
Kantung empedu menyimpan kelebihan empedu. Ketika makanana mencapai usus
kecil, empedu mengalir secara terus – menerus dari hati dan kantung empedu ke usus
kecil. Ketika usus kecil kosong, otot lingkar (otot lingkar Oddi) menutup ampula
hepatopankreas, dan empedu kembali dan mengisi kantung empedu.
Empedu merupakan cairan kehijauan dan terasa pahit, berasal dari hemoglobin sel
darah merah yang telah tua, yang kemudian disimpan di dalam kantong empedu atau
diekskresi ke duodenum. Empedu mengandung kolesterol, garam mineral, garam
empedu, pigmen bilirubin, dan biliverdin. Sekresi empedu berguna untuk mencerna
lemak, mengaktifkan lipase, membantu daya absorpsi lemak di usus, dan mengubah
zat yang tidak larut dalam air menjadi zat yang larut dalam air. Apabila saluran empedu
di hati tersumbat, empedu masuk ke peredaran darah sehingga kulit penderita menjadi
kekuningan.

2. 6Usus Besar

1. Gambaran umum
a. Usus besar tidak memiliki vili, tidak memiliki plicae circulares (lipatan-lipatan
sirkular), dan diameternya lebih lebar, panjangnya lebih pendek, dan daya regangnya
lebih besar dibandingkan usus halus.
Serabut otot longitudinal dalam muskularis eksterna membentuk tiga pita, taeniae
coli, yang menarik kolon menjadi kantong-kantong besar yang disebut haustra. Katup
ileosekal adalah mulut sfingter antara usus halus dan usus besar. Normalnya, katup ini
tertutup, dan akan terbuka untuk merespons gelombang peristaltik sehingga
b. memungkinkan kimus mengalir 15 ml sekali masuk, untuk total aliran sebanyak 500
ml sehari.
2. Bagian-bagian usus besar
a. Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah area katup ileosekal.
Apendiks vermiform, suatu tabung buntu yang sempit berisi jaringan limfoid,
menonjol dari ujung sekum.
b. Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon memiliki tiga divisi.
1) Kolon asenden merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di sebelah kanan
dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.
2) Kolon transversa merentang menyilang abdomen di bawah hati dan lambung
sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar ke bawah pada fleksura
splenik.
3) Kolon desenden merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi kolon
sigmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.
c. Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12 sampai 13
cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di anus.
1) Mukosa saluran anal tersusun dari kolumna rektal (anal), yaitu lipatan-lipatan
vertikal yang masing-masing berisi arteri dan vena.
2) Sfingter anal internal otot polos (involunter) dan sfingter anal eksternal otot rangka
(volunter) mengitari anus.
3. Fungsi usus besar
a. Usus besar mengabsorpsi 80% sampai 90% air dan elektrolit dari kimus yang tersisa
dan mengubah kimus dari cairan menjadi massa semi padat.
b. Usus besar hanya memproduksi mukus. Sekresinya tidak mengandung enzim atau
hormon pencernaan.
c. Sejumlah bakteri dalam kolon mampu mencerna sejumlah kecil selulosa dan
memproduksi sedikit kalori nutrien bagi tubuh dalam setiap hari. Bakteri juga
memproduksi vitamin (K, riboflavin, dan tiamin) dan berbagai gas.
d. Usus besar mengekskresi zat sisa dalam bentuk feses.
1) Air mencapai 75% sampai 80% feses. Sepertiga materi padatnya adalah bakteri
dan sisanya yang 2% sampai 3% adalah nitrogen, zat sisa organic dan anorganik
dari sekresi pencernaan, serta mukus dan lemak.
2) Feses juga mengandung sejumlah materi kasar, atau serat dan selulosa yang tidak
tercerna. Warna coklat berasal dari pigmen empedu; bau berasal dari kerja bakteri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Proses pencernaan adalah proses perubahan makanan dari bentuk kasar (kompleks)
menjadi bentuk yang halus (sederhana) sehingga dapat diserap usus. Proses pencernaan pada
manusia dibedakan menjadi pencernaan secara mekanik dan pencernaan secara kimiawi.
Pencernaan secara mekanik yaitu mengubah makanan dari bentuk kasar menjadi halus.
Sedangkan pencernaan secara kimiawi, yaitu pencernaan dengan bantuan enzim. Sistem
pencernaan berfungsi untuk menyediakan makanan, air, dan eletrolit bagi tubuh dari nutrient
yang dicerna sehingga siap diabsorpsi. Organ pencernaan yang terlibat dalam sistem
pencernaan adalah mulut, faring, esophagus (kerongkongan), lambung, usus kecil, usus besar,
dan lubang anus. Organ aksesori meliputi gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, kandung empedu,
dan pankreas
DAFTAR PUSTAKA

Chalik, Raimundus. 2016. Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Wahyuningsih, Heni Puji, dan Yuni Kusmiyati. 2017. Anatomi Fisiologi .Jakarta: Pusdik SDM

Kesehatan.
Koesoemah, Hetty Anggrawati, dan Sagung Agung Putri Dwiastuti. 2017. Histologi dan
Anatomi Fisisologi Manusia. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Astina, Kadek Yuda. 2015. Bab I,II dan III Tesis Rev. Diakses pada 25 September 2021, dari
http://eprints.undip.ac.id/49195/2/Bab_I%2C_II%2C_dan_III_Tesis_Rev_post.pdf
Tedjo, Teguh. 2017. Bab II Tinjauan Pustaka. Diakses pada 26 September 2021, dari
https://docplayer.info/45540632-Bab-ii-tinjauan-pustaka-gambar-2-1-anatomi-kandung-
empedu-dan-saluran-bilier-sumber.html

2
5
2
5

Anda mungkin juga menyukai