Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ALAT-ALAT INDRA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan

Dosen Pengampu:

Desi Kartikasari, M. Si

Disusun Oleh Kelompok 4

Anggota Kelompok:

1. Ainur Ike Tri Agustin (126208201002)

2. Adnin Shifarina Azzahra (126208202040)

3. Hishna Habibatun Nasihah (126208202050)

4. Husnialfi Wahyuningrum (126208202051)

TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH


TULUNGAGUNG

SEPTEMBER 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmatnya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ALAT-ALAT INDRA” dalam
mata kuliah Fisiologi Hewan ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:

1. Ibu Dr. Eni Setyowati, S.Pd., M.M. selaku ketua jurusan Tadris Biologi di UIN
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.
2. Ibu Desi Kartikasari, M.Si. selaku Dosen Pengampu mata kuliah Fisiologi Hewan
yang telah memberikan pengarahan kepada penulis sehingga makalah ini dapat
selesai dengan baik.
3. Teman-teman yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam pembuatan
makalah ini.

Akhir kata, kami ucapkan mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan. Semoga penulisan makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.

Tulungagung, 27 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 2

1.3 Tujuan Masalah .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

2.1 Organisasi Indra.................................................................................................... 3

2.2 Reseptor Sebagai Mata Rantai Pertama ................................................................ 3

2.3 Klasifikasi Reseptor Berdasarkan Pengalaman Manusia ...................................... 4

2.4 Stimulasi Pada Suatu Reseptor Dirasa Seabagai Modalitas Yang Sama .............. 5

2.5 Reseptor Mengubah Energi Stimulus Pada Reseptor Sampai Terjadi Sensasi

Indra Pada Semua Sistem Indra ............................................................................ 6

2.6 Urutan Pengindraan .............................................................................................. 7

2.7 Cara Lalat Mengenali Makanan Dan Bukan Makanan Dengan Khemoreseptor .. 8

2.8 Prinsip Kerja Sel Rambut Sebagai Mekanoreseptor Secara Umum ..................... 9

2.9 Perbedaan Proses Fisiologi Yang Terjadi Pada Fotoreseptor Invertebrata Dan
Vertebrata ............................................................................................................. 10

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 16

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 16

3.2 Saran ..................................................................................................................... 16


DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 17

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Urutan Pengindaraan ......................................................................................... 7

Gambar 2. Mata Lateral Limulus polypheumus .................................................................. 11

Gambar 3. Bagian Sistem Indra Bekicot ............................................................................ 11

Gambar 4. Bagian-Bagian Indra Annelida.......................................................................... 12

Gambar 5. Bagian-bagian Mata Burung ............................................................................. 13

Gambar 6. Bagian-Bagian Mata Ikan ................................................................................. 14

Gambar 7. Bagian-Bagian Mata Kata ................................................................................. 15

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alat indra adalah organ yang berfungsi untuk menerima jenis rangsangan tertentu.
Semu aoorganisme memiliki reseptor sebagi alat penerima informasi. Reseptor diberi
nama berdasarkan jenis rangsangan yang diterimanya, seperti kemoreseptor (penerima
rangsang zat kimia), fotoreseptor (penerima rangsang cahaya), audioreseptor (penerima
rangsang suara) dan mekanoreseptor (penerima ransang fisik, seperti tekanan, sentuhanm
dan getaran). Selain itu dikenal pula beberapa reseptor yang berfungsi mengenali
perubahan lingkungan luar yang disebut ekoreseptor. Sedangkan kelompok yang
berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam tubuh disebut interoreseptor.

Eksoreseptor yang kita kenal ada lima macam yaitu, insra penglihatan (mata), indra
pendengaran (telinga), indra pembau (hidung), indra pengecap (lidah) dan indra peraba
(kulit).

Tidap-tiap makhluk hidup emiliki sistem koordinasi yang indra untuk melakukan
aktivitas sehari-hari baik itu pada hewan vertebrata maupun invertebrata. Pada hewan
vertebrata atau hewan bertulang belakang memiliki indra penglihat atau mata, indra
pencium (hidung), indra peraba (kulit) dan indra pendengar (telinga).

Akan tetapi tidak semua makhluk hidup menggunanak semua alat indranya untuk
melakukan aktivitasnta. Contohnya pada hewa invertebrata seperti protozoa hewan ini
tidak memiliki indra, tetapi peka terhadap rangsang. Coelantra menggunakan Tentakel
sebagai alat peraba, pada cacing tanah memiliki indra yang berada di permukaan
tubuhnuya dan peka terhadap rangsang. Hewan ini hanya mampu membedakan antara
gelap dan terang saja.

Pada hewan vertebrata memiliki sistem koordinasi atau alat indra yang sempurna.
Hewan-hewan ini mengunakan mata untuk melihat. Kulit untuk meraba, telinga untuk
mendengar dimana menjalankan semua fungsu indranya sesai dengan kegunaannya
masing-masing.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu organisasi sistem indra?

2. Bagaimana reseptor sebagai mata rantai pertama?

3. Mengapa klasifikasi reseptor berdasarkan pengalaman manusia menjadi tidak


tepat?

4. Mengapa setiap stimulasi pada suatu reseptor dirasa seabagai modalitas yang sama?

5. Bagaimana reseptor mengubah energi stimulus pada reseptor sampai terjadi sensasi
indra pada semua sistem indra?

6. Bagaimana urutan pengindraan?

7. Bagaimana lalat mengenali makanan dan bukan makanan dengan khemoreseptor?

8. Bagaimana prinsip kerja sel rambut sebagai mekanoreseptor secara umum?

9. Bagaimana perbedaan proses fisiologi yang terjadi pada fotoreseptor Invertebrata


dan Vertebrata?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui organisasi sistem indra pada umumnya

2. Mengetahui bahwa dalam sistem indra reseptor sebagai mata rantai pertama

3. Mengetahui jawaban mengapa klasifikasi reseptor berdaasrkan pengalaman


manusia

4. Mengetahui setiap stimulasi pada reseptor dirasa sebagai monalitas yang sama?

5. Mengetahui reseptor mengubah energi stimulus pada reseptor sampai terjadi


sensasi indra pada semua sistem indra

6. Mengetahui urutan pengindraan

7. Mengetahui cara lalat mengenali makanan dan bukan makanan dengan


khemoreseptor

8. Mengetahui prinsip kerja sel rambut sebagai mekanoreseptor secara umum

9. Mengetahui perbedaan proses fisiologi yang terjadi pada fotoreseptor Invertebrata


dan Vertebrata

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Organisasi Sistem Indra

Reseptor adalah suatu sel yang dikhususkan mengubah energi stimulus menjadi
sinyal saraf. Reseptor di sini harus dibedakan dengan reseptor pada membran subsinaos.
Pada membran subsinaps, reseptor berbentuk molekul-molekul protein yang akan
berinteraksi dengan neurtransmiter/hormon. Suatu reseptor (dapat berupa ujung saraf
sensori atau sel khusus), biasanya berada dalam organ-organ indra. Suatu organ indra
adalah suatu organ yang dikhususkan untuk menerima suatu stimulus tertentu. Biasanya
suatu organ indra terdiri atas sejumlah reseptor-reseptor yang sama, dan jaringan-
jaringan non saraf. Misalnya mata Vertebrata sebagai organ penglihatan terdiri dari sel-
sel fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) dan juga jaringan non saraf seperti: kornea,
iris, lapisam sel pigmen dan sebagainya. Oleh karena itu harus dibedakan antara alat
indra dengan sistem indra. Contoh: alat indra mata dan sistem penglihatan terdiri dari:
mata, serabut saraf, dan pusat penglihatan, yang terutama berfungsi memproses informasi
penglihatan.

2.2 Reseptor Sebagai Mata Rantai Pertama

Suatu sel reseptor merupakan mata rantai pertama dari rantau aliran informasi yang
memungkingkan hewan bereaksi secara tepat terhadap lingkungannya. Suatu reseptor
saraf adalah pengubah (transducer), yaitu mengubah energi stimulus menjadi sinyal
listrik atau sebagai pembangkit potensial (potensial generator), yang akhirnya diubah
menjadi rangkaian informasi impula saraf.

Pada umumnya, reseptor bekerja secara khusus. Artinya, respon tertentu hanya akan
menerima rangsangan tertentu. Jadi dalam satu individu hewan, dapat ditemukan
berbagai macam reseptor. Reseptor dapat dikelomopokkan dengan berbagai cara, yaitu
berdasarkan struktur, lokasi sumber rangsang, dan jenis/sifat rangsang yang dapat
diterima oleh reseptor tersbut. Berdasarkan strukturnya reseptor dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu reseptor saraf dan bukan saraf. Struktur reseptor saraf yang paling sederehana,
yang hanya berupa ujung dendrit dari suatu sel saraf (tidak memiliki selubung mielin),
dapat ditemukan pada reseptor nyeri atau nosiseptor. Struktur respon yang lebih rumit
dapat ditemukan dalam organ pendengaran vertebrata (berupa sel rambut) dan pada organ
penglihatan (berupa sel batang dan kerucut). Reseptor ini merupakan reseptor khusus dan

3
bukan reseptor saraf.

Dalam sistem saraf, reseptor biasanya berhubungan dengan saraf sensorik,


sedangkan efektor berhubungan erat dengan saraf motorik. Reseptor berfungsi sebagai
transduser (pengubah energi), yaitu mengubah energi dari satu bentuk tertentu menjadi
bentuk energi yang lain. Pada saat sampai di reseptor, semua energi dalam bentuk apapun
akan diubuh segera menjadi energi listrik, yang selanjutnya akan membawa kepada
perubahan elektrokimia sehingga timbul potensial aksi.

2.3 Klasifikasi Reseptor Berdasarkan Pengalaman Manusia

Reseptor dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara yan paling umum adalah
klasifikasi berdasarkan modalitas sensori, yaitu berdasarkan pengalaman subyektif
manusia.

Reseptor juga dapat diklasifikasikan menurut lokasi sumber energi stimulus relatif
terhadap tubuh eksteroseptor (merespon stimuli dari eksternal) dan interoseptor
(merespon stimuli internal). Eksteroseptor dapat dibagi menjadi reseptor jauh, untuk
sumber stimuli berjarak tertentu dari tubuh (misalnya pendengaran, penglihatan,
pembau), dan reseptor kontak, untuk stimuli menyentuh tubuh seperti peraba dan
pengecap.

Klasifikisai yang memadai adalah klasifikasi reseptor berdasarkan pada bentuk


energi stimulus efektifnya pada permukaan reseptor yakni

1. Fotoreseptor, sensitif terhadap cahaya.

2. Mekanoreseptor, sensitif terhadap energi mekanik, termasuk didalamnya mislanya


reseptor regangan pada otot rangka, organ korti pada telinga, baroreseptor yang
monitor tekanan darah dsb.

3. Termoreseptor, sensitif terhadap energi panas.

4. Khemoreseptor, yang sensitif terhadap zat kimia tertentu, termasuk di dalamnya


reseptor pembau, pengecap, kadae O2 dan CO2 dalam darah.

5. Nosiseptor atau reseptor sakit yang sensitif terhadap kerusakan jaringan, misalnya
tertusuk, terbakar, dsb.

Klasifikasi reseptor berdasarkan pengalaman manusia menjadi tidak tepat. Dalam hal
ini Aristoteles (sebagai pandangan lama) membedakan 5 indra utama yaitu: penglihatan,

4
pendengaran, peraba, pembau, dan pengecap. Di dalam setiap modalitas sensori
mungkin terdapat subdivisi yang diberi istilah kualitas sensori, seperti cahaya biru lawan
cahaya kuning, rasa asin lawan rasa manis. Klasifikasi yang berdasarkan pada pandangan
lama tersebut tidak cocok lagi, bahkan pada manusia. Masih ada modalitas sensori
tambahan yang tidak termasuk dalam modalitas di atas, misalnya keseimbangan, suhu,
regangan otot, tekanan parsial O2 dan sebagainya.

Klasifikasi yang berpusat pada manusia atau athroposentris, tidak cocok dengan
rentangan reseptor pada berbagai jenis hewan. banyak hewan memiliki reseptor-reseptor
yang sensitif terhadap modalitas dan kualitas stimuli yang bukan perasaan manusia,
termasuk radiasi ultravioler, listrik dan bidang magnetik.

2.4 Stimulasi Pada Suatu Reseptor

Setiap stimulasi pada suatu reseptor dirasa sebagai modilitas yang sama dikarenakan
Dari sudut pandang sistem pusat Stimuli seperti cahaya, suara, dan sentuhan, mengena
pada reseptor periferal dan bukan pada otak. Otak menerima informasi yang dikodekan
tentang stimuli, bukan stimuli sendiri. Pada umaye informasi sensori dikodekan sebagai
rentetan potensial aksi (impuls saraf Semua potensial aksi wujudnya sangat mirip,
sehingga otak tidak dapat membedakan bentuk potensial aksi apakah ditimbulkan oleh
cahaya, suara, atau sentuhan. Populasi reseptor yang berbeda mengkode jenis-jenis
stimuli yang berbeda ke dalam potensial aksi, dan sistem saraf pusat harus membaca sandi
potensial aksi ke dalam informasi tentang kualitas stimulus Sistem saraf pusat melakukan
pembacaan sandi dengan prinsip "labelled lines": Setiap potensial aksi dari suatu akson
tertentu diinterpretasikan sebagai kualitas stimulus khusus.

Jadi, setiap aktivitas dalam proyeksi aksonal pusat dari fotoreseptor diinterpretasikan
sebagai cahaya, dan setiap aktivitas dalam proyeksi aksonal pusat pendengaran
diinterpretasikan sebagai bunyi. Karena setiap aktivitas yang berasal dari suatu reseptor
diinterpretasikan sebagai suatu modalitas stimulus khusus, reseptor harus memiliki suatu
kekhususan (spesivisitas) yang tinggi, sehingga secara normal reseptor dibangkitkan
(diaktifkan) oleh hanya satu bentuk terbaik energi stimulus. Istilah untuk bentuk "terbaik"
energi stimulus adalah ”stimulus yang tepat” (adequate stimulus) dari suatu reseptor kita
dapat mendefinisikan stimulus yang tepat dari suatu reseptor sebagai bentuk energi
stimulus yang secara normal dapat membangkitkan reseptor, atau bentuk energi stimulus
yang direspon oleh reseptor.

5
Kekususan reseptor untuk satu modalitas stimulus dicapai dalam dua cara Pertama,
reseptor itu sendiri biasanya sangat spesifik, merespon kepada tidak lebih dari satu bentuk
energi stimulus. Kedua, organ-organ indra berperan sebagai filter, yang melemahkan atau
memfilter bentuk-bentuk energi stimulus selain dari energ stimulus yang dikhususkan
untuk reseptor yang bersangkutan. Filtering penferal in adalah suatu fungsi penting dari
komponen non neural dari suatu organ india Misalnya cairan kental yang terdapat di
dalam bola mata Vertebrata secara efektif melemahkan stimulasi mekanik ke tingkat sub
ambang, sehingga yang sampai ke fotoreseptor hanyalah stimulus tepatnya saja

2.5 Reseptor Mengubah Energi Stimulus Pada Reseptor Sampai Terjadi Sensasi Indra
Pada Semua Sistem Indra

Dalam sistem visual, sel-sel sensorik yang disebut sel batang dan kerucut di retina
mengubah energi fisik sinyal cahaya menjadi impuls listrik yang berjalan ke otak. Cahaya
menyebabkan perubahan konformasi pada protein yang disebut rhodopsin. Perubahan
konformasi ini menggerakkan serangkaian peristiwa molekuler yang menghasilkan
pengurangan gradien elektrokimia fotoreseptor. Penurunan gradien elektrokimia
menyebabkan pengurangan sinyal listrik yang menuju ke otak. Jadi, dalam contoh ini,
lebih banyak cahaya yang mengenai fotoreseptor menghasilkan transduksi sinyal menjadi
impuls listrik yang lebih sedikit, yang secara efektif mengkomunikasikan stimulus itu ke
otak. Perubahan pelepasan neurotransmitter dimediasi melalui sistem second messenger.
Perhatikan bahwa perubahan pelepasan neurotransmitter adalah dengan batang. Karena
perubahan tersebut, perubahan intensitas cahaya menyebabkan respons batang menjadi
jauh lebih lambat dari yang diharapkan (untuk proses yang berhubungan dengan sistem
saraf). Dalam fisiologi , transduksi adalah penerjemahan stimulus yang datang menjadi
potensial aksi oleh reseptor sensorik. Ini dimulai ketika stimulus mengubah potensial
membran sel reseptor.
Langkah-langkah utama pemrosesan sensorik.

Sebuah sel reseptor mengubah energi dalam stimulus menjadi sinyal listrik. Reseptor
secara luas dibagi menjadi dua kategori utama: eksteroseptor, yang menerima rangsangan
sensorik eksternal, dan interoseptor, yang menerima rangsangan sensorik internal
Macam macam dan Fungsi unik reseptor sensori dibawah ini:

1) Absorpsi energi stimulus.


Agar suatu stimulus menyebabkan perubahan pada suatu reseptor, maka energi

6
stimulus harus pertama-tama diabsorbsi. Misalnya suatu fotoreseptor yang sempurna
transparan tidak dapat berfungsi, sebab tidak dapat mengabsorpsi cahaya.
2) Transduksi energi stimulus menjadi suatu bentuk listrik.
Respon dari semia reseptor diketahui melibatkan perubahan-perubahan pada arus dan
potensial listrik, sehingga setiap bentuk energi stimulus harus diubah menjadi energi
listrik.
3) Amplifikasi listrik.
Keluaran energi dari suatu reseptor, yaitu energi yang diperlukan untuk
membangkitkan potensial aksi, mungkin jauh lebih besar daripada energi stimulus.
Jadi energi stimulus hanya memicu pembebasan energi potensial pada reseptor. Pada
kebanyakan reseptor yang sensitif, misalnya fotoreseptor dan audioreseptor pada
manusia, dan organ timpani pada belalang jumlah energi stimulus yang diperlukan
untuk memancing suatu respon sensori adalah lebih kecil daripada energi potensial
aksi tunggal (berupa potensial bertingkat).
4) Integrasi dan konduksi keluaran potensial transduser ke tempat mulainya impuls.
Pada kebanyakan reseptor, tempat transduksi sensori agak jauh dar tempat
terbangkitnya potensial aksi.

2.6 Urutan Pengindraan

Gambar 1. Urutan Pengindaraan

Sumber: https://simdos.unud.ac.id

7
Stimulus atau rangsangan merupakan segala sesuatu yang diberikan untuk
merangsang satu atau lebih dari (lima) panca indera. Jenis stimulus ada 3 kelompok yaitu:
a) Rangsangan fisik
Rangsangan fisik dipengaruhi oleh suhu rendah/tinggi, indra perasa, dan respon
dingin/panas.
b) Rangsangan mekanik
Rangsangan mekanik dipengaruhi oleh gaya tekan, indra peraba, dan respon keras
atau lunak.
c) Rangsangan kimia
Rangsangan kimia dipengaruhi oleh senyawa kimia, indra pencicip dan indra
pencium

Proses pencaindra merupakan proses mendeteksi energi fisik (stimulus) dari


lingkungan luar (reseptor sensorik) dan mengubahnya dalam sinyal neuron
(transduction). Respon proses pengindraan ada 3 tingkatan yaitu:
a) Respon primer
Pada respon primer sistem indra akan menyadari adanya rangsangan atau stimulus
b) Respon sekunder
Kelanjutan dari respon primer, respon sekunder mampu untuk membedakan,
membandingkan, membuat urutan insensitas.
c) Respon tersies
Pada respon tersier ini menyangkut rasa suka atau tidak suka

Proses pengindraan atau sensasi merupakan proses yang dimana stimulus masuk
kedalam alat indra hewan setelah stimulus masuk ke dalam alat indra hewan maka otak
akan menerjemahkan stimulus tersebut. Proses menerjemahkan stimulus pada otak
disebut proses perpepsi. Pada proses ini organ kemudian akan merespon ketika stimulus
masuk kedalam organ hewan.

2.7 Cara Lalat Mengenali Makanan Dan Bukan Makanan Dengan Khemoreseptor

Sensitifitatas sel terhadap molekul khusus tersebar luas, yang termasuk dalam repon
metabolik jaringan terhadap zat-zat kimia duta. Hal tersebut merupakan kemampuan
organisme tingkat rendah dalam mengenali lingkungan sekitarnya. Kemoreseptor khusus
meliputi reseptor gustatori (pengecap) yang mengenali molekul-molekul terlarut, dan
resptor olfaktori (pembau) yang mengenali molekul dalam bentuk gas. Molekul yang

8
menjadi gas masuk ke suatu lapisan basah yang menutupi membrane reseptor olfaktori
sehingga perbedaan fundamental antara reseptor gustatori dan resptor olfaktori tidak ada
(pada dasarnya sama).

Elektrofisiologik dari sel-sel kemoreseptor tunggal digunakan untuk kemoreseptor


kontak (rambut-rambut pengecap) pada lalat. Sel-sel reseptor mengirim dendrit halus
menuju ujung-ujung berlubang dari ”sensila”, adalah suatu proyeksi seperti rambut dari
kutikula. Setiap sensila memiliki pori-pori lembut yang memungkinkan molekul-molekul
stimulant mencapai sel sensori. Kaki atau probis lalat rumah umumnya terdiri atas
beberapa sel yang masing-masing sensitive terhadap stimulus kimia yang berbeda (seperti
air, kation, anion, karbohidrat, dsb). Aktivitas listrik kemoreseptor dari kontak lalat dapat
dicatat melalui suatu celah yan dibuat pada sisi dindin sensilum. Respon listrik
ekstraseluler meliputi potensial reseptor dan implus-implus (potensial aksi). Potensial
reseptor dihasilkan pada ujung dendrit dekat dengan ujung sensilum, sedangkan potensial
aksi akan muncul pada bagian dekat badan sel.

Respon tingkah laku lalat diamati dengan merangsang sensilium dengan zat kimia
khusus. Sensilum kaki lalat yang terkena setetes larutan gula akan menyebabkan lalat
merespon dengan menurunkan probisnya pada kaki. Keefektivan berbagai senyawa yang
menimbulkan perilaku stereotip sudah teruji dengan refleksi ini. Semua senyawa yang
menimbulkan refleks makan juga menimbulkan aktivitas kelistrikan pada reseptor gula,
yaitu salah satu sel reseptor dalam sensilum. Sel reseptor tersebut hanya merespon
karbohidrat tertentu. Zat yang tidak memicu perilaku makan akan gagal menstimulus
reseptor gula, seperti D-ribose. Reseptor gula pada lalat menunjukkan urutan sesuai
sensitivitasnya seperti pada lidah manusia (fruktosa > sukrosa > glukosa).

2.8 Prinsip Kerja Sel Eambut Sebagai Mekanoreseptor Secara Umum

Sel rambut pada vertebrata adalah mekanoreseptor yang sangat sensitive. Terdapat
pada sistem garis lateral (sensori) pada ikan dan amfibi, pada organ pendengaran
vertebrata dan pada organ keseimbangan (saluran setengah lingkaran). Penyebutan “sel
rambut” diturunkan dari silia yang menonjol , dari ujung atas setiap sel reseptor yang
terdiri dari suatu kinosilium tunggal dan sekitar dua lusin stereosilia yang tidak bergerak.
Kinosilium memiliki “9+2” mikrotubul yang tersusun mirip dengan pada silia bergerak.
Stereosilia mengandung banyak filament-filamen aktin longitudinal halus dan secara
structural tidak berhubungan dengan kinocilium, meskipun ada pada garis lateral dan sel

9
rambut vestibular. Namun tidak dijumpai pada sel rambut organ pendengaran pada
mamalia dewasa, sehingga mungkin tidak berperan utama pada mekanotranduksi.

Sel rambut sensitive terhadap arah perubahan posisi mekanikal dari stereosilia. Jika
stereosilia condong kea rah kinosilium maka sel pada rambut akan mengalami
depolarisasi, dan jika stereosilia condong pada arah yang berlawanan maka sel rambut
akan mengalami suatu hiperpolarisasi potensial reseptor. Potensial reseptor rambut
mengatur dengan spontan pembebasan zat-zat neurotransmitter dari ujung basal.
Kecepatan pembebasan transmitter menetukan frekuensi pembangkitan akson sensori,
dimana sel-selrambut bersinapsis kimia. Kecepatan pembebasan transmitter dan
kecepatan pembangkitan akson diatur di bawah atau atas suatu frekuebsi spontan yang
berhubunan dengan perubahan posisi nol (posisi tegak).

Suatu keadaan penting dari respon sel rambuta adalah hubungan input outputnya
Nampak tidak simetri. Perubahan potensial yang dihasilkan dari perubahan posisi
streocilia kearah kinosilium (depolarisasi) lebih besar dari yang dihasilkan oleh
perubahan posisi kea rah yang berlawanan (hiperpolarisasi). Keadaan asimetri penting,
karena pada pada sel rambut yang dikenai getaran simetri seperti gelombang suara,
potensial reseptor dapat dengan tepat mengikuti fase-fasse pilihan stimulus yang hanya
meningkatkan frekuensi beberapa ratus Hz (hertz). Pada frekuensi lebih tinggi, respon
terhadap getaran menyatu ke dalam suatu depolarisasi. Meskipun stimulus mungkin
simetrikal sekitar tingkat nol, stimulus frekuensi tinggi akan menghasilkan depolarisasi
dari sel rambut. Arah stimulus yang mendepolarisasi lebih efektif daripada arah
hiperpolarisasi. Dipolarisasi pada frekuensi tinggi menghasilkan pembebasan transmitter
oleh sel rambut dan selanjutnya frekuensi tinggi membangitkan saraf aferen.

2.9 Perbedaan Proses Fisiologi Yang Terjadi Pada Fotoreseptor Invertebrata Dan
Vertebrata
2.9.1 Fisiologi fotoreseptor pada Invertebrata

Pada invertebrata fotopigmen pada umumnya berada dalam suatu evaginasi


tubular kecil dari permukaan membtan yang disebut dengan mikrofil. Organisasi
fotoreseptor pada invertebrata memiliki variasi yang sangat besar akan tetapi
menunjukkan ciri-ciri umum yang sama. Studi yang sangat intensif mengenai
fotoreseptor Inveretbrata yakni:

10
A. Sistem Indra Mata Lateral “Mimi Pada Arthropoda (Limulus polyphemus).

Gambar 2. Mata Lateral Limulus polypheumus

Sumber : Pengantar Fisiologi Hewan (Soewolo, 2000)

Dimana arus reseptor timbul akibat berdifusinya Na+ dan K+ yang mengalit
melalui slauran yang diaktifkan oleh cahaya. Arus ini mebawa reseptor ke
depolarisasi potensial membran yang prinsipnya mirip dengan pengaruh
asetikolin (Ach) terhadap saluran “motor endplate”. Bila tidak ada cahaya,
saluran tersebut akan menutuo kembali dan membran repolarisasi. Meskipun
pada sel-sel retinular memiliki akson, namum tidak memproduksi potensial aksi.
Arus sreseptor yang muncul pada sel-sel retinular menyebar melalui “gap-
junction” yang rendah tahanan kedalam denrit. Dari siniah depolarisasi
elektronik menyebar ke akson sel eccentric yang alan membangkitkan potensial
aksi. Potensial aksi tersebut akan dirambatkan pada saraf penglihatan ke sistem
saraf pusat.
B. Sistem indra pada mollusca (Octopoda).

Gambar 3. Bagian Sistem Indra Bekicot


Sumber:https://www.academia.edu/40703945/Fisiologi_Pada_Invertebrata_

11
Gurita memiliki penglihatan yang baik. Pada mata gurita bisa membedakan
polarotas cahaya akan tetapi buta warna. Dua organ khusus yang disebut
statokista yang terhubung dengan otal belerja sebagai alat pendeteksi posisi
hprizontal. Orientasi mata gurita dijaga oleh gerak otonomik refleks sehingga
bukaan pupil selalu horizontal.
C. Sistem indra pada Annelida

Gambar 4. Bagian-Bagian Indra Annelida

Sumber: gambar sistem indra annelida - Bing images

Salah satu kelas dari Annelida adalah Polychaeta. Alat indera pada
Polychaetayaitu mata, organ nuchal dan statocyst. Hanya cacing jenis errant
yang memilikimata (kecuali Sabellidae). Tetapi ada kalanya jenis kesalahan juga
tidak memiliki mata.Letak mata pada permukaan prostomium dan dibuka 2- 4
pasang. Ada yangsederhana dan ada yang sudah berkembang dengan baik. Pada
umunya adalah bentukcangkir retina. Fungsi mata hanya sebagai pengenal
cahaya. Kebanyakan Polychaeta fototropisnegatif. Selain lapisan sel saraf yang
peka terhadap cahaya (retina) terdapat sebuah lensa.
2.9.2 Fisiologi fotoreseptor pada vertebrata

Pada vertebrata molekul-molekul fotopigmen terletak dalam mebran lamela.


Lamela adalah lekukan pipih permukaan memban (membentuk cawan)
fotoreseptor, atau lekukan yang terpisah dari membran luar, menjadi cawan-cawan
internal.

Setiap sel fotoreseptor pada vertebrata mengandung suat silium yang rdimenter,
yang terletak antara segmen luar dan dalam. Segmen luar mengandung membran
reseptor, sedangkan segmen dalam mengandung inti, mitokondria, dan
sebagainnya. Membran reseptor Vertebrata terdiri atas lamela-lamela pipih dari

12
membran permukaan segmen luar. Pada sel kerucut mamalia dan beberapa
Vertebrata yang lain, lumen setiap lamela terbuka ke luar sel. Pada sel batang,
lamema terpisah secara penuh dari permukaan membran segmen luar, sehingga
lamela terpisah penuh dari permukaan membran segmen luar, sehingga lamela-
lamela tadi nampak seperti tumbupak cawan dalam kantung membran segmen luar.
A. Pada pada mamalia, burung

Gambar 5. Bagian-bagian Mata Burung


Sumber:https://www.academia.edu/40703945/Fisiologi_Pada_Invertebrata_
Pada pada mamalia, burung dan vertebrata lainya, sel-sel fotoreseptornya
berbentuk batang (rod) dam kerucut (cone). Sel-sel fotoreseptor tersebar pada
retina secara tidak merata. Fovea atau area sentralis (±1 mm2) adalah bagian
sentrak retina yang memiliki kepekaan yang sangat tinggi. Pada mamalia sel-sel
kerucut bertanggungjawab pada penglihatan warna, sedangkan sel-sel batang
dikhususkan untuk penglihatan akromatik. Membran permukaan segmen luar
sel batang vertebrata hampir sama.
Rettina mata pada burung lebih banyak mengandung sel-sel batang dibanding
retina mata burung lain. Sel-sel batang tersebut peka atau sensitif
terhadapcahaya redup. Burung yang banyak beraktivitas pada siang hari.
memiliki retina matayang lebih banyak mengandung sel-sel kerucut. Sel kerucut
tersebut peka terhadapcahaya yang kuat. Pada retina burung juga terdapat pektin
yang merupakan kelanjutandari saraf mata ke bola mata. membentuk lipatan,
dan di dalamnya terkandung banyak pigmen

13
B. Sistem Indra pada Ikan

Gambar 6. Bagian-Bagian Mata Ikan


Sumber:https://www.academia.edu/40703945/Fisiologi_Pada_Invertebrata_
Indra penglihat ikan terletak dikedua sisi kepalanya. Bola mata ikan tidak
dilindungi oleh kelopak, tetapi dilindungi oleh pelindung tipis yang tembus
cahaya. Ikan dapat dengan jelas di dalam air karena baik melihat udara maupun
ikan membiaskan cahaya pada sudut yang sama. Sel saraf penglihatan pada ikan
terdiriatas sel-sel batang dan sel-sel kerucut. sel batang menyebabkan ikan dapat
melihat dengan jelas di tempat yang kurang menerima cahaya. Ikan juga dapat
melihat warna walaupun hanya sampai tahap tertentu. Ikan mudah melihat
warna merah dan kuning,tetapi lebih sulit membedakan warna hijau, biru, dan
hitam. Mata ikan dapat berakomodasi dengan cara mengubah kedudukan lensa
mata ke belakang (mundur) dan ke depan (maju). Gerakan itu dilakukan oleh
otot kecil yang disebut retraktor lentis.ketika melihat benda dekat, otot retraktor
lentis berelaksasi (mengendur) sehingga lensa bergerak ke depan. Sebaliknya,
ketika melihat benda jauh, retraktor lentis berkontraksi (mengerut) sehingga
lensa tertarik ke belakang. Indra pencium ikan juga berkembang dengan baik.
Indra pencium tersebut terletak di ruang kecil tepat didepan mata.

14
C. Sistem indera pada Amfibi

Gambar 7. Bagian-Bagian Mata Katak


Sumber:https://www.academia.edu/40703945/Fisiologi_Pada_Invertebrata_
Mata katak berbentuk bulat serta dilindungi oleh kelopak mata atas dan bawah.
Bagian sebelah dalam mata terdapat membran niktitans, yaitu suatu awan tipis
yang tembus cahaya. Membran niktitans bekerja untuk menjaga agar komea
mata tetap lembap ketika berada di darat dan menghindari ketika katak
menyelam di udara. Hal itu merupakan bentuk penyesuaian sifat kata sebagai
hewanamfibi. Lensa mata katak tidak dapat berakomodasi.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Suatu organ indra adalah suatu organ yang dikhususkan untuk menerima suatu
stimulus tertentu. Biasanya suatu organ indra terdiri atas sejumlah reseptor-reseptor yang
sama, dan jaringan-jaringan non saraf.

Suatu sel reseptor merupakan mata rantai pertama dari rantau aliran informasi yang
memungkingkan hewan bereaksi secara tepat terhadap lingkungannya. Suatu reseptor
saraf adalah pengubah (transducer), yaitu mengubah energi stimulus menjadi sinyal
listrik atau sebagai pembangkit potensial (potensial generator), yang akhirnya diubah
menjadi rangkaian informasi impula saraf

Setiap stimulasi pada suatu reseptor dirasa sebagai modilitas yang sama dikarenakan
Dari sudut pandang sistem pusat Stimuli seperti cahaya, suara, dan sentuhan, mengena
pada reseptor periferal dan bukan pada otak

Dalam sistem visual, sel-sel sensorik yang disebut sel batang dan kerucut di retina
mengubah energi fisik sinyal cahaya menjadi impuls listrik yang berjalan ke otak. Cahaya
menyebabkan perubahan konformasi pada protein yang disebut rhodopsin. Perubahan
konformasi ini menggerakkan serangkaian peristiwa molekuler yang menghasilkan
pengurangan gradien elektrokimia fotoreseptor.

Sel rambut pada vertebrata adalah mekanoreseptor yang sangat sensitive. Terdapat
pada sistem garis lateral (sensori) pada ikan dan amfibi, pada organ pendengaran
vertebrata dan pada organ keseimbangan (saluran setengah lingkaran). Penyebutan “sel
rambut” diturunkan dari silia yang menonjol , dari ujung atas setiap sel reseptor yang
terdiri dari suatu kinosilium tunggal dan sekitar dua lusin stereosilia yang tidak bergerak.

3.2 Saran

Untuk memperdalam pengetahuan terkait sistem gerak dan otot perlu memperbanyak
bacaan yan bersumber dari berbagai referensi

16
DAFTAR PUSTAKA

Adam Fernando, M. Pd. (2020). Sistem Indera Pada Vertebrata.


Astari Lolita. (2013). Sistem Saraf dan Indra Pada Hewan.
Drs Soewolo, M. (2000). Pengantar Fisiologi Hewan (D. Surip[to (ed.)). Proyek
pengembangan guru sekolah menengah IBRD Loan no. 3979 Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Depatemen Pendidikan Nasional.
Lailatul Ngarofah. (2020). Modul Pembelajaran Fisiologi Hewan. Pendidikan Biologi UIN
Raden Intan Lampung.
Maisyaroh Syahmia. (2019). Fisiologi Hewan Atau Manusia.
https://www.academia.edu/40703945/FISIOLOGI_PADA_INVERTEBRATA_
Diakses pada tanggal 22 September 2022.

17

Anda mungkin juga menyukai