ASUHAN KEPERAWATAN
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmatNya sehingga makalah
kami yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PERSEPSI SENSORI” dapat
selesai tepat pada waktunya.
Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah
pengetahuan dan wawasan terhadap Asuhan Keperawatan Sistem Persepsi Sensori..
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah yang
telah penulis buat.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah senantiasa meridhoi segala
usaha kita.
Penulis
(Kelompok 3)
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan...........................................................................................................1
3.1 Pengkajian...................................................................................................10
BAB IV Penutup......................................................................................................15
4.1 Kesimpulan..................................................................................................15
4.2 Saran............................................................................................................15
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem sensoris merupakan salah satu sistem yang penting bagi manusia, karena dengan
sistem ini kita dapat merasakan hal-hal yang ada di dunia ini. Misalkan saat kita makan, kita
dapat merasakan apakah makanan itu asin atau manis. Hidup tidak akan menjadi sepi karena kita
dapat mendengar alunan nada atau musik. Semua rangsangan itu dapat kita rasakan melalui
bermacam-macam reseptor yang ada di dalam tubuh kita, lalu dari reseptor akan dikirim ke
central nervous system (saraf pusat) kita sebagai sinyal ataupun informasi. Proses pengiriman
sinyal inilah yang termasuk ke dalam Sistem Sensoris.
Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus eksternal, juga
pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang diinterpretasikan oleh stimulus yang
diterima (Syaifuddin, 2014)
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi system persepsi sensori
2. Untuk mengetahui anatomi fisiologi system persepsi sensori
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam memahami konsep persepsi, maka tidak akan terlepas dari sistem sensoris. Dalam
bab ini akan dibahas kelima macam sistem sensori manusia (panca indera/exteroceptive sensory
system) yang mengintepretasi stimulus dari luar tubuh, yaitu penglihatan, perabaan,
pendengaran, pembau/penciuman dan perasa.
B. Fisiologi Penglihatan
Fungsi utama mata adalah mengubah energy cahaya menjadi implus saraf
sehingga dapat diterjemahkan oleh otak menjadi gambar fisual. Untuk menghasilkan
gambar visual yang tepat dan diinginkan terjadilah proses yang sangat kompleks dimulai
adanya gelombang sinar atau cahaya yang masuk ke mata berkas cahaya yang masuk
kemata melalui konjungtiva, korne, okueus humor, lensa dan fitreurus humor, diaman
pada masing-masing tersebut berkas cahaya dibiaskan (refraksi) sebelum akhirnyaa jatuh
tepat di retina. Jumlah cahaya yang masuk akan diatur oleh iris dengan jalan membesarka
atau mengkecilakan pupil pada iris terdapa 2 otot polos yang tersusun silkuler dan radial
yang mampu bergerak dan mengecil membentuk pupil. Agar sinar objek menghasilakan
sinar yang jelas pada retina harus dibiaskan (terjadi proses yang disebut pemfokusan).
3. Saluran eustacius merupakan saluran di dalam rongga telinga tengah yang menjorok
menghubungkan telinga dengan faring saluran eustacius akan tertutup jika
dalam keadaan biasa dan akan membuka ketika kita menelan,
sehingga tekanan udara di dalam telinga tengah dengan udara luar akan
seimbang. Dengan begitu, cedera atau ketulian akibat tidak
seimbangnya tekanan udara dapat dihindari.
Kuncup pengecap dapat membedakan empat cita rasa dasar, yaitu manis, asam, asin, dan
pahit. Rasa manis dan asin dideteksi pada ujung lidah, rasa asam di tengah sisi-sisi lidah, dan
rasa pahit di bagian belakang. Kuncup pengecap di lidah dapat menerima rangsangan rasa suatu
zat dalam bentuk larutan. Oleh karena itu, makanan harus dikunyah dan dibasahi dengan ludah
terlebih dahulu agar dapat dinikmati rasanya.
A. Anatomi Lidah
Sebagian besar, lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang
hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideusdi tulang pelipis. Terdapat dua
jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik.
Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila.
Terdapat tiga jenis papila yaitu:
1. papila filiformis (fili=benang); berbentuk seperti benang halus;
2. papila sirkumvalata (sirkum=bulat); berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V di
belakang lidah;
3. papila fungiformis (fungi=jamur); berbentuk seperti jamur.
Setiap kuncup pengecap terdiri dari dua macam sel, yaitu sel pengecap dan sel
penunjang, pada sel pengecap terdapat silia (rambut gustatori) yang memanjang ke
lubang pengecap. Zat-zat kimia dari makanan yang kita makan, mencapai kuncup
pengecap melalui lubang-lubang pengecap (taste pores). Kuncup-kuncup pengecap
dapat merespon empat rasa dasar, yaitu manis, masam, asin dan pahit. Letak masing-
masing rasa berbeda - beda yaitu :
B. Fisiologi Lidah
1. Mengecap rasa
Permukaan lidah terdiri dari begitu banyak sel pengecap dan ujung saraf yang
memungkinkan kita mengenali berbagai rasa, baik yang enak maupun tidak enak.
Kemampuan mengecap rasa ini juga bisa dibilang melindungi tubuh kita dari berbagai
kemungkinan berbahaya.Sebab dengan kemampuan ini, kita bisa mengenali makanan
yang sudah basi atau makanan beracun, karena rasanya berbeda dari biasanya.
2. Bagian dari sistem pertahanan tubuh
Ujung lidah merupakan bagian tubuh yang paling sensitif terhadap sentuhan.
Sensitivitas inilah yang membuat lidah bisa melindungi tubuh dari berbagai
gangguan.Itulah alasannya, saat ada kerikil kecil atau duri ikan yang tidak sengaja
masuk ke rongga mulut, rasanya akan sangat mengganggu, padahal ukurannya tidak
seberapa. Sebab, lidah sangat sensitif terhadap sentuhan.
3. Membantu berbicara
Untuk bisa mengasilkan suara yang bermakna, lidah, bibir, dan gigi perlu bekerja
sama dengan baik. Dalam proses bicara, lidah memang merupakan salah satu organ
terpenting.Bahkan, organ ini bisa membantu menghasilkan lebih dari 90 kata per
menit dengan lebih dari 20 gerakan berbeda. Lidah juga merupakan organ utama
dalam pengucapan huruf T, D, L, dan R.Meski terlihat sederhana dari luar, bagian-
bagian lidah dan fungsinya tidaklah dapat diremehkan. Sehingga, selalu jaga
kesehatannya dan jangan lupa untuk rutin membersihkan permukaan lidah saat sikat
gigi.
4) Sistem Peraba (Kulit)
A. Anatomi Kulit
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6
mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata,
penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat
pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit
berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan
lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm
adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat. Secara
histopatologis kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu : Epidermis, Dermis, Subkutis
Subkutis merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan
lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar
dengan jaringan di bawahnya.
B. Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya
adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier
infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi
proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik,
ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen.
Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit.
Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses
keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal.
Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila
temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan
mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal
kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Kulit mengandung berbagai jenis
ujung saraf sensorik yang meliputi ujung saraf telanjang, saraf yang melebar, serta ujung
saraf yang terselubung.
5) Sistem Pembau (Hidung)
Manusia dapat membedakan berbagai macam bau bukan karena memiliki banyak
reseptor pembau namun kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip-prinsip komposisi
(component principle). Seperti pada penglihatan warna (hanya memiliki tiga reseptor wama
dasar, namun dari komposisi yang berbeda-beda dapat dilihat wama yang bermacam-macam),
organ pembau hanya memiliki tujuh reseptor. Namun dapat membedakan lebih dari 600 aroma
yang berbeda. Alat pembau atau sistem olfaction biasa juga disebut dengan Organon Olfaktus,
dapat menerima stimulus benda-benda kimia sehingga reseptomya disebut pula chemoreceptor.
Benda kimia yang dapat menstimulasi sel saraf dalam hidung adalah substansi yang dapat larut
dalam zat cair (lendir) yang terdapat pada cilia yang menutupi sel tersebut. Makin berbau suatu
substansi, maka hal tersebut menunjukkan bahw amakin banyak molekul yang dapat larut dalam
air dan lemak (konsentrasi penguapannya tinggi).
BAGIAN III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas diri klien
2. Struktur keluarga : genogram
3. Riwayat keluarga
4. Riwayat kesehatan : riwayat kesehatan klien sekarang, riwayat kesehatan dahulu dan
riwayat kesehatan keluarga
5. Kaji semua faktor yang mempengaruhi fungsi sensori
6. Kaji kebiasaan promo kesehatan
7. Kaji semua fungsi sensori pada klien
8. Pemeriksaan head to toe
(G. Satria, 2017)
Edukasi :
- Ajarkan cara meminimalisi
stimulus (mis. Mengatur
pencahayaan ruangan,
mengurangi kebisingan,
membatasi kunjungan)
Kolaborasi :
- Kolaborasi dalam
meminimalkan
prosedur/tindakan
- Kolaborasi pemberian obat
yang mempengaruhi
persepsi stimulus
Terapeutik :
- Hilangkan bahaya
keselamatan lingkungan
(mis. Fisik, biologi dan
kimia), jika memungkinkan
- Modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan bahaya
dan risiko
- Gunakan perangkat
pelindung
- Fasilitasi relokasi ke
lingkungan yang aman
Edukasi :
- Ajarkan individu, keluarga
dan kelompok risiko tinggi
bahaya lingkungan
3. Ansietas b.d Ancaman 1. Verbalisasi kebingungan Intervensi Utama : Reduksi
Ansietas
terhadap konsep diri d.d 2. Verbalisasi khawatir
akibat kondidi yang
khawatir dengan kondisi Objektif :
dihadapi
- Identifikasi saat tingkat
yang dihadapi
3. Perilaku gelisah ansietas berubah (mis.
Kondisi, waktu, stressor)
- Monitor tanda - tanda
ansietas (verbal dan
nonverbal)
Terapeutik :
- Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan
- Pahami situasi yang
membuat ansietas
- Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi :
- Anjurkan keluarka tetap
bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan mengunkapkan
perasaan dan persepsilatih
kegiatan pengalihan untuk
mengurangi kegiatan
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tentang system persepsi sensoris tersebut , di ketahui dalam sistem
sensoris di bahas tentang panca indra atau lima indra di mana di jelaskan bagaimana mekanisme
kerja panca indra tersebut dan bagian-bagian organ yang bersangkutaan, sistem sensoris
meliputi:
4.2 Saran
Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui bahwa Anatomi
Fisiologi Sensori sangat penting bagi kehidupan kita, dengan adanya panca indra kita
dimudahkan dalam menjaankan aktifitas kita. Selain dari pada itu, penulis memohon maaf
apabila terdapat kesalahan karena kami masih dalam proses pembelajaran. Dan yang kami
harapkan dengan adanya makalah ini, dapat menjadi wacana yang membuka pola pikir pembaca
dan memberi saran yang sifatnya tersirat maupun tersurat.
DAFTAR PUSTAKA
Gobel, Satria. 2017. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori Pada
Klien. Diambil dari : https://studylibid.com- Diakses tanggal (10 Desember
2020)
Syaifuddin, H. 2014. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan, Edisi 4. Jakarta :
ECG
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan Edisi I). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Definisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi 1). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
ANALISA JURNAL
A. Judul Penelitian
“Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori Pada Pasien Yang Menderita
Katarak Di Klinik CDC Mojosar”
B. Peneliti
AVIATUS SHOLIKHAH
C. Ringkasan Jurnal
Katarak merupakan kekeruhan pada lensa yang menyebabkan gangguan
perlihatan akibat peningkatan cairan pada lensa, denaturasi protein lensa, atau keduaya.
Katarak akibat proses penyakit yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau
penghancuran terhadap jaringan atau organ tubuh (degeneratif) katarak senilis paling
bayak ditemukan pada kelainan mata yang menyebabkan gangguan penglihatan.
Penelitian ini bertujuan melaksanakan asuhan keperawatan pada lansia denga umur 60-75
tahun denga gangguan persepsi sensori pada kasus katarak senilis di klinik mata royal
EDC Mojosari. Penelitia ini menggunakan desain deskriptif. Metode pendekatan yang
digunakan adalah study kasus. Study kasus ini adalah studi untuk mengeksplor masalah
asuhan keperawatan pada lansia dengan umur 60-75 tahun dengan gangguan persepsi
sensori pada kasus katarak Tn. “G” dan Ny. “T” di klin mata royal EDC Mojosari.
Pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan
dokumentasi. Hasil penelitian pada 2 klien didapatkan setelah dilakukan asuha
keperawatan selama 3 kali kunjungan dalam 2 minggu. Masalah keperawatan gangguan
persepsi sensori pada klien 1 dan 2 sama-sama teratasi sebagian selama 3 kali kunjungan
ditandai dengan Mata klien masih terlihat merah, berair, dan ada kotoran pada mata klien,
visus mulai membaik tetapi tidak signifikan. Kesimpulan dari studi kasus ini adalah pada
klien yang mengalami katarak akan muncul masalah keperawatan gangguan persepsi
sensori. Maka dari itu adanya intervensi yang harus dilakukan dengan baik
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan melaksanakan asuhan keperawatan pada lansia denga
umur 60-75 tahun denga gangguan persepsi sensori pada kasus katarak senilis di klinik
mata royal EDC Mojosari.
E. Promblem
Rancangan penelitian yang di gunakan pada penelitian ini adalah metode
deskriptif tipe studi kasus. Penelitian studi kasus adalah studi yang mengekplorasi suatu
masalah keperawatan dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang
mendalam dan menyertakan berbagai informasi. Penelitian studi kasus ini adalah untuk
mengekplorasi masalah kelebihan volume cairan (Tri, 2015)
F. Intervention
Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di Klinik EDC Mojosari. Partisipan terdiri
dari 2 klien dengan masalah keperawatan gangguan persepsi sensori dan diagnosa medis
katarak yang dirawat di Klinik EDC Mojosari.
G. Comparation
1. Klien 1
Klien 1 Tn. G berusia 67 tahun dengan keluhan utama Klien mengatakan
kalau pandangannya kabur, tidak bisa melihat dengan jelas tampak hanya
bayangan saja. Klien mengatakan awalnya mata yang sebelah kiri tibatiba kabur,
kemudian semakin lama semakin terlihat gelap karena tidak sempat berobat.
Kemudian mata yang sebelah kanan juga mengalami hal yang sama yaitu
pandangan kabur, dulu klien pernah melakukan pekerjaan berat yaitu bekerja
sebagai tambang pasir. klien mengalami pandangan kabur sekitar 8tahun.
kemudian klien memeriksakan ke klinik EDC Royal Mojosari. Klien mengatakan
matanya tidak pernah merasa gatal. Klien tidak pernah dirawat diRS dan keluarga
tidak ada yang memiliki riwayat penyakit seperti klien
2. Klien 2
Klien 2 Ny.T berusia 70 tahun dengan keluhan utama Klien mengatakan
pandangannya seperti berkabut, pandangan tidak jelas. Klien mengatakan tiba-tiba
mata sebelah kirinya kabur, tetapi pasien tidak menghiraukannya. Kemudian
lama-kelamaan mata pandangannya semakin bertambah kabur dan diikuti mata
sebelah kanannya juga tetapi tidak terlalu parah. Klien mengatakan terkadang
matanya mengalami gatal tetapi matanya tidak dikucek klien hanya
mengedipngedipkan matanya dengan sering. Akhirnya pasien mengalami
pandangan kabur pada kedua matanya selama sekitar 1tahun. Kemudian pasien
dibawa ke klinik mata royal EDC Mojosari.
H. Outcome
Berdasarkan pembahasa yang telah diuraikan dalam Bab 4 tentang perbandingan
antara klien 1 dan klien 2 yang mengalami katarak dengan masalah gangguan persepsi
sensori, maka peneliti dapat mengambil simpulan sebagai berikut:
1) Dari hasil pengkajian gejala klinis pada pasien katarak di dapatkan keluhan
bahwasanya terdapat menurunan ketajaman penglihatan antara klien 1 dan klien 2
2) Diagnosa keperawatan yang ada di teori dapat ditemukan pada kasus nyata, yaitu
gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan.
3) Intervensi yang dilakukan oleh peneliti adalah mandiri yaitu observasi ketajaman
penglihatan, Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang
kehilangan penglihatan, seperti dampaknya terhadap gaya hidup, Sesuaikan
lingkungan untuk optimalkan penglihatan, Anjurkan klien untuk menggunakan kaca
mata saat berpergian, Anjurkan klien untuk tidak malakukan hal-hal berat, nunduk,
batuk, dan tidak boleh terkena air selama 1 bulan, Kolaborasikan dengan dokter
tentang pemberian obat tetes mata.
4) Implementasi pada kasus gangguan persepsi sensori sudah dilakukan selama 3 hari
dan pemberian health education. Kebersihan perawatan dan pengobatan tergantung
dari kerja sama antara keluarga, klien, perawat serta kondisi klien.
5) Evaluasi dari masalah yang dialami 2 klien menunjukkan bahwa pada klien 1 hari ke
3 masalah teratasi sebagian dan masih belum terlihatnya tanda-tanda yang sesuai
kriteria hasil yang sudah diterapkan di intervensi, namun pada klien ke 2 pada hari
ke 3 menunjukkan bahwa masih ada keluhan pandangan masih agak buram/ kabur
maka dari itu intervensi akan dilanjutkan.
RESUME JURNAL
Katarak merupakan kekeruhan pada lensa yang menyebabkan gangguan perlihatan akibat
peningkatan cairan pada lensa, denaturasi protein lensa, atau keduaya. Katarak akibat proses penyakit
yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau penghancuran terhadap jaringan atau organ tubuh
(degeneratif) katarak senilis paling bayak ditemukan pada kelainan mata yang menyebabkan gangguan
penglihatan. Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun luar tubuh.
Stimulus tersebut masuk kedalam tubuh melalui organ sensori (panca indera). Persepsi adalah daya atau
kemampuan menilai barang, kualitas atau hubungan serta perbedaan antar hal yang mendapat rangsang
melalui indera. (Sariputra, Vol, Modayag, & Bolaang, 2017). Defisit sensori merupakan suatu kerusakan
dalam fungsi normal penerimaan dan persepsi sensori. Individu tidak mampu menerima stimulus tertentu
(misalnya kebutaan), atau stimulus menjadi distorsi (misalnya penglihatan kabur karena katarak), (Malik,
2015).
Di Indonesia, katarak merupakan penyebab utama kebutaan, prevalensi kebutaan pada usia 55-65
tahun sebesar 1,1%, usia 65-75 tahun sebesar 3,5%, dan usia 75 tahun keatas 8,4%.
Peran perawat pada pasien katarak sebagai masalah persepsi sensori adalah memberikan asuhan
keperawatan secara professioal dan komperhensif. Dan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan
dengan pemberian HE untuk pentingnya melakukan aktivitas secara mandiri, dan menganjurkan untuk
menggunakan kacamata agar tidak langsung terpapar sinar matahari dan lapang pandang perifer.
Rancangan penelitian yang di gunakan pada penelitianini adalah metode deskriptif tipe studi
kasus. Penelitian studi kasus adalah studi yang mengekplorasi suatu masalah keperawatan dengan batasan
terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai informasi. Penelitian
studi kasus ini adalah untuk mengekplorasi masalah kelebihan volume cairan (Tri, 2015)