Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH EPIDEMIOLOGI GIZI

“TRANSISI EPIDEMIOLOGI GIZI”

OLEH :

AFANDI 16112120
JENNY FAHLEVI
NIA PRADYNA 1611212041
THOMI ANWAR 161121
WESTI ANUGRAH 1611211

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tak henti-hentinya penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena atas berkat dan karunianya penulis dapat , menyelesaikan tugas mata kuliah Epidemiologi
Gizi dengan judul “Transisi Epidemiologi Gizi” dengan baik , tuntas , dan tepat waktu.

Penulis sadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan memiliki berbagai
macam kekurangani.Oleh karena itu , penulis memohon maaf kepada semua pembaca.Dan
kiranya dapat memberikan penulis masukkan dan kritik serta saran yang membangun sehingga
dapat melatih penulis dalam membuat makalah yang lebih baik dikemudian harinya.

Padang, Agustus 2018

PENULIS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2

1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 2

BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3


2.1 Pengertian Transisi Epidemiologi .................................................................................... 3

2.2 Transisi Epidemiologi dalam Bidang Gizi. ...................................................................... 9

2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi Transisi Epidemiologi Gizi.................................. 11

2.4 Dampak Transisi Epidemiologi dalam Bidang Gizi ...................................................... 12

BAB 3 PENUTUP .................................................................................................................... 15


3.1 KESIMPULAN .............................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 17

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Epidemiologi telah berkembang dan diakui sebagai cabang ilmu tersendiri


termasuk di Indonesia. Epidemiologi gizi dapat dipandang bagian sebagai ilmu gizi
maupun ilmu epidemiologi. Epidemiologi gizi mempelajari penyebaran penyakit
terkait gizi dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia
serta aplikasi dalam mengatasi problem kesehatan. Epidemiologi gizi dapat
digunakan untuk mengungkap besaran masalah, menentukan hubungan kausalitas
(sebab-akibat) baik dalam ilmu gizi, ilmu kesehatan masyarakat, dan ilmu kedokteran
klinik, melaksanakan intervensi program, memperbaiki maupun mengurangi masalah
gizi dan kesehatan serta untuk surveilens masalah gizi. Epidemiologi gizi mempunyai
metode-metode spesifik yang berkembang dan tidak dikembangkan dalam disiplin
ilmu lain.

Ilmu Kesehatan Masyarakat sebagai salah satu disiplin ilmu yang relatif masih
baru, telah mengalami prekembangan dan kemajuan yang pesat pada akhir abad ke-
19 dan terutama pada pertengahan abad ke-20. Pada mulanya kegiatan kesehatan
pada masyarakat dilakukan berdasarkan pengamatan dan terutama pengalaman para
ahli dewasa itu, dimana Kesehatan Masyarakat belum merupakan suatu ilmu
tersendiri, tetapi masih merupakan sekumpulan keterangan yang didasarkan pada
pengalaman belakaan.

Dalam perkembangannya Kesehatan Masyarakat mulai menyusun metode


pendekatan yang didasarkan pada pengalaman dan pemikiran yang lebih terarah
sehingga kesehatan masyarakat mulai dikembangkan sebagai suatu ilmu tersendiri.
Hal ini sangat erat hubungannya dengan berbagai peristiwa kematian dan kesakitan

1
yang muncul dalam masyarakat dan oleh sebagian besar pengamat dinyatakan dalam
suatu keadaan yang saling berhubungan dan bukan hanya bersifat kebetulan saja.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari transisi epidemiologi?


2. Bagaimana transisi epidemiologi dalam bidang gizi?
3. Apa sajakah faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya masalah
transisi epidemiologi dalam bidang gizi?
4. Apa sajakah dampak yang ditimbulkan dalam transisi epidemiologi
dalam gizi?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian transisi epidemiologi.


2. Untuk mengetahui transisi epidemiologi dalam bidang gizi.
3. Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya masalah
transisi epidemiologi dalam bidang gizi
4. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dalam transisi epidemiologi
dalam gizi

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Transisi Epidemiologi

Transisi Epidemiologi merupakan suatu pola perubahan penyakit dalam


masyarakat dimana akan terjadi pergeseran pola penyakit dan pola sebab kematian
dalam masyarakat dengan menurunya angka penyakit menular tertentu dan
meningkatnya angka berbagai penyakit tidak menular.

Dengan semakin berkembangnya kehidupan sosial masyarakat, penyakit dan


status kesehatan mulai dirasakan bukan lagi merupakan masalah perorangan atau
keluarga, melainkan telah menjadi masalah yang erat hubungannya dengan kehidupan
sosial masyarakat dan keadaan lingkungan, maka para pakar ilmu kemasyarakat lain
secara bersama-sama mengembangkan suatu disiplin ilmu yang akhirnya terkenal
dengan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Disiplin ilmu ini pada hakikatnya tetap
mempelajari manusia beserta tingkat kesejahteraannya. Berbeda dengan ilmu
kedokteran yang melihat manusia sebagai individu, dan Kesehatan Masyarakat
melihat masyarakat sebagai suatu kesatuan yang menjadi objek formalnya. Ruang
lingkup ilmu kesehatan masyarakt semakin berkembang dan tidak hanya meliputi
sehat dan sakit dalam pengertian sempit, tetapi menyangkut kesejahteraan manusia
dan masyarakat luas.

Epidemiologi sebagai salah satu jurusan pokok dalam bidang kesehatan


masyarakat telah berkembang sedemikian rupa sehingga dengan kemampuannya
dalam analisis permasalahan, analisi faktor penyebab dan hubungan sebab akibat
dalam proses timbulnya masalah serta gangguan kesehatan dalam masyarakat,telah
digunakan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan dalam masyarakat dan telah
berhasil mengangkat derajat kesehatan masyarakat ke tingkat yang lebih baik
sekarang ini.

3
Pendekatan global dalam bidang kesehatan pada akhir abad yang lalu telah
menghasilkan suatu perubahan yang cukup besar baik secara intensif maupun
ekstensif dalam perjalanan pembangunan kesehatan. Kemajuan serta peningkatan
pengetahuan sebab-akibat terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan, kemajuan
yang telah dicapai dibidang sanitasi maupun gizi, pengembangan vaksin serta
berbagai jenis obat-obatan, pengembangan kerjasama dalam penggunaan fasilitasi
dan tenaga kesehatan, perkembangan teknologi bidang kesehatan terutama bidang
kedokteran serta kemajuan dalam bidang ekonomi kesehata maupun kebiasaan hidup
sehat merupakan sebagian dari semua faktor yang secara radikal telah menghasilkan
transformasi status kesehatan peda berbagai negara.

Hasil yang telah dicapai dalam bidang kesehatan antara lain lebih banyak
penduduk dunia yang dapat mengenyam keadaan sehat bila dibandingkan pada waktu
sebelumnya. Namun demikian, kemajuan yang dicapai dalam bidang kesehatan
menimbulkan berbagai masalah baru, disamping berbagai harapan masa depan.
Dengan menurunya secara drastis angka penyakit dan angka kematian akibat infeksi,
memberi kesempatan pada sejumlah besar penduduk untuk memasuki usia lanjut,
berarti bertambahnya jumlah penduduk untuk memasuki penyakit menahun serta
penyakit akibat kecelekaan. Demikian pula dengan ditekannya angka fertilitas dan
mortalitas dapat mendorong meningkatnya proporsi penduduk usia lanjut dengan
masalah kesehatn serta pelayanan kesehatan yang bersifat khusus. Dengan
meningkatnya laju perkembangan industri yang disertai pula dengan urbanisasi dan
moderenisasi menimbulkan berbagai dampak terhadap fasilitas dan sistem pelayanan
kesehatan yang cenderung semakin mahal.

Melihat keadaan kesehatan masyarakat di indonesia sekarang ini dan


membandingkannya dengan masa sebelumnya maka jelas tampak adanya kemajuan
dan peningatan pada berbagai bidang. Dan bila kita melihat kedepan, timbul
pertanyaan bagaimana bentuk keadaan masyarakat pada masa yang akan datang.
Masalah kesehatan masyarakat tidak hanya terkait dengan berbagai faktor yang

4
berhubungan langsung dengan penyakit, tetapi jauh lebih luas dan hampir berkaitan
erat dengan semua aspek kehidupan manusia. Dengan adanya kemajuan
pembangunan diberbagi bidang yang cukup berpengaruh dalam kehidupan
perorangan dan masyarakat yang disertai dengan timbulnya perubahan-perubahan
pada berbagai sektor sebagai akibat daari hasil pembangunan telah memberikan pula
pengaruh bagi masalah kesehatan masyarakat.

Adanya perubahan yang terjadi pada berbagai aspek kehidupan masyarakat


dapat memberikan pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sifat-sifat
epidemiologis penyakit maupun gangguan kesehatan lainnya yang pada dasarnya
memberikan bentuk masalah kesehatan masyarakat pada masa mendatang.

Transisi epidemiologi pada negara berkembang bukanlah suatu proses yang


dapat berlangsung dengan sendirinya dan juga tidaklah merupakan proses yang
berdiri sendiri. Hal ini dapat dilihat dengan adanya perbedaan umur harapan hidup
antara berbagai negara berkembang. Di tahun 1988 masih terdapat 12 Negara Afrika
bagian sub-sahara yang memiliki umur harapan hidup dibawah 50 tahun, sedangkan
dilain pihak, jumlah negara yang sama di Amerika Latin dan Asia (termasuk cina)
telah memiliki umur harapan hidup 70 tahun atau lebih. Selain itu didalam negara
berkembang (dan juga negara maju) biasanya ada kesenjangan umur harapan hidup
yang lebar antara golongan sosial maupun antara tempat yang berbeda. Frank dan
kawan-kawan telah menyebut kesenjangan ini sebagai polarisasi epidemiologi atau
stagnasi epidemiologi. Adanya perbedaan permasalahan ini tidak terbatas hanya
penyakit menular pada bayi dan anak, tetapi juga termasuk penyakit tidak menular
pada kelompok dewasa.

Dengan bertolak dari aspek mortalitas dalam transisi demografi, Omran


mengemukakan bahwa dengan perkembangan keadaan sosial ekonomi serta
kemajuan teknologi kedokteran tidak hanya menimbulkan transisi angka kematian

5
yang menurun, tetapi juga disertai dengan pergeseran sebab kematian dan pola dalam
masyarakat. Pergeseran ini terjadi melalui tahap-tahap tertentu.

1. Tahap, the era of festilence and famine dengan angka harapan hidup yang sangat
rendah. Sebab kematian terutama karena kelaparan, berbagi wabah penyakit
infeksi serta sebab yang berhubungan dengan proses repsoduksi.
2. Tahap, the era of receding pandemic yang ditandai dengan menurunya peristiwa
pandemi disertai angka kematian yang terus menurun, peristiwa endemi semakin
jarang dan tidak bersifat fatal. Pada tahap ini angka harapan hidup meningkat,
walaupun pola penyakit masih didominasi oleh penyakit infeksi dan kurang gizi.
3. Tahap, the era of degenerative and manmade disease yang ditandai dengan
semakin meningkatnya berbagai penyakit dan gangguan kardiovaskular, kanker,
diabetes serta berbagai penyakit degeneratif lainnya. Tahap ini, umur harapan
hidup mencapai puncaknya disertai dengan angka kematian mencapai kondisi
stabil pada tingkat yang rendah. Penyakit degeneratif dan berbagai penyakit
akibat ulah manusia seperti kanker, penyakit jantung, dan AIDS akan merupakan
sebab kematian utama.

Pada masa yang akan datang, masyarakat kita akan mengalami dua macam
gangguan atau ancaman penyakit secara bersamaan. Gangguan tersebut antara lain ;
1. Masih adanya berbagai kejadian penyakit menular di daerah pedesaan dan
terpencil maupun di daerah pemukiman kumuh perkotaan,
2. Masih ditemukannya penyakit menular lama serta timbulnya penyakit menular
baru merupakan masalah kesehatan yang masih memerlukan perhatian khusus.

Dilain pihak dengan meningkatnya pencemaran air, pencemaran udara, dan


berbagai penggunaan bahan kimia dalam makanan mendorong terjadinya berbagai
penyakit tidak menular seperti penyakti-penyakit kanker, gangguan kejiwaan,
kecelakaan lalu lintas serta berbagai penyakit dan kecelakaan berhubungan erat
dengan pekerjaan.

6
Disamping itu, kita akan menhadapi juga masalah gizi ganda. Masalah gizi
yang berkaitan dengan penyakit infeksi dan kemiskinan akan tetap merupakan
masalah yang masih mengancam penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan.
Dipihak lain, karena meningkatnya pendapatan dan perubahan gaya hidup sebagai
penduduk akibat keberhasilan pembangunan ekonomi dan pengaruh budaya global,
maka masalah gizi lebih (over nutrition) akan mengacam kehidupan penduduk
golongan menegah ke atas serta kelompo usia lanjut. Ancaman tersebut berupa makin
meningkatnya risiko menderita penyakit tidak menular terutama dalam bentuk
kegemukan, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan penyakit kanker.

Dengan demikian masalah kesehatan masyarakt akan berahli dari masalah


kesehatan pedesaan ke kesehatan perkotaan (urban health problems) yang disertai
dengan perubahan pola penyakit seperti meningkatnya berbagai penyakit akibat kerja
dan penyakit tidak menular lainnya. Perubahan pola hidup dan nilai sosial budaya
dapat mendorong meningkatnya gangguan jiwa, kecanduan, dan penyakit akibat
perubahan perilaku, serta kemungkinan timbulnya “penyakit canggih” baru dalam
masyarakat.

Hal ini sesuai dengan hasil trend assessment bahwa beberapa penyakit
menular tertentu telah menunjukan penurunan prevelensi yang cukup tajam seperti
infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), diare, dipteri, batuk rejan serta campak pada
bayi dan anak. Dipihak lain, penyakit hepatitis dan beberapa jenis penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seksual (Penyakit Kelamin) termasuk AIDS dan HIV
akan meningkat sejalan dengan meningkatnya beberapa aspek kehidupan modern.

Dengan meningkatnya mobilitas penduduk dan komunikasi antarpulau


memingkinkan berbagai penyakit menular endemins pada daerah tertentu yang dapat
menyebar diberbagai daerah lain yang dapat mewabah pada daerah penduduk.
Penyakit malaria, filaria, dan tuberkolosis yang hanya terbatas pada daerah tertentu

7
atau pada kelompok penduduk tertentu dapat menyebar dengan cepat mengikuti
mobilitas penduduk yang cukup aktif.

Angka kematian bayi, balita, dan angka kematian umum menurun namun
akan terjadi peningkatan angka kematian pada usia produktif dan pada usia lanjut.
Dipihak lain, masih dijumpai berbagai daerah terpencil maupun gugus kepulauan
yang masih belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan yang optimal.

Meningkatnya biaya pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan


swasta, mendorong masyarakat miskin mencari pelayanan tradisional yang dapat
menimbulkan kantung-kantung penularan penyakit tertentu dalam masyarakat.
Dalam keadaan seperti ini, pelayanan spesialistik akan semakin meningkat,
sedangkan berbagai penyakit pada masyarakat miskin akan mendekam tanpa
pelayanan yang sesuai. Dengan demikian, kita akan menghadapi dua kondisi yang
tajam yakni penyakit menular yang akan tetap meningkat pada kelompok penduduk
miskin yang setiap saat mengancam kesehatan masyarakat secara umum, disertai
penyakit canggih yang mungkin muncul secara bersama-sama dengan meningkatnya
berbagai penyakit tidak menular dan gangguan jiwa akan merupakan gangguan
kesehatan pada periode yang akan datang.

Meningkatnya umur harapan hidup rata-rata akan menimbulkan masalah


kesehatan baru, yakni gangguan kesehatan pada masyarakat jompo, baik fisik,
mental, maupun kehidupan sosial. Beberapa penyakit tidak menular akan mengalami
peningkatan prevelensi seperti angka kecelakaan, kerancunan, dan penyakit akibat
pencemaran lingkungan, gangguan metabolisme serta penyakit kardiovaskular,
penyakit degenerative, penyakit kanker, disamping berbagai bentuk penyakit saraf
dan gangguan jiwa.

Kecenderungan bidang kesehatan, pola penyakit berubah dari penyakit


menular yang lebih muda disembuhkan ke penyakit tidak menular yang bersifat

8
menahun bahkan dapat seumur hidup sehingga akan menambah beban biaya
pengobatan. Meningkatnya berbagai gangguan jiwa karena keadaan yang tidak
menentu, disertai dengan penyakit akibat perubahan perilaku sehungga dapat
menimbulkan penyakit canggih baru. Terjadi kesenjangan pelayanan kesehatan bagi
yang mampu dengan yang miskin dan timbul kantung-kantung dengan masalah
kesehatan tersendiri daerah kumuh di kota besar.

Bagi pembuat kebijakan kesehatan ialah bahwa sebagian besar negara


berkembang menghadapi permasalahan pre dan post transisi epidemiologi secara
bersamaan. Dalam hal ini Foege dan Henderson telah menyimpulkan bahwa negara
berkembang “tidak akan ada pilihan lain dalam masa transisi epidemiologi, mereka
harus menangani dua macam masalah penyakit secara bersamaan pada permulaan
abad ini”.

2.2 Transisi Epidemiologi dalam Bidang Gizi.

Epidemiologi gizi merupakan satu-satunya metode dalam Ilmu Gizi yang


dapat memberikan informasi langsung tentang keterkaitan gizi/kesehatan pada
populasi yang mempunyai asupan makanan dan zat gizi secara normal.

Pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non-infeksi


(degeneratif) adalah akibat terjadinya pergeseran pola makan dan pola hidup. Di sini
terjadi pergeseran dari pola makan tradisional yang tinggi karbohidrat, tinggi serat,
dan rendah lemak ke pola makan modern yang tinggi lemak, tapi rendah serat dan
karbohidrat. Kurangnya mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran membuat
tubuh kekurangan serat dan dapat berisiko meningkatkan kadar kolesterol tubuh.

Di Indonesia transisi epidemiologi menyebabkan terjadinya pergeseran pola


penyakit, di mana penyakit kronis degenerative sudah terjadi peningkatan. Penyakit

9
degenerative merupakan penyakit tidak menular yang berlangsung kronis seperti
penyakit jantung, hipertensi, diabetes, kegemukan dan lainnya.

Kontributor utama terjadinya penyakit kronis adalah pola hidup yang tidak
sehat seperti kebiasaan merokok, minum alkohol, pola makan dan obesitas, aktivitas
fisik yang kurang, stres, dan pencemaran lingkungan. Sehingga Indonesia
menanggung beban ganda penyakit di bidang kesehatan, yaitu penyakit infeksi masih
merajalela dan ditambah lagi dengan penyakit-penyakit kronik degenerative.

Bila kondisi ini tidak segera diperbaiki dengan pola makan yang benar dan
baik, maka dapat berakibat timbulnya berbagai penyakit, terutama penyakit
degeneratif (jantung, diabetes, bahkan kanker colon). Saat ini masyarakat kita
mengarah pada masyarakat modern yang mempunyai kesibukan sangat tinggi,
sehingga sangat wajar apabila terjadi perubahan pola makan di mana mereka tidak
punya waktu untuk mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran segar.

Meningkatnya masalah-masalah yang timbul akibat transisi epidemiologi di


bidang gizi, pesatnya pertumbuhan industry pangan, jumlah dan tuntutan mutu
institusi pelayanan gizi dan makanan disamping peningkatan prevalensi penyakit baik
infeksi maupun degeneratif yang berakar pada kurang gizi sejak masa kehamilan, dan
timbulnya masalah obesitas sejak usia dini meningkatkan beragam problematika gizi
kini dan akan datang sehingga memerlukan penanganan yang professional.

Transisi pola hidup berdampak pada perubahan pola konsumsi dan pola
aktifitas, sehingga memengaruhi komposisi tubuh. Saat ini masyarakat cenderung
lebih menyukai makanan cepat saji (fast food) yang tinggi lemak, protein,
karbohidrat, dannatrium yang jika dikonsumsi secara terus menerus dengan porsi
yang berlebihan akan berdampak meningkatnya kecenderungan kelebihan berat
badan (over weight) yang merupakan salah satu faktor resiko kejadian penyakit
degenerative.

10
2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi Transisi Epidemiologi Gizi

Berdasarkan analisis kecenderungan kesehatan secara nasional (Badan


Litbangkes, 1996). Indonesia saat ini sedang mengalami transisi epidemiologi. Selain
itu dikatakan pula oleh Wilopo (1995) bahwa Indonesia saat ini sedang mengalami
polarisasi epidemiologi. Penyakit-penyakit degeneratif mulai menunjukkan
peningkatannya. Penyebab kematian di daerah perkotaan dan pedesaan
jugamenunjukkan pola yang berbeda dominasi penyakit infeksi dan kelainan gizi
yang mengakibatkan status gizi buruk sebagai penyebab kematian masih terlihat di
daerah pedesaan. Sebaliknya penyakit pembuluh darah jantung, degeneratif, penyakit
kronis dan kecelakaan menunjukkan angka yang cukup tinggi sebagai penyebab
kematian di daerah perkotaan.

1. Peningkatan sosial-ekonomi, adanya persiapan untuk globalisasi dan pengaruh


kemajuan teknologi menyebabkan banyaknya makanan kurang berserat dalam
bentuk “fast food” yang menyerbu pasar Indonesia baik dikot kota besar maupun
sekitarnya. Persiapan globalisasi dan pengaruh informasi menyebabkan
peningkatan perilaku tidak sehat yang akan banyak berpengaruh pada manusia di
masa mendatang terutama penduduk di perkotaan
2. Kesibukan kerja, stress dan kurang kesempatan berolahraga, lingkungan kerja
yang kurang sehat akan mempengaruhi pula keadaan kesehatan pada calon pra
lansia dan lansia.

Dalam hubungan masalah gizi terdapat kecenderungan-kecenderungan yang


perlu diperhatikan sebagai berikut;
a. Di Indonesia masalah kesehatan masalah xeropthalmia kekurangan vitamin A
bukan merupakan masalah kesehatan masyarakat lagi. Sedangkan untuk masalah
GAKI terutama di derita oleh penduduk di daerah pegunungan dan terisolir,
walaupun sudah terjadi penurunan 37.2% (hasil surveo 1980-1982) menjadi

11
27.7% (hasil survey 1987-1990) masalah ini masih membutuhkan perhatian
khusus.
b. Seiring dengan kemajuan social ekonomi masyarakat, masalah gizi lebih sebagai
resiko timbulnya berbagai penyakit degeneratif sudah mulai muncul ke
permukaan. Observasi pada 205 orang dewasa diatas 18 tahun (73 orang laki-laki
dan 132 orang perempuan) pengunjung “konsultasi gizi” pada pameran hari
pangan sedunia di Jakarta memberikan satu contoh situasi kecenderungan
masalah “overweight” dikota besar seperti Jakarta. Hasil pengumpulan data berat
badan, tinggi badan dan umur yang diterjemahkan ke body mass index (BMI)
membuktikan bahwa prevalensi “overweight” pada wanita adalah 24% dan laki-
laki 18%. Kecenderungan gizi lebih ini juga mulai dirasakan pada anak balita,
obsErvasi yang dilakukan dengan menggunakan data susenas 1998 dan 1992,
menyatakan adanya kecenderungan meningkatnya prevalensi gizi lebih pada
laki-laki maupun pada perempuan.
c. Secara mutlak konsumsi total energy meningkat dari 1794 Kkal/orang/hari tahun
1980 menjadi 1901 Kkal/orang/hari pada tahun 1990.

Kecenderungan-kecenderungan masalah gizi tersebut diatas dapat diduga


dengan menganalisis berbagai factor baik yang secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh terhadap masalah gizi. Banyak ahli yang menyimpulkan bahwa
factor-faktor tersebut antara lain adalah factor-faktor demografi, social ekonomi,
perkembangan iptek dan hasil-hasil pembangunan tahap PJP 1 terutama bidang
pangan dan gizi.

2.4 Dampak Transisi Epidemiologi dalam Bidang Gizi

Penyakit-penyakit gizi yang berhubungan dengan gizi, dapat dibagi dalam


beberapa golongan:
1. Penyakit Gizi Lebih (obesitas)

12
Biasanya penyakit ini bersangkutan dengan kelebihan energi didalam
hidangan yang dikonsumsi relatif terhadap kebutuhan atau penggunaannya
(energi expenditure). Ada tiga zat makanan penghasil energi utama, ialah
karbohidrat, lemak dan protein. kelebihan energi dalam tubuh diubah menjadi
lemak dan ditimbun pada tempat-tempat tertentu. Jaringan lemak ini
merupakan jaringan yang relatif inaktif, tidak langsung berperan serta dalam
kegiatan kerja tubuh.
Orang yang kelebihan berat badan, biasanya karena kelebihan jaringan
lemak yang tidak aktif tersebut. Ada ahli gizi yang membandingkan kelebihan
jaringan lemak pada orang yang kegemukan ini sebagai karung beras yang
harus dipikul kemana-mana, tanpa mendapat mamfaat dari padanya. Ini akan
meningkatkan beban kerja dari organ-organ tubuh, terutama kerja jantung.

2. Penyakit Gizi Kurang (malnutrition, undernutrition)


Penyakit ini sering dijadikan satu kelompok dan disebut penyakit gizi
salah (malnutrition). Pada penyakit gizi salah, kesalahan pangan terutama
terletak dalam ketidakseimbangan komposisi hidangan. Pada penyakit gizi
lebih, susunan hidangan mungkin seimbang, hanya kuantum keseluruhannya
tidak mencukupi kebutuhan tubuh.

Penyakit gizi salah diIndonesia yang terbanyak termasuk gizi kurang yang
mencakup susunan hidangan yang dikonsumsi juga masih seimbang, hanya kuantum
keseluruhannya tidak mencukupi kebutuhan tubuh.

Penyakit gizi salah terutama diderita oleh anak-anak yang sedang tumbuh
pesat, ialah yang disebut kelompok anak BALITA (bawah lima tahun). Yang
menonjol kurang pada kondisi ini, ialah kurang kalori dan kurang protein, sehingga
disebut penyakit kurang kalori dan protein (KKP). Nama asingnya ialah protein
calorie malnutrition (PCM) atau akhir-akhir ini disebut Protein Energi Malnutrition
(PEM).t, bahasan makalah ini yaitu bagian dari farmakologi sendiri farmakodinamik,

13
yang merupakan subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek biokimiawi dan
fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya.

14
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
 Transisi Epidemiologi merupakan suatu pola perubahan penyakit dalam
masyarakat dimana akan terjadi pergeseran pola penyakit dan pola sebab
kematian dalam masyarakat dengan menurunya angka penyakit menular
tertentu dan meningkatnya angka berbagai penyakit tidak menular.

 Epidemiologi gizi merupakan satu-satunya metode dalam Ilmu Gizi yang


dapat memberikan informasi langsung tentang keterkaitan gizi/kesehatan pada
populasi yang mempunyai asupan makanan dan zat gizi secara normal.

 Pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non-infeksi


(degeneratif) adalah akibat terjadinya pergeseran pola makan dan pola hidup.
Di sini terjadi pergeseran dari pola makan tradisional yang tinggi karbohidrat,
tinggi serat, dan rendah lemak ke pola makan modern yang tinggi lemak, tapi
rendah serat dan karbohidrat. Kurangnya mengonsumsi buah-buahan dan
sayur-sayuran membuat tubuh kekurangan serat dan dapat berisiko
meningkatkan kadar kolesterol tubuh.

 Kecenderungan-kecenderungan masalah gizi dapat diduga dengan


menganalisis berbagai factor baik yang secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh terhadap masalah gizi. Banyak ahli yang
menyimpulkan bahwa factor-faktor tersebut antara lain adalah factor-faktor
demografi, social ekonomi, perkembangan iptek dan hasil-hasil pembangunan
tahap PJP 1 terutama bidang pangan dan gizi.

15
 Penyakit-penyakit gizi yang berhubungan dengan gizi, dapat dibagi dalam
beberapa golongan yaitu Penyakit Gizi Lebih (obesitas). Biasanya penyakit ini
bersangkutan dengan kelebihan energi didalam hidangan yang dikonsumsi
relatif terhadap kebutuhan atau penggunaannya (energi expenditure).
Penyakit Gizi Kurang (malnutrition, undernutrition). Penyakit ini sering
dijadikan satu kelompok dan disebut penyakit gizi salah (malnutrition).

 Penyakit gizi salah diIndonesia yang terbanyak termasuk gizi kurang yang
mencakup susunan hidangan yang dikonsumsi juga masih seimbang, hanya
kuantum keseluruhannya tidak mencukupi kebutuhan tubuh.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/30009409/KELOMPOK_4_TRANSISI_DEMOGRAFI_E
PIDEMIOLOGI_DAN_PEMBANGUNAN_EKONOMI.docx
https://www.academia.edu/15530836/Kelompok_epid_gizi_1
https://file.persagi.org/share/Soekirman-pleno%20I.pdf
http://eprints.ums.ac.id/43978/4/BAB%20I.pdf
http://repository.unand.ac.id/22324/3/bab%201.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai