Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LANSIA DENGAN GANGGUAN


SISTEM NEUROLOGIS (DEMENSIA)

ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah

Community Mental Health Nursing

Dosen Pengampu :

Ns. Nera, M.Kep., Sp.Kep.,Jiwa

Disusun oleh :

Kelompok 3

1. Alya Nisrina Maulana (CKR0180195)


2. Eksa Vika S (CKR0180201)
3. Hari Surachman (CKR0180205)
4. Ova Maylan (CKR0180218)
5. Yeyen Destiyanti (CKR0180226)

KeperawatanA

Tingkat VI Semester VII

PROGRAM S1 KEPERAWATAN
Kampus 2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKu)
RS Ciremai – Cirebon
Jl. Pangeran Drajat No. 40A, Cirebon 45133
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan YME, dimana kami telah menyelesaikan
makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Klien Lansia Dengan Gangguan Sistem
Neurologis (Demensia)”. Dalam makalah ini kami menjelaskan definisi, tanda dan
gejala yang banyak terlihat pada Demensia tahap awal, pertengahan, dan tahap akhir,
pemeriksaan yang dilakukan hingga Asuhan Keperawatan pada pasien Demensia.
Dalam penulisan makalah ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
Ns. Nera, M.Kep., Sp.Kep.,Jiwa selaku dosen pengampu beserta teman-teman yang ikut
membantu dalam penulisan makalah ini.

Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini,


harap dimaklumi karena kami juga seorang mahasiswa yang sedang belajar. Semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

Cirebon, 30 September 2021

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................I
DAFTAR ISI......................................................................................................................................II
BAB I..................................................................................................................................................I
PENDAHULUAN...............................................................................................................................I
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................I

1.2 Tujuan.......................................................................................................................................I

1.3 Manfaat Penelitian...................................................................................................................II

BAB II...............................................................................................................................................III
PEMBAHASAN................................................................................................................................III
2.1 Pengertian...............................................................................................................................III

2.2 Etiologi....................................................................................................................................III

2.3 Patofisiologi............................................................................................................................IV

2.4 WOC.......................................................................................................................................VI

2.5 Manifestasi Klinis...................................................................................................................VI

2.6 Stadium Demensia.................................................................................................................VII

2.7 Faktor-Faktor Resiko............................................................................................................VIII

2.8 Tindakan yang sebaiknya dilakukan........................................................................................IX

2.9 Pemeriksaan yang dilakukan...................................................................................................XI

2.10 Penatalaksanaan.....................................................................................................................XI

BAB III............................................................................................................................................XIII
ASUHAN KEPERAWATAN DEMENSIA......................................................................................XIII
3.1 Pengkajian.........................................................................................................................XIII

3.2 Diagnosa yang mungkin muncul......................................................................................XVII

II
3.3 Rencana Kepawatan.........................................................................................................XVII

BAB IV..........................................................................................................................................XXII
PENUTUP......................................................................................................................................XXII
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................XXIII

III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demensia adalah istilah umum yang digumakan untuk menggambarkan


kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan
mempengaruhi aktivitas sosial dan okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan
sehari-hari (AKS). Penyakit meningkatkan gejala demensia antara lain adalah
penyakit Alzheimer, masalah vaskuler seperti demensia multi infark, hidrosefalus,
tekanan normal, penyakit parkinson, alkoholisme kronis, penyakit pick, peyakit
huntington, dam acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Setidaknya
setengah dari seluruh penghuni panti jompo menderita demensia. Diperkirakan
hanya 4 juta penduduk Amerika menderita penyakit Alzheimer dan pada tahun 2050
akan ada 14 juta orang di Amerika yang menderita penyakit tersebut.
Penyakit Alzheimer sendiri menghabiskan biaya sekitar $ 90 miliar dollar
Amerika Serikat per tahun untuk tagihan medis, biaya perawatan jangka panjang,
dan hilangnya produktivitas. Demensia merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang menghabiskan biaya, tetapu tantangan gejala demensia menimbulkan kualitas
hidup, stress, pemberi perawatan, dan pemeliharaan martabat manusia dan mungkin
mencerminkan beban kemanusiaan lebih dari yang dapat diperbaiki perawat.

1.2 Tujuan

Tujuan Umum
Untuk mempelajari tentang Asuhan Keperawatan Demensia pada lansia
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsep dasar teoritis penyakit Demensia pada lansia
2. Untuk mengetahui konsep dasar Asuhan Keperawatan pada klien lansia dengan
gangguan sistem neurologis (Demensia)

I
3. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien lansia dengan gangguan
sistem neurologis (Demensia) yang meliputi pengkajiam, diagnosa
keperawatam, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

1.3 Manfaat Penelitian

1. Secara aplikatif makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan


keterampilan kelompok dalam pemberian Asuhan Keperawatan pada klien lansia
dengan gangguan sistem neurologis (Demensia)
2. Menambahkan pengetahuan dan wawasan bagi semua pembaca tentang Asuhan
Keperawatan pada klien lansia dengan gangguan sistem neurologis (Demensia)

II
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Menurut World Health Organization (WHO), Demensia adalah sindrom


yang ditandai dengan disorientasi ingatan/memori, proses berpikir, perilaku, dan
penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sindrom ini
bersifat kronik dan progresif. Hampir seluruh penderita Demensia adalah
populasi lanjut usia (lansia). Meskipun demikian, sindrom ini bukan bagian dari
proses penuaan yang normal. Demensia diperkirakan terjadi pada 50.000.000
orang di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi Demensia diperkirakan
mencapai 1.000.000 kasus pada tahun 2013. Mayoritas kasus (50–70%)
disebabkan oleh penyakit Alzheimer. Etiologi Demensia yang lain yang sering
ditemui adalah penyebab vaskular, penyakit badan Lewy, dan atrofi lobus
frontotemporal. Faktor risiko utama yang berhubungan dengan Demensia adalah
usia tua.

Diagnosis Demensia ditegakkan berdasarkan kriteria dari Diagnostic and


Statistical Manual of Mental Disorders 5 (DSM-5). Pada tahap anamnesis, dapat
ditemukan gejala defisit kognitif berupa gangguan atensi kompleks, fungsi
eksekusi, kemampuan belajar, ingatan/memori, bahasa, persepsi motorik, dan
sosial. Anamnesis biasanya dilakukan pada keluarga atau caregiver. Untuk
membantu diagnosis, dapat digunakan tes neuropsikologis standar, yaitu mini
mental state examination (MMSE), Montreal Cognitive
Assessment (MoCA), Alzheimer’s Disease Assessment Scale-Cognitive
Section (ADAS-Cog), dan Mattis Demensia Rating Scale (MDRS).

III
2.2 Etiologi

1. Trauma (trauma kapitis)


2. Infeksi kronis seperti penderita HIV
3. Gangguan pendarahan darah atau vaskular hipertensi (darah tinggi) dan
ateriosklerosis (penyempitan pembuluh darah)
4. Penggunaan alkohol dan zat terlarang serta merokok
5. Proses penuaan
6. Penyakit Alzheimer
- Belum diketahui secara psif, tetapi melibatkan faktor genetik
(merupakan kelainan gen tertentu)
- Otak mengalami kemunduran / terjadinya kerusakan sel otak
- Ditemukan jaringan abnormal pada sel otak

2.3 Patofisiologi

Demensia Vaskular
a. Merokok
Dimana pada rokok mengandung zat kimia bebahaya (nikotin), zat tersebut
masuk ke dalam darah dan terjadi penumpukan di dalam darah sehingga
terjadi emboli dan penyumbatan pada aliran darah. Sehingga otak
kekurangan 02 yang dapat mengganggu fungsi otak maka terjadilah
Demensia Vaskular
b. Stroke
Dimana pada stroke terjadi gangguan pada sistem saraf yang mana terdapat
lesi di ginus argularis thalamus, arteri serebri posterior dan anterior yang
menyumbat darah sehingga darah tidak mengalir dan menyebabkan
Demensia Vaskuler
c. Trauma Kapitis

IV
Trauma kapitis yang terjadi pada otak menyebabkan otak terjadi emboli dan
darah tidak mengalir di otak dengan baik sehingga otak kekurangan O2.
d. Demensia Vaskular
Terjadi penurunan fungsi intelektual dan kemunduran kognitif dan
fungsional dalam berfikir sehingga menimbulkan perubahan kepribadian.
Perilaku kekerasan, depresi, halusinasi, gangguan fung sosial pekerjaan,
gangguan aktivitas sehari-hari, kesulitan tidur dan wandering

Demensia Alzheimer

a. Faktor Genetik

Penyebab penyakil Alzheimer tidak diketahui tetapi diduga melibatkan faktor


genetik karena penyakit ini tamoaknya ditemukan dalam beberapa keluarga dan
disebabkan atau dipengaruhi oleh beberapa kelainan gen tertentu. Pada penyakit
Alzheimer beberapa bagian otak mengalami kemunduran sehingga terjadi
kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan
sinyal di dalam otak sehingga menyebabkan Demensia.

b. Stroke
Stroke yang berturut-turut. Stroke tunggal ukurannya kecil dan menyebabkan
kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbul secara perlahan. Stroke
kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak
yang mengalami keursakan akibatnya tersunbat aliran darah disebut infark
dimana menyebabkan terjadinya Demensia Alzheimer
c. Hipertensi dan DM
Demensia yang berasal dari beberapa stroke kecil disebut Demensia multi-
infark. Sebagian besar penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau
kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah di
otak sehingga menyebabkan Demensia Alzheimer
d. Demensia Alzheimer

V
Dimana pada penderitanya terjadi perubahan-perubahan kognisi berupa
bahasanya lambat sring tidak dimengerti yang terjadi secara tiba-tiba
sehingga ingatan yang menyebabkan fungsi sosial terganggu dan aktivitas
sehari-hari pun ikut terganggu.

2.4 WOC

VI
2.5 Manifestasi Klinis

1. Penurunan dalam ingatan


2. Disorientasi (lupa hari, waktu, tanggal, orang, dan lain-lain)
3. Fungsi kognitif berkurang (pertimbangan dan penilaian berkurang)

VII
4. Menarik diri
5. Gangguan kepribadian dan perilaku (cleptomania)

2.6 Stadium Demensia

1. Stadium I (berlangsung 2-4 tahun)/Stadium Amnesia


Stadium yang ditandai dnegan amnesia menonjol dan
berkurangnya spontanitas. Gangguan memori terutama memori jangka
pendek. Pada stadium ini kegiatan sehari-hari di lingkungan keluarga
atau yang sudah dikenal biasanya terganggu. Namun bila pasien
dihadapkan pada situasi yang baru atau mengingat situasi secara aktif
maka kesalahan dapat tejadi. Pasein sering berubah menjadi gugup,
gusar, dan bingung bila dihadapkan oleh maslah baru, pasien juga akan
luoa informasi, menempatkan objek yang salah, mengulang-ulang
ceritanya sehingga membosankan dan mengganggu.
Pada stadium ini pasien mingkin menyadari kemampuan otaknya
berkurang dan ia bereaksi dengan sikap yang mudah tersinggung,
menarik diri daripergaulan dan bersedih.
2. Stadium II (berlangsung 2-10 tahun)/Stadium Bingung
Stadium ini ditandai oleh mundurnya progresif bidang kognitif
yang melibatkan banyak aspek. Afasia, apraksia dan disorientasi waktu
dan tempat lambat laun menjadi lebih nyata.
Pasien mudah menjadi bingung dan memperlihatkan episode dan
masalah behavior seperti agresif dan ingin mengembara. Pada stadium
ini perubahan kepribadian dapat menjengkelkan atau menyulitkan
anggota keluarganya. Sifat kepribadian yang dimilikinya sebelum sakit
menjadi lebih mencolok.
3. Stadium III/Akhir

VIII
Pasien hampir menjadi vegetatif, menjadi akinetik dan membisu.
Setelah 6-12 tahun sakit, intelek dan memori berdereorasi terus menerus
sampai penderita tidak lagi mengenal orang terdekatnya.
Pada stadium ini pasien menyendiri, inkontinen dan sebgaian
besar bergantung pada orang lain. Kebersihan diri dan kebutuhan nutrisi
tidak diperhatikan lagi. Kontrol spingter menghilang, penderita BAB dan
BAK tidak terkontrol, jalan dnegan langkah pendek dan kurang pasti,
dan kematian biasa terjadi karena penyakit infeksi atau trauma.

2.7 Faktor-Faktor Resiko

a. Usia
Merupakan faktor resiko bagi semua jenis Demensia. Bertambah tinggi
usia maka semakin bertambah besar kemungkinan menderita Demensia.
b. Riwayat Keluarga
Pada jenis derajat I meningkatkan resiko mendapatkan Demensia
sebanyak 4x
c. Jenis Kelamin
Angka insidensi cenderung lebih tinggi pada wanita daripada pria di
semua kelompok usia, meskipun tidak ada penejlasan biologis yang
bertanggung jawab untuk perbedaan jenis kelamin tersebut
d. Pendidikan
Pendidikan yang rendah munkin juga insiden secara kasar dapat
dikatakan bahwa mereka yang berusia di atas 75 tahun dan tidak pernah
bersekolah. Maka kemungkinan Demensia ialah 2x lebih besar etimbang
mereka dengan pendidikan yang lebih tinggi dari SD.
e. Faktor Resiko Lain
Keluarga dnegan down syndrome, fertikitas yang kurang, penggunaan
analgesik sperti fenasidin, kandung alumunium pada air dan defesiensi
kalsium

IX
2.8 Tindakan yang sebaiknya dilakukan

a. Terapi obat dengan pengawasan dokter


b. Terapi non obat berupa :
I. Terapi Lingkungan
Bentuknya :
- Jangan mengubah lingkungan, keadaan sekitarnya (lingkungan
dalam rumah) karena lingkungan tersebut sudah dikenali oleh
pasien
- Lingkungan di dalam kamar
 Tempatkan jam, radio, kalender guna membantu orientasi
lansia
 Jelaskan pada pasien apabila pasien bertanya berada
dimana, siapa orang disekitarnya guna membantu
orientasi tempat
 Penerangan kamar harus cukup guna membantu pasien
dalam penglihatan
II. Intervensi Perilaku
a. Wandering
 Yakinkan dimana keberadaan pasien
 Berikan keleluasaan pergerakan di dalam atau di luar
ruangan
 Gelang pengenalan “Hendaya Memory”
b. Asitasi dan agresivitas
 Hindari situasi yang memprovokasi
 Hindari argumentasi
 Sikap perawat harus tenang
 Alihkan perhatian ke hal lain
c. Sikap dan pertanyaan yang berulang

X
Tenang, dnegarkan dengan baik, jawab dengan penuh
penegertian, bila masih berulang acuhkan dan berusaha alihkan
perhatian ke hal yang menarik perhatian pasien
d. Perilaku seksual yang tidak sesuai/wajar
 Tenang dan bimbing pasien ke ruang pribadinya
 Alihkan ke hal yang menarik perhatian pasien
 Bila mendapatkan keadaan telanjang maka berilah baju
atau selimut untuk menutupi badannya
III. Intervensi Psikologis
a. Dapat berupa psikoterapi untuk mengurangi kecemasan, memberi
rasa aman dan ketenangan dalam bentuk :
 Psikoterapi individual
 Psikoterapi kelompok
 Psikoterapi keluarga
b. Untuk pengasuh diperlukan :
 Dukungan mental
 Perkembangan kemampuan adaptasi dan peningkatan
kemandirian
 Kemampuan menerima kenyataan
c. Mengatasi mudah “lupa” diperlukan :
 Latihan terus menerus dan berulang-ulang
 Tingkatkan perhatian
 Asosialisasikan hal yang diingat dengan hal yang sudah
ada dalam otak

Peran perawat terhadap lansia yang pikun :

1. Faktor keluarga/orang terdekat adalah hal yang terpenting


2. Walaupun lansia mebutuhkan bantuan perawat, namun bukan berarti perawat
harus melakukan semua untuknya, perawat juga harus membantu lansia untuk
mandiri kembali dan menghilangkan rasa ketergantungannya

XI
3. Kesabaran
4. Jangan mengubah lingkungan/keadaan sekitarnya

2.9 Pemeriksaan yang dilakukan

a. Anamnesa
Telusuri perjalanan penyakit dengan teliti, bagaimana perjalanan Demensia
apakah mendadak lambat lain, gradual, seperti anak tangga dan telusuri pula
apakalh ada keluhan lain/gejala lain dan bagaimana perjalanannya
b. Pemeriksaan keadaan mental
Dari bentuk gangguan mental tidak jarang kita dapat mengetahui diagnosa
dan etiologi. Apakah gangguan kognitifya seluruh atau sebagian. Fungsi
kognitif otak mana yang paling terganggu, kortikal atau sub kortikal,
hemisfer kiri atau kana, lobus frontal atau lobus pariental
c. Pemeriksaan fisik umum
Status interna hrus diperiksa dengan baik, misalnya gangguan tiroid,
gangguan hepar, ginjal, diabetes melitus, dan hipertensi. Gejala efek samping
obat juga perlu diperhatikan
d. Pemeriksaan neurologis
Demensia disebabkan oleh gangguan pada otak dan tidak jarang fungsi
jaringan otak lainnya juga ikut terganggu. Otak ikut berpartisipasi pada tiap
kegiatan tubuh

2.10 Penatalaksanaan

Demensia dapat disembuhkan bila tidak terlambat, secara umum terdiri


dari :
1. Terapi
a. Perawatan medis yang mendukung
b. Memberi dukungan emosional pada pasien

XII
c. Farmakoterapi untuk gejala yang spesifik

Terapi simtomatik meliputi :

a. Diet
b. Latihan fisik yang sesuai
c. Penanganan terhadap masalah-masalah lain
2. Pengobatan
a. Untuk ansietas dan insomnia obat farmakoterapi dan
benzodeazepam
b. Depresi diberikan anti depresan
c. Untuk gejala waham dan halusinasi diberikan antipsikotik

BAB III

XIII
ASUHAN KEPERAWATAN DEMENSIA

III.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaan,
pendidikan terakhir dan alamat
2. Alasan kunjungan ke panti
3. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang seperti gelisah, tidak
berdaya, curiga, merasa kehilangan dan disorientasi
 Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pernah mengalami hipertensi, stroke, HIV dan
lain-lain
 Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada diantara keluarga pasien ada yang mengalami
penyakit yang sama dialami pasien (Demensia)
4. Kebiasaan sehari-hari
a. Biologis
 Pola makan : frekuensi, jumlah porsi yang habis, cara
makan, makanan yang disukai dan tidak disukai
 Pola minum : frekuensi
 Pola tidur : jumlah jam tidur dan kesulitan saat tidur
 Pola eliminasi : frekuensi dan konstistensi
 Aktivitas sehari-hari : kegiatan yang dilakukan dari
bangun tidur sampai kembali tidur
 Rekreasi : rekreaksi yang pernah dilakukan dan
frekuensinya
b. Psikologis
Keadaan emosi dan kondisi psikologis
c. Sosial

XIV
 Dukungan keluarga : perhatian anggota keluarga
terhadap pasien, jadwal dan frekuensi anggota
keluarga yang berkunjung
 Hubungan antar keluarga dan pengambilan keputusan
 Hubungan pasien dengan orang lain di lingkungan
sekitar tempat tinggal
d. Spiritual/cultural
 Pelaksaan ibadah (rutinitas melakukan ibadah)
 Keyakinan tentang kesehatan
e. Dasar Data Pengkajian Pasien
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Merasa lelah
Tanda : Gelisah pada siang atau malam hari, tidak
berdaya, dan adanya gangguan pola tidur
Letargi : Penurunan minat dan perhatian oada aktivitas
yang biasa dilakukan dan ketidakmampuan menyebutkan
kembali apa yang dibaca
Gangguan keterampilan motorik
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat penyakit vaskular serebral, hipertensi,
dan episode emboli
3. Integritas Ego
Gejala :
- Curiga dan takut terhadap situasi
- Kesalahan persepsi terhadap lingkungan
- Kehilangan multipel, perubahan citra tubuh dan
harga diri yang dirasakan

Tanda :

XV
- Menyembunyikan ketidakmampuan
- Duduk dan memonton yang lain
- Aktivitas utama mungkin menumpuk benda yang
tidak bergerak, menyembunyikan barang-barang
dan berjalan-jalan
- Emosi labil : mudah menangis, tertawa tidak pada
tempatnya, dan marah secara tiba-tiba
4. Eliminasi
Gejala : Dorongan berkemih
Tanda : Inkontinesia urine dan feses
5. Makanan/cairan
Gejala : perubahan dalam pengecapan, nafsu makan
menurun dan sehilang kehilangan jumlah berat badan
Tanda :
- Kehilangan kemampuan untuk mengunyah
- Menghindari atau menolak makan
- Tampak lebih kurus
6. Higiene
Tanda :
- Tidak mampu mempertahankan penampilan
- Lupa untuk pergi ke kamar
- Kurang berminat atau lupa waktu makan
7. Neurosensori
Gejala :
- Perubahan kognitif, pusing, sakit kepala, dan tidak
mampu mengambil keputusan
- Penurunan tingkah laku
- Kehilangan sensori propriosepsi

XVI
- Adanya riwayat penyakit selebral vaskular dan
iskemik

Tanda :

- Kerusakan komunikasi : Afasia dan disfasia, kesulitan dalam


menemukan kata-kata yang benar, bertanya berulang-ulang
dan percakapan dengan substansi kata yang tidak memiliki
arti
- Kehilangan kemampuan untuk membaca dan menulis
8. Kenyamanan
Gejala : adanya riwayat trauma kepala yang serius (trauma
kecelakaan)
Tanda : ekimosis, laserasi, rasa permusuhan dan keinginan untuk
menyerang orang lain.
9. Interaksi Sosial
Gejala : Merasa kehilangan dan ketakuta, faktor psikososial
sebelumnya mempengaruhi personal dan individu yang muncul lalu
mengubah pola tingkah laku pasien
Tanda : Kehilangan kontrol sosial dan perilaku tidak tepat
10. Pemeriksaan Diagnostik
 Antibody
 DDL, NPN, elektrolit, dan pemeriksaan tiroid
 B12
 Tes DST
 EKG
 EEG
 Sinar X tengkorak
 Tes penglihatan dan pendengaran
 Scan otak

XVII
 CT Scan
 CSS

III.2 Diagnosa yang mungkin muncul


1. Perubahan pola pikir behubungan dengan kehilangan memori
2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan
persepsi, transmisi dan atau integrtas sensori
3. Resiko terhadap trauma berhubungan dengan ketidak mampuan
untuk mengenali dan disorientasi

III.3 Rencana Kepawatan


1. Perubahan proses pola pikir berhubungan dengan
kehilangan memori
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan
perubahan proses pola pikir dapat teratasi
Kriteria Hasil :
- Mampu mengenali perubahan dalam berpikir dan tingkah
laku faktor penyebabnya
- Mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang
diinginkan

No
Intervensi Rasional
.
1 Memberikan dasar untuk evaluasi
Kaji gangguan derajat kognitif seperti
yang akan datang dan
perubahan orientasi terhadap orang, tempat,
mempengaruhi pilihan terhadap
waktu, dan kemampuan berpikir
intervensi

XVIII
Pertahankan lingkungan yang menyenangkan Kebisingan dan keramaian
dan tenang merupakan sensori berlebihan
2
yang meningkatkan gangguan
neuron
Panggil pasien dengan namanya Nama merupakan identitas dab
3 menimbulkan pergerakan
terhadap realita dan individu
Gunakan suara yang rendah dan berbicara Pendekatan yang buru-buru dapat
4 perlahan pada pasien mengancam pasien bingung yang
mengalami persepsi
Gunakan kata yang pendek dan kalimat yang Peningkatan pemahaman
5
sederhana serta intruksi yang sederhana

Provokasi menurunkan harga diri


Hindari kritikan, argumentasi, dan konfrontasi
6 dan mungkin diartikan sebagai
negatif
satu ancaman
Gunakan hal-hal yang himoris saat Tertawa dapat membantu dalam
7 berinteraksi dengan pasien komunikasi dan meningkatkan
kestabilan emosi
Ciptakan aktivitas sederhana Dapat menurunkan kegelisahan
dan memberikan pilihan terhadp
8
aktivitas yang dapat
menyenangkan pasien
Buat aktivitas yang bermanfaat dan gerakan Memotivasi pasien yang akan
yang berulang menguatkan kegelisahannya dan
9
kesenangan diri serta merangsang
realita
Evaluasi pola kecukupan tidur Sesuai dengan perkembangan
10
penyakit, pusat komunikasi dalam

XIX
otak mungkin saja terganggu dan
menghilangkan kemampuan

2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan


persepsi, transmisi dan atau integrasi sensori
Tujuan : Perubahan persepsi sensori tidak terjadi
Kriteria Hasil :
- Mampu mendemontasikan respin yang meningkat
- Mengontrol faktor eksternal yang berperan terhadap
perubahan dalam kemampuan persepsi

No
Intervensi Rasional
.
Kaji derajat sensori Dalam presentasi yang kecil mungkin
memperlihatkan masalah yang bersifat
asimetrik yang menimbulkan pasien
kehilangan kemampuan pada salah satu sisi
1 tubuhnya

Anjurkan untuk menggunakan


2
kacamata Dapat meningkatkan masukan sensori
Berikan lingkungan yang tenang Membantu menghindari masukan sensori
3 dan tidak kacau pendengaran yang berlebihan dengan
mengutamakan kualitas yang tenang
4 Berikan sentuhan dengan cara Dapat meningkatkan persepsi pada diri

XX
perlahan sendiri
Berikan perhatian dalam kenangan Menstimukasi ingatan, membangkitkan
5
indah secara berkala memori
Menjaga mobilitas dan memberikan
6 Ajak piknik sederhana, dan jalan- kesempatan untuk berinteraksi dengan
jalan disekitar lingkungan pasien orang

Tingkatkan keseimbangan fungsi Memberikan stimulus yang


7 fisiologis dengan menggunakan menyenangkan yang dapat menurunkan
bola lantai perasaan curiga

Libatkan aktivitas dengan hal lain Memberikan kesempatan terhadap


8
sesuai indikasi keadaan tertentu stimulusi partisipasi

3. Resiko terhadap trauma berhubungan dengan


ketidakmampuan mengenal disorientasi
Tujuan : Pasien tidak mengalami trauma
Kriteria Hasil : Keluarga mengenali resiko potensial di
lingkungan dan mengidentifikasi tahap-tahap untuk
memperbaikinya

No Intervensi Rasional
1 Kaji derajat gangguan Mengidentifikasi faktor resiko potensial di
kemampuan/kompetensi munculnya lingkungan dan mempertinggi kesadaran
tingkah laku yang implusive dan sehingga memberi asuhan lebih sadar akan
penurunan persepsi visual. Bantu bahaya. Pasien yang memperlihatkan
orang terdekat untuk mengidentifikasi tingkah laku yang implusive mengahadapi
resiko tejadinya bahaya yang mungkin peningkatan resiko trauma karena kurang
timbul mampu mengendalikan perilakunya sendiri.
penurunan persepsi visual meningkatkan
resiko jatuh

XXI
Alihan perhatian pasien ketika Mempertahankan keamanan dengan
perilakunya berbahaya menghindari konfrontasi yang dapat
2
meningkatkan perilaku/meningkatkan
resiko terjadinya trauma
Berikan gelang identifikasi yang Memfasilitasi keamanan untuk kembali
memperlihatkan nama, nomer jika hilang karena penurunan kemampuan
3 telepon, dan diagnosa verbal dan kebingungan pasien mungkin
tidak dapat menyebutkan alamat dan
sebagainya
Lakukan pemantauan terhadap efek Pasien mungkin tidK dapat melaporkan
obat, tanda adanya takar lajak seperti tanda, gejala dan obat dapat dengan
gangguan perlihatan dan gangguan mudah menimbulkan kadar toksisitas pada
4
gastrointestinal dan lain-lain lansia. Ukuran dosis atau menggantian
obat mungkin diperlukan untuk
mengurangi gangguan

XXII
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan sensori yang


dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Penderita Demensia seringkali
menunjukan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian
(behavioral symptom) uang mengganggu (distruptive) ataupun tidak mengganggu
(non-distruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney,E.1998). Grayson (2004)
menyebut bahwa Demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan
kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu
sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.

XXIII
Demensia adalah penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara
abnormal. Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit
otak degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku, dan emosi
terjelas bisa mengalami Demensia. Penyakit ini bisa dialami oleh semua orang
dari berbagai kalangan maupun budaya.

XXIV
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Wahyudi. Keperawatan Gerontik. Edisi2. Buku Kedokteran EGC


Jakarta;2010

Stanley, Mickey. Buku Ajaran Keperawatan Gerontik. Edisi2. EGC Jakarta ; 2008

XXV

Anda mungkin juga menyukai