Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu permasalahan yang

banyak menyita perhatian berbagai organisasi atau instansi tempat bekerja saat ini,

hal tersebut dikarenakan mencakup permasalahan segi perikemanusiaan, biaya

dan manfaat ekonomi, aspek hukum, pertanggungjawaban serta citra organisasi itu

sendiri (Soputan, G. E., Sompie, B. F., & Mandagi, R. J. 2014). Adapun Tujuan

K3 adalah mencegah, megurangi, bahkan menihilkan resiko penyakit dan

kecelakaan akibat kerja (KAK) serta meningkatkan derajat kesehatan para pekerja

sehingga produktivitas kerja meningkat (Ivana, A., Widjasena, B., & Jayanti, S.

2014). Rumah sakit harus melaksanakan program Kesehatan dan Keselamatan

Kerja di Rumah Sakit (K3RS) seperti yang tercantum dalam buku standar

pelayanan rumah sakit dan terdapat dalam instrumen akreditasi rumah sakit

(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Pelaksanaan program kesehatan dan

keselamatan kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat

kerja yang aman dan sehat sehingga dapat mengurangi risiko kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja (Anies,2005).

Pada beberapa penelitian kejadian penyakit infeksi di rumah sakit merupakan

salah satu masalah karena dapat mengancam kesehatan pasien, petugas kesehatan

dan pengunjung. WHO menjelaskan bahwa 2,5% petugas kesehatan di seluruh

dunia menghadapi pajanan HIV, sekitar 40% menghadapi pajanan virus Hepatitis
B dan Hepatitis C,dan sebagian besar infeksi yang dihasilkan dari pajanan tersebut

berada di negara berkembang (Reda,et al 2010).

Rumah sakit harus memiliki perawat dengan kinerja baik yang akan

menunjang kinerja rumah sakit sehingga dapat tercapai kepuasan pelanggan atau

pasien. Agar dapat mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan berkinerja tinggi

diperlukan tenaga keperawatan yang profesional, memiliki kemampuan

intelektual, teknikal dan interpersonal, bekerja berdasarkan standar praktik, serta

memperhatikan kaidah etik dan moral. Salah satu upaya untuk mewujudkan

pelayanan yang berkualitas yaitu dengan setiap perawat harus menerapkan

Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam setiap tindakan perawat (Kepmenkes,

R. I. 2009).

Keselamatan pasien bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dan

menghindari tuntutan malpraktik. Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah

standar yang harus dijadikanacuan dalam memberikan setiap pelayanan. Standar

kinerja ini sekaligus dapat digunakan untuk menilaikinerja instansi pemerintah

secara internal maupun eksternal. Sistem manajemen mutu kualitas yang

baikselalu didasari oleh SOP, SOP kemudian disosialisasikan kepada seluruh

pihak yang berkompeten untuk melaksanakannya. Meskipun demikian sebagian

besar perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan belum sesuai dengan

SOP yang ditetapkan oleh rumah sakit. SOP adalah suatu set instruksi yang

memiliki kekuatan sebagai suatu petunjuk atau direktif. Hal ini mencakup proses

pelayanan yang memiliki suatu prosedur pasti atau terstandarisasi, tanpa

kehilangan keefektifannya (Kepmenkes, R. I. 2008).


Demi terciptanya pengelolaan Rumah sakit yang baik diperlukan peraturan

sebagai acuan, berupa kebijakan dan standar operasional prosedur yang dibuat

untuk mempermudah kerja petugas. Dengan adanya kebijakan dan standar

operasional prosedur tidak secara otomatis menyelesaikan permasalahan di

instansi, karena persoalan tersebut muncul bukan serta merta dari aturan tetapi

dari berbagai hal misalnya seberapa jauh peraturan tersebut disosialisasikan,

bagaimana sarana, teknologi, kompetensi sumber daya manusia (SDM) dan

budaya kerja yang disiapkan untuk melaksanaan berbagai peraturan tersebut,

sehingga kinerja petugas menjadi terukur dan dapat dievaluasi keberhasilannya.

Penggunaan Standar Operasional Prosedur (SOP) menjadi suatu perioritas dalam

pelayanan dikarenakan hal tersebut dapat berakibat tidak baik apabila

pelaksanaannya tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan mulai dari

resiko yang kecil sampai mengakibatkan hal yang fatal seperti kematian terhadap

pasien (Depkes, R. I. 2014).

Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baik perlu dilakukan

untuk mengukur baik atau buruk kinerja petugas. Standar Operasional Prosedur

(SOP) adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan

aturan yang ada. Standar Operasional Prosedur (SOP) bertujuan untuk

mempermudah pelaksanakan kegiatan, dan meminimalisasi kesalahan dalam

menjalankan tugas. Untuk menciptakan kinerja yang optimal, perlu dilakukan

pengawasan mengenai standar yang ada untuk menilai, mengevaluasi, mengoreksi

serta mengusahakan tercapainya kinerja yang baik dalam perusahaan (Negara, S.,

& Birokrasi, R. 2009).


Kepatuhan adalah ketaatan seseorang pada aturan yang telah ditentukan.

Semua petugas perlu mendapatkan sosialisasi tentang SOP agar petugas patuh dan

memahami tugasnya masing-masing, ada aturan yang kurang sesuai dan

membingungkan langsung dapat diobservasi sehingga aturan tersebut

mempermudah pekerjaan perawat (Indonesia, R. 2009). Kepatuhan dipengaruhi

oleh berbagai faktor yaitu a) faktor internal meliputi karakterisitik perawat itu

sendiri (umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status perkawinan, kepribadian,

pengetahuan, sikap, kemampuan,masa kerja, persepsi dan motivasi) dan b) faktor

eksternal (karakteristik organisasi, karakteristik kelompok, karakteristik

pekerjaan, dan karakteristik lingkungan). Sebuah studi oleh Suardana (2010).

Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan antara lain yaitu

komunikasi, persepsi dan pengharapan, variabel-variabel sosial, ciri-ciri

individual dan fasilitas. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor utama

yaitu : faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), mencakup pengetahuan

dan sikap, tradisi dan kepercayaan masyarakat, sistem budaya, tingkat pendidikan

dan tingkat sosial ekonomi, faktor-faktor pemungkin/pendukung (enabling

factors), mencakup sarana dan prasarana/fasilitas, faktor-faktor penguat

(reinforcing factor) meliputi sikap tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas

kesehatan, undang-undang dan peraturan-peraturan (Negara, S., & Birokrasi, R.

2009).

Studi pendahuluan dilakukan melalui kuesioner dengan 5 orang perawat di Rumah

Sakit serta observasi langsung. Hasil wawancara menggunakan metode kuesioner

dengan perawat didapatkan bahwa mereka berpendapat Standar Operasional


Prosedur (SOP) merupakan protap yang harus dilaksanakan ketika melakukan

tindakan pada pasien dan ketika ditanya masalah SOP mereka sedikit mengetahui

isi dari SOP tersebut namun ketika diobservasi pelaksanaannya ternyata masih

belum sepenuhnya menerapkan SOP dimana terdapat 2 orang perawat belum

patuh terhadap penggunaan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam

melakukan tindakan keperawatan sedangkan 3 orang perawat sudah hampir

mematuhi SOP tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan tindakan perawat yang tidak

memakai handschooen.

Berdasarkan uraian masalah diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “ Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Perawat

dengan Penggunaan Standar Operasional Prosedur (SOP) Tindakan Keperawatan

di Rumah Sakit Ciremai Kota Cirebon ”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka Rumusan

masalah dari penelitian ini adalah apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi

Kepatuhan Perawat dalam menggunakan Standar Operasional Prosedur (SOP)

tindakan keperawatan di Rumah Sakit Ciremai Kota Cirebon


1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi Kepatuhan Perawat dalam menggunakan Standar Operasional

Prosedur (SOP) tindakan keperawatan di Rumah Sakit Ciremai Kota Cirebon.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi faktor pendidikan dengan kepatuhan perawat dalam

penggunaan SOP tindakan keperawatan di Rumah Sakit Ciremai.

2. Mengidentifikasi faktor lama kerja dengan kepatuhan perawat dalam

penggunaan SOP tindakan keperawatan di Rumah Sakit Ciremai.

3. Mengidentifikasi faktor pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam

pengunaan SOP tindakan keperawatan di Rumah Sakit Ciremai.

4. Menganalisis faktor pendidikan dengan kepatuhan perawat dalam

penggunaan SOP tindakan keperawatan di Rumah Sakit Ciremai.

5. Menganalisis faktor lama kerja dengan kepatuhan perawat dalam

penggunaan SOP tindakan keperawatan di Rumah Sakit Ciremai.

6. Menganalisis faktor pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam

penggunaan SOP tindakan keperawatan di Rumah Sakit Ciremai.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian dapat dijadikan saran ilmiah kepada dunia pendidikan dan

mahasiswa lalu menambah wawasan baru tentang faktor-faktor yang


mempengaruhi kepatuhan perawat dengan penggunaan standar operasional

prosedur (SOP) tindakan keperawatan di Rumah Sakit Ciremai Kota Cirebon.


1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat

mengaplikasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Menjadikan bahan masukan bagi tenaga kesehatan yang terjun langsung

dalam penggunaan standar operasional prosedur (SOP) tindakan

keperawatan di Rumah Sakit.

3. Bagi Instansi Terkait

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan manajemen

strategi/manajemen operasional di masa mendatang guna meningkatkan

mutu pelayanan.
1.5 Keaslian Penelitian

1. Peneliti : Soputan, G. E., Sompie, B. F., & Mandagi, R. J.

Judul : Manajemen Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)(Study

Kasus Pada Pembangunan Gedung SMA Eben Haezar). Jurnal

Ilmiah Media Engineering.

Hasil : Sesuai dengan pengolahan data diperoleh nilai risiko yang tinggi,

yaitu material terjatuh dari ketinggian dan menimpa pekerja

dengan indeks risiko sebesar 20 dan penggolongan risiko pada

Very High Risk. Untuk penggolongan risiko pada level High Risk

sebanyak 21 variabel yang dapat membahayakan pekerja dan

pekerjaan, sedangkan untuk penggolongan pada level Medium

Risk didapatkan sebanyak 18 variabel.

2. Peneliti : Ivana, A., Widjasena, B., & Jayanti, S.

Judul : Analisa Komitmen Manajemen Rumah Sakit (RS) Terhadap

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada RS Prima Medika

Pemalang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip).

Hasil : RS Prima Medika Pemalang sudah memiliki komitmen awal yang

diungkapkan secara lisan untuk membentuk struktur K3RS akan

tetapi belum diwujudkan dalam bentuk kebijakan secara tertulis

dan struktur organisasi yang khusus untuk K3RS, namun RS sudah

memiliki dana yang digunakan untuk keperluan K3RS seperti

pengadaan Alat Pelindung Diri, pembelian APAR dan alat – alat

keselamatan lainnya.
3. Peneliti : Suardana, I. K., & Susanti, N. N. T.

Judul : Monitoring Kinerja dalam Meningkatkan Kepatuhan Perawat

Melaksanakan Standar Operasional Prosedur. Faktor Penyebab

Rendahnya Jumlah Pria Menjadi Akseptor Keluarga Bencana

Hasil : Terjadi peningkatan kepatuhan dalam melaksanakan standar

operasional prosedur sebelum dan setelah penerapan monitoring

kinerja perawat. Monitoring kinerja efektif dalam meningkatkan

kepatuhan perawat melaksanakan standar operasional prosedur

Injeksi Intravena dan Merawat Luka di IRNA C RSUP Sanglah

Denpasar dengan nilai p = 0,001 dan t test adalah -49.85.

Anda mungkin juga menyukai