BAB I
PENDAHULUAN
salah satunya adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Hal ini dikarenakan
masih banyaknya angka kesakitan dan kematian akibat ISPA, terutama yang
terjadi pada bayi. ISPA tertinggi terjadi pada kelompok umur 1- 4 tahun
(Simajuntak, 2020). Penyakit ISPA ini sering terjadi pada anak-anak karena daya
tahan tubuh anak masih lemah, sehingga penyakit ISPA ini lebih banyak terjadi
Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan akut yang menjadi
menyebabkan berbagai macam penyakit tanpa gejala, mulai dari infeksi ringan
hingga penyakit serius dan kematian. Hampir empat juta orang meninggal karena
ISPA setiap tahun. Insiden ISPA pada bayi, anak-anak, dan lanjut usia tergolong
merupakan salah satu kondisi rawat inap yang paling banyak dalam pelayanan
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut pada saluran pernapasan atas
dan bawah, infeksi ini disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. Bakteri
tersebut muncul dari lingkungan kotor dan virus penyebab ISPA adalah
derajat ringan seperti batuk dan demam, biasanya orang tidak memperhatikan
(Freska, 2018). Menurut diagnosa tenaga kesehatan (dokter, bidan, atau perawat)
ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan akut dengan gejala demam, batuk
kurang dari dua minggu, pilek atau hidung tersumbat, dan sakit tenggorokan
Infeksi saluran pernapasan atas termasuk batuk, pilek, sakit telinga, sakit
ISPA pada anak di bawah usia 5 tahun dipengaruhi oleh banyak faktor yang
berbeda, di antaranya disebabkan oleh faktor individu (usia, berat badan lahir
(BBLR), status imunisasi, gizi, dan bayi ASI eksklusif), faktor lingkungan
(ventilasi, kepadatan dalam ruangan dalam ruangan, dan polusi udara dalam
ruangan yang terjadi secara alami), dan faktor dalam perilaku seseorang (Ike dan
Trias, 2019). Hal ini bisa dikaitkan dengan peran serta keluarga terutama ibu
dalam merawat dan menjaga kesehatan pada balita yang dikenal dengan
pengasuhan atau pola asuh. Pengasuhan atau pola asuh ibu terdiri dari tiga aspek
kematian yang disebabkan oleh penyakit ISPA yaitu dengan melakukan upaya
Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang telah dilakukan di berbagai puskesmas serta
Suryani, 2021). Upaya dalam menanggulangi penyakit ISPA baik yang dilakukan
oleh Ibu atau Keluarga lainnya dapat dilakukan dengan mengusahakan agar Balita
perorangan dan lingkungan agar tetap bersih serta mencegah Balita berhubungan
ini masih sebagai penyebab kematian terbesar pada bayi dan Balita. Di dunia pada
tahun 2012 diperkirakan lebih dari 1,1 juta Balita meninggal karena pneumonia (2
Balita/menit) dari 6.5 juta total kematian Balita. Namun, tidak banyak perhatian
angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15% - 20% per
tahun pada golongan usia balita. Menurut WHO 13 juta anak balita di dunia
meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara
dengan menubuh 4 juta anak balita setiap tahun (Silaban, 2015 dalam Suryani,
peringkat kedua sebagai penyebab kematian bayi (23,8%) dan Balita (15,5%).
Kasus ISPA terbanyak terjadi di India 43 juta kasus, China 21 juta kasus, Pakistan
semua kasus ISPA yang terjadi di masyarakat 7-13% merupakan kasus berat dan
Kejadian ISPA pada Balita di Indonesia yaitu mencapai 3-6 kali per tahun
dan 10-20% adalah pneumonia (Himawati & Fitria, 2020). Menurut Kemenkes RI
(2017) kasus ISPA mencapai 28% dengan 533,187 kasus yang ditemukan pada
2018). Prevalensi ISPA tertinggi terjadi pada kelompok umur satu sampai empat
tahun yaitu sebesar 13,7% (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Kasus ISPA
Papua 13,1%, Banten 11,9%, Nusa Tenggara Barat 11,7%, Bali 9,7%
30% dari tahun 2010 sampai dengan 2014, dan sejak tahun 2015 hingga 2019
dari 10% menjadi 3,55%. Namun, pada tahun 2020 terjadi penurunan kembali
5
menjadi 34,8%. Penurunan ini lebih di sebabkan dampak dari pandemi COVID-
19, dimana adanya stigma pada penderita COVID-19 yang berpengaruh pada
pada tahun 2019 jumlah kunjungan balita batuk atau kesulitan bernapas sebesar
penurunan 30% dari kunjungan tahun 2019 yang pada akhirnya berdampak pada
penemuan pneumonia balita. Pada tahun 2020 angka kematian akibat pneumonia
pada balita sebesar 0,16%. Angka kematian akibat Pneumonia pada kelompok
bayi lebih tinggi hampir dua kali lipat dibandingkan pada kelompok anak umur 1
Angka kematian Balita (AKABA) Provinsi Jawa Barat hasil SDKI 2012
(BPS Provinsi Jawa Barat) sebesar 38/1000 kelahiran hidup. Hasil SDKI tahun
2012 hanya menampilkan angka sampai dengan tingkat provinsi, sehingga tidak
jumlah kematian Anak Balita (Umur 12–59 bulan) pada tahun 2020 sebanyak 5
orang. Penyebab kematian balita tertinggi salah satunya adalah ISPA yaitu
56,7%. Mengalami penurunan dari tahun 2019 yang mencapai 138,1%. Adanya
penurunan yang tajam pada penemuan pada tahun 2020. Perkiraan Pneumonia
balita mulai tahun 2018 menjadi 4,62%. Sebelum tahun 2018 perkiraan
pernapasan akut yang disebabkan oleh virus Influenza dan berpotensi menjadi
Peran aktif orang tua terhadap pencegahan ISPA sangat penting dalam
melakukan perawatan kepada Balita karena yang biasa terkena dampak dari ISPA
adalah usia Balita yang kekebalan tubuhnya masih rentan terserang oleh penyakit,
sehingga orang tua harus mengerti tentang dampak negatif dari penyakit ISPA
serta mengetahui cara-cara pencegahan ISPA yaitu dengan mengatur pola makan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maevita Devy Simbolon (2018) yang
Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Desa Baja Dolok Kecamatan Sipispis
Kabupaten Serdang Bedagai yaitu menunjukkan bahwa ada hubungan antara ASI
eksklusif, status gizi, imunisasi, dan paparan predikal dengan kejadian ISPA pada
balita di Desa Baja Dolok Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai 2018
(Simbolon, 2018).
7
Lingkungan Fisik Rumah Terhadap Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja
nilai p = 0,003 untuk ventilasi, nilai p = 0,015 untuk tipe lantai, nilai p = 0,022
untuk kepadatan hunian, dan nilai p = 0,658 untuk tipe atap serta berdasarkan
analisis multivariat dengan uji statistik regresi biner berganda didapatkan nilai p =
0,011 < 0,05 yang menunjukkan bahwa ventilasi lebih berpengaruh terhadap
ini adalah: “Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada
3. Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh ibu dengan kejadian ISPA
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah hasil penelitian ilmiah bagi
sumber data dan informasi tentang apa saja faktor-faktor yang berhubungan
2. Bagi Peneliti
balita.
10
No Penelitian
(2019).
pneumonia.
Balita.
Subyek Orang tua yang memiliki balita usia 1-5 tahun penderita
adalah pada penelitian Maevita Devy Simbolon berfokus kepada faktor pola asuh
ibu balita yaitu ASI eksklusif, status gizi, dan imunisasi serta faktor lingkungan