Anda di halaman 1dari 15

DEMENSIA

Mata Kuliah : Keperawatan Paliatif

Dosen : Ns. Kristina Everentia Ngasu, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :
Muhammad Rizki fadhillah 18215141
Maylinda Indah Sari 18215126
Neneng Irma Oktaviani 18215153
Nur ayu fazri 18215156
Nurul Hasanah 18215159
Nurul Lita Sari 18215160
Rafa Arinjani Pambayun 18215170
Ratih Pisesa Pebriyanti 18215175
Ratih Purna Anjani 18215176
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI

Jl. Arya santika no.40A Margasari, Karawaci, Kota Tangerang- Banten

Telepon 021-55726558/ 5572577


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur kwhadirat Tuhan yang maha Esa karena atas limpahnyah
rahmat dan Karunia-Nya. kami dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul “Demensia” tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Menejemen Keperawatan Yang diberikan sebagai tugas untuk
menambah nilai kami dalam menyelesaikan tugas ini, kami mendapat
banyak bantuan dari pihak. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan pemikiran, dukungan,
pendanaan atau dalam bentuk apapun, terutama Kepada:

1. Ibu Ida Faridah,S.kp.,M.Kes selaku Ketua STIKes Yatsi


2. Ibu Lastri Mei Winarni,S,ST.,Keb selaku wakil ketua I STKes Yatsi
3. Ibu Ns. Febi Ratnasari,S .Kep selaku kaprodi keperawatan STIkes
Yatsi
4. Ibu Ns. Kristina Everentia Ngasu, S.Kep., M.Keps elaku dosen pada mata
kuliah ini
5. Ibu Ns. Yunike Edmaningsih, S, Kep sealaku dosen penanggung jawab
kelas 3C Keperawatan
6. Dan teman-teman yang tidak bias di sebutkan satu persatu

Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Sehingga
kami mengharapkan kritik dan saran yang mengembangkan dari berbagai pihak
agar kami bisa meningkatakan kemampuan dan pengetahuan kami dalam
membuat makalah yang selanjutnya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua orang.

Tangerang,November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................i

Daftar Isi...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang........................................................................1
B. Rumusan masalah...................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Demensia..............................................................
B. Klasifikasi Demensia..............................................................
C. Patofisiologi Demensia...........................................................
D. Manifestai Klinis Demensia....................................................
E. Etiologi Demensia..................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................19
B. Saran.......................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah keseimbangan
yang sempurna baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit
dan kelemahan. Menurut UU Kesehatan RI no. 23 tahun 1992, sehat adalah
keadaan sejahtera tubuh, jiwa, sosial, yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sakit adalah ketidakseimbangan
fungsi normal tubuh manusia, termaksud sejumlah sistem biologis dan
kondisi penyesuaian.
      Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional psikologis dan
sosial yang telihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku
dan koping yang efektif, konsep diri yang positif dan kestabilitas emosional .
Gangguan jiwa didefinisikan sebagai suatu sindrom atau perilaku yang
penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan
adanya distress misalnya gejala nyeri atau distabilitas (kerusakan pada satu
atau lebih area fungsi yang penting).
Demensia sering dikenal dengan istilah pikun oleh kebanyakan
orang, demensia adalah sebuah sindrom karena penyakit otak, bersifat kronis
atau progresif dimana ada banyak gangguan fungsi kortikal yang lebih tinggi
penilaian kesadaran tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif yang biasanya
disertai, kadang-kadang didahului, oleh kemerosotan dalam pengendalian
emosi, perilaku sosial, atau motivasi. Sindrom terjadi pada penyakit
Alzheimer, di penyakit serebrovaskular dan dalam kondisi lain terutama atau
sekunder yang mempengaruhi otak (Durand dan Barlow, 200
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Demensia ?
2. Apa saja Klasifikasi Demensia?
3. Bagaimana Patofisiologi Demensia?
4. Bagaimana Manifestai Klinis Demensia?
5. Apa Etiologi Demensia?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Demensia
2. Mengetahui Klasifikasi Demensia
3. Mengetahui Patofisiologi Demensia
4. Mengetahui Manifestai Klinis Demensia
5. Mengetahui Etiologi Demensia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Demensia
Demensia (bahasa Inggris: dementia, senility) merupakan istilah yang
digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional yang sering kali
disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak [1]. Demensia adalah
kumpulan penyakit dengan gejala-gejala yang mana mengakibatkan
perubahan pada pasien dalam cara berpikir dan berinteraksi dengan orang
lain. Seringkali, memori jangka pendek, pikiran, kemampuan berbicara dan
kemampuan motorik terpengaruh. Beberapa bentuk demensia mengubah
kepribadian pasien. Penderita demensia akan kehilangan kemampuan tertentu
dan pengetahuannya yang telah didapatkan sebelumnya. Hal inilah yang
terutama membedakan dengan kondisi lainnya yang mempengaruhi pikiran.
Orang yang mengalami masalah pembelajaran, atau ber-IQ rendah tidak akan
pernah memiliki kemampuan tertentu, tetapi orang yang terkena demensia
akan kehilangan kemampuan yang telah didapatkannya. Demensia biasanya
terjadi pada usia lanjut. 
Menurut WHO (2016) demensia adalah gejala terjadinya penurunan
memori, berfikir, perilaku, dan kemampuan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari. Kehilangan kapasitas intelektual pada demensia tidak hanya pada
memori atau ingatan saja, tetapi juga pada kognitif dan kepribadian. Beberapa
penelitian memperlihatkan banyaknya lansia yang mengalami demenesia,
diantaranya adalah penelitian Hananta dkk (2011) mendapatkan hasil dari 95
responden lansia yang tinggal di 3 panti wherdha wilayah Tanggerang,
sebanyak 54 orang mengalami demensia dan 41 orang tidak mengalami
demensia.
B. Klasifikasi Demensia
1) Penyakit Alzheimer (AD) merupakan jenis demensia yang paling umum.
Penyebab AD belum diketahui dengan jelas saat ini, dan merupakan proses
degenerasi yang progresif.
2) Demensia vaskular dipicu oleh stroke dan gangguan serebrovaskular yang
menyebabkan kerusakan otak. Degenerasi bisa terjadi secara tiba-tiba dan
cepat. 20% dari pasien penderita demensia termasuk ke dalam kategori ini.
3) Jenis lain dari demensia bisa disebabkan oleh depresi, kurangnya asupan
nutrisi, hipotiroidisme, dan keracunan obat. Dalam kasus ini, pasien bisa
meringankan kondisi kesehatan mereka dengan pengobatan tertentu.
Beberapa demensia bisa disebabkan oleh gangguan lain seperti penyakit
Parkinson dan AIDS, dll.
C. Patofisiologi Dimensia
Semua bentuk demensia adalah dampak dari kematian sel saraf atau
hilangnya komunikasi antara sel-sel ini. Otak manusia sangat kompleks dan
banyak faktor yang dapat mengganggu fungsinya. Beberapa penelitian telah
menemukan faktor-faktor ini namun tidak dapat menggabungkan faktor ini
untuk mendapatkan gambaran yang jelas bagaimana demensia terjadi. Pada
demensia vaskular, penyakit vaskular menghasilkan efek fokal atau difus
pada otak dan menyebabkan penurunan kognitif. Penyakit serebrovaskular
fokal terjadi sekunder dari oklusi vaskular emboli atau trombotik. Area otak
yang berhubungan dengan penurunan kognitif adalah substansia alba dari
hemisfer serebral dan nuklei abu-abu dalam, terutama striatum dan
thalamus.Mekanisme demensia vaskular yang paling banyak adalah infark
kortikal multipel, infark single strategi dan penyakit pembuluh darah kecil.
1) Demensia multi-infark: kombinasi efek dari infark yang berbeda
menghasilkan penurunan kognitif dengan menggangu jaringan neural.
2) Demensia infark single: lesi area otak yang berbeda menyebabkan
gangguan kognitif yang signifikan. Ini dapat diperhatikan pada kasus
infark arteri serebral anterior, lobus parietal, thalamus dan satu girus.
3) Penyakit pembuluh darah kecil menyebabkan 2 sindrom major, penyakit
Binswanger dan status lakunar. Penyakit pembuluh darah kecil
menyebabkan perubahan dinding arteri, pengembangan ruangan Virchow-
Robin dan gliosis parenkim perivaskular.
4) Penyakit lakunar disebabkan oleh oklusi pembuluh darah kecil dan
menghasilkan lesi kavitas kecil di otak akibat dari oklusi cabang arteri
penetrasi yang kecil. Lakunae ini ditemukan lebih sering di kapsula
interna, nuklei abu-abu dalam, dan substansia alba. Status lakunar adalah
kondisi dengan lakunae yang banyak, mengindikasikan adanya penyakit
pembuluh darah kecil yang berat dan menyebar.
5) Penyakit Binswanger (juga dikenal sebagai leukoencephalopati
subkortikal) disebabkan oleh penyakit substansia alba difus. Pada
penyakit ini, perubahan vaskular yang terjadi adalah fibrohialinosis dari
arteri kecil dan nekrosis fibrinoid dari pembuluh darah otak yang lebih
besar.
D. Manifestasi Klinis
Individu dengan riwayat infeksi SSP rentan untuk mengalami
perkembangan penyakit menjadi demensia yang progresif. Manifestasi klinis
demensia terkait infeksi seringkali bersifat stereotipik, berkembang dalam
beberapa bulan, dan kadang-kadang mengalami perjalanan yang lebih
fulminan. Domain yang dapat terkena pada demensia terkait infeksi adalah
pada domain fungsi eksekutif, kecepatan pemrosesan informasi,
atensi/working memory, kecepatan motorik, mempelajari informasi baru, dan
pemanggilan informasi baru (retrieval). Gejala awal dapat ringan dan kadang-
kadang tidak tampak dan seringkali pasien oleh dokter didiagnosis depresi.
Demensia terkait infeksi dapat merupakan demensia kortikal maupun
subkortikal. Demensia kortikal memiliki perjalanan penyakit yang mirip
dengan penyakit Alzheimer. Kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya
demensia kortikal terkait infeksi diantaranya adalah virus herpes simpleks,
prion protein bentuk patogenik (PrPSc), Treponema pallidum, dan Borrelia
burgdoferi. Kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya demensia
subkortikal terkait infeksi adalah meningitis kriptokokal, infeksi HIV-1, prion
protein bentuk patogenik (PrPSc), dan ensefalitis oleh infeksi CMV. Karena
demensia terus berkembang, maka defisit yang muncul juga akan semakin
berkembang, termasuk diantaranya adalah demensia global. Perjalanan
demensia terkait infeksi sendiri bervariasi dan beberapa pasien masih tetap
stabil. selama periode waktu yang lama. Bentuk yang lebih ringan seringkali
menjadi penanda awal untuk berkembangnya suatu demensia terkait infeksi.
Tanda dan gejala kognitif pada demensia vaskular selalu subkortikal,
bervariasi dan biasanya menggambarkan peningkatan kesulitan dalam
menjalankan aktivitas harian seperti makan, berpakaian, berbelanja dan
sebagainya. Hampir semua kasus demensia vaskular menunjukkan tanda dan
simptom motorik.
a. Tanda dan gejala fisik DVa:
1. Kehilangan memori, pelupa
2. Lambat berfikir (bradifrenia)
3. Pusing
4. Kelemahan fokal atau diskoordinasi satu atau lebih ekstremitas
5. Inersia
6. Langkah abnormal
7. Konsentrasi berkurang
8. Perubahan visuospasial
9. Penurunan tilikan
10. Defisit pada fungsi eksekutif seperti kebolehan untuk inisiasi,
merencana dan mengorganisasi
11. Sering atau Inkontinensia urin dan alvi. Inkontinensia urin terjadi
akibat kandung kencing yang hiperrefleksi.
b. Tanda dan gejala perilaku:
1. Perbicaraan tidak jelas
2. Gangguan bahasa
3. Depresi
4. Berhalusinasi
5. Tidak familiar dengan persekitaran
6. Berjalan tanpa arah yang jelas
7. Menangis dan ketawa yang tidak sesuai. Disfungsi serebral bilateral
menyebabkan inkontinensi emosional (juga dikenal sebagai afek
pseudobulbar)
8. Sukar menurut perintah
9. Bermasalah dalam menguruskan uang
10. Riwayat pasien yang mendukung demensia vaskular adalah kerusakan
bertahap seperti tangga (stepwise), kekeliruan nokturnal, depresi,
mengeluh somatik, dan inkontinensi emosional, stroke, dan tanda dan
gejala fokal. Contoh kerusakan bertahap adalah kehilangan memori
dan kesukaran membuat keputusan diikuti oleh periode yang stabil
dan kemudian akan menurun lagi. Awitan dapat perlahan atau
mendadak. Didapatkan bahwa TIA yang lama dapat menyebabkan
penurunan memori yang perlahan sedangkan stroke menyebabkan
gejala yang serta-merta.
E. Etiologi Demensia
Penyebab utama dari demensia vaskular adalah penyakit serebrovaskular
yang multipel, yang menyebabkan suatu pola gejala demensia. Gangguan
terutama mengenai pembuluh darah serebral berukuran kecil dan sedang,
yang mengalami infark menghasilkan lesi parenkim multipel yang menyebar
pada daerah otak yang luas. Penyebab infark termasuk oklusi pembuluh darah
oleh plak arteriosklerotik atau tromboemboli dari tempat asal yang jauh
seperti katup jantung. Pada pemeriksaan, ditemukan bruit karotis, kelainan
funduskopi, atau pembesaran kamar jantung. Selain itu, faktor resiko
demensia vaskular adalah:
a. Usia lanjut
b. Hipertensi
c. Merokok
d. Penggunaan alkohol kronis
e. Aterosklerosis
f. Hiperkolesterolemia
g. Homosistein plasma
h. Diabetes melitus
i. Penyakit kardiovaskular
j. Penyakit infeksi SSP kronis (meningitis, sifilis dan HIV)
k. Pajanan kronis terhadap logam (keracunan merkuri, arsenik dan
aluminium)
l. Penggunaan obat-obatan (termasuklah obat sedatif dan analgetik) jangka
panjang
m. Tingkat pendidikan yang rendah
n. Riwayat keluarga mengalami demensia Sindrom genetik yang jarang
juga dapat menyebabkan demensia vaskular. Penyakit Kromosom Gen
Arteriopati autosomal dominant serebral dengan infark subkortikal dan
leukoencephalopathy (CADASIL)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Definisi Demensia
demensia adalah gejala terjadinya penurunan memori, berfikir, perilaku, dan
kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Kehilangan kapasitas
intelektual pada demensia tidak hanya pada memori atau ingatan saja, tetapi
juga pada kognitif dan kepribadian.
Klasifikasi Demensia
a. Penyakit Alzheimer (AD)
b. Demensia vascular
c. Jenis lain dari demensia bisa disebabkan oleh depresi,
Patofisiologi Dimensia
Semua bentuk demensia adalah dampak dari kematian sel saraf atau
hilangnya komunikasi antara sel-sel ini. Otak manusia sangat kompleks dan
banyak faktor yang dapat mengganggu fungsinya. Beberapa penelitian telah
menemukan faktor-faktor ini namun tidak dapat menggabungkan faktor ini
untuk mendapatkan gambaran yang jelas bagaimana demensia terjadi. Pada
demensia vaskular, penyakit vaskular menghasilkan efek fokal atau difus
pada otak dan menyebabkan penurunan kognitif. Penyakit serebrovaskular
fokal terjadi sekunder dari oklusi vaskular emboli atau trombotik. Area otak
yang berhubungan dengan penurunan kognitif adalah substansia alba dari
hemisfer serebral dan nuklei abu-abu dalam, terutama striatum dan thalamus.
Manifestasi Klinis
1. Tanda dan gejala fisik DVa:
a) Kehilangan memori, pelupa
b) Lambat berfikir (bradifrenia)
c) Pusing
d) Kelemahan fokal atau diskoordinasi satu atau lebih ekstremitas
e) Inersia
f) Langkah abnormal
g) Konsentrasi berkurang
h) Perubahan visuospasial
i) Penurunan tilikan
j) Defisit pada fungsi eksekutif seperti kebolehan untuk inisiasi,
merencana dan mengorganisasi
k) Sering atau Inkontinensia urin dan alvi. Inkontinensia urin terjadi
akibat kandung kencing yang hiperrefleksi.
2. Tanda dan gejala perilaku:
a) Perbicaraan tidak jelas
b) Gangguan bahasa
c) Depresi
d) Berhalusinasi
e) Tidak familiar dengan persekitaran
f) Berjalan tanpa arah yang jelas
g) Menangis dan ketawa yang tidak sesuai. Disfungsi serebral bilateral
menyebabkan inkontinensi emosional (juga dikenal sebagai afek
pseudobulbar)
h) Sukar menurut perintah
i) Bermasalah dalam menguruskan uang
Etiologi Demensia
Penyebab utama dari demensia vaskular adalah penyakit serebrovaskular
yang multipel, yang menyebabkan suatu pola gejala demensia. Selain itu,
faktor resiko demensia vaskular adalah:
a) Usia lanjut
b) Hipertensi
c) Merokok
d) Penggunaan alkohol kronis
e) Aterosklerosis
f) Hiperkolesterolemia
g) Homosistein plasma
h) Diabetes mellitus
i) Penyakit kardiovaskular
j) Penyakit infeksi SSP kronis (meningitis, sifilis dan HIV)
k) Pajanan kronis terhadap logam (keracunan merkuri, arsenik dan
aluminium)
l) Penggunaan obat-obatan (termasuklah obat sedatif dan analgetik) jangka
panjang
m) Tingkat pendidikan yang rendah
n) Riwayat keluarga mengalami demensia Sindrom genetik yang jarang
juga dapat menyebabkan demensia vaskular.
B. Saran
https://id.wikipedia.org/wiki/Demensia diakses pada tanggal rabu, 24 november
2020 pukul 18:38

Anda mungkin juga menyukai