Di Susun Oleh :
Penyusunan makalah ini telah disetujui dan diperiksa Untuk dipresentasikan pada
Stase Keperawatan Anak
Tangerang
Menyetujui,
Menyetujui,
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya., sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah ini dengan judul “Terapi Aktifitas Bermain Dengan Media Boneka
Tangan Bersama Anak-Anak Rawat Inap Di Ruang Dahlia Bawah RSUD
Kabupaten Tangerang” . Makalah keperawatan ini dibuat dalam rangka
menyelesaikan stase Keperawatan Anak.
Penyusunan makalah ini tidak luput dari bantuan beberapa pihak yang
mendukung baik dari segi moril, spiritual, motivasi ataupun materil. Kami selaku
penulis pada kesempatan ini ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ns. Cicirosnita J. Idu, S.Kep., M.Kep selaku ketua Program Studi Profesi Ners
Universitas Yatsi Madani Tangerang.
2. Ns. Ria Setia Sari, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing Universitas Yatsi
Madani Tangerang, terima kasih atas ilmu dan kesabarannya selama masa
bimbingan.
3. Ns. Rinati, S.Kep selaku pembimbing lahan terima kasih atas kesempatan dan
ilmu yang diberikan selama proses praktik dilahan.
4. Diklat RSUD Kabupaten Tanggerang memberikan motivasi dalam menghadapi
setiap proses yang ada baik berupa moril ataupun materil.
5. Diri kami sendiri selaku penulis yang telah bertahan dalam melewati setiap
prosesnya sampai akhirnya dapat menyeselesaikan dengan sebaik-baiknya.
6. Teman-teman seperbimbingan yang telah memberikan dukungan serta
motivasi, bertukar pikiran, keluh kesah saat mengerjakan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat umumnya bagi pembaca
khususnya bagi perawat.
Tangerang, 5 September 2023
Kelompok
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................2
D. Manfaat Penelitian..................................................................................3
1. Pengertian.............................................................................................4
2. Fungsi Bermain....................................................................................4
3. Klasifikasi Bermain.............................................................................7
1. Pengertian Mendongeng...................................................................10
2. Klasifikasi Dongeng...........................................................................11
3. Manfaat Mendongeng.......................................................................11
4. Boneka Tangan..................................................................................12
A. Rancangan bermain..............................................................................14
B. Media dan Alat......................................................................................14
C. Sasaran...................................................................................................14
D. Waktu Pelaksanaan...............................................................................14
E. Pengorganisasian...................................................................................15
F. Pembagian Tugas......................................................................................15
G. Susunan Kegiatan..................................................................................16
BAB IV PENUTUP..............................................................................................18
A. Kesimpulan............................................................................................18
B. Saran.......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada
lingkungan rumah sakit untukm mendapatkan pertolongan dalam peawatan atau
pengobatan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau
meringankan penyakitnya. Tetapi pada umumnya hospitalisasi dapat
menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan ketegangan dan
ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emos atau tingkah laku yang
mempengaruhi kesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama dirawat dirumah
sakit. Hospitalisasi pada anak akan memberikan dampak negatif seperti trauma,
cemas dan ketakutan.
Bermain adalah bagian integral dari masa kanak-kanak, media yang unik
untuk memfasilitasi perkembangan ekspresi bahasa, ketrampilan komunikasi,
perkembangan emosi, ketrampilan sosial, ketrampilan pengambilan keputusan,
dan perkembangan kognitif pada anak-anak. Bermain juga dikatakan sebagai
media untuk eksplorasi dan penemuan hubungan interpersonal, eksperimen dalam
peran orang dewasa, dan memahami perasaannya sendiri. Bermain adalah bentuk
ekspresi diri yang paling lengkap yang pernah dikembangkan manusia. Erikson
mendefinisikan bermain sebagai suatu situasi dimana ego dapat bertransaksi
dengan pengalaman dengan menciptakan situasi model dan juga dapat menguasai
realitas melalui percobaan dan perencanaan.
1
2
B. Rumusan Masalah
Apakah terapi bermain mendongeng dengan boneka tangan bisa membantu
tumbuh kembang anak, mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui
pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan
dirawat.?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan
beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuan Khusus
3
4
5
2. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-
motorik, perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain
sebagai terapi.
a) Perkembangan Sensoris-Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan
untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat
permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu
perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
b) Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal
warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain
pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak
bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat
memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui
eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak
menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin
sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih
kemampuan intelektualnya.
c) Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar
tentang nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama
6
pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler
dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas
sosialnya dilingkungan keluarga.
d) Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba
untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan
memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk
semakin berkembang.
e) Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya
dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya
dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah
lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan
temannya sehingga temannya menangis, anak akan belajar
mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini
penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama
dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan
negatif dari perilakunya terhadap orang lain
f) Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan
mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga
dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan
aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan
bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan
mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab
atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan
teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat
7
4. Associative play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan
anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang
memimpin permainan, dan tujuan permainan tidak jelas. Contoh
permainan jenis ini adalah bermain boneka, bermain hujan-hujanan
dan bermain masak-masakan.
5. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan
jenis ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang memimpin
permainan mengatur dan mengarahkananggotanya untuk bertindak
dalam permainan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam
permainan tersebut. Misalnya, pada permainan sepak bola, ada anak
yang memimpin permainan, aturan main harus dijalankan oleh anak
dan mereka harus dapat mencapai tujuan bersama, yaitu memenangkan
permainan dengan memasukkan bola ke gawang lawan mainnya.
B. Permainan Boneka Tangan
1. Pengertian Mendongeng
Menurut kamus besar Indonesia dongeng diartikan sebagai cerita yang
tidak benar-benar terjadi. Dongeng adalah suatu kisah fiktif yang bisa juga
diambil dari kisah asli atau sejarah kuno yang yang terbentuk dari unsur
tertentu.
Dongeng adalah cerita rakyat yang tidak dianggap benar - benar
terjadi oleh yang mempunyai cerita dan dongeng tidak terikat oleh
waktu maupun tempat. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan,
walaupun banyak juga dongeng yang melukiskan kebenaran, berisi ajaran
moral, bahkan sindiran (Agus, 2008).
Dongeng dapat digunakan sebagai media mendidik serta membentuk
karakter positif pada anak oleh orang tua maupun guru. Sebuah penampilan
dongeng ditanamkan nilai-nilai yang baik bagi anak melalui penghayatan
terhadap maksut dari dongeng. Pengertian dongeng diatas adalah: melatih
kognisi, afeksi secara imajinatif. Anak-anak lebih kreatif, selain itu melalui
11
dongeng anak akan terlatih komunikasi dengan mendengarkan kisah kata dari
pendongeng. Lewat pesan dongeng yang disampaikan dengan tema-tema
tertentu, anak menjadi lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya baik itu
teman, orangtua dan guru.
2. Klasifikasi Dongeng
Menurut Anti Arena dan Stith Thompson yang dikutif oleh (Agus,
2018), dongeng dikelompokkan dalam empat golongan besar, yaitu:
a. Dongeng Binatang
Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohkan oleh binatang atau
binatang liar. Binatang-binatang dalam jenis ini dapat berbicara dan
berakal budi seperti manusia.
b. Dongeng biasa
Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya
adalah kisah suka duka seseorang.
c. Lelucun atau Anekdot
Lelucon atau anekdot adalah dongeng yang dapat menimbulkan tawa bagi
yang mendengarkannya maupun yang menceritakannya.
d. Dongeng berumus
Dongeng berumus adalah dongeng yang strukturnya terdiri dari
pengulangan. Dongeng ini ada tiga macam, yaitu dongeng bertimbun
banyak (cumulative tales), dongeng untuk mempermainkan orang (catch
tales), dan dongeng yang tidak mempunyai akhir (endless tales).
3. Manfaat Mendongeng
Buku berjudul A Book For Children Liteature, Holoweel yang dikutif
(Agus, 2018) mengatakan ada enam segi positif dari sebuah dongeng, yaitu:
a. Dongeng dapat mengembangkan imanjinasi dan memberikan pengalaman
emosional yang mendalam.
b. Memuaskan kebutuhan ekspresi diri.
c. Menanamkan pendidikan moral tanpa harus menggurui.
d. Menumbuhkan rasa humor sehat.
e. Mempersiapkan apresiasi sastra.
12
Waktu yang dipilih untuk memberikan permainan ini pada anak, yaitu
pada saat anak tersebut sedang santai, atau tidak pada waktu makan dan tidur,
misalnya pada pagi hari sekitar pukul 10.00 atau pada sore hari sekitar pukul
15
16
15.00. Durasi atau lamanya bermain adalah sekitar 40 menit untuk menghindari
anak merasa bosan dengan permainan tersebut.
E. Pengorganisasian
1. Penanggung Jawab : Ns. Rianti, S.Kep
2. Leader : Nuryatul Hasanah, S.Kep
3. Co Leader : Dini Trifani, S.Kep
4. Fasilitator : Benget Cris Dhoma Ati, S.Kep
Hairul Effendi, S.Kep
F. Pembagian Tugas
1. Leader : Nuryatul Hasanah, S.Kep
Peran Leader
a. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi
untuk mengekspresikan perasaannya
b. Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
c. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan
dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam
kegiatan
2. Co Leader : Dini Trifani, S.Kep
Peran Co Leader
a. Mengidentifikasi issue penting dalam proses
b. Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
c. Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok
yang akan datang
d. Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
3. Fasilitator : Benget Cris Dhoma Ati, S.Kep
Hairul Effendi, S.Kep
Peran Fasilitator
a. Mempertahankan kehadiran peserta
b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
17
G. Susunan Kegiatan
No Waktu Terapis Anak Ket
1 5 menit Pembukaan :
- Co-Leader membuka Menjawab salam
dan mengucapkan salam
- Memperkenalkan diri Mendengarkan
terapis
- Memperkenalkan Mendengarkan
pembimbing
- Memperkenalkan anak Mendengarkan dan
satu persatu dan anak saling berkenalan
saling berkenalan
- Kontrak waktu dengan Mendengarkan
anak Mendengarkan
- Mempersilahkan Leader
2 25 Kegiatan bermain :
menit - Leader menjelaskan cara Mendengarkan
permainan
- Menanyakan pada anak, Menjawab
anak mau bermain atau pertanyaan
tidak
- Membagikan permainan
- Leader ,co-leader, dan Menerima permainan
Fasilitator memotivasi Bermain
anak
- Fasilitator Bermain
mengobservasi anak
- Menanyakan perasaan Mengungkapkan
anak perasaan
3 10 Penutup :
menit - Leader Menghentikan Selesai bermain
permainan
- Menanyakan perasaan Mengungkapkan
anak perasaan
Mendengarkan
- Menyampaikan hasil
permainan Senang
- Memberikan hadiah pada
anak yang cepat
18
menyelesaikan
gambarnya dan bagus
- Membagikan Senang
souvenir/kenang-
kenangan pada semua
anak yang bermain
- Menanyakan perasaan Mengungkapkan
anak perasaan
Mendengarkan
- Co-leader menutup acara Menjawab salam
- Mengucapkan salam
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang
mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut,
tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi,
memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak, dimana dalam
bermain anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya,
serta cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain. Bermain bagi anak adalah
suatu kebutuhan selayaknya bekerja pada orang dewasa, oleh sebab itu bermain di
rumah sangat diperlukan guna untuk mengatasi adanya dampak hospitalisasi yang
diasakan oleh anak. Dengan bermain, anak tetap dapat melanjutkan tumbuh
kembangnya tanpa terhambat oleh adanya dampak hospitalisasi tersebut.
B. Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar
anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat
menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan
tersebut. Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap
diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat
meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan
menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi
dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap
tumbuh kembang anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak
dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit.
19
DAFTAR PUSTAKA
Internet. http://klinis.wordpress.com/2007/08/30/penerapan-terapi-bermain-bagi-
penyandang-autisme-1/. Downloaded on Wednesday, 14th April 2010 at 04.00
p.m.
Internet. http://konsultanmainan.multiply.com/journal/item/5/Terapi_Bermain.
Downloaded on Wednesday, 14th April 2010 at 03.30 p.m.
Internet. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/pathology/1916947-terapi-
bermain/ Downloaded on Wednesday, 14th April 2010 at 03.45 p.m.
Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Wong, Donna L. (2003). Clinical Manual of Pediatric Nursing. USA: Mosby.
Notoatmodjo, S., 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. Poltekkes,
2016. Panduan Penulisan Tugas Akhir Skripsi, Yogyakarta: Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.
Rachmayanti, D.R., 2009. Penggunaan Media Panggung Boneka dalam Pendidikan
Personal Hygiene Cuci Tangan Menggunakan Sabun di Air Mengalir. Promosi
Kesehatan, 1(1), pp.1–13. Available at: http://www.journal.unair.ac.id
/filerPDF/Penggunaan Media Panggung Boneka dalam Pendidikan Personal
Hygiene Cuci Tangan Menggunakan Sabun.pdf
Rahman, M. fathur, 2016. Pengaruh Storytelling Media Boneka Tangan terhadap
Perilaku Cuci Tangan pada Anak Usia Prasekolah di TK Islam Maryam Surabaya.
Available at: http://repository.unair.ac.id/41204/1/ABSTRAK.pdf.
Widayanti, N.M.A.C., 2014. Efektifitas Pemberian Metode Edukasi Menggunakan
Media Boneka dan Cerita Terhadap Kepatuhan Anak Usia Prasekolah Melakukan
Cuci Tangan. Poltekkes Denpasar.