Anda di halaman 1dari 26

TERAPI AKTIFITAS BERMAIN

MENDONGENG DENGAN MEDIA BONEKA TANGAN BERSAMA


ANAK-ANAK RAWAT INAP DI RUANG DAHLIA BAWAH RSUD
KABUPATEN TANGERANG

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan


Stase Keperawatan Anak
Program Studi Profesi Ners
Pembimbing :
Ns. Ria Setia Sari, S. Kep., M.Kep

Di Susun Oleh :

Nuryatul Hasanah, S.Kep


Dini Trifani, S.Kep
Benget Cris Dohma Ati, S.Kep
Hairul Effendi, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS NON REGULER


UNIVERSITAS YATSI MADANI
TANGERANG-BANTEN
2023/2024
LEMBAR PERSETUJUAN

Penyusunan makalah ini telah disetujui dan diperiksa Untuk dipresentasikan pada
Stase Keperawatan Anak

Program Studi Profesi Ners Universitas Yatsi Madani

Tangerang

Tangerang, 5 September 2023

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Ria Setia Sari, S.Kep., M.Kep Ns. Rianti S.Kep

Kaprodi Profesi Ners Universitas Yatsi Madani

Ttd dan Stampel

Ns. Cicirosnita J. Idu, S.Kep., M.Kep


LEMBAR PENGESAHAN
TERAPI AKTIFITAS BERMAIN
MENDONGENG DENGAN MEDIA BONEKA TANGAN BERSAMA
ANAK-ANAK RAWAT INAP DI RUANG DAHLIA BAWAH RSUD
KABUPATEN TANGERANG

Telah dipertahankan di hadapan Pembimbing

Tangerang, 5 September 2023

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Ria Setia Sari, S.Kep., M.Kep Ns, Rianti, S.Kep

Kaprodi Profesi Ners Universitas Yatsi Madani

Ttd dan Stampel

Ns. Cicirosnita J. Idu, S.Kep., M.Kep


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya., sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah ini dengan judul “Terapi Aktifitas Bermain Dengan Media Boneka
Tangan Bersama Anak-Anak Rawat Inap Di Ruang Dahlia Bawah RSUD
Kabupaten Tangerang” . Makalah keperawatan ini dibuat dalam rangka
menyelesaikan stase Keperawatan Anak.

Penyusunan makalah ini tidak luput dari bantuan beberapa pihak yang
mendukung baik dari segi moril, spiritual, motivasi ataupun materil. Kami selaku
penulis pada kesempatan ini ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :

1. Ns. Cicirosnita J. Idu, S.Kep., M.Kep selaku ketua Program Studi Profesi Ners
Universitas Yatsi Madani Tangerang.
2. Ns. Ria Setia Sari, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing Universitas Yatsi
Madani Tangerang, terima kasih atas ilmu dan kesabarannya selama masa
bimbingan.
3. Ns. Rinati, S.Kep selaku pembimbing lahan terima kasih atas kesempatan dan
ilmu yang diberikan selama proses praktik dilahan.
4. Diklat RSUD Kabupaten Tanggerang memberikan motivasi dalam menghadapi
setiap proses yang ada baik berupa moril ataupun materil.
5. Diri kami sendiri selaku penulis yang telah bertahan dalam melewati setiap
prosesnya sampai akhirnya dapat menyeselesaikan dengan sebaik-baiknya.
6. Teman-teman seperbimbingan yang telah memberikan dukungan serta
motivasi, bertukar pikiran, keluh kesah saat mengerjakan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat umumnya bagi pembaca
khususnya bagi perawat.
Tangerang, 5 September 2023

Kelompok
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................2

C. Tujuan......................................................................................................2

D. Manfaat Penelitian..................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................4

A. Konsep Dasar Bermain...........................................................................4

1. Pengertian.............................................................................................4

2. Fungsi Bermain....................................................................................4

3. Klasifikasi Bermain.............................................................................7

B. Permainan Boneka Tangan..................................................................10

1. Pengertian Mendongeng...................................................................10

2. Klasifikasi Dongeng...........................................................................11

3. Manfaat Mendongeng.......................................................................11

4. Boneka Tangan..................................................................................12

5. Manfaat Boneka Tangan...................................................................12

6. Cara atau Kaidah Mendongeng dengan Alat Peraga Boneka.......12

C. Konsep Dasar Anak Usia Sekolah.......................................................13

BAB III KEGIATAN BERMAIN.......................................................................14

A. Rancangan bermain..............................................................................14
B. Media dan Alat......................................................................................14

C. Sasaran...................................................................................................14

D. Waktu Pelaksanaan...............................................................................14

E. Pengorganisasian...................................................................................15

F. Pembagian Tugas......................................................................................15

G. Susunan Kegiatan..................................................................................16

BAB IV PENUTUP..............................................................................................18

A. Kesimpulan............................................................................................18

B. Saran.......................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada
lingkungan rumah sakit untukm mendapatkan pertolongan dalam peawatan atau
pengobatan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau
meringankan penyakitnya. Tetapi pada umumnya hospitalisasi dapat
menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan ketegangan dan
ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emos atau tingkah laku yang
mempengaruhi kesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama dirawat dirumah
sakit. Hospitalisasi pada anak akan memberikan dampak negatif seperti trauma,
cemas dan ketakutan.

Bermain adalah bagian integral dari masa kanak-kanak, media yang unik
untuk memfasilitasi perkembangan ekspresi bahasa, ketrampilan komunikasi,
perkembangan emosi, ketrampilan sosial, ketrampilan pengambilan keputusan,
dan perkembangan kognitif pada anak-anak. Bermain juga dikatakan sebagai
media untuk eksplorasi dan penemuan hubungan interpersonal, eksperimen dalam
peran orang dewasa, dan memahami perasaannya sendiri. Bermain adalah bentuk
ekspresi diri yang paling lengkap yang pernah dikembangkan manusia. Erikson
mendefinisikan bermain sebagai suatu situasi dimana ego dapat bertransaksi
dengan pengalaman dengan menciptakan situasi model dan juga dapat menguasai
realitas melalui percobaan dan perencanaan.

Sementara Landreth mendefinisikan terapi bermain sebagai hubungan


interpersonal yang dinamis antara anak dengan terapis yang terlatih dalam
prosedur terapi bermain yang menyediakan materi permainan yang dipilih dan
memfasilitasi perkembangan suatu hubungan yang aman bagi anak untuk
sepenuhnya mengekspresikan dan eksplorasi dirinya (perasaan, pikiran,
pengalaman, dan perilakunya) melalui media bermain. International Association
for Play Therapy (APT), sebuah asosiasi terapi bermain yang berpusat di

1
2

Amerika, dalam situsnya di internet mendefinisikan terapi bermain sebagai


penggunaan secara sistematik dari model teoritis untuk memantapkan proses
interpersonal dimana terapis bermain menggunakan kekuatan terapiutik
permainan untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan-
kesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
(www.a4pt.org). Beberapa definisi terapi bermain tersebut mengarah pada
beberapa hal penting, yaitu: (a) tipe dan jumlah permainan yang digunakan; (b)
konteks permainan; (c) partisipan yang terlibat; (d) urutan permainan; (e) ruang
yang digunakan; (f) gaya bermain; (g) tingkat usaha yang dicurahkan dalam
permainan. Terapi bermain adalah pemanfaatan permainan sebagai media yang
efektif oleh terapis, untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan
kesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal, melalui kebebasan eksplorasi dan ekspresi diri.

Melihat pentingnya bermain bagi seorang anak terutama anak yang


mengalami hospitalisasi, maka kami akan mengadakan terapi bermain dengan
sasaran usia sekolah (3 tahun sampai 10 tahun) yang berada di ruang rawat inap
anak RSUD Kabupaten Tangerang. Kami berharap dengan diadakannya terapi
bermain ini, anak yang dirawat tetap dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal sesuai tahap tumbuh kembangnya.

B. Rumusan Masalah
Apakah terapi bermain mendongeng dengan boneka tangan bisa membantu
tumbuh kembang anak, mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui
pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan
dirawat.?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan
beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuan Khusus
3

a. Gerakan motorik halusnya lebih terarah


b. Mengembangkan kognitifnya
c. Mampu meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh anak
d. Mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman yang dirawat di
ruang yang sama
e. Mampu mengurangi kejenuhan selama dirawat di RS
f. Mampu beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat
dirumah sakit
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Anak
Sebagai sarana distraksi stress karena di rawat dirumah sakit dan memotivasi
anak untuk melakukan kegiatan positif dan sosialisasi.
2. Bagi Orang Tua Anak
Menambah informasi tentang mendistraksi stress pada anak dan sebagai media
meningkatkan kesembuhan terhadap anak-anak.
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dalam melaksanakan penelitian dan memberikan
informasi mengenai metode penyuluhan kreatif yang dapat dilakukan sesuai
dengan sasaran dan menerapkan ilmu yang didapatkan di bangku perkulihaan
serta mengetahui respon anak terhadap metode yang digunakan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Bermain


1. Pengertian
Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional,
dan social dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena
dengan bermain, anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar
menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak serta suara.
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi,
memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak.
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek
terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling
efektif untuk menurunkan stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan
mental dan emosional anak.
Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak
seperti halnya makanan, perawatan dan cinta kasih. Dengan bermain anak
akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya, cara
menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain.
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bermain
merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang mencerminkan
kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut. Walaupun
tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi,
memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak, dalam bermain
anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya, serta
cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain.

4
5

2. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-
motorik, perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain
sebagai terapi.
a) Perkembangan Sensoris-Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan
untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat
permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu
perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
b) Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal
warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain
pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak
bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat
memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui
eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak
menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin
sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih
kemampuan intelektualnya.
c) Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar
tentang nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama
6

pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler
dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas
sosialnya dilingkungan keluarga.
d) Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba
untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan
memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk
semakin berkembang.
e) Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya
dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya
dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah
lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan
temannya sehingga temannya menangis, anak akan belajar
mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini
penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama
dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan
negatif dari perilakunya terhadap orang lain
f) Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan
mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga
dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan
aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan
bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan
mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab
atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan
teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat
7

permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk


bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai
dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah,
permainan adalah media yang efektif untuk mengembangkan nilai moral
dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran
orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain
dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.
g) Bermain Sebagai Terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan
yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan
nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami
anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah
sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan
permainan anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
Dengan demikian, permainan adalah media komunikasi antar anak dengan
orang lain, termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan dirumah sakit.
Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi
nonverbal yang ditunjukkan selama melakukan permainan atau melalui
interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang tua dan teman kelompok
bermainnya.
3. Klasifikasi Bermain
a. Berdasarkan Isi Permainan
1. Social affective play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan
mendapatkan kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang
menyenangkan dengan orang tuanya atau orang lain. Permainan yang
biasa dilakukan adalah “Cilukba”, berbicara sambil tersenyum dan
tertawa, atau sekadar memberikan tangan pada bayi untuk
8

menggenggamnya, tetapi dengan diiringi berbicara sambil tersenyum


dan tertawa. Bayi akan mencoba berespons terhadap tingkah laku
orang tuanya misalnya dengan tersenyum, tertawa, dan mengoceh.

2. Sense of pleasure play


Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang
pada anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya, dengan
menggunakan pasir, anak akan membuat gunung-gunungan atau
benda-benda apa saja yang dapat dibentuknya dengan pasir . Bisa juga
dengan menggunakan air anak akan melakukan macam-macam
permainan, misalnya memindah-mindahkan air ke botol, bak, atau
tempat lain. Ciri khas permainan ini adalah anak akan semakin asyik
bersentuhan dengan alat permainan ini dan dengan permainan yang
dilakukannya sehingga susah dihentikan.
3. Skill play
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan
ketrampilan anak, khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi
akan terampil memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari
satu tempat ke tempat yang lain, dan anak akan terampil naik sepeda.
Jadi, keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan
permainan yang di lakukan. Semakin sering melakukan latihan, anak
akan semakin terampil.
4. Games
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat
tertentu yang menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini bisa
dilakukan oleh anak sendiri atau dengan temannya. Banyak sekali jenis
permainan ini mulai dari yang sifatnya tradisional maupun yang
modern. misalnya, ular tangga, congklak, puzzle, dan lain-lain.
5. Unoccupied behavior
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum,
tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau
9

apa saja yang ada di sekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak


memainkan alat permainan tertentu, dan situasi atau obyek yang ada di
sekelilingnya yang digunakannya sebagai alat permainan. Anak
tampak senang, gembira, dan asyik dengan situasi serta lingkungannya
tersebut.
6. Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini anak memainkan peran
sebagai orang lain melalui permainannya. Anak berceloteh sambil
berpakaian meniru orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya,
kakaknya, dan sebagainya yang ingin ia tiru. Apabila anak bermain
dengan temannya, akan terjadi percakapan di antara mereka tentang
peran orang yang mereka tiru. Permainan ini penting untuk proses
identifikasi anak terhadap peran tertentu .
b. Berdasarkan Karakter Sosial
1. Onlooker play
Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati temannya yang
sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam
permainan. Jadi, anak tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses
pengamatan terhadap permainan yang sedang dilakukan temannya.
2. Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan,
tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya,
dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan yang
digunakan temannya, tidak ada kerja sama, ataupun komunikasi
dengan teman sepermainannya.
3. Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang
sama, tetapi antara satu anak dengan anak lainnya tidak terjadi kontak
satu sama lain sehingga antara anak satu dengan anak lain tidak ada
sosialisasi satu sama lain. Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak
usia toddler.
10

4. Associative play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan
anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang
memimpin permainan, dan tujuan permainan tidak jelas. Contoh
permainan jenis ini adalah bermain boneka, bermain hujan-hujanan
dan bermain masak-masakan.
5. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan
jenis ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang memimpin
permainan mengatur dan mengarahkananggotanya untuk bertindak
dalam permainan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam
permainan tersebut. Misalnya, pada permainan sepak bola, ada anak
yang memimpin permainan, aturan main harus dijalankan oleh anak
dan mereka harus dapat mencapai tujuan bersama, yaitu memenangkan
permainan dengan memasukkan bola ke gawang lawan mainnya.
B. Permainan Boneka Tangan
1. Pengertian Mendongeng
Menurut kamus besar Indonesia dongeng diartikan sebagai cerita yang
tidak benar-benar terjadi. Dongeng adalah suatu kisah fiktif yang bisa juga
diambil dari kisah asli atau sejarah kuno yang yang terbentuk dari unsur
tertentu.
Dongeng adalah cerita rakyat yang tidak dianggap benar - benar
terjadi oleh yang mempunyai cerita dan dongeng tidak terikat oleh
waktu maupun tempat. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan,
walaupun banyak juga dongeng yang melukiskan kebenaran, berisi ajaran
moral, bahkan sindiran (Agus, 2008).
Dongeng dapat digunakan sebagai media mendidik serta membentuk
karakter positif pada anak oleh orang tua maupun guru. Sebuah penampilan
dongeng ditanamkan nilai-nilai yang baik bagi anak melalui penghayatan
terhadap maksut dari dongeng. Pengertian dongeng diatas adalah: melatih
kognisi, afeksi secara imajinatif. Anak-anak lebih kreatif, selain itu melalui
11

dongeng anak akan terlatih komunikasi dengan mendengarkan kisah kata dari
pendongeng. Lewat pesan dongeng yang disampaikan dengan tema-tema
tertentu, anak menjadi lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya baik itu
teman, orangtua dan guru.
2. Klasifikasi Dongeng
Menurut Anti Arena dan Stith Thompson yang dikutif oleh (Agus,
2018), dongeng dikelompokkan dalam empat golongan besar, yaitu:
a. Dongeng Binatang
Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohkan oleh binatang atau
binatang liar. Binatang-binatang dalam jenis ini dapat berbicara dan
berakal budi seperti manusia.
b. Dongeng biasa
Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya
adalah kisah suka duka seseorang.
c. Lelucun atau Anekdot
Lelucon atau anekdot adalah dongeng yang dapat menimbulkan tawa bagi
yang mendengarkannya maupun yang menceritakannya.
d. Dongeng berumus
Dongeng berumus adalah dongeng yang strukturnya terdiri dari
pengulangan. Dongeng ini ada tiga macam, yaitu dongeng bertimbun
banyak (cumulative tales), dongeng untuk mempermainkan orang (catch
tales), dan dongeng yang tidak mempunyai akhir (endless tales).
3. Manfaat Mendongeng
Buku berjudul A Book For Children Liteature, Holoweel yang dikutif
(Agus, 2018) mengatakan ada enam segi positif dari sebuah dongeng, yaitu:
a. Dongeng dapat mengembangkan imanjinasi dan memberikan pengalaman
emosional yang mendalam.
b. Memuaskan kebutuhan ekspresi diri.
c. Menanamkan pendidikan moral tanpa harus menggurui.
d. Menumbuhkan rasa humor sehat.
e. Mempersiapkan apresiasi sastra.
12

f. Memperluas cakrawala khayalan anak.


Selain itu, melalui dongeng anak juga diajak untuk belajar
berkomunikasi, dan secara tidak langsung dapat melatih anak melontarkan
gagasan terhadap pemecahan suatu masalah.
4. Boneka Tangan
Boneka tangan adalah boneka yang ukurannya lebih besar dari boneka
jari dan bisa dimasukan ke tangan. Jari tangan bisa dijadikan pendukung
gerakan tangan dan kepala boneka.
5. Manfaat Boneka Tangan
Ada beberapa manfaat yang diambil dari permainan menggunakan
boneka tangan ini, antara lain:
a) Tidak memerlukan waktu yang banyak, biaya, dan persiapan yang
terlalu rumit.
b) Tidak banyak memakan tempat, penggung sandiwara boneka dapat
dibuat cukup kecil dan sederhana.
c) Tidak menuntut keterampilan yang rumit bagi pemakainnya.
d) Dapat mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi keaktifan dan
menambah suasana gembira.
6. Cara atau Kaidah Mendongeng dengan Alat Peraga Boneka
Menurut (Kusumo, 2006), mendongeng dengan alat peraga boneka
memerlukan sedikit ketarampilan karena tokoh yang akan dibawakan
(boneka) yang dipegang harus sesuai dengan karakter dalam cerita.
a) Jarak boneka tangan harus agak jauh dari mulut.
b) Kedua belah tangan harus lentur dalam memainkan boneka.
c) Bisa diiringi dengan musik untuk menambah suasana.
d) Libatkan anak-anak dalam adegan cerita yang dibawakan.
e) Sesekali adakan dialog antar tokoh boneka dan
pendengarnya/penonton.
f) Suara karakter dari tokoh cerita dongeng harus sesuai peran.
g) Ajak anak bernyanyi bersama boneka guna memperoleh
keterikatan dalam cerita dongeng.
13

h) Seusai mendongeng jangan lupa ulas pesan yang terkandung


dalam dongeng tersebut, boneka seolah-olah berbicara
dengan anak-anak.
C. Konsep Dasar Anak Usia Sekolah
1. Anak usia sekolah (> 6 tahun sampai 12 tahun)
Kemampuan sosial anak usia sekolah semakin meningkat. Mereka
lebih mampu bekerja sama dengan teman sepermainannya. Seringkali
pergaulan dengan teman menjadi tempat belajar mengenal norma baik atau
buruk. Dengan demikian, permainan pada anak usia sekolah tidak hanya
bermanfaat untuk meningkatkan ketrampilan fisik atau intelektualnya, tetapi
juga dapat mengembangkan sensitivitasnya untuk terlibat dalam kelompok
dan bekerja sama dengan sesamanya. Mereka belajar norma kelompok
sehingga dapat diterima dalam kelompoknya. Sisi lain manfaat bermain bagi
anak usia sekolah adalah mengembangkan kemampuannya untuk bersaing
secara sehat. Bagaimana anak dapat menerima kelebihan orang lain melalui
permainan yang ditunjukkannya.
Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah dibedakan menurut
jenis kelaminnya. Anak laki-laki lebih tepat jika diberikan mainan jenis
mekanik yang akan menstimulasi kemampuan kreativitasnya dalam berkreasi
sebagai seorang laki-laki, misalnya mobil-mobilan. Anak perempuan lebih
tepat diberikan permainan yang dapat menstimulasinya untuk
mengembangkan perasaan, pemikiran dan sikapnya dalam menjalankan peran
sebagai seorang perempuan, misalnya alat untuk memasak dan boneka.
2. Reaksi Hospitalisasi
a. Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang
dicintai, keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan
b. Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dalam keluarga,
kehilangan kelompok sosial, perasaan takut mati, kelemahan fisik
c. Reaksi nyeri bisa digambarkan dengan verbal dan non verbal.
14
BAB III
KEGIATAN BERMAIN
A. Rancangan bermain
Kegiatan terapi bermain yang kelompok buat kali ini bertema “Cepat
sembuh dengan banyak minum”. Kegiatan ini terdiri dari 3 sesi yaitu : pada sesi
pertama tentang pemaparan cerita mengunakan boneka tangan yang menceritakan
tentang pentingnya mengkonsumsi banyak air bagi penderita DHF. Pada sesi
kedua, ANAK diajak untuk menghabiskan air mineral yang disediakan oleh
kelompok. Pada sesi ketiga, anak diajak untuk melipat kertas yang sudah
disediakan. Pemilihan bentuk lipatan pada sesi ketiga ini tidak dibatasi. Kemudian
hasil kreasi lipatan yang telah selesai, diberikan tali untuk digantung ditempat tiap
tidur anak.
B. Media dan Alat
1. Boneka Tangan
2. Air mineral gelas
3. Kertas origami
5. Tali
C. Sasaran
a. Kelompok usia sekolah (> 6 tahun sampai 12 tahun)
b. Kriteria anak:
1. Anak usia sekolah (> 6 tahun sampai 12 tahun)
2. Anak yang dirawat diruang dahlia
3. Anak yang tidak memiliki masalah intoleransi aktivitas
D. Waktu Pelaksanaan
a. Hari / Tanggal : Kamis, 7 september 2023
b. Waktu : Pukul 10.00 s/d 11.00
c. Tempat : Ruang rawat inap anak dahlia bawah

Waktu yang dipilih untuk memberikan permainan ini pada anak, yaitu
pada saat anak tersebut sedang santai, atau tidak pada waktu makan dan tidur,
misalnya pada pagi hari sekitar pukul 10.00 atau pada sore hari sekitar pukul

15
16

15.00. Durasi atau lamanya bermain adalah sekitar 40 menit untuk menghindari
anak merasa bosan dengan permainan tersebut.
E. Pengorganisasian
1. Penanggung Jawab : Ns. Rianti, S.Kep
2. Leader : Nuryatul Hasanah, S.Kep
3. Co Leader : Dini Trifani, S.Kep
4. Fasilitator : Benget Cris Dhoma Ati, S.Kep
Hairul Effendi, S.Kep
F. Pembagian Tugas
1. Leader : Nuryatul Hasanah, S.Kep
Peran Leader
a. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi
untuk mengekspresikan perasaannya
b. Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
c. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan
dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam
kegiatan
2. Co Leader : Dini Trifani, S.Kep
Peran Co Leader
a. Mengidentifikasi issue penting dalam proses
b. Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
c. Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok
yang akan datang
d. Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
3. Fasilitator : Benget Cris Dhoma Ati, S.Kep
Hairul Effendi, S.Kep
Peran Fasilitator
a. Mempertahankan kehadiran peserta
b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
17

c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar


maupun dari dalam kelompok

G. Susunan Kegiatan
No Waktu Terapis Anak Ket

1 5 menit Pembukaan :
- Co-Leader membuka Menjawab salam
dan mengucapkan salam
- Memperkenalkan diri Mendengarkan
terapis
- Memperkenalkan Mendengarkan
pembimbing
- Memperkenalkan anak Mendengarkan dan
satu persatu dan anak saling berkenalan
saling berkenalan
- Kontrak waktu dengan Mendengarkan
anak Mendengarkan
- Mempersilahkan Leader

2 25 Kegiatan bermain :
menit - Leader menjelaskan cara Mendengarkan
permainan
- Menanyakan pada anak, Menjawab
anak mau bermain atau pertanyaan
tidak
- Membagikan permainan
- Leader ,co-leader, dan Menerima permainan
Fasilitator memotivasi Bermain
anak
- Fasilitator Bermain
mengobservasi anak
- Menanyakan perasaan Mengungkapkan
anak perasaan

3 10 Penutup :
menit - Leader Menghentikan Selesai bermain
permainan
- Menanyakan perasaan Mengungkapkan
anak perasaan
Mendengarkan
- Menyampaikan hasil
permainan Senang
- Memberikan hadiah pada
anak yang cepat
18

menyelesaikan
gambarnya dan bagus
- Membagikan Senang
souvenir/kenang-
kenangan pada semua
anak yang bermain
- Menanyakan perasaan Mengungkapkan
anak perasaan
Mendengarkan
- Co-leader menutup acara Menjawab salam
- Mengucapkan salam
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang
mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut,
tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi,
memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak, dimana dalam
bermain anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya,
serta cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain. Bermain bagi anak adalah
suatu kebutuhan selayaknya bekerja pada orang dewasa, oleh sebab itu bermain di
rumah sangat diperlukan guna untuk mengatasi adanya dampak hospitalisasi yang
diasakan oleh anak. Dengan bermain, anak tetap dapat melanjutkan tumbuh
kembangnya tanpa terhambat oleh adanya dampak hospitalisasi tersebut.
B. Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar
anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat
menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan
tersebut. Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap
diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat
meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan
menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi
dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap
tumbuh kembang anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak
dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit.

19
DAFTAR PUSTAKA
Internet. http://klinis.wordpress.com/2007/08/30/penerapan-terapi-bermain-bagi-
penyandang-autisme-1/. Downloaded on Wednesday, 14th April 2010 at 04.00
p.m.
Internet. http://konsultanmainan.multiply.com/journal/item/5/Terapi_Bermain.
Downloaded on Wednesday, 14th April 2010 at 03.30 p.m.
Internet. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/pathology/1916947-terapi-
bermain/ Downloaded on Wednesday, 14th April 2010 at 03.45 p.m.
Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Wong, Donna L. (2003). Clinical Manual of Pediatric Nursing. USA: Mosby.
Notoatmodjo, S., 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. Poltekkes,
2016. Panduan Penulisan Tugas Akhir Skripsi, Yogyakarta: Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.
Rachmayanti, D.R., 2009. Penggunaan Media Panggung Boneka dalam Pendidikan
Personal Hygiene Cuci Tangan Menggunakan Sabun di Air Mengalir. Promosi
Kesehatan, 1(1), pp.1–13. Available at: http://www.journal.unair.ac.id
/filerPDF/Penggunaan Media Panggung Boneka dalam Pendidikan Personal
Hygiene Cuci Tangan Menggunakan Sabun.pdf
Rahman, M. fathur, 2016. Pengaruh Storytelling Media Boneka Tangan terhadap
Perilaku Cuci Tangan pada Anak Usia Prasekolah di TK Islam Maryam Surabaya.
Available at: http://repository.unair.ac.id/41204/1/ABSTRAK.pdf.
Widayanti, N.M.A.C., 2014. Efektifitas Pemberian Metode Edukasi Menggunakan
Media Boneka dan Cerita Terhadap Kepatuhan Anak Usia Prasekolah Melakukan
Cuci Tangan. Poltekkes Denpasar.

Anda mungkin juga menyukai