Anda di halaman 1dari 42

TERAPI AKTIVITAS BERMAIN (TAB) DENGAN TEBAK GAMBAR DAN

SUARA UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN ANAK DAN


MENCEGAH DAMPAK HOSPITALISASI DI RUANG KEMUNING
BAWAH RSUD KABUPATEN TANGERANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Stase Keperawatan Anak
Disusun Oleh:

1. Siti Romizatul Halawiyah 23030067


2. Aldi Nubli 23030068
3. Hilda Hijrianti 23030086

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS YATSI MADANI
TAHUN 2023

1
LEMBAR PERSETUJUAN
Satuan Acara Penyuluhan Pemberian Terapi Aktivitas Bermain Dengan Terapi
Bermain Tebak Gambar Dan Suara Untuk Menurunkan Kecemasan Dan
Mencegah Dampak Hospitalisasi Diruang Kemuning Bawah RSUD Kabupaten
Tangerang
Mahasiswa Profesi Ners Universitas Yatsi Madani

Mengetahui,
Ketua Pelaksana Sekretaris

Aldi Nubli Hilda Hijrianti

Menyetujui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ns. Ria Setia Sari.,S.Kep.,M.Kep Ns. Suhati.,S.St

1
LEMBAR PENGESAHAN
Hasil pemberian terapi aktivitas bermain Dengan Terapi bermain Tebak Gambar
dan Suara Untuk Menurunkan Kecemasan Dan Mencegah Dampak Hospitalisasi
Diruang Kemuning Bawah RSUD Kabupaten Tangerang Mahasiswa Profesi Ners
Universitas Yatsi Madani

Mahasiswa Profesi Ners Universitas Yatsi Madani


Oleh:

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ns. Ria Setia Sari.,S.Kep.,M.Kep Ns. Suhati.,S.St

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun proposal Terapi Aktivitas
Bermain stase anak mengenai “Terapi Aktivitas Bermain (TAB) Dengan Tebak
Gambar dan Suara Untuk Menurunkan Kecemasan Dan Mencegah Dampak
Hospitalisasi Diruang Kemuning Bawah RSUD Kabupaten Tangerang” Pen
Proposal ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam memenuhi tugas pada stase
anak, serta menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang telah kami dapatkan
selama masa pembelajaran.
Adapun tujuan penyusunan proposal ini untuk memenuhi tugas dalam
menyelesaikan stase keperawatan dasar program profesi ners Universitas Yatsi
Madani. Dalam penulisan dan penyusunan proposal ini, kami selaku penulis
menemukan banyak kesulitan dan hambatan tetapi berkat bantuan dan motivasi
dan berbagai pihak, akhirnya pembuatan proposal ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Trisonjaya, M.Si., MM selaku rektor Universitas Yatsi Madani.
2. Ibu Ns. Cicirosnita J. Idu, S.Kep., M.Kep selaku Kaprodi Profesi Ners.
3. Ibu Ns. Ria Setia Sari.,S.Kep.,M.Kep selaku dosen pembimbing akademik
Stase Keperawatan Anak Universitas Yatsi Madani.
4. Ibu Ns. Suhati.,S.St selaku pembimbing lahan Ruang Kemuning Bawah
RSUD Kabupaten Tangerang.
Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna. Kami
mengharapkan masukan dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
proposal ini di masa yang akan datang.

Tangerang, 1 Januari 2024

KELOMPOK

1
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan ............................................................................................ 4
1.3 Manfaat ........................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Hospitalisai ........................................................................ 6
2.1.1 Definisi Hospitalisasi ……………………………………...
2.1.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Anak Dalam Bereaksi
Terhadap Hospitalisai ………………………………………
2.1.3 Reaksi Psikologis Anak Terhadap Hospitalisasi ……………
2.1.4 Penanganan Dampak Hospitalisasi …………………………
2.2 Konsep Kecemasan .........................................................................
2.2.1 Definisi Kecemasan ………………………………………..
2.2.2 Tingkat Kecemasan ………………………………………..
2.2.3 Faktor – Faktor Penyebab Kecemasan …………………….
2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Anak ……………
2.2.5 Respon Terhadap Kecemasan ……………………………...
2.2.6 Pengukuran Kecemasan …………………………………...
2.3 Konsep Bermain ..............................................................................
2.3.1 Definisi Bermain …………………………………………..
2.3.2 Fungsi Bermain Di Rumah Sakit …………………………..
2.3.3 Prinsip Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit ……………....
2.3.4 Jenis – Jenis Permainan …………………………………….
2.3.5 Permainan Tebak Gambar Dan Suara ……………………....

1
BAB III METODE KEGIATAN
3.1 Waktu Dan Pelaksanaan .................................................................. 12
3.2 Sesi Yang Digunakan ...................................................................... 12
3.3 Peserta Dan Sasaran ........................................................................ 12
3.4 Metode Dan Media .......................................................................... 12
3.5 Penguraian Tugas ............................................................................ 12
3.6 Rencana Dan Evaluasi Kegiatan ..................................................... 13
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..................................................................................... 15
4.2 Saran ................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis pada anak, saat anak
sakit dan dirawat di rumah sakit, keadaan ini terjadi karena anak
berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu
rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak
baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarganya (Ema 2012)
dalam (Tumiwa,2021).
Hospitalisasi merupakan keadaan dimana seseorang dalam kondisi
yang mengharuskan untuk mendapat perawatan dirumahsakit untuk
mengatasi atau meringankan sakitnya. Hospitalisasi pada anak dapat
menimbulkan kecemasan dan stress dimana hal itu diakibatkan karena
adanya perpisahan, kehilangan control, ketakutan mengenai kesakitan
pada tubuh, serta nyeri dimana kondisi tersebut belum pernah dialami
sebelumnya. Respon fisilogis yang dapat muncul akibat kecemasan
yang tidak teratasi yaitu seperti adanya perubahan pada system
kardiovaskuler berupa palpitasi, denyut jantung meningkat,
perubahan pola nafas yang semakin cepat, nafsu makan menurun, gugup,
pusing, tremor, hingga insomnia, keluar keringat dingin, wajah
menjadi kemerahan, gelisah, rewel, anak mudah terkejut, menangis,
berontak, menghindar hingga menarik diri, tidak sabar, tegang, waspada
terhadap lingkungan, hospitalisasi juga akan berdampak pada
perkembangan anak dimana juga akan mengakibatkan terganggunya
proses pengobatan. Perawatan anak yang berkualitas tinggi akan dapat
mengurangi kecemasan dan ketakutan yang terjadi karena bila
kecemasan dan ketakutan tidak ditangani akan membuat anak
menolak tindakan perawatan dan pengobatan yang diberikan
sehinngga akan mempengaruhi lamanya perawatan, memperberat
kondisi anak bahkan menyebabkan kematian pada anak, dampak

1
dari anak sakit yang tidak ditangani juga akan menyebabkan kesulitan
dan kemampuan membaca yang buruk, memiliki gangguan bahasa,
menurunnya kemampuan intelektual dan social serta fungsi imun
(Saputro, 2017).
Menurut Stuart dalam Sutrisno (2017), kecemasan yang terjadi pada
anak usia prasekolah yang menjalani hospitalisasi membuat anak menjadi
hiperaktif dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan serta
menimbulkan gangguan psikologi. Kecemasan pada anak yang menjalani
hospitalisasi juga dapat menyebabkan gangguan perkembangan dan
gangguan emosional jangka Panjang (Utami, 2014).
Bermain atau yang lebih dikenal dengan terapi bermain diharapkan
dapat mengurangi dampak akibat hospitalisasi, karena rumah sakit
merupakan lingkungan baru bagi anak yang dimana terjadi tindakan-
tindakan medis yang dianggap menakutkan bahkan terkadang
menimbulkan trauma yang dapat menganggu perkembangan anak.
Terapi bermain merupakan sebuah terapi non farmakologis atau
disebut juga dengan terapi tanpa menggunakan obat seperti yang
dikatakan oleh Santrock dalam Fadlillah (2014), bermain memungkinkan
anak melepaskan energi fisik yang berlebihan dan membebaskan perasaan
yang terpendam, tujuannya agar anak menjadi senang dan menghibur
sehingga anak akan merasa nyaman dalam menjalani proses pembelajaran
atau proses pengobatan selama dirawat di rumah sakit.
Berdasarkan survey awal di Ruang Kemuning Bawah RSUD
Kabupaten Tangerang, terdapat pasien usia toddler dan prasekolah yang
dirawat selama bulan januari 2024, hasil observasi menunjukan rata-rata
pasien anak usia toddler dan pra sekolah mengalami dampak hospitalisasi
karena perawatan. Lingkungan sekitar yang membuat pasien anak tidak
nyaman, keberadaan orang-orang asing, obat-obatan dan alat-alat yang
terasa asing, pembatasan aktivitas, jauh dari teman sepermainan karena
hospitalisasi membuat pasien anak semakin takut dan cemass. Dampak
dari hospitalisasi di Ruang Kemuning Bawah yaitu, paisen anak sering

1
menolak untuk makan. Sering bertanya, sering menangis perlahan,
meminta untuk pulanh ke rumah dan tidak kooperatif terhadap petugas
kesehatan. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk
memberikan terapi bermain tebak gambar dan suara untuk menurunkan
kecemasan dan dampak hospitalisasi di ruang kemuning bawah RSUD
Kabupaten Tangerang.

1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
1) Mengetahui efektivitas dari terapi bermain menebak gambar dan
suara hewan terhadap tingkat kecemasan pada anak yang sedang
sakit diruang rawat inap kemuning bawah RSUD Kab Tangerang.
2) Menurunkan dampak hospitalisasi pada anak yang sedang sakit
diruang rawat inap kemuning bawah dengan melakukan terapi
bermain dengan menebak gambar dan suara hewan RSUD Kab.
Tangerang.
2. Tujuan Khusus
1) Menjadi pengetahuan baru yang baik untuk orang tua dalam
menghadapi kecemasan pada anak yang sakit diruang rawat inap
kemuning bawah RSUD Kab. Tangerang.
2) Mampu mengaplikasikan terapi bermain dengan menebak gambar
dan suara terhadap tingkat kecemasan pada anak yang sedang
sakit diruang rawat inap kemuning bawah RSUD Kab.Tangerang.

1.3. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat digunaan sebagai pengembangan ilmu khususnya
dalam keperawattan dengan mengaplikasikan terapi bermain dengan
tebak gambar dan suara terhadap perubahan tingkat kecemasan anak
yang menjalani hospitalisai.
2. Bagi Institusi Pendidikan

1
Dapat digunakan sebagai bahan atau masalah yang dapat diangkat
dalam terapi bermain bagi pasien, keluarga, masyarakat yang sesuai
dengan pembahasan.
3. Bagi Masyarakat
Dapat memberikna inspirasi terapi bermain kepada pasien, keluarga,
dan masyarakat, sehingga dapat lebih mengenal dan mengetahui
mengenai manfaat terapi bermain tebak gambar dan suara.
4. Bagi Peneliti
Manfaat yang diperoleh adalah untuk memperdalam ilmu pengetahuan
tengtang salah satu cara untuk mengurangi tingkat kecemasan akibat
hospitalisasi dengan terapi bermain tebak gambar dan suara.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Hospitalisasi
2.1.1 Definisi Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana
atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit
untuk menjalani terapi dan perawatan. Meskipun demikian dirawat di
rumah sakit tetap merupakan masalah besar dan menimbulkan
ketakutan, cemas, bagi anak (Supartini, 2004). Hospitalisasi juga
dapat diartikan adanya beberapa perubahan psikis yang dapat menjadi
sebab anak dirawat di rumah sakit (Stevens, 1999) dalam (Madyastuti,
2017).
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak
sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak
berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru
yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor
bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga (Wong,
2000) dalam (Madyastuti, 2017).
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
hospitalisasi adalah suatu proses karena alasan berencana maupun
darurat yang mengharuskan anak dirawat atau tinggal di rumah sakit
untuk mendapatkan perawatan yang dapat menyebabkan beberapa
perubahan psikis pada anak. Perubahan psikis terjadi dikarenakan
adanya suatu tekanan atau krisis pada anak. Jika seorang anak di rawat
di rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis
yang disebabkan anak mengalami stres akibat perubahan baik
terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan
sehari-hari. Selain itu, anak mempunyai sejumlah keterbatasan
dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun
kejadiankejadian yang sifatnya menekan (Nursalam, et al, 2005)
dalam (Madyastuti, 2017).

1
11

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anak dalam Bereaksi


terhadap Hospitalisasi
Menurut (Fadlian & Konginan, 2015) terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi dalam bereasi terhadap hospitalisasi
yaitu sebagai berikut:
a. Umur dan perkembangan kognitif
Hospitalisasi dan faktor-faktor yang terkait lebih
mempengaruhi anak-anak dibanding dengan orang dewasa.
Anak-anak memang jelas tidak memiliki kemampuan emosi
dan kognitif yang setara dengan orang dewasa. (Lau & Tse,
1994 ; Chung, 2014) b) Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi.
b. Kecemasan Orang tua
Orang tua dan anak mengalami kecemasan saat anak
dihospitalisasi. Kecemasan yang terjadi pada orang tua ini dapat
meningkatkan kecemasan anak. Orang tua kadang tidak
menjawab pertanyaan anak dan tidak menjelaskan yang
sebenarnya karena khawatir anak menjadi takut dan cemas.
Orang tua takut membuat bingung anak dan menurunkan tingkat
kepercayaan anak. (James & Ashwill, 2007).
c. Persiapan anak dan orang tua
Metode yang dapat dilakukan untuk menyiapkan anak dalam
menjalani hospitalisasi adalah mengerti kebutuhan tentang dari
anak tersebut. Petugas kesehatan harus mempertimbangkan
umur, tingkat perkembangan, keterlibatan keluarga, waktu,
status fisik dan psikologi anak, faktor sosial budaya dan
pengalaman terhadap sakit maupun pengalaman merawat anak.
(James & Ashwill, 2007)
d. Ketrampilan koping anak dan keluarga
Koping merupakan suatu proses dalam menghadapi kesulitan
untuk mendapatkan penyelesaian masalah. Koping anak
11

terhadap hospitalisasi dipengaruhi oleh usia, persepsi terhadap


kejadian yang dialami, hospitalisasi sebelumnya dan dukungan
dari berbagai pihak. (James & Ashwill, 2007)

2.1.3 Reaksi Psikologis Anak Terhadap Hospitalisasi


Reaksi anak terhadap hospitalisasi dimulai saat sebelum
masuk rumah sakit, selama hospitalisasi, dan setelah pulang dari
rumah sakit. Perubahan perilaku temporer dapat terjadi selama anak
dirawat di rumah sakit sampai pulang dari rumah sakit. Perubahan
ini disebabkan oleh (1) perpisahan dari orang-orang terdekat, (2)
hilangnya kesempatan untuk membentuk hubungan baru, dan (3)
lingkungan yang asing (Wong et al, 2003) dalam(Fadlian &
Konginan, 2015).
Kekhawatiran yang paling sering dikeluhkan anak yang
dirawat inap adalah
a) kecemasan karena perpisahan dari keluarga dan teman-
temannya
b) ketakutan terhadap orang dan lingkungan yang asing,
c) ketidakpastian tentang peraturan rumah sakit dan harapan (d)
persepsi sebelum hospitalisasi,
d) ketakutan terjadi mutilasi anggota tubuh atau kematian,
e) ketakutan terhadap rasa nyeri dan ketidaknyamanan,
f) pikiran bahwa hospitalisasi sebagai hukuman,
g) kehilangan kontrol emosi dan fisik,
h) persepsi tentang perubahan fisik,
i) kehilangan kemandirian dan identitas, serta
j) takut ditolak . Hampir semua, rumah sakit adalah lingkungan
asing yang mengganggu aktivitas hidup sehari- hari. Child
Hospitalization (Berz, 2000).
Dampak hospitalisasi selain cemas perpisahan, juga dapat
berupa regresi dan adanya rasa malu (Lau & Tse, 1994) dalam
11

(Fadlian & Konginan, 2015).

2.1.4 Penanganan Dampak Hospitalisasi


a. Terapi Bermain
Melalui bermain dapat mengetahui persepsi seorang anak
ketika hospitalisasi. Bermain juga bagi seorang anak adalah suatu
kesempatan untuk menghilangkan stres, ketika berada ditempat
dimana dia merasa tidak berdaya dan cemas. Melalui bermain,
terutama dengan peralatan medis, anak dapat mengembangkan rasa
kontrol. (Webb, 1995; Homeyer & Morrison, 2008) dalam (Fadlian
& Konginan, 2015).
Terapi bermain terdiri dari aktivitas-aktivitas yang
tergantung dengan kebutuhan perkembangan anak maupun
lingkungan seperti ketika dihospitalisasi, dan dapat disampaikan
dalam berbagai bentuk yang di antaranya adalah pertunjukan
wayang interaktif, seni ekspresi atau kreatif, permainan boneka,
dan lain-lain permainan yang berorientasi pengobatan (Koller,
2008). Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa terapi
bermain adalah efektif dalam menurunkan kecemasan dan
ketakutan anak pada saat harus segera masuk rumah sakit untuk
operasi dan pada saat keluar dari rumah sakit Koller, 2008) dalam
(Fadlian & Konginan, 2015).
b. Terapi Badut
Terapi Badut di bagian anak adalah bermain dengan lemah
lembut dan penuh tawa bersama anak-anak yang menderita
sakit sehingga mereka dapat mengekspresikan emosinya,
memenuhi rasa kontrol dan dapat berinteraksi sosial selama
hospitalisasi. Terapi Badut bertujuan untuk mengurang stres anak
dan keluarga selama rawat inap dan menjalani pengobatan. (Koller
& Gryski, 2008) dalam (Fadlian & Konginan, 2015)
c. Terapi Musik
11

Terapi musik adalah salah satu metode yang dilakukan


untuk mengurangi stres pada anak yang mengalami hospitalisasi.
Berbagai penelitian telah menunjukkan efek fisologis dan
psikologis dari musik terhadap anak yang mengalami hospitalisasi.
( Berz, 2000 ; Kazemi, et al, 2010) dalam (Fadlian & Konginan,
2015).
d. Penggunaan premedikasi ansiolitik dan sedatif
Tujuan premedikasi dengan sedatif adalah menurunkan
kecemasan anak saat akan dilakukan induksi anestesi, terutama
pada penggunaan masker. Efek premedikasi telah dipelajari baik
secara tunggal maupun berkaitan dengan intervensi lain seperti
kehadiran orang tua atau program persiapan. Midazolam
digunakan untuk menurunkan kecemasan pada saat induksi
anestesi (Karling, 2006) dalam (Fadlian & Konginan, 2015).

2.2 Konsep Kecemasan


2.2.1 Definisi Kecemasan
Kecemasan adalah suatu perasaan yang berlebih terhadap kondisi
ketakutan, kegelisahan, bencana yang akan datang, kekhawatiran atau
ketakutan terhadap ancaman nyata atau dirasakan atau kondisi dialami
secara subjektif dan dikomuikasikan dalam hubungan interpersonal
(Saputro, 2017) dalam Fitriana, 2020).
Hospital pada anak dapat menimbulkan kecemasan dan stress
dimana hal itu diakibatkan karena adanya perpisahan, kehilangan
control, ketakutan mengenai kesakitan pada tubuh, serta nyeri dimana
kondisi tersebut belum pernah dialami sebelumnya. Hospitalisasi juga
akan mengakibatkan terganggunya proses pengobatan (Setiawati &
Sundari, 2019).
11

2.2.2 Tingkat Kecemasan


Peplau dalam Stuart (2009) mengidentifikasi empat tingkat
kecemasan dan menggambarkan efek pada tiap individu sebagai
berikut :
1. Kecemasan Ringan
Cemas yang normal yang menjadi bagian kehidupan sehari-
hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Cemas ini dapat memotivasi
belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2. Kecemasan Sedang
Cemas yang memungkinkan seseorang untuk memuaskan
pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga
seseorang mengalami perhatian yang selektif namun masih dapat
melakukan sesuatu yang lebih terarah.
3. Kecemasan Berat
Cemas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.
Individu cenderung untuk memusatkan pikiran pada sesuatu yang
terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain
sehingga individu sulit untuk memecahkan masalahnya. semua
perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Individu
dengan kecemasan berat memerlukan banyak pengarahan untuk
dapat memusatkan perhatian pada sesesuatu hal yang lain.
4. Kecemasan Sangar Berat atau Panik
Tingkat panik dari suatu cemas berhubungan dengan terperangah,
ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali,
orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan. Panik menyebabkan aktivitas
motorik meningkat, menurunnya kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan
pemikiran yang rasional. Tingkat cemas ini tidak sejalan dengan
kehidupan, dan jika berlangsung terus menerus dalam waktu yang
11

lama, dapat terjadi kelelahan berat bahkan memungkinkan terjadi


kematian.

2.2.3 Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan


Menurut (adler & roman dalam gufron & risnawati, 2010)
menyatakan terdapat dua faktor yang menyebabkan kecemasan :
1. Pengalaman Negatif Masa Lalu
Pengalaman ini merupakan hal yang tidak menyenangkan pada
masa lalu mengenai peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa
mendatang.
2. Pikiran Yang Tidak Rasional
Kepercayaan dn keyakinan tentang suatu kejadian yang
menjadi penyebab kecemasan.

2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Anak


Faktor¬-faktor yang mempengaruhi kecemasan anak (Saputro et
al.,2017), antara lain:
1. Usia
Usia sangat berkaitan dengan tingkat perkembangan kognitif
anak. Anak usia pra sekolah belum mampu menerima presepsi
tentang penyakit, pengalaman baru serta lingkungan yang asing.
2. Jenis Kelamin
Walaupun belum ada yang membuktikan secara signifikan
adanya hubungan atau tidak antara jenis kelamin dengan tingkat
kecemasan anak. Akan tetapi ada beberpa orang yang mengatakan
bahwa anak perempuan yang menjalani hospotalisasi memilik
tingkat kecemasan yang lebih tinggi dari pada anak laki-laki.
12

3. Pengalaman Terhadap Sakit dan Perawatan Dirumah Sakit


Anak yang pernah mengalami hospitalisasi akan memiliki
kecemasan yang lebih rendah di bandingkan dengan anak yang
tidak pernah mengalami hospitalisasi. Pengalaman tidak
menyenangkan akan di dapatkan selama menjalani perawatan di
rumah sakit akan membuat anak merasa trauma dan takut.
Sebaliknya anak yang mendapat pengalaman yang baik dan
menyenangkan akan lebih kooperatif.

2.2.5 Respon Terhadap Kecemasan


Menurut Saputo & Fazrin (2017), kecemasan dapat mempengaruhi
kondisi tubuh seseorang. respon kecemasan antara lain :
1. Respon Fisiologis
Secara fisiologis respon tubuh terhadap kecemasan adalah
dengan mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis maupun para
simpatis). Biasanya akan menunjukkan gejala seperti sakit perut,
sakit kepala, mual, muntah, gelisah, sulit berkonsentrasi, dan
mudah marah.
Ada beberapa respon fisiologis terhadap kecemasan menurut
Stuart & Sundeen (2013) yaitu :
a. Kardiovaskuler
Palpitasi, jantung berdebar-debar, tekanan darah meninggi,
rasa ingin pingsan, pingsan, denyut nadi melemah.
b. Pernafasan
Napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada, terengah-
engah, pembengkakan pada tenggorokan.
c. Neuromuskuler
Tremor, insomnia, gelisah, wajah tegang, reflek meningkat,
kelemahan umum.
15

d. Gastrointestinal
Kehilangan nafsu makan, menolak makan, mual, muntah,
diare, rasa tidak nyaman pada abdomen.
e. Perkemihan
Tidak dapat menahan kencing atau sebaliknya, sering
berkemih.
f. Kulit
Wajah kemerahan, berkeringat pada telapak tangan, gatal,
rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat.
2. Respon Psikologis
Secara psikologis respon kecemasan adalah tampak gelisah,
terdapat ketegangan fisik, reaksi terkejut, bicara cepat, menarik
diri dari hubungan interpersonal, melarikan diri dari masalah,
menghindar, dan sangat waspada.
a. Respon Kognitif
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berfikir
baik proses pikir maupun isi pikir diantaranya tidak mampu
memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, bingung,
perasaan takut, dan sering mimpi buruk.
b. Respon Afektif
Secara afektif diekspresikan dalam bentuk kebingungan,
gelisah, tegang, gugup, khawatir, dan curiga berlebihan
sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.

2.2.6 Pengukuran Kecemasan


Kecemasan pada anak dapat diukur dari manifestasi yang
ditimbulkan. Alat ukur kecemasan pada anak terdapat beberapa versi
seperti yang disebutkan dalam Saputro & Fazrin (2017), antara lain :
a. Zung Self Rating Anxiety Scale
Zung Self Rating Anxiety Scale merupakan metode pengukur
tingkat kecemasan. Skala ini berfokus pada kecemasan secara
15

umum dan koping dalam mengatasi stres. Skala ini terdiri dari 20
pertanyaan denga 15 pertanyaan tentang peningkatan kecemasan
dan 5 pertanyaan tentang penurunan kecemasan.
b. Hamilton Anxiety Scale
Hamilton Anxiey Scale (HAS) disebut juga Hamilton Anxiety
rating Scale (HARS), pertama kali dikembangkan oleh Max
Hamilton pada tahun 1956 untuk mengukur semua tanda
kecemasan baik psikis maupun somatic. HARS terdiri dari 14
item pertanyaan untuk mengukur tanda adanya kecemasan pada
anak dan orang dewasa.
Adapun hal-hal yang dinilai dalam alat ukur HARS ini adalah
sebagai berikut:
a. Perasaan cemas
b. Ketegangan
c. Ketakutan
d. Gangguan tidur
e. Gangguan kecerdasan
f. Perasaan depresi
g. Gejala somatik
h. Gejala sensorik
i. Gejala kardiovaskular
j. Gejala pernafasan
k. Gejala gastrointestinal
l. Gejala urogenital
m. Perilaku
HARS terdiri dari 14 item. Penilaian setiap itemnya di beri
skor anatar 0-1 berdasarkan hasil berat ringannya gejala. Setiap
skor memiliki kategori yang berbeda, yaitu :
a. 0 = Tidak ada gejala atau keluhan
b. 1 = Gejala ringan
c. 2 = Gejala sedang
15

d. 3 = Gejala berat
e. 4 = Gejala berat sekali
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah skor dan
item 1-14 dengan hasil.
a. Skor kuarang dari 14 = tidak ada kecemasan
b. Skor 14-20 = kecemasan ringan
c. Skor 21-27 = kecemasan sedang
d. Skor 28-41 = kecemasan berat
e. Skor 42-56 = kecemasan dengan berat
c. Preschool anxiety Scale
Preschool anxiety scale dikembangkan oleh Spence,dalam
kuesioner ini mencakup pertanyaan pada anak. (Spance childre’s
Anxiety Scale) tahun 1994 dan laporan orang tua (Spance
Children’s Anxiet Scale Parent report) pada tahun 2000. Alat ukur
ini terdiri dari 28 pertanyaan kecemasan. Skala ini dilengkapi
dengan meminta orang tua untuk mengikuti petunjuk pada lembar
instrumen, Jumlah skor maksimal pada skala kecemasan
Preschool anxiety scale adalah 112. 28 item kecemasan tersebut
memberikan ukuran keseluruhan kecemasan, selain pada 6 sub
skala, masing-masing menekankan aspek tertentu dari kecemasan
anak, yaitu kecemasan umum, ketakutan cidera fisik, dan
kecemasan perpisahan.
d. Children Manife Anxiety Scale (CMAS)
Pengukuran kecemasan dengan CMAS ditemukan oleh Janer
Taylor. CMAS berisi 50 pertanyaan, dimana responden menjawab
dengan “ya” atau “tidak” sesuai keadaanya, dengan memberi
tanda (O) pada kolom jawaban “ya” dan tand (X) pada kolom
jawaban “tidak”.
e. Screen For Child Anxiety Related Disorders (SCARED)
Screen for child anxiety related disorders (SCARED)
merupakan instrumen untuk mengukur kecemasan pada anak
15

yang terdiri dari 41 item, dalam instrumen ini responden (orang


tua/pengasuh) diminta untuk menjelaskan bagaimana perasaan
anak dalam 3 bulan terakhir. Instrumen ini ditujukan untuk anak
usia 8 tahun hingga 18 tahun.
f. The Pediatric Anxiety Rating Scale (PARS)
The Pediatric anxiety rating scale (PARS) digunakan untuk
menilai tingkat keparahan kecemasan pada anak-anak dan remaja.
PARS memiliki dua bagian yaitu daftar periksa gejala dan item
keparahan.

2.3 Konsep Bermain


2.3.1 Definsi Bermain
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak
dan salah satu alat paling efektif untuk mengatasi stres anak. Karena
hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan sering
disertai stres berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk
mengeluarkan rasa takut dan cemas 35 yang mereka alami sebagai alat
koping dalam menghadapi stres (Wong, et al, 2008) dalam
(Madyastuti, 2017).
Bermain bagi anak merupakan suatu kebutuhan. Dengan
bermain maka pertumbuhan dan perkembangan anak akan
terstimulasi. Saat anak dalam keadaan sakit dan harus dirawat
dirumah sakit, maka kebutuhan bermain harus tetap difasilitasi.
Walaupun tentu ada perbedaan antara bermain dirumah dan bermain
di rumah sakit, karena selain untuk mendukung fase tumbuh
kembang, bermain di rumah sakit juga dapat berfungsi sebagai
terapi. Untuk mendukung proses pengobatan (Damanik & Sitorus,
2019).

2.3.2 Fungsi Bermain di Rumah Sakit


Perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang
15

penuh dengan stres, baik bagi anak maupun orang tua. Untuk itu anak
memerlukan media yang dapat mengekspresikan perasaan tersebut
dan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam
perawatan. Media yang paling efektif adalah melalui kegiatan
permainan.
Wong, et al (2008) dalam (Madyastuti, 2017) menyebutkan,
bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan
sosial anak. Seperti kebutuhan perkembangan mereka, kebutuhan
bermain tidak berhenti pada saat anak-anak sakit atau di rumah sakit.
Sebaliknya, bermain di rumah sakit memberikan manfaat utama yaitu
meminimalkan munculnya masalah perkembangan anak. Beberapa
manfaat bermain di rumah sakit adalah memberikan pengalihan dan
menyebabkan relaksasi. Hampir semua bentuk bermain dapat
digunakan untuk pengalihan dan relaksasi, tetapi aktivitas tersebut
harus dipilih berdasarkan usia, minat, dan keterbatasan anak. Anak-
anak tidak memerlukan petunjuk khusus, tetapi bahan mentah untuk
digunakan, dan persetujuan serta pengawasan.
Anak kecil menyukai berbagai mainan yang kecil dan
berwarna-warni yang dapat mereka mainkan di tempat tidur dan
menjadi bagian dari ruang bermain di rumah sakit (Wong, et al, 2008)
dalam (Madyastuti, 2017).
Meskipun semua anak memperoleh manfaat fisik, sosial,
emosional dan kognitif dari aktivitas seni, kebutuhan tersebut akan
semakin kuat pada saat mereka di hospitalisasi (Rollins, 1995 dalam
Wong, et al, 2008) dalam (Madyastuti, 2017). Anak akan lebih mudah
mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka melalui seni, karena
manusia pertama kali berpikir memakai imajinasi kemudian
diterjemahkan dalam kata-kata. Misalnya, gambar anak- anak sebelum
pembedahan sering bermakna kekhawatiran yang tidak terungkapkan
(Clatworthy, 1999 dalam Wong, et al, 2008) dalam (Madyastuti,
2017).
15

Hospitalisasi dapat memberikan kesempatan khusus pada anak


untuk penerimaan sosial. Terkadang anak yang kesepian, asosial, dan
jahat menemukan lingkungan yang simpatik di rumah sakit. Anak-
anak yang mengalami deformitas fisik atau “berbeda” dari teman
seusianya dapat menemukan kelompok sebaya yang bisa
menerimanya (Wong, et al, 2008) dalam (Madyastuti, 2017).
Penyakit dan hospitalisasi merupakan kesempatan yang sangat
baik bagi anak dan anggota keluarga lainnya untuk lebih mempelajari
tubuh mereka, satu sama lain, dan profesi kesehatan. Sebagai contoh,
selama masuk rumah sakit, karena krisis diabetes, seorang anak dapat
mempelajari penyakit tersebut, dan orang tua akan mempelajari
kebutuhan akan kemandirian anak (Wong, et al. 2008).
Pengalaman menghadapi krisis seperti sakit atau hospitalisasi
memberi kesempatan anak memperoleh penguasaan diri. Anak yang
lebih muda memiliki kesempatan untuk menguji fantasi versus
ketakutan yang nyata. Mereka menyadari bahwa mereka tidak
diabaikan, dimutilasi, atau dihukum. Pada kenyataanya mereka
dicintai, dirawat, dan diperlakukan dengan hormat sesuai masalah
mereka masing-masing (Wong, et al, 2008).

2.3.3 Prinsip Bermain pada Anak di Rumah Sakit


Menurut (Rohmah, 2018) terdapat beberapa prinsip bermain di
rumah sakit antara lain:
1. Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan perawatan yang
sedang dijalankan
2. Tidak membutuhkan basnyak energi
3. Harus mempertimbangkan keamanan anak
4. Dilakukan pada kelompok umur yang sama
5. Melibatkan orang tua
6. Bila keadaan anak masih lemah, maka gunakan bentuk permainan
pasif.
15

2.3.4 Jenis-Jenis Permainan


Dalam bermain kita mengenal beberapa sifat bermain pada anak, di
antaranya bersifat aktif dan bersifat pasif, sifat demikian akan
memberikan jenis permainan yang berbeda. Dikatakan bermain aktif
jika anak berperan secara aktif dalam permainan, selalu memberikan
rangsangan dan melaksanakannya.Sedangkan bermain pasif terjadi
jika anak memberikan respons secara pasif terhadap permainan dan
lingkungan yang memberikan respons secara aktif. Melihat hal
tersebut kita dapat mengenal macam-macamdari permainan di
antaranya (Nursalam,2005) dalam (Erita et al., 2019):
a. Berdasarkan isinya
1. Bermain afektif sosial (Social affective play)
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dengan orang lain. Misalnya, bayi
akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan dari hubungan
yang menyenangkan dengan orang tuanya dan/atau orang lain.
Contoh: bermain "cilukba", berbicara sambil tersenyum/
tertawa, atau sekedar memberikan tangan pada bayi untuk
menggenggamnya.
2. Bermain bersenang-senang (Sense of pleasure play)
Permainanini menggunakan alat yang dapat
menimbulkan rasa senang pada anak dan biasanya
mengasyikan. Misalnya: dengan menggunakan pasir, anak
akan membuat gunung-gunungan atau benda- benda apa
saja yang dapat dibentuknya dangan pasir. Ciri khas
permainan ini adalah anak akan semakin lama semakin asyik
bersentuhan dengan alat permainan ini dan dengan
permainan yang dilakukannya sehingga susah dihentikan.
3. Bermain keterampilan (skill play)
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini meningkatkan
15

keterampilan anak, khususnya motorik kasar dan motorik


halus. Misalnya: memindahkan benda dari satu tempat ke
tempat lain, dan anak akan terampil naik sepeda. Jadi,
keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan
permainan yang dilakukan.
4. Games atau permainan
Games dan permainan adalah jenis permainan yang
menggunakan alat tertentu dengan menggunakan perhitungan
atau .skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh anak sendiri atau
dengan temannya. Banyak sekali jenis permainanini mulai dari
yang sifatnya tradisional maupun modern. Misalnya: ular
tangga, congklak, puzzle.
5. Unoccupied behavior
Padasaat tertentu, anak sering terlihat mondar mandir,
tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan
kursi, meja, atau apa saja yang ada di sekitarnya. Jadi,
sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu, dan
situasi atau objek yang ada di sekelilingnya yang diqunakan
sebagaialat permainan.
6. Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini anak
memainkan peran sabagai rang lain melalui permainanya.
Anak berceloteh sambil berpakainan meniru orang dewasa,
misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya dan sebagainya
yang ingin ia tahu.
b. Berdasarkan karakteristik social
1. Onlooker play
Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati temannya
yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut
berpartisipasi dalam permainan. Jadi, anak tersebut bersifat
pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap permainan yang
15

sedang dilakukan temannya.


2. Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok
permainan, tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan
yang dimilikinya dan alat permainan tersebut berbeda dengan
alat permainan yang digunakan temannya. Tidak ada kerja
sama ataupun komunikasi dengan teman sepermainanya.
3. Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan
yang sama tetapi antara satu anak dengan anak lain tidak
terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dengan
anak lain tidak ada sosialisasi satu sama lain. Biasanya
permainan ini dilakukan oleh anak toddler.
4. Associative play
Padapermainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak
dengan anak lain tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin
atau yang memimpin permainan dan tujuan permainan tidak
jelas. Contoh permainan jenis ini adalah berrnain boneka,
bermain hujan-hujanan, dan bermain masak-masakan
5. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada
permainanjenis ini juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak
yang memimpin permainan mengatur dan mengarahkan
anggotanya untuk bertindak dalam permainan sesuai dengan
tujuan yang diharapkan dalam permainantersebut. Misalnva,
pada permainan sepak bola, ada anak yang memirnpin
permainan, aturan main harus dijalankan oleh anak dan mereka
harus dapat mencapai tujuan bersama yaitu memenangkan
permainan dengan memasukan bola ke gawang lawan
mainnya.
24

2.3.5 Permainan Tebak Gambar dan Suara


A. Pengertian Tebak Gambar
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam
Rinayanti, 2016, hlm. 3) gambar adalah tiruan barang (orang,
binatang, tumbuhan, dan sebagainya). Gambar adalah media
visual dua dimensi di atas bidang yang tidak transparan.
Menggabungkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
permainan tebak gambar adalah aktivitas bermain yang
menyenangkan menggunakan media
gambar berupa tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan, dan
sebagainya) yang tertuang diatas kertas, bermainnya dengan cara
ditebak.
Anak sangat suka mendengarkan musik, bunyi-bunyian,
dan suara serta gambar gambar aneka satwa. Memperdengarkan
berbagai suara dan berbagai macam gambar aneka satwa pada
anak akan menambah pengetahuannya tentang suara, irama music,
asal suara dan gambar macam-macam aneka satwa,. Permainan
menebak suara dan menebak gambar aneka satwa ini
mengasyikkan dan akan disukai anak. Keberhasilan menebak
membuat anak merasa bangga karena ia merasa punya
pengetahuan tentang aneka suara gambar mengenai aneka satwa.

B. Tujuan Permainan Tebak Gambar


Tujuan dari bermain tebak gambar antara lain:
1. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak dalam
memperoleh pengetahuan, kamampuan memecahkan masalah,
mengembangkan kemampuan logika akan ruang dan waktu
dan kemampuan berpikir teliti. Saat anak mampu berpikir logis
diharapkan dapat memiliki pemahaman yang baik terhadap
informasi (dalam hal ini gambar yang disajikan), mampu
24

membandingkan dan membedakan. Pada akhirnya anak akan


belajar memahami isi gambar yang ditampilkan
2. Anak dapat memahami berbagai konsep pengetahuan dari
gambar yang ditampilkan. Konsep bentuk, warna dan ukuran,
konsep matematika sederhana maupun konsep sains sederhana.
3. Melatih kemampuan dalam bertanya dan menjawab pertanyaan
sederhana. Dari kemampuan ini tumbuh kemampuan penalaran
dalam bahasa lisan sedehana..

C. Kelebihan dan Kekurangan Permainan Tebak Gambar


Berikut adalah kelebihan dan kekurangan media tebak gambar,
yaitu : Menurut Daryanto kelebihan media Tebak gambar sebagai
berikut:
1) Mudah dimanfaatkan di dalam kegiatan belajar mengajar
karena praktis tanpa memerlukan perlengkapan apa-apa
Harganya relatif murah dari pada jenis-jenis media pengajaran
lainnya
2) Tebak gambar dapat dipergunakan dalam banyak hal, untuk
berbagai jenjang pengajaran dan berbagai disiplin ilmu.
3) Tebak gambar dapatmenerjemahkan konsep atau gagasan yang
abstrak menjadi lebih realistik.
Menurut Daryanto kekurangan media gambar antara lain:
1. Beberapa gambarnya sudah cukup memadai, tetapi tidak cukup
besar ukurannya jika digunakan untuk tujuan pengajaran
kelompok besar, kecuali jika diproyeksikan melalui proyektor.
2. Tebak gambar adalah berdimensi dua sehingga sukar untuk
melukiskan bentuk sebenarnya yang berdimensi tiga
3. Tebak gambar tetap tidak memperlihatkan gerak seperti halnya
gambar bermain.
24

D. Cara Bermain Tebak Suara dan Gambar


1. Sediakan tape yang sudah ada rekaman beragam suara Binatang.
2. Sediakan gambar beragam aneka satwa yang sesuai denga suara
Binatang yang ada didalam tape.
3. Minta anak untuk menebak suara dan gambar Binatang apa yang
baru saja diperdengarkan.
4. Bila anak mengalami kesulitan dalam menjawab, maka ulangi
sekali lagi dan mintalah anak untuk menebak kembali.
BAB III
WAKTU DAN PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Pelaksanaan


Kegiatan : Terapi Aktivitas Bermain Menebak Suara dan Gambar
Waktu : Kamis 4 Januari 2024 jam : 11.00 s/d selesai
Tempat : Ruang Perawatan Anak Kemuning Bawah (Kamar 4)
RSUD Kab. Tangerang

3.2 Sesi yang digunakan


Untuk mengurangi dampak hospitalisasi pada anak terhadap proses
perawatan dan Untuk mengontrol tingkat kecemasan anak terhadap
tindakan keperawatan

3.3 Peserta
Pasien anak diruang rawat inap kemuning bawah RSUD Kab. Tangerang.

3.4 Metode dan Media


a. Metode
a) Bermain menebak gambar dan suara
b) Suara hewan, gambar hewan
b. Media
c) Kertas bergambar hewan
d) Speaker
3.5 Pengorganisasian
e) Tim Terapi :
1. Leader : Aldi Nubli
2. Moderator : Hilda Hijrianti
3. Fasilitator : Siti Romizatul Halawiya

26
27

3.6 Penguraian Tugas :


a. Leader :
Uraian Tugas :
1) Memimpin jalannya tugas terapi aktivitas bermain
2) Merencanakan, mengontrol dan mengatur jalannya aktivitas terapi
3) Menyampaikan materi sesuai tujuan
4) Memimpin aktifitas bermain dengan tebak gambar dan suara
b. Fasilitator :
Uraian tugas :
1) Memotivasi peserta dalam kegiatan bermain dengan media gambar
2) Memotivasi kegiatan dalam ekspresi perasaan setelah melakukan
kegiatan
3) Mengatur kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
4) Membimbing kelompok selama melakukan kegiatan
c. Moderator :
Uraian Tugas :
1) Pembawa acara jalannya kegiatan

f) Setting Waktu
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
5 Menit Pembukaan : a. Menjawab salam
a. Memberi salam b. Mendengarkan dan
b. Memperkenalkan diri memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan pembelajaran
10 Menit Pelaksanaan : a. Mengajarkan dan
a. Menyampaikan cara bermain, mendampingi anak
menebak dengan gambar dan untuk melakukan
suara yang diperdengarkan kegiatan
b. Seluruh peserta bermain menebak
27

sesuai dengan gambar dan suara


yang diperdengarkan
5 Menit Evaluasi : a. Melihat hasuk
a. Melihat pemahaman peserta bermain tebak
setelah dilakukan Tindakan suara dan gambar
aktivitas bermain
b. Memberikan Kesimpulan

3.7 Rencana dan Evaluasi Kegiatan


1. Evaluasi
a) Struktur
Recana kegiatan dipersiapkan 2 hari sebelum kegiatan dan
informasi pada pengurus 2 hari.
b) Proses
Peserta yang hadir 100%.
c) Tempat
Diruang kamar 4 kemuning bawah.
2. Hasil
a) Setelah kelompok melakukan terapi bermain didapatkan hasil
kecemasan pada anak berkurang karena saat dilakukan terapi
bermain anak menyimak dan mengikuti arahan apa yang dilakukan
kelompok.
b) Selain menurunkan kecemasan pada anak, orangtua pun
mendapatkan pengetahuan baru tentang mengetahui terapi bermain
menggunakan media tebak gambar dapat menurunkan Tingkat
kecemasan pada anak.
23

DAFTAR PUSTAKA

Erna setiawati, & Sundari (2019). Pengaruh Terapi Bermain dalam


Menurunkan Kecemasan Pada Anak Sebagai Dampak Hospitalisasi
di RSUD Ambarawa. (Vol. 2, Issue 1).

Erita, Hununwidiastuti, S., & Leniwita, H. (2019). Buku Materi


Pembelajaran Keperawatan Jiwa. In Universitas Kristen Indonesia.
http://repository.uki.ac.id/2703/1/BMPKEPERAWATANJIWA.pdf

Fadlian, & Konginan, A. (2015). Hospitalisasi pada Anak. Child


Hospitalization, 2–3.

Madyastuti, L. (2017). Bahan Ajar Keperawatan Dasar Anak. 1–99.

Rohmah, N. (2018). Terapi Bermain. In LPPM Universitas


Muhammadiyah Jember (Vol. 13, Issue 1).

Tumiwa, F. F. (2021). Pengaruh Terapi Bermain (Teknik Bercerita)


Terhadap Dampak Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah Di Irina
E Rsup Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado. Coping: Community of Publishing in
Nursing, 9(1), 67. https://doi.org/10.24843/coping.2021.v09.i01.p09
23

LAMPIRAN
23

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Inisial Orantua / Wali :
TTL Orangtua / Wali :
Inisial Anak :
TTL Anak :

Dengan ini saya beserta anak bersedia menjadi responden pada “Terapi Bermain
Tebak Gambar dan Tebak Suara Hewan Pada Anak Sebagai Dampak
Hospitalisasi Di Ruang Kemuning Bawah RSUD Kabupaten Tangerang” Yang
dilakukan Oleh :

Mahasiswa Universitas Yatsi Madani Program Studi Profesi Ners


1. Aldi Nubli
2. Hilda Hijrianti
3. Siti Romizatul Halawiyah

Demikian persetujuan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tidak ada paksaan
dari pihak manapun.

Tangerang, 02 Januari 2024


Peneliti Yang Membuat Pernyataan Responden

(Mahasiswa Yatsi) ( )
23

KUESIONER TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK


Nama :
Ruangan : Kemuning Bawah (Kamar 4)
Waktu : 4 Januari 2024
1. Anak menolak diperiksa oleh perawat atau dokter?
o Selalu
o Kadang-kadang
o Tidak pernah
2. Anak gemetar jika diperiksa oleh dokter.
o Selalu
o Kadang-kadang
o Tidak pernah
3. Anak takut ketika melihat perawat membawa peralatan medis.
o Selalu
o Kadang-kadang
o Tidak pernah
4. Anak takut pada dokter.
o Selalu
o Kadang-kadang
o Tidak pernah
5. Anak menangis ketika diperiksa oleh dokter atau perawat.
o Selalu
o Kadang-kadang
o Tidak pernah
6. Anak memeluk orang tua ketika didekati oleh perawat atau dokter.
o Selalu
o Kadang-kadang
o Tidak pernah
7. Anak hanya menatap anda dengan ekspresi wajah tegang ketika perawat
mengajak berbicara.
o Selalu
o Kadang-kadang
o Tidak pernah
8. Anak mengatakan takut adanya bekas luka.
o Selalu
o Kadang-kadang
o Tidak pernah
23

9. Anak mengajak orang tua pulang atau pergi, menangis minta pulang.
o Selalu
o Kadang-kadang
o Tidak pernah
10. Anak terlihat senang berada di rumah sakit.
o Selalu
o Kadang-kadang
o Tidak pernah
11. Anak hanya diam saja di tempat tidur.
o Selalu
o Kadang-kadang
o Tidak pernah
12. Anak nangis terus menerus ketika dirawat di rumah sakit.
o Selalu
o Kadang-kadang
o Tidak pernah
13. Anak minta digendong orang tua atau tidak mau ditinggal sendirian.
o Selalu
o Kadang-kadang
o Tidak pernah
14. Anak terlihat bosan ketika di rawat di rumah sakit.
o Selalu
o Kadang-kadang
o Tidak pernah
15. Anak gelisah ketika tidur.
o Selalu
o Kadang-kadang
o Tidak pernah
16. Menolak masuk keruang tindakan.
o Selalu
o Kadang-kadang
o Tidak pernah

Keterangan:

Nilai 1 untuk jawaban tidak pernah

Nilai 2 untuk jawaban kadang-kadang


23

Nilai 3 untuk jawaban selalu

Skor 16-23: kecemasan ringan

Skor 24-31: kecemasan sedang

Skor 32-48: kecemasan berat


23

KUESIONER POST TERAPI AKTIVITAS BERMAIN


Nama :
Ruangan : Kemuning Bawah (Kamar 4)
Waktu : 4 Januari 2024
1. Apakah ibu puas dengan terapi bermain anak pada hari ini?
o Sangat puas
o Puas
o Cukup puas
o Tidak puas
2. Bagaimana penyampaian aturan terapi bermain anak yang telah
disampaikan?
o Sangat baik
o Baik
o Cukup baik
o tidak baik
3. Bagaimana terapi bermain yang telah dilakukan hari ini untuk anak anda?
o Sangat menarik
o Menarik
o Cukup menarik’tidak menarik
4. Apakah saat bertanya jawaban yang diberikan petugas sudah jelas?
o Sangat jelas
o Jelas
o Cukup jelas
o Tidak jelas
5. Bagaimana sikap dari petugas selama acara terapi bermain berlangsung?
o Sangat sopan
o Sopan
o Cukup sopan
o Tidak sopan
23

GAMBAR
23

Anda mungkin juga menyukai