Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

HIDROSEFALUS

Di Susun Oleh:

HILDA HIJRIANTI

23030086

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS YATSI MADANI

TAHUN 2023/2024
1. Definisi
Hidrosefalus merupakan gangguan yang terjadi akibat kelebihan cairan
serebrospinal pada sistem saraf pusat. Kasus ini merupakan salah satu masalah
yang sering ditemui di bidang bedah saraf, yaitu sekitar 40% hingga 50%.
Penyebab hidrosefalus pada anak secara umum dapat dibagi menjadi dua,
prenatal dan postnatal. Baik saat prenatal maupun postnatal, secara teoritis
patofisiologi hidrosefalus terjadi karena tiga hal yaitu produksi liquor yang
berlebihan, peningkatan resistensi liquor yang berlebihan, dan peningkatan
tekanan sinus (Apriyanto, 2013).
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan
intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel. Pelebaran
ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan
serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau
kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala
menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Ketika
produksi CSS lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi
di dalam sistem Ventricular (Nining, 2008).
Hidrosefalus bisa mengakibatkan terganggunya otak, mental & fisik
disebabkan klien tirah baring seharian. Orang tua ikut andil penting dalam hal ini
Lantaran hal ini beresiko terjadinya tirah baring lama dan anak dapat mengalami
ruam popok. (Mendri & Prayogi, 2018).
Secara distributif didapatkan laki-laki lebih banyak menderita hidrosefalus,
baik tipe komunikans maupun non komunikans, dibandingkan perempuan
dengan rasio 2,1:1. Penderita hidrosefalus terbanyak pada kategori anak.
Hidrosefalus juga mengakibatkan terganggunya neurologis, seperti terganggunya
motorik, retardasi mental, atau intelegensi menurun, gangguan urologi bowel,
dan tirah baring lama. (Rahmayani, dkk, 2017).
Hidrosefalus sering dikenal sebagai Anomali obsesif pikiran yang
menghasilkan cairan serebrospinal yang meluas dan ketegangan intrakranial
yang meluas, menyebabkan pelebaran ventrikel. Pembesaran ventrikel ini
dihasilkan dari kecanggungan antara penciptaan dan retensi cairan serebrospinal.
Hidrosefalus adalah tambahan sepanjang waktu, karena infeksi atau kerusakan
otak. Adanya kelainan tersebut membuat kepala menjadi besar dan terjadi
pelebaran pada jahitan dan mahkota(Krisna Rangga, 2018).
Hidrosefalus yang berkembang sebagai hasil dari gangguan cairan
serebrospinal diotak dikarenakan disfungsi terhadap penyerapan dari
peningkatan produksi terhadap cairan serebrospinal. (Zielinska, 2017). Selain itu
hidrosefalusdisuatu keadaan otak menimbulkancerebrospinalfluid (CSF) Cairan
diseitar tsumsum tulang belakang & otaknir jalan berdasarkan otak
mengakibatkan ada cairan di otak begitu banyak. Hidrosefalus mengkibatkan
bengkak kepala, anak muda berpengalaman yang tulang kepalanya sudah
berkembang dan bergabung menghadapi migrain yang menyiksa karena
ketegangan yang meluas di kepala. Setiap kali tidak diobati, hidrosefalus dapat
menyebabkan kerusakan otak, hilangnya kapasitas mental dan aktual, dan
bahkan kematian. Dengan penemuan dini dan pengobatan yang tepat, bahaya ini
dapat dihindarkan. Ketika semuanya berjalan baik, CSF bergerak lewat ventrikel
& saluran terbatas yang mengisi tulang belakang dan otak juga. Serebrum
kemudian tali tulang belakang berkembang, daripada itu, pada saat itu, CSF
digunakan kembali sistem sirkulasi dengan asumsi ada penyumbatan di salah
satu ventrikel, atau sesuatu yang mengganggu penggunaan kembali, CSF
membanjiri dan menyebabkan hidrosefalus(Mendri dan Prayogi, 2018).

2. Etiologi
Penyebab hidrosefalus pada anak secara garis besar dapat dibagi menjadi 2
menurut Apriyanto, dkk, (2013):
a. Penyebab prenatal
Sebagian besar anak-anak dengan hidrosefalus telah mengalami ini sejak
lahir atau tidak lama setelah lahir. Beberapa penyebabnya adalah stenosis
sistem air Sylvius, distorsi Dandy Walker, myelomeningocele,
holooprecenpaly, dan deformitas Arnold Chiari. Terlebih lagi ada dua jenis
kelainan bentuk yang berbeda yang jarang terjadi. Penyebab yang berbeda
mungkin ingat untuk kontaminasi rahim, cedera bencana dan variabel
turun-temurun. Stenosis sistem air sylvius berakibat sepuluh persen untuk
kasus bayi. Mutasimenyebabkan gangguan antara ruang subarachnoid atau
dilatasi ventrikel keempat tidak tercukupi, menyebabkan hidrosefalus.
Alasan normal lainnya adalah mutasi Arnold Chiari (tipe II), kondisi ini
adalah korteks frontal vermis, batang otak, dan ventrikel keempat
bergabung dengan kelainan intrakranial. Terkadan gmyelomeningocele
sedikit kasus menjadi hidrosefalus.
b. Penyebab postnatal
Lessi massa menyebabkan sekitar 20% kasus hidrosefalus kista arachnoid
dan kistaneuropitelial merupakan kedua terbanyak yang mengganggu aliran
likuor. Perdarahan meningitis dan gangguan aliran vena juga merupakan
penyebab yang cukup sering terjadi.
3. Manifestasi Klinis
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada derajat ketidakseimbangan
kapasitas produksi dan resorbsi CSS.
(Darsono, 2005).
a. Tanda – tanda awal :
 Mata juling
 Sakit kepala
 Lekas marah
 Lesu
 Menagis jika digendong dan diam bila berbaring
 Mual muntah yang proyektil
 Melihat kembar
 Ataksia
 Perkembangan yang berlansung lambat
 Pupil edema
 Respon pupil terhadap cahaya lambat dan tidak sama
 Biasanya diikuti dengan perubahan tingkat kesadaran, opistotunus, dan
spatik pada ekstremitas bawah.
 Kesulitan dalam pemberian dan penelanan makanan
 Gangguan kardiopulmonel (Darsono, 2005).
b. Tanda – Tanda Selanjutnya
 Nyeri kepala dan di ikuti muntah – muntah
 Pupil edema
 Strabismus
 Peningkatan tekanan darah
 Denyut nadi lambat
 Gangguan respirasi
 Kejang
 Letargi
 Muntah
 Lekas marah
 Lesu
 Apatis
 Kebingungan
 Sering kali inkoheren(Darsono, 2005).
Manifestasi klinis dibedakan menjadi dua yaitu pada masa bayi dan masa anak –
anak (Suriadi (2010).
a. Bayi
 Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun
 Keterlambatan penutupan fontanela anterior
 Vena pada kulit kepala dilatasi dan terlihat jelas pada saat bayi menangis
 Terdapat bunyi creckedpod (tanda macewen)
 Mata melihat kebawah (tanda setting sun)
 Lemah
 Kemampuan makan kurang
 Perubahan kesadaran
 Opishtotonus
 Spatik pada ekktremitas bawah
 Kesulitan bernafas, apnea, aspirasi dan tidak ada reflek muntah
 Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”
 Strabismus, nystagmus, atropi optic
 Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.
b. Anak-anak
 Nyeri kepala
 Muntah
 Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
 Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun
 Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
 Strabismus
 Perubahan pupil

4. klasifikasi
Terdapat empat pembagian menurut Purwati & Sulastri, 2019. Diantaranya yaitu
adalah:
a. Konginetal berdasarkan penyebab.
b. Ada atau tidak sumbatan.
c. Non komunikan Hidrosefalus obstruktif terjadi apabila ada peningkatan
cairan serebrospinal yang disertai dengan penyumbatan pada sistem ventrikel
itu sendiri. Artinya pada hidrosefalus non komunikans, cairan serebrospinal
pada ruang ventrikulus tidak mampu mencapai ruang subarakhnoid karena
adanya hambatan atau sumbatan yang terdapat pada aliran cairan
serebrospinal di dalam foramen Monroe, aquaductus cerebri Sylvii, foramen
Magendi dan foramen Luschka. (Purwanti dan Sulastri, 2019).
d. Hidrosefalus komunikansHidrosefalus komunikans terjadi apabila ada
peningkatan cairan serebrospinal yang tanpa disertai dengan penyumbatan
pada sistem ventrikel itu sendiri. Artinya pada hidrosefaluskomunikans
terdapat hubungan langsung antara cairan serebropinal sistem ventrikel dan
cairan serebrospinal subarakhnoid. Hambatan aliran cairan serebrospinal
pada hidrosefalus komunikans terjadi pada bagian distal sistem ventrikel
yaitu ruang subarakhnoid atau pada granulatioarachnidea. Hal inilah yang
mengakibatkan akumulasi cairan serebrospinal dan pembesaran ruang
ventrikel sehingga terjadilah hidrosefalus komunikans. (Purwanti dan
Sulastri, 2019).

5. Patofisiologi
Pembentukan cairan serebrospinal terutama dibentuk di dalam sistem
ventrikel. Kebanyakan cairan tersebut dibentuk oleh pleksus koroidalis di
ventrikel lateral, yaitu kurang lebih sebanyak 80% dari total cairan
serebrospinalis. Kecepatan pembentukan cairan serebrospinalis lebih kurang
0,35- 0,40 ml/menit atau 500 ml/hari, kecepatan pembentukan cairan tersebut
sama pada orang dewasa maupun anak-anak. Dengan jalur aliran yang dimulai
dari ventrikel lateral menuju ke foramen monro kemudian ke ventrikel 3,
selanjutnya mengalir ke akuaduktus sylvii, lalu ke ventrikel 4 dan menuju ke
foramen luska dan magendi, hingga akhirnya ke ruang subarakhnoid dan kanalis
spinalis.Secara teoritis, terdapat tiga penyebab terjadinya hidrosefalus, yaitu:
a. Produksi likuor yang berlebihan. Kondisi ini merupakan penyebab paling
jarang dari kasus hidrosefalus, hampir semua keadaan ini disebabkan oleh
adanya tumor pleksus koroid (papiloma atau karsinoma), namun ada pula
yang terjadi akibat dari hipervitaminosis vitamin A.
b. Gangguan aliran likuor yang merupakan awal kebanyakan kasus
hidrosefalus.Kondisi ini merupakan akibat dari obstruksi atau tersumbatnya
sirkulasi cairan serebrospinalis yang dapat terjadI di ventrikel maupun vili
arakhnoid. Secara umum terdapat tiga penyebab terjadinya keadaan patologis.
c. Malformasi yang menyebabkan penyempitan saluran likuor, misalnya
stenosis akuaduktus sylvii dan malformasi Arnold Chiari.
d. Lesi massa yang menyebabkan kompresi intrnsik maupun ekstrinsik saluran
likuor, misalnya tumor intraventrikel, tumor para ventrikel, kista arakhnoid,
dan hematom.
e. Proses inflamasi dan gangguan lainnya seperti mukopolisakaridosis, termasuk
reaksi ependimal, fibrosis leptomeningeal, dan obliterasi vili arakhnoid.
f. Gangguan penyerapan cairan serebrospinal. Suatu kondisi seperti sindrom
vena cava dan trombosis sinus dapat mempengaruhi penyerapan cairan
serebrospinal. Kondisi jenis ini termasuk hidrosefalus tekanan normal atau
pseudotumor serebri.
Dari penjelasan di atas maka hidrosefalus dapat diklasifikasikan dalam
beberapa sebutan diagnosis. Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi
ventrikel, sedangkan hidrosefalus eksterna menunjukkan adanya pelebaran
rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks. Hidrosefalus komunikans
adalah keadaan di mana ada hubungan antara sistem ventrikel dengan rongga
subarakhnoid otak dan spinal, sedangkan hidrosefalus nonkomunikans yaitu
suatu keadaan dimana terdapat blok dalam sistem ventrikel atau salurannya ke
rongga subarakhnoid. Hidrosefalus obstruktif adalah jenis yang paling banyak
ditemui dimana aliran likuor mengalami obstruksi.

6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ultrasonografi untuk hidrosefalus dapat mengidentifikasi
hidrosefalus selama periode prenatal, juga dapat digunakan untuk mengukur dan
menyaring ukuran ventrikel, terutama pada bayi prematur. Keluaran CT dapat
digunakan untuk mengukur dilatasi ventrikel secara keseluruhan dan
menentukan sumber obstruksi. CT scan dapat digunakan untuk pemeriksaan
secara praktis dan fisik tetapi lebih buruk daripada MRI tetapi karena
evaluasinya begitu lama bayi dibius (Apriyanto, dkk, 2013).

7. Penatalaksanaan
Tata laksana utama pada hidrosefalus adalah teknik pembedahan, yaitu
pemasangan Shunting yang berfungsi sebagai drainage. Tindakan ini bukan
untuk menyembukan tetapi untuk mengontrol gejala akibat peningkatan tekanan
intracranial. Pada hydrosefalus kongenital, pembedahan pada bayi berpotensi
komplikasi sehingga ahli bedah saraf mungkin menunda melakukannya
(terutama bayi premature). Untuk mengurangi progresifitas kerusakan otak, bayi
hydrosefalus dapat diberikan terapi farmakologi dahulu sampai pembedahan
aman dikerjakan.

8. Pathway
DAFTAR PUSTAKA

Darsono dan Himpunan dokter spesialis saraf indonesia dengan UGM. 2019 BukuAjar
Neurologi Klinis. Yogyakarta: UGM Press.

Nining wiyati, dkk 2018. Asuhan Kebidanan Pada ibu bersalin Cetakan
ketiga.Yogyakarta : Fitramaya.

Price, Sylvia A. Wilson dkk, 2019. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.

Ropper, Allan H. And Robert H. Brown. 2020. Adams And Victor’sPrinciples Of


Neurology: Eigh Edition. USA. Suharso Darto, 2020, Pedoman Diagnosis dan
Terapi, F.K. Universitas Airlangga Surabaya..

Wong...[et.al]. 2018. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Alih bahasa : Agus
Sutarna, Neti.Juniarti, H.Y. Kuncoro. Editor edisi bahasa Indonesia : Egi Komara
Yudha....[et al.].Edisi 6.Jakarta : EGC

Apriyanto1, Rhonaz Putra Agung2, Fadillah Sari 3. 2019. Hidrosefalus Pada Anak1
Dokter Spesialis Bedah Saraf RSUD Raden Mattaher, Jambi.JMJ, Volume1,
Nomor 1, Mei 2019, Hal: 61 – 67

Johnson, M, et all. 2017. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.


Mosby: IOWA Intervention Project

Mc Closky, C. J, et all. 2018 Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. Mosby: IOWA Intervention Project

Anda mungkin juga menyukai