Dosen Pembimbing
Ns. Puji Setya Rini, S.Kep.
2010
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami kepada Allah SWT karena atas ridhonya kami
bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua, yang notabene nya calon perawat-perawat profesioanal.
Sebelumnya, pada makalah kami ini akan kami jelaskan tentang pengaruh aspek
Akhirnya, tak ada gading yang tak retak, dan kita tahu semua walaupun manusia
adalah makhluk Allah yang paling mulia dibanding makhluk-makhluk Allah yang lain,
tetapi tak ada satupun manusia yang sempurna, jadi apabila ada kesalahan dalam
pembuatan makalah ini, saya manusia biasa yang penuh dengan kesalahan memohon
maaf yang sebesar-besarnya dan kritik saran yang mendukung untuk kebaikan makalah
ini sangat kami harapkan, dan akhirnya semoga makalah ini dapat berguna bagi kita
semua.
Penulis
Kelompok I
2
DAFTAR ISI
1. Kata Pengantar................................................................................1
2. Daftar Isi.........................................................................................2
3. Bab I Pendahuluan..........................................................................3
1.2. Tujuan..................................................................................4
4. Bab II Pembahasan.........................................................................5
2.1. Alzhiemer...........................................................................5
2.2. Transkultural.......................................................................7
2.3. Psikososial..........................................................................9
3.1. Kesimpulan.......................................................................17
3.2. Saran.................................................................................17
6. Daftar Pustaka..............................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit alzheimer ditemukan pertama kali pada tahun 1907 oleh seorang ahli
wanita berumur 51 tahun, yang mengalami gangguan intelektual dan memori serta tidak
gangguan anggota gerak, koordinasi dan reflek. Pada autopsi tampak bagian otak
mengalami atropi yang difus dan simetri, dan secara nikroskopik tampak bagian kortikal
berbagai populasi, maka jumlah orang berusia lanjut akan semakin meningkat. Dilain
pihak akan menimbulkan masalah serius dalam bidang social ekonomi dan kesehatan,
sehingga aka semakin banyak yang berkonsultasi dengan seorang neurolog karena
orang tua tersebut yang tadinya sehat, akan mulai kehilangan kemampuannya secara
efektif sebagai pekerja atau sebagai anggota keluarga. Hal ini menunjukkan munculnya
penyakit degeneratif otak, tumor, multiple stroke, subdural hematoma atau penyakit
gejala menurunnya daya ingat dan hilangnya fungsi intelek lainnya. Defenisi demensia
(BVAMC) adalah kelainan fungsi intelek yang didapat dan bersifat menetap, dengan
4
adanya gangguan paling sedikit 3 dari 5 komponen fungsi luhur yaitu gangguan bahasa,
Alzheimer.
1.3. Tujuan
Dengan kami tulisnya makalah ini, kami berharap pada kami sendiri khususnya
dan semua orang pada umumnya, bisa mengetahui bagaimana sebenarnya pengarus
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Alzheimer
2.1.1. Defenisi
konsep klinis proses- proses penyakit, Juga merupakan penyakit dengan gangguan
degenarif yang mengenai sel-sel otak dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual,
penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan menurut dokumen terjadi pada orang
tertentu pada usia 40 tahun (Perawatan Medikal Bedah : jilid 1 hal 1003). Hal tersebut
berkaitan dengan lebih tingginya harapan hidup pada masyarakat di Negara maju,
2.1.2. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif penyebab yang telah
dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusi
heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal,
kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kognitif
dengan penurunan daya ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan
atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel
6
intraseluler, kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau
membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana
sehingga pasien dan keluarganya tidak mengetahui secara pasti kapan penyakit ini mulai
o EEG : normal
o CT/MRI : normal
7
o Language : fluent aphasia
o Calculation : acalculation
2.2. Trankultural
Etnik adalah seperangkat kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu
budaya dan sosial yang unik serta menurunkannya ke generasi berikutnya (Handerson,
1981). Etik berbeda dengan ras. Ras merupakan sistem pengklasifikasian manusia
berdasarkan karakteristik fisik pigmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada tubuh
8
dan bentuk kepala. Ada tiga jenis ras yang umumnya dikenal, yaitu Kaukasoid,
Negroid, Mongoloid.
Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau diajarkan manusia
kepada generasi berikutnya (Taylor, 1989). Budaya adalah sesuatu yang kompleks yang
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan
dengan belajar, beserta keselurahan hasil budi dan karyanya dan sebuah rencana untuk
(1978, 1984), karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut : (1) Budaya
adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya yang sama
persis, (2) budaya yang bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut
diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan, (3) budaya diisi
transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada perilaku
perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang
budaya. Pelayanan keperawatan transkultural diberikan kepada klien sesuai dengan latar
belakang budayanya.
9
Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan
sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada
kultur yang spesifik dan universal. Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai
norma spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain, seperti bahasa. Sedangkan kultur
yang universal adalah nilai atau norma yang diyakini dan dilakukan hampir oleh semua
kultur seperti budaya berolahraga membuat badan sehat, bugar; budaya minum teh
keperawatan yang bersifat humanis, perawat perlu memahami landasan teori dan praktik
keperawatan yang berdasarkan budaya. Budaya yang telah menjadi kebiasaan tersebut
2.3. Psikososial
2.3.1. Pengertian
Secara sederhana psikososial merupakan singkatan dari dua kata yaitu psiko dan
sosial, dimana arti dari psiko merupakan psikis yaitu adalah keadaan kondisi kejiwaan
seseorang, dan sosial merupakan tempat dimana individu hidup dan beraktivitas dengan
individu lainnya atau dengan kata lain tatanan kehidupan dalam masyrakat, kedua hal
ini saling mempengaruhi individu dalam kehidupannya, yaitu jika individu dalam sisi
kejiwaan tidak baik atau tertanggu maka akan mempengaruhi dirinya maupun
10
Melalui teori yang dikembangkannya yang biasa dikenal dengan sebutan Theory
agar teori psikososialnya menggantikan baik teori psikoseksual Freud maupun teori
aspek-aspek lain dalam perkembangan. Selain itu di sisi lain perlu diketahui pula bahwa
teori Erikson menjangkau usia tua sedangkan teori Freud dan teori Piaget berhenti
Meminjam kata-kata Erikson melalui seorang penulis buku bahwa “apa saja
yang tumbuh memiliki sejenis rencana dasar, dan dari rencana dasar ini muncullah
semua bagian bersama-sama ikut membentuk suatu keseluruhan yang berfungsi. Oleh
karena itu, melalui delapan tahap perkembangan yang ada Erikson ingin
keliru) dan malignansi (selalu curiga) hal ini berlangsung kalau satu tahap tidak berhasil
dilewati atau gagal melewati satu tahap dengan baik maka akan tumbuh
maladaption/maladaptif dan juga malignansi, selain itu juga terdapat ritualisasi yaitu
berinteraksi dengan pola-pola tertentu dalam setiap tahap perkembangan yang terjadi
serta ritualisme yang berarti pola hubungan yang tidak menyenangkan. Menurut
Erikson delapan tahap perkembangan yang ada berlangsung dalam jangka waktu yang
teratur maupun secara hirarkri, akan tetapi jika dalam tahap sebelumnya seseorang
utama setiap tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat
11
sosial, yang berjalan melalui krisis diantara dua polaritas. Adapun tingkatan dalam
delapan tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia menurut Erikson adalah
sebagai berikut :
Karena pada umumnya penderita Alzheimer adalah di mulai dari umur 40 tahun
keatas, maka pada makalah ini hanya akan dijelaskan teori perkembangan adulthood
dan senescence.
- Generativitas vs Stagnasi
Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh
12
dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala
sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan
Apabila pada tahap pertama sampai dengan tahap ke enam terdapat tugas untuk
dicapai, demikian pula pada masa ini dan salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat
dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi). Generativitas adalah perluasan cinta ke masa
depan. Sifat ini adalah kepedulian terhadap generasi yang akan datang. Melalui
generativitas akan dapat dicerminkan sikap memperdulikan orang lain. Pemahaman ini
sangat jauh berbeda dengan arti kata stagnasi yaitu pemujaan terhadap diri sendiri dan
sikap yang dapat digambarkan dalam stagnasi ini adalah tidak perduli terhadap
siapapun.
Maladaptif yang kuat akan menimbulkan sikap terlalu peduli, sehingga mereka
tidak punya waktu untuk mengurus diri sendiri. Selain itu malignansi yang ada adalah
penolakan, di mana seseorang tidak dapat berperan secara baik dalam lingkungan
Harapan yang ingin dicapai pada masa ini yaitu terjadinya keseimbangan antara
generativitas dan stagnansi guna mendapatkan nilai positif yang dapat dipetik yaitu
13
Generasional ialah suatu interaksi/hubungan yang terjalin secara baik dan
menyenangkan antara orang-orang yang berada pada usia dewasa dengan para
kemampuan yang lebih berdasarkan pengalaman yang mereka alami serta memberikan
segala peraturan yang ada untuk dilaksanakan secara memaksa, sehingga hubungan
diantara orang dewasa dan penerusnya tidak akan berlangsung dengan baik dan
menyenangkan.
- Integritas vs Keputusasaan
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang diduduki
oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Masa hari tua (Senescence)
ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa ini individu telah
memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah
menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh
usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau
tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali
kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa.
Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia
menghantuinya
Dalam teori Erikson, orang yang sampai pada tahap ini berarti sudah cukup
berhasil melewati tahap-tahap sebelumnya dan yang menjadi tugas pada usia senja ini
adalah integritas dan berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan. Tahap ini
merupakan tahap yang sulit dilewati menurut pemandangan sebagian orang dikarenakan
14
mereka sudah merasa terasing dari lingkungan kehidupannya, karena orang pada usia
senja dianggap tidak dapat berbuat apa-apa lagi atau tidak berguna. Kesulitan tersebut
dapat diatasi jika di dalam diri orang yang berada pada tahap paling tinggi dalam teori
Erikson terdapat integritas yang memiliki arti tersendiri yakni menerima hidup dan oleh
karena itu juga berarti menerima akhir dari hidup itu sendiri. Namun, sikap ini akan
bertolak belakang jika didalam diri mereka tidak terdapat integritas yang mana sikap
disebut Erikson berandai-andai, sementara mereka tidak mau menghadapi kesulitan dan
dibandingkan dengan integritas maupun secara malignansi yang disebut dengan sikap
menggerutu, yang diartikan Erikson sebagai sikap sumaph serapah dan menyesali
kehidupan sendiri. Oleh karena itu, keseimbangan antara integritas dan kecemasan
itulah yang ingin dicapai dalam masa usia senja guna memperoleh suatu sikap
kebijaksanaan.
keperawatan yang berfokus pada analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan
Alzheimer, sangat penting bagi kita untuk menganalisis dan memperlajari perbandingan
tentang perberdaan budaya penderita Alzheimer, tujuannya adalah agar kita dalam
pemberian pelayanan keperawatan tidak berbenturan dengan budaya penderita dan kita
15
juga bisa memberikan pelayanan yang lebih humanis dengan latar belakang kultur
Penderita Alzheimer tidak ingat sama sekali apa yang ada dalam memori
otaknya karena mengecil dan rusaknya korteks serebri penderita, sehingga penderita
sudah tidak mampu sama sekali dalam melakukan hal-hal yang dahulunya sering
penderita lakukan dan tidak ingat bagaimana budaya dan kebiasaan kehidupan sehari-
hari, dan bila kita bisa memahami seluk beluk kultur dan budaya penderita, kita dapat
Alzheimer dengan melayani secara keseluruhan dan tanpa memandang latar belakang
kultur budaya penderita dengan system pelayanan yang kompherensif baik bio, psiko,
dituntut untuk terlebih dahulu memahami bagaimana psikis atau kejiwaan penderita dan
memahami bagaimana sebenarnya keadaan psikososial klien dengan teori erikson diatas
“memberikan pelayanan baik bio, psiko, social, spiritual”, dari kalimat itu kita sudah
16
melakukan pendekatan-pendekatan seperti pendekatan psikososial, sehingga kita dapat
maksimal, begitu pun kita dalam memberikan pelaynan keperawatan pada penderita
Alzheimer.
Alzheimer, jawabannya adalah pengaruhnya sangat besar, sebenarnya bukan hanya pada
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
keperawatan pada penderita alzheimer. Dari segi aspek transkulutural, kita bisa
belakang kultur budaya penderita sehingga kita bisa memberikan pelayanan yang
kompherensif dan menyeluruh. Kemudian dari segi pendekatan psikososial kita dapat
mungkin.
3.2. Saran
dalam segi isi dan tata cara penulisannya, maka dari itu, kami sebagai penulis makalah
ini yang tentunya hanyalah manusia biasa sangatlah berterima kasih bila pembaca
sekalian dapat memberikan kritik dan saran yang mendukung guna kesempurnaannya
makalah ini.
18
Daftar Pustaka
Blass J et al. Thiamin and alzheimer disease. Arch. Neurol. 1988(45): 833-835
BR Reed. Alzheimer disease: age antibodi onset and SPECT pattern of reginal cerebral
blood flow, Archieves of Neurology, 1990(47):628-633
DL Spark. Aging and alzheimer disease: alteredd cortical serotogenic binding. Arch.
Neurology, 1989(46): 138-145.
J.C. Morries. The consortium to establish a registry for alzheimer disease (CERALD)
part I: clinical and neuropsycologycal assessment of ADALAH.
http://mahida01.blogspot.com/2009/02/aplikasi-askep-keluarga-dengan.html. diakses
pada 28 Agustus 2010
19