Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL

ALZHEIMER

Dosen Pembimbing:

Reza Olyverdy, S. Ft, MKM

Disusun Oleh:

RAHMATIKA PUTRI

1811401048

UNIVERSITAS FORT DE KOCK

BUKITTINGGI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa dengan rahmat perkenaa-Nya

penulis dapat menyelesaikan makalah ini, untuk menambah pengetahuan para

pembaca. Juga untuk para mahasiswa yang saat ini menempuh pendidikan di

Universitas Fort De Kock. Agar mereka dapat mengetahui tentang alzeimer.

Terimakasih kepada dosen mata kuliah yang membimbing dan memberi

arahan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Dan kepada teman-teman

yang member dukungan serta ide-ide yang cemerlang demi terciptanya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh

karena itu, saran dan kritikan yang sifatnya membangun dari pembaca sangat penulis

harapan. Demi penyempurnaan makalah ini saran dan kritikan terbuka bagi siapa saja.

Untuk kritikan dan saran nya saya ucapkan terimakasih.

Penulis berharap makalah ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Dan

makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan penulis maupun pembaca.

Pasaman, November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAAN

2.1 Teori Alzheimer

2.1.1 Pengertian Alzheimer

2.1.2 Etiologi

2.1.3 Patofisiologis

2.1.4 Tanda dan Gejala

2.1.5 Penyebab Alzheimer

2.2 Rencana intervensi

BAB III PENATALAKSANAAN

3.1 Intervensi

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Alzheimer adalah sebuah penyakit pada otak yang mengakibatkan kondisi
seseorang akan mengalami penurunan fungsi memori, cara berfikir, cara
bersosialisasi, cara berkomunikasi, hingga mempengaruhi cara penderita penyakit
tersebut menjalani kehidupan sehari-harinya. Dokter spesialis syaraf RS
Borromeus, Yustiani Dikot, mengatakan dimensia merupakan kumpulan gejala
yang menimbulkan gangguan kognitif yaitu memori, atensi, memori,
bahasa/komunikasi hingga perilaku atau kepribadian.
Demensia alzheimer menurut Dr.Noveline Sagota SpS, merawat orang
demensia adalah pekerjaan yang paling sulit didunia dan dapat mengakibatkan
stress bagi seseorang yang menjadi perawatnya. Orang yang memberikan
perawatan ini biasa disebut care giver. Kita perlu mengidentifikasi secara dini
stress pada seorang care giver dan kita perlu mencegah/mengatasi kelelahan
secara fisik dan jiwa (burnout) pada seorang care giver, agar kesehatannya tetap
terjaga, sehingga dapat merawat pasiennya dengan baik. Pencegahan dan
penanganan ini dilakukan dengan memberikan edukasi mengenai pengetahuan
dan pemahaman kepada care giver. Penyakit dimensia kedua terbanyak adalah
demensia vaskuler yang disebabkan gangguan darah di otak. Ini terjadi karena
hipertensi atau stroke. Dimensia lainnya terjadi karena parkinsen dan lain-lain.
Data Kemenkes menyebutkan, penyakit alzheimer paling banyak diderita oleh
lansia berumur 65 tahun ke atas. Namun, penyakit ini pun rentan menyerang
individu berusia 40-an tahun. Estimasi jumlah penderita penyakit alzheimer di
Indonesia pada tahun 2013 mencapai satu juta orang. Jumlah itu diperkirakan
akan meningkat drastis menjadi dua kali lipat pada tahun 2030, dan menjadi
empat juta orang pada tahun 20150. Direktur Eksekutif Alzheimer Indonesia, DY
Suharya, mengatakan bahwa memang masih banyak orang yang tidak paham soal
alzheimer. Ketidak pahaman ini timbul karena kurangnya informasi soal penyakit
tersebut.

1.2 Rumusan masalah

 Apa yang dimaksud dengan alzeihmer?


 Apa rencana intervensi yang deberikan?
 Apa tujuan dari intervensi yang diberikan?
 Bagaimana teknik pelaksanaan dari intervensi tersebut?

1.3 Tujuan

Tujuan penulis dalam membuat makalah tentang azeihmer ini agar penulis
lebih tau tentang alzeimer tersebut, agar juga orang juga lebih tau, bagaimana
penanganan yang tepat untuk kasus tersebut. Dan agar Masyarakat lebih memahami
dan waspada akan penyakit demensia alzheimer.
BAB II
PEMBAHSAAN

2.1 Teori Alzheimer

2.1.1 Pengertian alzheimer

Penyakit Alzheimer merupakan gangguan neurodegeneratif progresif kronik


yang terbanyak diderita penduduk di dunia (Alzheimer’s Statistic, 2015). Berdasarkan
data statistik Alzheimer tahun 2015, terdapat sekitar 44 juta penduduk dunia
mengalami Alzheimer. Angka ini diperkirakan meningkat hingga tiga kali lipat pada
tahun 2050 (AAIC, 2015)

Demensia merupakan hilangnya ingatan yang bisa timbul bersama dengan gejala
gangguan perilaku maupun psikologis pada seseorang (Ikawati, 2009). Gambaran
paling awal berupa hilangnya ingatan mengenai peristiwa yang baru berlangsung.
Terganggunya intelektual seseorang dengan Demensia secara signifikan
mempengaruhi aktivitas normal dan hubungan. Mereka juga kehilangan kemampuan
untuk mengontrol emosi dan memecahkan sebuah masalah, sehingga bukan tidak
mungkin mereka mengalami perubahan kepribadian dan tingkah laku.

Penyebab pertama penderita demensia adalah penyakit alzheimer (50- 60%) dan
kedua oleh cerebrovaskuler (20%) (Japardi, 2002). Penyakit Alzheimer adalah
penyakit degeneratif otak dan penyebab paling umum dari demensia. Hal ini ditandai
dengan penurunan memori, bahasa, pemecahan masalah dan keterampilan kognitif
lainnya yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan
sehari-hari. Penurunan ini terjadi karena sel-sel saraf (neuron) di bagian otak yang
terlibat dalam fungsi kognitif telah rusak dan tidak lagi berfungsi normal.

Pada penyakit Alzheimer, kerusakan saraf akhirnya mempengaruhi bagian otak


yang memungkinkan seseorang untuk melaksanakan fungsi tubuh dasar seperti
berjalan dan menelan (Alzheimer’s Association, 2015). Pada akhirnya penderita
dapat mengalami kematian setelah beberapa tahun karena kemampuan motoriknya
sudah tidak berfungsi. Selain itu, Alzheimer menimbulkan beban finansial akibat
tingginya biaya pengobatan dan perawatan yang dibutuhkan oleh penderita
Alzheimer. Di Amerika Serikat, biaya ini berjumlah ±226 miliar dolar pada tahun
2015 dan diperkirakan akan mencapai ±1,1 triliun dolar pada tahun 2050
(Alzheimer’s Association, 2015).

2.1.2 Etiologi

Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternative penyebab yang


telah dihipotesa adalah intoksidasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi virus,
polusi udara/industry, trauma, neurotrasnmiter, deficit formasi sel-sel filament,
prediposisi heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari
degenaratif neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan
gangguan fungsi dengan penurunan daya ingat secara progresif. Adanya difisiensi
factor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif
neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerative yang diakibatkan
oleh adanya peningkatan kalsiun intaseluler, kegagalan metabolism energy, adanya
formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal yang non spesifik.
Penyakit Alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa peran factor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat,
dimana factor lingkungan hanya sebagai pencetus factor genetika.

2.1.3 Patofisiologis

Penyakit Alzheimer ditandai dengan perubahan-perubahan yang bersifat


degeneratif pada sejumlah sistem neurotransmiter, termasuk perubahan fungsi pada
sistem neural monoaminergik yang melepaskan asam
glutamat, noradrenalin, serotonin dan serangkaian sistem yang dikendalikan oleh
neurotransmiter. Perubahan degeneratif juga terjadi pada beberapa
area otak seperti lobus temporal dan lobus parietal, dan beberapa bagian di
dalam korteks frontal dan girus singulat, menyusul dengan hilangnya sel
saraf dan sinapsis.

Sekretase-β dan presenilin-1 merupakan enzim yang berfungsi untuk mengiris


domain terminus-C pada molekul AAP dan melepaskan enzim kinesin dari gugus
tersebut. Apoptosis terjadi pada sel saraf yang tertutup plak amiloid yang masih
mengandung molekul terminus-C, dan tidak terjadi jika molekul tersebut telah
teriris. Hal ini disimpulkan oleh tim dari Howard Hughes Institute yang dipimpin
oleh Lawrence S. B. Goldstein, bahwa terminus-C membawa sinyal apoptosis
bagi neuron. Sinyal apoptosis juga diekspresikan oleh proNGF yang tidak teriris, saat
terikat pada pencerap neurotrofin p75NTR, dan distimulasi hormon sortilin.

Penumpukan plak ditengarai karena induksi apolipoprotein-E yang bertindak


sebagai protein kaperon, defiensi vitamin B1 yang mengendalikan metabolisme
glukosa serebral seperti O-GlkNAsilasi, dan kurangnya enzim yang terbentuk dari
senyawa tiamina[16] seperti kompleks ketoglutarat dehidrogenase-alfa,
kompleks piruvat dehidrogenase, transketolase, O-GlcNAc transferase, protein
fosfatase 2A, dan beta-N-asetilglukosaminidase. Hal ini berakibat pada peningkatan
tekanan zalir serebrospinal, menurunnya rasio hormon CRH, dan
terpicunya hipoglikemia di dalam otak walaupun tubuh mengalami hiperglisemia.

Selain disfungsi enzim presenilin-1 yang memicu simtoma ataksia, masih


terdapat enzim Cdk5 dan GSK3beta yang menyebabkan hiperfosforilasi protein
tau, hingga terbentuk tumpukan PHF. Hiperfosforilasi juga menjadi penghalang
terbentuknya ligasi antara protein S100beta dan tau, dan menyebabkan distrofi
neurita, meskipun kelainan metabolisme seng juga dapat menghalangi ligasi ini.

Hiperinsulinemia dan hiperglikemia juga menginduksi hiperfosforilasi protein


tau, dan oligomerasi amiloid-beta yang berakibat pada penumpukan plak
amiloid. Namun meski insulin menginduksi oligomerasi amiloid-beta, insulin juga
menghambat enzim aktivitas enzim kaspase-9 dan kaspase-3 yang juga membawa
sinyal apoptosis, dan menstimulasi sekresi Hsp70 oleh sel LAN5 untuk mengaktivasi
program pertahanan sel.
Terdapat kontroversi minor dengan dugaan bahwa hiperfosforilasi tersebut
disebabkan oleh infeksi laten oleh virus campak, atau Borrelia. Tujuh dari 10 kasus
Alzheimer yang diteliti oleh McLean Hospital Brain Bank of Harvard University,
menunjukkan infeksi semacam ini

2.1.4 Tanda dan Gejala

Berikut ini adalah gejala penyakit Alzheimer yang umum terjadi:

 Pikun

Pikun (mudah lupa) adalah gejala awal yang khas dari penyakit Alzheimer. Orang
dengan penyakit ini biasanya kesulitan untuk mengingat kejadian atau percakapan
yang baru saja ia lakukan. 

Seiring waktu, gejala ini akan semakin memburuk sehingga membuat kemampuan
seseorang tidak dapat melakukan aktivitas dengan baik. 

Di samping sulit mengingat, orang yang mengidap penyakit Alzheimer sangat


mungkin mengalami hal berikut ini:

 Sering mengucapkan kata atau kalimat berulang dan lupa dengan janji yang ia
buat.

 Sering salah menempatkan barang, kadang meletakkannya di lokasi ag tidak


wajar.

 Tersesat di tempat yang sudah ia kenali.

 Lupa dengan nama anggota keluarga dan benda-benda yang ada di


sekelilingnya.

 Sulit untuk menemukan kata yang tepat untuk mengidentifikasikan objek dan
mengekspresikan pikiran. 
 Sulit konsentrasi dan membuat keputusan

Ciri-ciri penyakit Alzheimer selanjutnya adalah sulit konsentrasi, terutama tentang


konsep abstrak seperti angka. Kondisi ini membuat mereka sulit untuk mengelola
keuangan atau membayar tagihan tepat waktu, kadang tidak mampu mengenali
angka. 

Mereka juga sulit untuk membuat penilaian dan menentukan keputusan yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, memilih pakaian yang tidak sesuai dengan
cuaca saat itu dan terkesan ceroboh dalam melakukan sesuatu.

Pada kasus parah, orang dengan penyakit ini kesulitan untuk melakukan aktivitas
seperti mandi atau membersihkan rumah. 

 Kepribadian dan perilaku berubah

Perubahan pada jaringan otak menyebabkan pasien penyakit Alzheimer mengalami


gejala yang bisa mengubah suasana hati dan perilakunya, seperti:

 Mengalami depresi dan acuh dengan sekitar.


 Menarik diri dari berbagai kehidupan sosial.
 Suasana hati mudah berubah dan mudah tersinggung
 Mengalami delusi (ketidaksinambungan antara pikiran, imajinasi, emosi, dan
realita).

Tingkat berkembangnya gejala penyakit Alzheimer berbeda-beda pada tiap orang,


tapi umumnya gejala akan berkembang secara perlahan-lahan selama beberapa tahun.
Mungkin masih ada gejala lain yang tidak tercantum. Jika ada pertanyaan tentang
tanda-tanda penyakit, konsultasi dengan dokter

Selama tahap akhir penyakit, pasien mulai kehilangan kemampuan untuk


mengontrol fungsi motorik seperti menelan, atau kehilangan kontrol usus dan
kandung kemih. Mereka akhirnya kehilangan kemampuan untuk mengenali anggota
keluarga dan untuk berbicara. Sebagai penyakit berlangsung itu mulai mempengaruhi
emosi dan perilaku seseorang dan mereka mengembangkan gejala seperti agresi,
agitasi, depresi, sulit tidur.

2.1.5 Penyebab Alzheimer

Alzheimer merupakan manifestasi penyakit seperti dementia yang berangsur-angsur


dapat memburuk hingga menyebabkan kematian. Alzheimer diduga terjadi karena
penumpukan protein beta-amyloid yang menyebabkan plak pada jaringan otak.
Secara normal, beta-amyloid tidak akan membentuk plak yang dapat menyebabkan
gangguan sistem kerja saraf pada otak. Namun, karena terjadi misfolding protein,
plak dapat menstimulasi kematian sel saraf. Para ahli percaya bahwa Alzheimer,
seperti penyakit kronis umum lainnya, berkembang sebagai akibat dari beberapa
faktor. Penyebab ataupun faktor yang menyebabkan seseorang menderita penyakit
Alzheimer antara lain sebagai berikut:

a. Usia Faktor risiko terbesar untuk penyakit Alzheimer adalah usia.


Kebanyakan orang dengan penyakit Alzheimer didiagnosis pada usia 65 tahun atau
lebih tua. Orang muda kurang dari 65 tahun juga dapat terkena penyakit ini,
meskipun hal ini jauh lebih jarang. Sementara usia adalah faktor risiko terbesar.

b. Riwayat Keluarga Riwayat keluarga dengan keluarga yang memiliki


orangtua, saudara atau saudari dengan Alzheimer lebih mungkin untuk
mengembangkan penyakit daripada mereka yang tidak memiliki kerabat dengan
Alzheimer's. Faktor keturunan (genetika), bersama faktor lingkungan dan gaya
hidup, atau keduanya dapat menjadi penyebabnya.

c. Pendidikan atau Pekerjaan

Beberapa ilmuwan percaya faktor lain dapat berkontribusi atau menjelaskan


peningkatan risiko demensia di antara mereka dengan pendidikan yang rendah. Hal
ini cenderung memiliki pekerjaan yang kurang melatih rangsangan otak. Selain itu,
pencapaian pendidikan yang lebih rendah dapat mencerminkan status sosial
ekonomi rendah, yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami gizi
buruk dan mengurangi kemampuan seseorang untuk membayar biaya perawatan
kesehatan atau mendapatkan perawatan yang disarankan.

d. Traumatic Brain Injury (TBI) Trauma Cedera Otak sedang dan berat
meningkatkan risiko perkembangan penyakit Alzheimer. Trauma Cedera Otak
adalah gangguan fungsi otak yang normal yang disebabkan oleh pukulan atau
tersentak ke kepala atau penetrasi tengkorak oleh benda asing, juga dapat
didefinisikan sebagai cedera kepala yang mengakibatkan hilangnya kesadaran.
Trauma Cedera Otak dikaitkan dengan dua kali risiko mengembangkan Alzheimer
dan demensia lainnya dibandingkan dengan tidak ada cedera kepala. (Alzheimer’s
Association, 2015)

2.2 Rencana intervensi

Masalah yang sering terjadi pada lansia salah satunya adalah masalah
kepikunan. Salah satu bagian dari fungsi kognitif pada lansia (memori). Kepikunan
sendiri dapat terjadi karena berbagai macam faktor termasuk usia, hormon,
kurangnya aktivitas, dll. Berbagai macam terapi telah digunankan untuk dapat
meningkatkan fungsi kognitif pada lansia. Maka dari itu rencana intervensi yang
dapat diberikan ke pada lansia yang mengalami alzehmeir adalah terapi. Terapi yang
dapat digunakan adalah Brain Gym (Senam Otak) pada lansia. Saat ini, Brain Gym
telah banyak digunakan oleh berbagai macam Panti Werdha untuk digunakan
sebagai salah satu terapi fisik dalam kebugaran jasmani lansia maupun
meningkatkan fungsi kognitif pada lansia. Dibuktikan dengan berbagai penelitian
sebelumnya yang menyatakan bahwa Brain Gym memiliki pengaruh terhadap
peningkatan fungsi kognitif pada lansia.
BAB IV

INTERVENSI

Adapun beberapa pencegahan Alzheimer yang dapat kita cegah sebelum


terkena Alzheimer tesebut. Setiap orang pastinya tidak ingin ataupun ingin jauh dari
berbagai macam penyakit yang membahayan kesehatan, Penyakit jantung sering
dikaitkan dengan risiko mengidap penyakit Alzheimer. Jika seseorang memiliki risiko
tinggi terkena penyakit jantung, maka dirinya pun lebih rentan terkena penyakit
Alzheimer. Karena itu lakukanlah beberapa langkah berikut ini agar jantung tetap
sehat dan terhindar dari risiko terkena penyakit Alzheimer.

a. Konsumsi makanan sehat yang kadar lemak dan kolesterolnya rendah. Tingkatkan
asupan serat, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.

b. Berhenti merokok dan batasi konsumsi minuman keras.

c. Penderita stroke, diabetes, hipertensi, atau kolesterol tinggi, diharapkan teratur


dalam mengonsumsi obat yang disarankan oleh dokter, serta menjalani nasihat dari
dokter mengenai pola hidup sehat.

d. Jika mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, berusahalah untuk


menurunkan berat badan secara aman.

e. Rutin memeriksakan tekanan darah, serta kadar kolesterol dan gula secara teratur
agar Anda selalu waspada.
f. Berolahraga secara rutin sedikitnya dua setengah jam tiap minggu, seperti
bersepeda atau berjalan kaki. (Tim Alodokter, 2015)

Umumnya, orang-orang yang aktif secara sosial, fisik, dan mental tidak akan
mudah terkena penyakit Alzheimer. Berdasarkan hal tersebut, melakukan kegiatan
yang menyenangkan dapat menstimulasi gerak tubuh dan pikiran.

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Alzheimer adalah sebuah penyakit pada otak yang mengakibatkan kondisi


seseorang akan mengalami penurunan fungsi memori, cara berfikir, cara
bersosialisasi, cara berkomunikasi, hingga mempengaruhi cara penderita penyakit
tersebut menjalani kehidupan sehari-harinya
DAFTAR PUSTAKA

http://e-journal.uajy.ac.id/11006/3/2TA14256.pdf

http://scholar.unand.ac.id/20682/2/BAB%20I%20Pendahuluan.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_Alzheimer

https://hellosehat.com/saraf/alzheimer/penyakit-alzheimer-adalah/#gref

https://um-surabaya.ac.id/214_20131660071_PKM-P%20Dhani.pdf

Anda mungkin juga menyukai