Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN NEUROBEHAVIOR

ALZHEIMER
Disusun untuk memenuhi tugas blok neurobehavior
Dosen : Ns. Noor Fitriyani, M.Kep

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2

1. EEN NOVI OKTAVIA (S16081) 8. FRISKA PUTRI INDAH S (S16089)


2. EKI RESTIANA SAPUTRI (S16082) 9. HAFIDH RENALDI A (S16090)
3. ELHAM ROCHMADONI (S16083) 10. IKA SUSILOWATI (S16091)
4. FARRAS HANIN L.W (S16084) 11. IRFAN SOFYAN ALI I (S16092)
5. FEBIYANTI ADI SAFITRI (S16085) 12. INDAH AYU NINGSIH (S16093)
6. GALIH PULUNG WINASIS (S16086) 13. INDITA RATIH A (S16094)
7. FIOLA NURUL HAFILDA (S16087)

PRODI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
NOVEMBER 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “alzheimer” dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat
bantuan dan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing
sehingga kami dapa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran
dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan, dukungan, dan doanya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini dan
dapat mengetahui tentang fisiologi kulit Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk
itu kami mengharap kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.

Surakarta ,November 2017

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit Alzheimer adalah suatu penyakit progesif yang ditandai oleh

kematian luas neuron-neuron otak terutama didaerah otak yang disebut nukleus

basalis. Saraf-saraf dari daerah ini biasanya berproyeksi melalui kemusfer

serebrum ke daerah-daerah otak yang bertanggung jawab untuk ingatan dan

pengenalan. Saraf-saraf ini mengeluarkan asetikolin, yang penting peranannya

dalam membentuk ingatan jangka pendek di tingkat biokimiawi.

Penyakit Alzheimer kadang disebut sebagai demensia degeneratif primer

atau demensia senil jenis Alzheimer, dibandingkanmerekan yang meninggal

akibat sebab-sebab lain, pada otak pasien yang meninggal akibat penyakit

Alzheimer terjadi penurunan sampai 90% kadar enzim yang berperan dalam

pembentukan asetikolin, kolin asetiltransferase. Dengan demikian, dengan tidak

adanya asetilkolin paling tidak ikut berperan menyebabkan  penyakit Alzheimer

seperti : mudah lupa dan mengalami penurunan fungsi kognitif. Pada para

pengiap penyakit ini, neurotransmitter lain juga tampaknya berkurang.

Penyakit Alzheimer biasanya timbul pada usia setelah 65 tahun dan

menimbulkan demensia senilis. Namun penyakit ini dapat muncul lebih dini dan

menyebabkan demensia prasenilis. Tampaknya terdapat predisposisi genetik

untuk penyakit ini, terutama pada penyakit awitan dini. Pada 1% sampai 10%

kasus, biasanya diderita 0 % bayi, angka prevalensi berhubungan erat dengan

usia. Bagi individu diatas 65 tahun penderita dapat mencapai 10%, sedang usia
85 tahun angka ini meningkat mencapai 47,2%. Dengan meningkatnya populasi

lansia, maka penyakit Alzheimer menjadi penyakit yang bertambah banyak.

Sampai sekarang belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya

penyakit ini, tetapi ada 3 teori utama mengenai penyebabnya : virus lambat,

proses otoimun, dan keracunan aluminium. Akhir-akhir ini teori yang paling

populer (meskipun belum terbukti) adalah yang berkaitan dengan virus lambat.

Virus-virus ini mempunya masa intubasi 2 – 30 tahun; sehingga transmisinya

sulit dibuktikan. Teori otoimun berdasarkan pada adanya peningkatan kadar

antibodi-antibodi reaksi terhadap otak pada penderita penyakit Alzheimer. Teori

keracunan aluminium menyatakan bahwa karena aluminium bersifat neuro

toksik, maka dapat menyebabkan perubahan neurofibrilar pada otak. Deposit

aluminium telah di identifikasi menyertai penyakit ini berbeda dengan yang

terlihat pada kercunan aluminium.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian Alzheimer?

2. Apa Saja Etiologi Alzheimer?

3. Bagaimana Patofisiologi Alzheimer?

4. Bagaimana Manifestasi Klinik Alzheimer ?

5. Bagaimana Proses Keperawatan ( menurut Gordon)Alzheimer?

C. TUJUAN

1. Tujuan umum :
Untuk mengetahui konsep penyakit alzheimer serta asuhan keperawatan nya
2. Tujuan khusus :
a. Untuk mengetahui definisi dari alzheimer
b. Untuk mengetahui apa saja etiologi penyakit alzheimer
c. Untuk mengetahui patofisiologi dari alzheimer
d. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis alzheimer
e. Untuk mengetahui bagaimana proses keperawatan alzheimer
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI ALZHEIMER

Penyakit Alzheimer adalah suatu penyakit degeneratif otak yang


progresif, dimana sel-sel otak rusak dan mati sehingga mengakibatkan gangguan
mental berupa kepikunan (demensia) yaitu terganggunya fungsi-fungsi memori
(daya ingat), berbahasa, berpikir dan berperilaku. Sebagian besar demensia
disebabkan oleh penyakit Alzheimer (60%). Demensia adalah suatu penyakit
yang dapat ditatalaksana, dan demensia bukan merupakan bagian normal dari
proses penuaan.

B. ETIOLOGI ALZHEIMER

1. Faktor genetik
Beberapa peneliti mengungkapkan 50% prevalensi kasus alzheimer ini
diturunkan melalui gen autosomal dominant. Individu keturunan garis
pertama pada keluarga penderita alzheimer mempunyai resiko menderita
demensia 6 kali lebih besar dibandingkan kelompok kontrol normal
2. Faktor infeksi
Ada hipotesa menunjukkan penyebab infeksi virus pada keluarga
penderita alzheimer yang dilakukan secara immuno blot analisis, ternyata
diketemukan adanya antibodi reaktif.
3. Faktor lingkungan
Ekmann (1988), mengatakan bahwa faktor lingkungan juga dapat
berperan dalam patogenesa penyakit alzheimer. Faktor lingkungan antaralain,
aluminium, silicon, mercury, zinc.
4. Faktor imunologis
Behan dan Felman (1970) melaporkan 60% pasien yang menderita
alzheimer didapatkan kelainan serum protein seperti penurunan albumin dan
peningkatan alpha protein, anti trypsin alphamarcoglobuli dan
haptoglobuli.Heyman (1984), melaporkan terdapat hubungan bermakna dan
meningkat dari penderita alzheimer dengan penderita tiroid. Tiroid
Hashimoto merupakan penyakit inflamasi kronik yang sering didapatkan
pada wanita muda karena peranan faktor immunitas
5. Faktor trauma
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan penyakit
alzheimer dengan trauma kepala. Hal ini dihubungkan dengan petinju yang
menderita demensia pugilistik, dimana pada otopsinya ditemukan banyak
neurofibrillary tangles.
6. Faktor neurotransmiter
Perubahan neurotransmitter pada jaringan otak penderita alzheimer
mempunyai peranan yang sangat penting seperti, Asetilkolin, Noradrenalin,
Dopamin, Serotonin, dan MAO (Monoamine Oksidase)(Dr Iskandar Japardi,
2002).

C. PATOFISIOLOGI ALZHEIMER

Tanda dini dari penyakit alzheimer adalah terakumulasinya plak-plak

amyloid diantara sel-sel saraf otak. Amyloid merupakan bentuk umum dari

serpihan protein yang dihasilkan secara normal oleh tubuh, pada otak yang sehat

amyloid ini akan dihancurkan dan dieliminasi oleh Beta-Amyloid atau amyloid

precursor protein (APP).  Namun pada penderita alzheimer amyloid ini akan

terakumulasi menjadi padat dan keras sehingga tidak dapat larut.

Selain terakumulasinya amyloid, pada penderita alzheimer terjadi

penyusutan dan kekusutan pada sel-sel otak sehingga terbentuk rongga-rongga

yang berisi cairan cerebrospinal dalam otak hal ini akan mengakibatkan otak

kehilangan kempuan memorinya, lambat laun rongga ini akan membesar

sehingga kerusakan otak menjadi lebih parah bahkan mengakibatkan kematian

bagi penderita alzheimer.


D. MANIFESTASI KLINIS ALZHEIMER

1. Tahap awal

a. Tidak ingat akan kejadian yang belum lama terjadi


b. Tidak dapat mengenali sesuatu/benda yang sebenarnya sudah pernah tahu
c. Hilang ingatan
d. Gangguan emosi seperti depresi, ketakutan
e. Lesu, tidak acuh pada aktivitas sekitarnya.
2. Tahap akhir
a. Tidak dapat mengenali saudaranya sendiri
b. Berangan-angan
c. Sukar berjalan, lama kelamaan berjalan dengan menyeretkan kaki
d. Mengalami serangan tiba-tiba (seizures) pada beberapa penderita.

E. PROSES KEPERAWATAN ALZHEIMER

1. Pengkajian

a. Pengkajian fisik didasarkan pada pengkajian neurologis menunjukkan

kemunduran yang progesif dari kondisi fisik dan mental. Keluarga atau

orang terdekat melaporkan pasien memperlihatkan penurunan daya ingat

ringan, tidak tertarik pada lingkungan, kurangnya perhatian. Bila penyakit

menjadi berat, kehilangan daya ingat terhadap hal-hal yang telah lama

menjadi tetap masih baik, kepribadian mengalami kemunduran gangguan

motorik seperti aproksia menjadi tampak. Pada tahap akhir koordinasi

antara tangan dan mata lemah. Control terhadap defekasi dan berkemih

hilang, tidak mengenali keluarga lagi, sering terjadi inkoherensi pada

bicaranya, langkaah jalannya menjadi atoksis terjadi perubahan

emosional secara menonjol. Penurunan berat badan terjadi saat pasien

lupa makan, agitasi meningkatkan dan menolak makan.


b. Kaji respon keluarga dan orang terdekat terhadap kondisi pasien dan

dampaknya terhadap lingkungan rumah.

2. 11 Pola Fungsi Menurut Gordon Berkaitan Dengan Penyakit Alzheimer

a. Persepsi kesehatan, penatalaksanaan kesehatan


Gejala  : Perlu bantuan/tergntung pada orang lain
Tanda   : Tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan
personal yang kurang, kebiasaan pembersihan buruk.Lupa untuk pergi
ke kamar mandi, lupa langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk
buang air atau tidak dapat menemukan kamar mandi.Kurang berminat
atau lupa tentang waktu makan; ketergantungan pada orang lain untuk
memasak makanan dan menyiapkannya di meja, makan dan
menggunakan alat makan.
b. Nutrisi, Pola metabolisme
Gejala  : Riwayat episode hipoglikemia ( merupakan faktor
predisposisi ).Perubahan dalam pengecapan, napsu makan,
mengingkari terhadap rasa lapar/kebutuhan untuk makan.Kehilangan
berat badan
Tanda   : Kehilangan kemampuan untuk mengunyahMenghindari atau
menolak makan ( mungkin mencoba menyembunyikan
keterampilan ).Tampak semakin kurus ( tahap lanjut )
c. Tidur, pola istirahat
Gejala  : merasa lelah
Tanda   : siang malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur.
Letargi: penurunan minat/perhatian pada aktivitas yang biasa, hobi,
ketidakmampuan untuk menyebutkan kembali apa yang
dibaca/mengikuti acara program televise
d. Kognitif, pola perseptual
Gejala  : Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutam perubahan
kognitif, dan atau gambaran yang kabur, diare, pusing atau kadang-
kadang sakit kepala.Adanya keluhan dalam penurunan kognitif,
mengambil keputusan, mengingat yang baru berlalu, penurunan
tingkah laku.
Tanda   : Kerusakan komunikasi: afasia dan disfasia; kesuliatan dalam
menemukan kata-kata yang benar ( terutam kata benda ); bertanya
berulang-ulang atau percakapan dengan subtansi kata yang tidak
memiliki arti; terpenggal-penggal, atau bicaranya tidak terdengar.
e. Persepsi diri, Pola konsep diri
Gejala  : Curiga atau takut terhadap situasi atau orang khayalan.
Tanda   : menyembunyikan ketidakmampuan ( banyak alasan tidak
mampu untuk melakukan kewajiban mungkin juga tangan membuka
buku tanpa membacanya ).Duduk dan menonton yang lainAktivitas
utama mungkin menumpuk benda tidak bergerak, gerakan berulang
( melipat-membuka liputan-melipat kembali kain ), menyembunyikan
barang-barang, atau berjalan-jalan.
Emosi labil : mudah menangis, tertawa tidak pada tempatnya;
perubahan alam perasaan (apatis, letargi, gelisah, lapang pandang
sempit, peka rangsang); marah yang tiba-tiba diungkapkan (reaksi
katastrofik);depresif yang kuat delusi; paranoia lengket pada orang.
f. Peran, pola berhubungan
Gejala  : Merasa kehilangan kekuatan
Faktor psikososial sebelumnya; pengaruh personal dan individu yang
muncul mengubah pola tingkah laku.
Tanda   : kehilangan kontrol sosial, perilaku tidak tepat.
g. Pola eliminasi.
Gejala  : dorongan berkemih (dapat mengindikasikan kehilangan
tonus otot)
Tanda   : Inkontinensia urine/feses; cenderung kostipasi/impaksi
dengan diare.
h. Aktivitas Pola latihan
Pada siang hari penderita diberi kesempatan sebanyak mungkin untuk
berpartisipasi dalam aktivitas olah raga, karena pola aktivitas dan
istirahat yang teratur akan memperbaiki tidur malam.
i. Seksual, pola reproduksi
Gejala      : Kelainan seksual dalam keadaan kebingungan dan
kesepian
Tanda      : dapat merasakan kenyamanan dan kepuasan dengan bunyi
dengkur berirama, basahnya lidah hewan peliharaanPenyakit
alzheimer tidak menghilangkan kebutuhan akan keintiman.
j. Koping, Pola toleransi stres
Gejala      : Adanya riwayat trauma kepala yang serius (mungkin
menjadi faktor prediosposisi/faktor akselerasi)Trauma kecelakaan
(jatuh, luka bakar, dan sebagainya)
Tanda      : Ekimosis, laserasi.
Rasa bermusuhan/menyerang orang lain.
k. Kepercayaan dan Keyakinan
Gejala         : kepikunan atau kemunduran dalam berfikir merupakan
hal yang wajar yang dialami oleh mereka yang memasuki usia lanjut.
Tanda         : membiarkan orang lanjut usia dengan keadan demikian (
pikun )

3. Diagnosa keperawatan yang muncul pada alzheimer

a. Perubahan proses berfikir yang berhubungan dengan neuron dan

demensia progesif.

b. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan perilaku

impulsive, kerusakan pertimbangan, kurang penglihatan dan disfungsi

perilaku.

c. Ansietas yang berhubungan dengan kehilangan kognitif dan

penurunan daalam konsep diri.

d. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan denga kehilangan

kognitif.
e. Defisit perawatan diri yang berhubbungan dengan konfusi, kehilangan

kognitif dan perilaku disfungsi.

f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas, kelambatan

berpikir dan tidak keseimbangan aktivitas.

4. Intervensi keperawatan

a. Mendukung Fungsi Kognitif

Karena kemampuan kognitif pasien menurun, maka perawat harus


memberikan lingkungan yang kalem dan mudah dikenali yang membantu
pasien menginterprtasi lingkungan sekitar dan aktivitasnya. Stimulus
lingkungan harus dibatasi dan rutinitas yang biasa diteruskan. Cara
berbicara yang tenang, menyenangkan dan dengan memberikan
penjelasan jelas dan sederhana, ditambah dengan penggunaan alat Bantu
dan isyarat ingatan akan membantu meminimalkann kebingungan dan
disorientasi serta memberikan rasa aman kepada pasien.
b. Peningkatan Keamanan Fisik
Lingkungan yang aman akan memungkinkan seseorang bergerak
bebas dan meenghilangkan kekhawatiran keluarga yang mencemaskan
mengenai keamanan. Untuk menghindari jatuh atau kecelakaan lain,
semua sumber berbahaya yang jelas harus dihilangkan. Masukan
medikasi dan makanann pasien harus dipantau. Lingkungan yang bebas
bahaya memungkinkan pasien mandiri secara maksimal dan memiliki
rasa otonomi.
c. Mengurangi Ansietas
Meskipun kehilangan kognitifnya cukup parah, namun ada saat
dimana pasien sadar akan cepat menghilangkan segala kemampuannya.
Pasien menjadi sangat membutuhkan dukungan emosional yang dapat
memperkuat citra diri yang positif.
d. Meningkatkan Komunikasi
Untuk memperbaiki interprtasi pasien terhadap pesan, perawat
harus tetap tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi.
Kalimat yang jelas dan sudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan
pesan karena arti suatu kata seringkali telah lupa atau ada kesulitan
mengorganisasi dan mengapresiasikan pikiran. Instrukssi yang berurutan
dan sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering
sangat membantu. Kadang pasien dapat menunjuk suatu objek atau
menggunakan bahasa non verbal untuk berkomunikasi.
e. Meningkaatkan Kemandirian dalam aktivitas perawatan diri.
Perubahan patofisiologi pada korteks serebri mengakibatkan
pasien yang mengalami defisit perawatan diri mencapai kemandirian
fisik. Upaya ditujukan untuk membantu pasien memelihara fungsi
kemandirian selama mungkin. Memelihara martabat dan otonomi pribadi
penting bagi penderita Alzheimer. Dia haarus didorong menentukan
pilihan bila diperlukan dan berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri
sebanyak mungkin.
f. Meningkatkan Aktivitas Dan Istirahat Yang Seimbang
Kebanyakan pasien Alzheimer menunjukkaan gangguan tidur dan
perilaku melamun. Perilaku tersebut terjadi bila pasien merasa bosan,
tidak bisa diam, agitasi atau disorientasi, terutama pada suasanan baru
dan biasanya pada malam hari. Pasien yang melamun diluar rumah
kadang tidak bisa pulang lagi, sehingga beresiko mengalami kecelakaann
dan cedera. Bila terjadi gangguan tidur dan pasien tidak bisa tidur maka
daapat dibantu dengan musik susu hangat atau garukan punggung dapat
membantu pasien agar rileks.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan

kelumpuhan yang terutama menyerang orang yang berusia diatas 65 tahun tapi

tidak menutup kemungkinan dapat juga menyerang anak-anak, bahkan

bayi.Pasien dengan penyakit Alzheimer mengalami banyak kehilangan neuron-

neuron hipokarpus dan korteks tanpa disertai kehilangan parenkim otak, juga

terdapat kekusutan neuro fibrilar.Sampai sekarang penyebab penyakit ini belum

diketahui secara pasti.Pengkajian keperawatan yang dimaksudkan oleh Gordon

yaitu 11 pola fungsi mencakup keseluruhannya dari penyakit Alzheimer ini.

Anda mungkin juga menyukai