Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KELOMPOK II

“ALZHEIMER”

DOSEN PENGAMPU:
Apt. Laili Apriani, M.farm
Anggota :
Ahdiatissani (48201190)
Sopian Wanandi (48201190)
Ayu Safitri (48201190)
Citra Rahayu (4820119061)
Haliza Maesaroh (48201190)
Bq. Inas Salwa (48201190)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDIN PRINGGARATA
LOMBOK TENGAH
TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan baik jasmani dan rohani
sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini kami
susun untuk laporan mata kuliah Fater SSP semester 7 tahun ajaran 2022/2023. Makalah
ini dibuat untuk menjelaskan mengenai penyakit alzheimer.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan karena
terbatasnya pengetahuan dan referensi yang kami miliki. Oleh karena itu, kami ucapkan
termakasih kepada Ibu Apt. Laili Apriani, M.farm selaku dosen pengampu mata kuliah
Fater SSP sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar. Kami
terbuka dengan lapang dada menerima kritikan,tanggapan dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Pringgarata, 9 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif yang paling sering
terjadi, penyakit Alzheimer merupakan penyebab dua pertiga dari keseluruhan
gejala pikun (berkisar pada berbagai studi dari 42 sampai 81%), dengan kasus
lain sisanya disebabkan penyakit jantung dan neurodegeneratif yang lain seperti
penyakit Pick’s dan Diffuse Lewy-body dementia (Dr Iskandar Japardi, 2002).
Penyakit Alzheimer adalah penyakit pada syaraf yang sifatnya irreversible
akibat penyakit ini berupa kerusakan ingatan, penilaian, pengambilan keputusan,
orientasi fisik secara keselurahan dan pada cara berbicara. Diagnosa yang
didasarkan pada ilmu syaraf akan penyebab kepikunan hanya dapat dilakukan
dengan cara otopsi(Dr Iskandar Japardi, 2002).
Penyakit ini menyebabkan penurunan kemampuan intelektual penderita
secara progresif yang mempengaruhi fungsi sosialnya. Sayangnya banyak pasien
atau keluarganya menganggap ini gejala normal akibat bertambahnya usia,
sehingga tidak segera menemui dokter (Ronald Reagan, 2009).
Dengan banyaknya kasus penderita alzheimer yang kurang mengetahui
gejalanya dan penyakit alzheimer mengacu kepada kelainan otak secara biologis,
penulis tertarik untuk menggali lebih dalam tentang penyakit tersebut.
B. Rumusan Masalah

4
BAB II
ISI
A. Definisi Alzheimer
Alzheimer adalah penyakit degeneratif progresif pada otak yang umumnya
menyerang orang tua dan dikaitkan dengan perkembangan plak-plak beta amiloid
pada otak. Penyakit ini dicirikan oleh kebingungan, disorientasi,kegagalan
memori, gangguan bicara, dan demensia. Penyebabnya belum diketahui.
Alzheimer diambil dari nama ilmuwan Jerman. Alois Alzheimer (1864-1915).
Alzheimer bukanlah penyakit menular, melainkan erupakan sejenis sindrom
dengan apoptosis sel-sel otak pada saat yang hampir bersamaan sehingga otak
tampak mengerut dan mengecil.

B. Etiologi Alzheimer
Hingga saat ini, penyebab pasti penyakit Alzheimer belum diketahui. Dari
penelitian terbaru, diduga bahwa penyakit Alzheimer dipengaruhi oleh
pengendapan protein di dalam otak yang menghalangi asupan nutrisi ke sel-sel
otak, sehingga sel otak menjadi rusak.Kerusakan sel otak akan menurunkan kadar
zat kimia di dalam otak, yang menyebabkan koordinasi antarsaraf otak menjadi
kacau. Hal ini akan membuat penderita mengalami penurunan daya ingat dan
perubahan suasana hati.
Kondisi ini berbahaya, karena lama-kelamaan sel otak akan mati, hingga
pada akhirnya beberapa bagian otak akan menyusut, terutama bagian otak yang
mengatur memori.
Etiologi penyakit Alzheimer dipercaya bersifat multifaktorial, yang
melibatkan interaksi antara faktor genetik, gaya hidup, dan juga faktor
lingkungan. Penyakit Alzheimer terjadi akibat proses neurodegeneratif di orak
yang memicu dementia.
1. Faktor Genetik
Penyakit Alzheimer merupakan penyakit yang umumnya
diwariskan. Dasar genetik pada onset awal penyakit Alzheimer mengikuti
pola pewarisan dominan autosomal yang berhubungan dengan mutasi gen

5
yang mengubah produksi, agregasi atau pengeluaran protein amiloid beta.
Gen-gen yang berpengaruh dalam mutasi adalah amyloid precursor protein
(APP), presenilin 1 (PSEN1), dan presenilin 2 (PSEN2).
Selain itu, pasien yang memiliki 2 kopi alel apolipoprotein (APOE)
E4 memiliki risiko Alzheimer 2 kali lipat dibandingkan pasien lain yang
memiliki subtipe APOE lain. Beberapa faktor genetik lain yang
mempengaruhi adalah mutasi pada TREM2 (triggering receptor on
myeloid cells 2).
2. Faktor Gaya Hidup
Gaya hidup yang sehat dapat mengurangi risiko mengalami
penyakit Alzheimer. Individu yang aktif secara fisik telah dilaporkan
memiliki insidensi dan prevalensi yang lebih rendah untuk mengalami
penurunan kognitif dan dementia.
3. Faktor Lingkungan
Berdasarkan beberapa studi, faktor lingkungan seperti polusi udara
(misalnya nitrogen oksida, karbon monoksida), kandungan aluminium
pada air minum, pajanan gelombang elektromagnetik, dan pajanan
terhadap bahan pelarut kimia dan pestisida berhubungan dengan
meningkatnya faktor risiko Alzheimer.
Sebuah studi potong lintang yang dilakukan terhadap 2692
partisipan menunjukkan bahwa paparan asap rokok berhubungan dengan
meningkatnya risiko penyakit Alzheimer. Selain itu, studi hewan dan data
epidemiologi manusia mendukung adanya hubungan antara polusi udara
dengan penyakit Alzheimer.
4. Faktor Infeksi
Beberapa studi mengindikasikan adanya hubungan antara infeksi
mikroba spesifik, seperti herpes simplex virus type 1 (HSV 1), Chlamydia
pneumoniae, dan beberapa spirochete dengan penyakit Alzheimer.
Patogen tersebut dapat menyebabkan neuroinflamasi kronik yang diduga
berkaitan dengan proses neurodegeneratif penyakit Alzheimer di masa
mendatang.

6
5. Faktor Resiko
Selain faktor-faktor di atas, beberapa faktor lain juga
meningkatkan risiko Alzheimer, seperti dislipidemia dan penambahan
usia.
a. Dislipidemia
Studi epidemiologi dan observasional menunjukkan adanya
asosiasi antara peningkatan total atau low density lipoprotein pada
usia paruh baya dengan risiko penyakit Alzheimer. Diduga bahwa
kolesterol otak meningkatkan risiko penyakit Alzheimer dengan
meningkatkan formasi atau deposisi amiloid beta, atau
memengaruhi faktor nonamiloid seperti risiko serebrovaskular.
b. Hipertensi
Studi potong lintang dan longitudinal menunjukkan secara
konsisten adanya asosiasi antara hipertensi dengan penyakit
Alzheimer. Kekakuan arteri dan variabilitas tekanan darah
merupakan faktor yang dianggap mengaitkan keduanya.
c. Obesitas dan Diabetes Mellitus Tipe 2
Obesitas dan diabetes mellitus tipe 2 berhubungan dengan
peningkatan risiko 1,5 kali lipat terkena penyakit Alzheimer. Hal
ini diduga berkaitan dengan efek hiperinsulinemia, resistensi
insulin di otak, dan hubungan antara metabolisme insulin dan beta
amiloid.
d. Cedera Otak Traumatik
Riwayat cedera otak traumatik derajat berat dengan hilangnya
kesadaran 30 menit atau lebih dilaporkan berhubungan dengan
risiko penyakit Alzheimer. Cedera derajat ringan yang berulang-
ulang juga telah dilaporkan berhubungan dengan perubahan
neuropatologis tauopati.
e. Faktor Risiko Lainnya

7
Faktor risiko penyakit Alzheimer lainnya adalah pertambahan usia,
adanya riwayat keluarga Alzheimer, dan pasien yang menderita
Down syndrome.

C. Patofisilogi Alzheimer
Patofisiologi penyakit Alzheimer melibatkan proses neurodegeneratif di
otak yang menyebabkan manifestasi dementia. Penyakit Alzheimer ditandai oleh
penumpukan plak neuritik yang difus dan neurofibrillary tangles yang terdiri atas
protein tau terhiperfosforilasi. Penyakit Alzheimer mempengaruhi 3 proses yang
melindungi neuron sehat, yaitu proses komunikasi, metabolisme, dan perbaikan
sel saraf yang menyebabkan degenerasi sel saraf itu sendiri.
1) Plak Amiloid dan Neurofibrillary Tangles
Perubahan neuropatologis utama pada penyakit Alzheimer adalah
plak neuritik yang berhubungan dengan cedera neuron, dengan ciri
amiloid terbentuk dari amiloid beta ditambah dengan neurite distrofik
yang memiliki imunoreaktivitas tau-fosfor. Selain itu, terjadi penumpukan
ekstraselular amiloid beta peptida dan degenerasi neurofibriler.
a) Plak Amiloid
Plak merupakan deposit protein dan materi selular yang
padat dan tidak larut yang terletak di sekitaran neuron. Plak beta-
amiloid adalah kumpulan fragmen protein yang terpisah dari
protein prekursor amiloid yang lebih besar ukurannya dan
bercampur dengan molekul, neuron, dan sel nonsaraf lainnya. Pada
penyakit Alzheimer, plak terbentuk di hipokampus dan area
korteks serebral lain yang berperan dalam fungsi berpikir dan
membuat keputusan. Hingga saat ini, belum diketahui apakah plak
beta amiloid menyebabkan penyakit Alzheimer atau merupakan
hasil sampingan dari proses penyakit Alzheimer.
Plak senilis juga ditemukan pada penyakit Alzheimer,
tetapi utamanya ada pada penuaan yang normal. NFT dan plak

8
senilis merupakan karakteristik penyakit Alzheimer meskipun
tidak patognomonis.
b) Neurofibrillary Tangles
Tangles merupakan serat tersimpul yang tidak larut yang
terbentuk di dalam neuron. Plak dan tangles juga terbentuk pada
lanjut usia, namun pada penderita penyakit Alzheimer, plak dan
tangles ditemukan lebih banyak pada area tertentu di otak yang
berkaitan dengan memori.
Neurofibrillary tangles (NFT) terdistribusi paling padat
pada aspek medial dan pada kutub lobus temporal, serta paling
parah pada korteks entorhinal dan hipokampus. Seiring dengan
perkembangan penyakit, NFT akan menumpuk pada regio kortikal
lain.
2) Stres Oksidatif
Kerusakan akibat stres oksidatif pada penyakit Alzheimer
ditemukan pada bagian-bagian otak yang mengatur fungsi kognitif. Stres
oksidatif diduga mengganggu sintesis protein yang dianggap sebagai awal
dari kelainan patologis lain pada Alzheimer. Stres oksidatif merupakan
faktor yang juga berperan pada proses penuaan yang normal dan penyakit
neurodegeneratif lain seperti penyakit Parkinson dan sklerosis amiotropik
lateral.
Pembentukan karbonil bebas dan produk reaktif asam tiobarbiturat
(indeks kerusakan oksidatif) meningkat secara signifikan pada jaringan
otak pasien Alzheimer. Gangguan yang ditimbulkan oleh stres oksidatif
salah satunya melalui pembentukan reactive oxygen species (ROS) di
membran sel. ROS mengganggu protein membran yang terlibat dalam
homeostasis ion seperti reseptor kanal N-methyl-D-aspartate (NMDA)
atau ion motif adenosin trifosfatase. Penumpukan kalsium intrasel,
penumpukan ROS, dan kerusakan komponen sel, seperti protein, DNA,
dan lipid akan memicu apoptosis sel.
3) Reaksi Inflamasi

9
Reaksi inflamasi dan mekanisme imun memegang peranan penting
pada proses degeneratif penyakit Alzheimer. Selain itu, reaksi inflamasi
pada sel saraf dan aktivasi sel glia juga diduga berperan dalam
patofisiologi penyakit Alzheimer. Peningkatan kadar sitokin dalam serum,
plak korteks, dan sel saraf ditemukan pada pasien Alzheimer. Pada
penyakit Alzheimer ditemukan sitokin antiinflamasi TGF-β1 yang dapat
mempercepat pembentukan deposit amiloid β dan mengaktivasi secara
langsung jalur komplemen klasik.
4) Sistem Kolinergik
Sistem kolinergik terlibat dalam mengatur daya ingat seseorang.
Aktivitas enzim asetilkolinesterase dan kolin asetiltransferase secara
signifikan menurun pada otak penderita Alzheimer terutama di bagian
korteks serebri, hipokampus, dan amigdala. Nukleus basalis Meynert dan
band diagonal Broca merupakan sumber kolinergik utama pada
hipokampus, amigdala, dan neokorteks. Pada spesimen biopsi ditemukan
adanya hubungan antara hilangnya kolin asetiltransferase dan turunnya
sintesis asetilkolin dengan gangguan kognitif.

D. Faktor Resiko Alzheimer


Sejauh ini, tidak ada satu faktor utama yang telah diidentifikasi sebagai
penyebab penyakit Alzheimer. Sangat mungkin bahwa kombinasi beberapa faktor
mempengaruhi seperti usia, pembawaan genetik, faktor lingkungan, gaya hidup
dan kesehatan umum. Pada beberapa orang, penyakit ini dapat berkembang diam-
diam selama bertahun-tahun sampai gejalanya muncul.
 Usia
Usia merupakan faktor risiko terbesar untuk demensia. Demensia
mempengaruhi satu dari 14 orang di atas usia 65 tahun dan satu dari enam
di atas usia 80 tahun.
 Pembawaan genetik

10
Kita tahu bahwa ada beberapa keluarga yang jelas mempunyai
pembawaan penyakit dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam
keluarga, hal ini sering terjadi dimana penyakit muncul relatif lebih awal.
Dalam sebagian besar kasus, pengaruh gen penyakit Alzheimer
yang diwariskan oleh orang tua tampaknya kecil. Jika orang tua atau
anggota keluarga lain cenderung terkena Alzheimer, kemungkinan Anda
sendiri terserang Alzheimer yang hanya sedikit lebih tinggi daripada orang
yang tidak memiliki kasus Alzheimer pada keluarga dekatnya.
 Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat berkontribusi pada timbulnya
penyakit Alzheimer masih harus diidentifikasi. Beberapa tahun yang lalu,
ada kekhawatiran bahwa paparan aluminium dapat menyebabkan penyakit
Alzheimer. Namun, ketakutan ini sebagian besar telah diabaikan.
 Faktor Lain
Dapat dikarenakan oleh perbedaan kromosom, orang dengan down
sindrom memiliki peningkatan risiko berkembangnya penyakit Alzheimer.
Orang yang memiliki cedera kepala berat atau leher (whiplash
injuries) juga memiliki peningkatan risiko mengalami perkembangan
demensia. Petinju yang menerima pukulan terus menerus di kepala juga
memiliki risiko tersebut.
Penelitian juga menunjukan bahwa orang yang merokok, memiliki
tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi atau diabetes memiliki
peningkatan risiko perkembangan penyakit Alzheimer. Anda dapat
membantu mengurangi risiko dengan tidak merokok, makan diet seimbang
yang sehat dan melakukan pemeriksaan tekanan darah serta kolesterol
secara rutin di usia pertengahan. Menjaga berat badan dan gaya hidup
sehat serta menggabungkan kegiatan mental dan sosial juga akan
membantu.

E. Klasifikasi Alzheimer

11
 Alzheimer yang di sertai demensia
Hingga Saat ini masih terdapat perbedaan pendapat mengenai
relasi antara Alzheimer dan demensia vaskular. Sebagian ilmuwan
beranggapan bahwa demensia vaskular berada pada lintasan dislipidemia
aterogenis, khususnya dengan LDL rantai pendek dan jenuh,
aterosklerosis karotid, tekanan darah sistolik tinggi dan peningkatan rasio
IR-UII (bahasa Inggris:
Plasma levels of immunoreactive); sedangkan Alzheimer berada pada
lintasan lain, yaitu hiposomatomedinemia dan hipogonadisme.
Ilmuwan yang lain berpendapat bahwa demensia vaskular sebagai
patogen yang menyertai Alzheimer pada lintasan radang aterosklerosis,
atau bahkan mengemukakan bahwa aterosklerosis merupakan radang yang
mencetuskan hipoperfusi pada otak dan berakibat pada Alzheimer.
 Alzheimer yang disertai ataksia.
 Atau kombinasi keduanya.

F. Tatalaksana Alzheimer
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena
penyebab dan patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan
suportif seakan hanya memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga.

1.Pengobatan Simptomatik

 Inhibitor kolinesterase
Tujuan: Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan
anti kolinesterase yang bekerja secara sentral Contoh: fisostigmin, THA
(tetrahydroaminoacridine), donepezil (Aricept), galantamin (Razadyne), &
rivastigmi.
 Thiamin

12
Pada penderita alzheimer didapatkan penurunan thiamin pyrophosphatase
dependent enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal
ini disebabkan kerusakan neuronal pada nukleus basalis.
Contoh: thiamin hydrochlorid Dosis 3 gr/hari selama 3 bulan
peroral Tujuan: perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan
placebo selama periode yang sama.
 Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik
Tujuan: memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar. Tetapi pemberian
4000 mg pada penderita alzheimer tidak menunjukkan perbaikan klinis
yang bermakna.
 Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita alzheimer dapat disebabkan
kerusakan noradrenergik kortikal. Contoh: klonidin (catapres) yang
merupakan noradrenergik alfa 2 reseptor agonis Dosis : maksimal 1,2 mg
peroral selama 4 minggu.
Tujuan: kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif.
 Haloperiodol
Pada penderita alzheimer, sering kali terjadi: Gangguan psikosis (delusi,
halusinasi) dan tingkah laku: Pemberian oral Haloperiodol 15 mg/hari
selama 4 minggu akan memperbaiki gejala tersebut Bila penderita
Alzheimer menderita depresi berikan tricyclic anti depresant (amitryptiline
25100 mg/hari)

G. Terapi Non Farmakologi

13

Anda mungkin juga menyukai