PENYAKIT ALZHEIMER
Oleh:
19007200011161
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................... 2
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 4
BAB II ISI.......................................................................................................... 6
1.
2.
2.1 Definisi.......................................................................................................
5
2.2 Epidemiologi..............................................................................................
5
2.3 Klasifikasi...................................................................................................
5
2.4 Patofisiologi...............................................................................................
6
2.5 Gejala Klinis...............................................................................................
7
2.6 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................
8
2.7 Diagnosis Banding.....................................................................................
9
2.8 Penatalaksanaan.......................................................................................
10
2.9 Prognosis................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 14
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
PENDAHULUAN
degenerasi yang tidak dapat dihindari. Seluruh sistem, cepat atau lambat akan
tak kalah rumitnya dengan masalah yang terdapat pada penyakit kronis
system saraf pusat, tidak disertai oleh penurunan kesadaran akut seperti
lainnya.
(1)
negara-negara maju, dan telah pula menjadi masalah kesehatan yang mulai
presentase orang dengan penyakit Alzheimer meningkat dua kali lipat setiap
Penyakit Alzheimer dapat terjadi pada setiap dekade dewasa, tetapi penyakit
Alzheimer lebih sering dengan gambaran hilang ingatan yang lambat diikuti
bertahap, dan bukan merupakan bagian dari proses penuaan normal dan
menyertai penyakit atau kondisi tertentu. Gejala dari demensia juga dapat
1.2. Tujuan
BAB 2
ISI
2 . 1. Definisi
Demensia adalah sindrom yang ditandai dengan banyak gangguan pada fungsi
otak, termasuk memori, pemikiran, orientasi, pemahaman, perhitungan,
kapasitas belajar, bahasa, dan pertimbangan. Kesadaran tidak mendung.
Gangguan fungsi kognitif adalah biasanya disertai, dan kadang-kadang didahului,
oleh kemunduran dalam kontrol emosional, perilaku sosial, atau motivasi.
2 . 2. Epidemiologi
Hal yang terpenting yang merupakan faktor resiko dari penyakit Alzheimer adalah
umur yang tua dan positive pada riwayat penyakit keluarga. Frekuensi dari
penyakit Alzheimer akan meningkat seiring bertambahnya dekade dewasa.
Mencapai sekitar 20-40% dari populasi lebih dari 85 tahun. Wanita merupakan
faktor resiko gender yang lebih beresiko terutama wanita usia lanjut. Lebih dari
35 juta orang di dunia, 5,5 juta di Amerika Serikat yang mengalami penyakit
Alzheimer, penurunan ingatan dan gangguan kognitif lainnya dapat mengarahkan
pada kematian sekitar 3 – 9 tahun ke setelah didiagnosis. Penyakit Alzheimer
merupakan jenis yang terbanyak dari demensia, dihitung berdasarkan 50 – 56 %
kasus dari autopsy dan kasus klinis. Insiden dari penyakit ini dua kali lipat setiap
5 tahun setelah usia 65 tahun, dengan diagnosis baru 1275 kasus per tahun per
100.000 orang lebih tua dari 65 tahun. Kebanyakan orang-orang dengan penyakit
Alzheimer merupakan wanita dan berkulit putih. Karena sangat dihubungkan
dengan usia, dan wanita mempunyai ekspektasi kehidupan yang lebih panjang
dari pria, maka wanita menyumbangkan sebesar 2/3 dari total orang tua dengan
penyakit ini.
2.3 Etiologi
2 . 4. Patofisiologi
Pada saat otopsi, gambaran patologis yang paing sering terlihat adalah
adanya protein β amiloid ekstraseluler pada diffuse plaques dan pada plak
yang mengandung elemnt dari neuron yang berdegenerasi. Perubahan
intraseluler yang diamati adalah adanya deposit dari tangle neurofibril. Lesi
patologis ini awalnya terletak pada region entorhinal dari hipokampus dan
kemudian akan menyebar ke daerah lainnya. Semakin lama dari onset awal
penyakit, akan terjadi kehilangan dari neuron dan sinaps yang luas (Mayeux,
2010).
Perubahan morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada akhirnya
berkembang menjadi degenarasi soma dan atau akson dan atau dendrit.Satu
tanda lesi pada AD adalah kekusutan neurofibrilaris yaitu struktur intraselular
yang berisi serat kusut dan sebagian besar terdiri dari protein “tau”. Dalam
SSP, protein tau sebagian besar sebagai penghambat pembentuk structural
yang terikat dan menstabilkan mikrotubulus dan merupakan komponen
penting dari sitokleton sel neuron. Pada neuron AD terjadi fosforilasi abnormal
dari protein tau, secara kimia menyebabkan perubahan pada tau sehingga
tidak dapat terikat pada mikrotubulus secara bersama – sama. Tau yang
abnormal terpuntir masuk ke filament heliks ganda yang sekelilingnya
masing-masing terluka. Dengan kolapsnya system transport internal,
hubungan interseluler adalah yang pertama kali tidak berfungsi dan akhirnya
diikuti kematian sel. Pembentukan neuron yang kusut dan berkembangnya
neuron yang rusak menyebabkan Alzheimer (Price & Willson, 2010).
Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-
beta) yang terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam
sel neuronal. A-beta adalah fragmen protein prekusor amiloid (APP) yang
pada keadaan normal melekat pada membrane neuronal yang berperan
dalam pertumbuhan dan pertahanan neuron.APP terbagi menjadi fragmen –
fragmen oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket yang
berkembang menjadi gumpalan yang bisa larut.Gumpalan tersebut akhirnya
bercampur dengan sel – sel glia yang akhirnya membentuk fibril – fibril plak
yang membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan diyakini beracun bagi
neuron yang utuh. Kemungkinan lain adalah A-beta menghasilkan radikal
bebas sehingga mengganggu hubungan intraseluler dan menurunkan respon
pembuluh darah sehingga mengakibatkan makin rentannya neuron terhadap
stressor. Selain karena lesi, perubahan biokimia dalam SSP juga
berpengaruh pada AD.Secara neurokimia kelainan pada otak (Price &
Willson, 2010).
Untuk memenuhi kriteria DSM5 untuk AD, individu harus memenuhi kriteria
untuk gangguan neurokognitif besar atau ringan dan harus ada onset
berbahaya dan perkembangan bertahap dari penurunan dalam satu atau
lebih domain kognitif (untuk gangguan neurokognitif utama, setidaknya dua
domain harus terganggu). Individu juga harus memenuhi kriteria untuk
kemungkinan atau kemungkinan AD sebagaimana diuraikan dalam DSM5.
2 . 7. Diagnosis Banding
Gambar 2.3 Diagnosis Banding Penyakit Alzheimer (Alzheimer’s Association,
2019)
2.8. Penatalaksanaan
2.8.1 Farmakologis
Tak satu pun dari perawatan farmakologis (obat) tersedia hari ini untuk demensia
Alzheimer yang bisa memperlambat atau menghentikan kerusakan dan
kehancuran neuron yang menyebabkan gejala Alzheimer dan membuat
penyakitnya fatal. Food and Drug Administration (FDA) telah menyetujui enam
obat untuk pengobatan Alzheimer: rivastigmine, galantamine, donepezil,
memantine, memantine dikombinasikan dengan donepezil, dan tacrine (tacrine
sekarang dihentikan di Amerika Serikat). Dengan terkecuali memantine, obat ini
sementara memperbaiki gejala dengan meningkatkan jumlah bahan kimia yang
disebut neurotransmitter di otak. Memantine memblokir reseptor tertentu di otak
stimulasi berlebih yang dapat merusak sel-sel saraf. Efektivitas obat-obatan ini
bervariasi dari orang ke orang dan durasinya terbatas. (Alzheimer’s Association,
2019)
2.8.1.2 Memantin
Obat ini dapat digunakan untuk alzheimer derajat sedang hingga berat.
Memantin bekerja dengan cara memblok saluran N-methyl-D-Aspartate (NMDA)
yang berlebihan, sehingga dapat menghambat kerusakan kognitif. Dosis yang
digunakan biasanya adalah 5mg per hari dan dapat ditingkatkan hingga 10mg
dua kali sehari
2.8.1.3 Thiamin
Pemberian dengan dosis 3gr perhari secara peroral selama 3 bulan dapat
memperbaiki fungsi kognitif, hal ini dikarenakan pada penderita alzheimer
didapatkan penurunan thiamin pyrophospatase
2.8.1.4 Haloperidol
2.9 Prognosis
Dilihat dari beberapa faktor yaitu derajat beratnya penyakit, variabilitas
gambaran klinis dan perbedaan individual seperti usia, riwayat keluarga terkena
alzheimer, dan jenis kelamin. Pasien dengan alzheimer biasanya memiliki angka
harapan hidup rata-rata 4-10 tahun setelah didiagnosis dan meninggal dunia
akibat infeksi sekunder.
BAB 3
PENUTUP
Penyakit Alzheimer merupakan penyebab tersering penyebab gangguan kognitif
pada populasi usia lanjut. Dementia pada penyakit Alzheimer memiliki onset
gradual dengan penurunan kognitif yang berkelanjutan. Kelainan yang
ditimbulkan meliputi gangguan memori, berbahasa, fungsi motorik, fungsi
sensoris, dan gangguan fungsi eksekutif.
11. Aguila JL, Koboldt DC, Black K, Chasse R, Norton J, Wilson RK, et al.
2015. Alzheimer's disease: rare variants with large effect sizes. Curr Opin
Genet Dev. 33:49–55
12. Banerjee S. 2010. Living well with dementia – development of the national
dementia strategy for England. Int J Geriatr Psychiatry. 25:917–922
13. Alzheimer Association. Tests for Alzheimer's Disease and Dementia. 2018.
www.alz.org Diakses pada 6 Mei 2018
14. Robbins, Stanley. L et all. Buku Ajar Patologi edis 7.Buku Kedokteran
ECG:2007
15. Reinhard Rohkamm MD. Color Atlas of Neurology Germany:
Thieme; 2004
16. Japardi I. Penyakit Alzheimer. Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatra Utara. 2002. pp.1-11.