Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA


DENGAN DEMENSIA

Disusun oleh :
KELOMPOK 10

BESMINA YULEFSI TIYA YESISKA

FITRA HANDAYANI ANITA TURISIA

MESI PURNAMA SARI MELIA DESVA

KIKI NOVITA SANTI RAHMADIA

NOFRIYANTI EZI PURNAMA SARI

ITA LODYA SARI SEPTI MARNI

Sekolah Tinggi llmu Kesehatan Pertamedika


SI Keperawatan / Non Reguler
Tahun Ajaran 2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan YME karena
atas rahmatdan hidayahNya-lah sehingga penulisan makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada lansia dengan Kasus Demensia ” ini dapat
diselesaikan dengan tepat waktu.
Dengan adanya penulisan makalah ini, kiranya dapat memberi masukan dan
dijadikan referensi belajar bagi semua mahasiswa kesehatan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih belum sempurna,
untuk itu saran dan kritik yang membangun sangatlah penulis harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini.

Padang, 07 September 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. LATAR BELAKANG........................................................................................1

B. TUJUAN.............................................................................................................3

C. MANFAAT........................................................................................................3

BAB II LANDASAN TEORITIS..................................................................................4

A. KONSEP DEMENSIA.......................................................................................4

1. DEFINISI........................................................................................................4

2. ETIOLOGI......................................................................................................5

3. PATOFISIOLOGI...........................................................................................5

4. MANIFESTASI KLINIS................................................................................6

5. KLASIFIKASI................................................................................................7

6. PENCEGAHAN.............................................................................................8

7. PENATALAKSANAAN................................................................................8

8. KOMPLIKASI................................................................................................9

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN............................................................9

1. PENGKAJIAN................................................................................................9

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN..................................................................17

3. INTERVENSI KEPERAWATAN................................................................18

BAB III CONTOH KASUS........................................................................................21

A. PENGKAJIAN.................................................................................................21
B. ANALISA DATA.............................................................................................30

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................................32

D. INTERVENSI KEPERAWATAN...................................................................32

BAB IV PENUTUP.....................................................................................................35

A. SIMPULAN......................................................................................................35

B. SARAN.............................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Demensia adalah sebuah sindrom karena penyakit otak, bersifat kronis atau
progresif dimana ada banyak gangguan fungsi kortikal yang lebih tinggi,
termasuk memori, berpikir, orientasi, pemahaman, perhitungan,
belajar,kemampuan, bahasa, dan penilaian kesadaran tidak terganggu.
Gangguan fungsikognitif yang biasanya disertai, kadang-kadang didahului,
oleh kemerosotandalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi.
Sindrom terjadi pada penyakit Alzheimer, di penyakit serebrovaskular dan
dalam kondisi lain terutama atau sekunder yang mempengaruhi otak (Durand
dan Barlow, 2006)

Berdasarkan sejumlah hasil penelitian diperoleh data bahwa dimensia


seringkali terjadi pada usia lanjut yang telah berumur kurang lebih 60 tahun.
Dimensia tersebut dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu: 1) Dimensia Senilis
(60 tahun); 2) Demensia Pra Senilis (60 tahun). Sekitar 56,8% lansia
mengalami demensia dalam bentuk Demensia Alzheimer (4% dialami lansia
yang telah berusia 75 tahun, 16% pada usia 85 tahun, dan 32% pada usia 90
tahun). Sampai saat ini diperkirakan +/- 30 juta penduduk dunia mengalami
Demensia dengan berbagai sebab (Oelly Mardi Santoso, 2002).

Pertambahan jumlah lansia Indonesia, dalam kurun waktu tahun 1990 – 2025,
tergolong tercepat di dunia (Kompas, 25 Maret 2002:10). Jumlah sekarang 16
juta dan akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020 atau sebesar 11,37 %

1
penduduk dan ini merupakan peringkat ke empat dunia, dibawah Cina, India
dan Amerika Serikat. Sedangkan umur harapan hidup berdasarkan sensus BPS

2
1998 adalah 63 tahun untuk pria dan 67 tahun untuk perempuan. (Meski
menurut kajian WHO (1999), usia harapan hidup orang Indonesia rata-rata
adalah 59,7 tahun dan menempati urutan ke 103 dunia, dan nomor satu adalah
Jepang dengan usia harapan hidup rata-rata 74,5 tahun).

Gejala awal gangguan ini adalah lupa akan peristiwa yang baru sajaterjadi,
tetapi bisa juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan, penurunan
emosi atau perubahan kepribadian lainnya. Terjadi perubahan ringandalam
pola berbicara, penderita menggunakan kata-kata yang lebih
sederhana,menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak mampu
menemukan kata-katayang tepat.Ketidakmampuan mengartikan tanda-tanda
bisa menimbulkankesulitan dalam mengemudikan kendaraan. Pada akhirnya
penderita tidak dapatmenjalankan fungsi sosialnya.

Demensia banyak menyerang mereka yang telah memasuki usia


lanjut.Bahkan, penurunan fungsi kognitif ini bisa dialami pada usia kurang
dari 50tahun. Sebagian besar orang mengira bahwa demensia adalah penyakit
yanghanya diderita oleh para Lansia, kenyataannya demensia dapat diderita
oleh siapasaja dari semua tingkat usia dan jenis kelamin (Harvey, R. J. et al.
2003). Untuk mengurangi risiko, otak perlu dilatih sejak dini disertai
penerapan gaya hidupsehat. (Harvey, R. J., Robinson, M. S. & Rossor, M. N,
2003).

Kondisi ini tentu saja menarik untuk dikaji dalam kaitannya dengan masalah
demensia. Betapa besar beban yang harus ditanggung oleh negara atau
keluarga jika masalah demensia tidak disikapi secara tepat dan serius,
sehubungan dengan dampak yang ditimbulkannya. Mengingat bahwa masalah
demensia merupakan masalah masa depan yang mau tidak mau akan dihadapi
orang Indonesia dan memerlukan pendekatan holistik karena umumnya lanjut

3
usia (lansia) mengalami gangguan berbagai fungsi organ dan mental, maka
masalah demensia memerlukan penanganan lintas profesi yang melibatkan:
Internist, Neurologist, Psikiater, Spesialist Gizi, Spesialis Rehabilitasi Medis
dan Psikolog Klinis.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetehui definisi Demensia.
2. Untuk mengetahui Etiologi Demensia dari demensia.
3. Untuk mengetahui Patofisiologi Demensia
4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Demensia
5. Untuk mengetahui Klasifikasi dari demensia
6. Untuk mengetahui Pencegahan & Perawatan Demensia
7. Untuk mengetahui Komplikasi Demensia
8. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan Demensia

C. MANFAAT

Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan kepada


pembaca mengenai penyakit Demensia pada lansia. Bagi kelompok lansia
makalah ini dapat digunakan sebagai masukan untuk memperhatikan gaya
hidup mereka yang merupakan faktor resiko terjadinya demensia.

4
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. KONSEP DEMENSIA

1. DEFINISI
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi atau
keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak,
penilaian, dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat
terganggu. Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai
gangguan fungsi kognitif antara lain intelegensi, belajar dan daya ingat,
bahasa, pemecahan masalah, orientasi,persepsi perhatian dan konsentrasi,
penyesuaian dan kemampuan bersosialisasi (Corwin, 2009).

Dimensia alzheimer adalah penyakit deganeratif otak yang progresif, yang


mematikan sel otak sehigga mengakibatkan menurunya daya ingat,
kemampuan berpikir, dan perubahan perilaku. Dimensia alzheimer
merupakan penyakit neurodegeneratif progresif dengan gambaran klinis
dan patologi yang khas, berfariasi dalam awitan, umur, berbagai gambar
gangguan kognitif, dan kecepatan pemburukannya. Penyakit alzheimer
ditemukan oleh seorang dokter ahli saraf dari jerman yang bernama Dr.
Alois Alzheimer pada tahun 1906 penyakit ini 60% menyebabkan
kepikunan atau dimensia dan diperkirakan akan meningkat terus, bahkan
diramalkan pertumbuhannya akan lebih cepat dari padakecepatan
pertambahan jumlah penduduk usia diatas 65.

5
2. ETIOLOGI
Menurut Nugraho (2009) penyebab terjadinya demensia adalah:

a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak


dikenal kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara
biokimiawi pada system enzim, atau pada metabolism
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat
diobati, penyebab utama dalam golongan ini diantaranya : Penyakit
degenerasi spino – serebelar.
1) Sub akut leuko-eselfalitis sklerotik fan bogaert
2) Khores Hungtington.
3) Sindrome demensia dengan etiologi penyakit yang dapat
diobati, dalam golongan ini diantranya :
a) Penyakit cerrebro kardioavaskuler
b) penyakit Alzheimer.

3. PATOFISIOLOGI
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia.
Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di
susunan saraf pusat yaitu berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10 %
pada penuaan antara umur 30 sampai 70 tahun. Berbagai faktor etiologi
yang telah disebutkan di atas merupakan kondisi-kondisi yang dapat
mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri.

Penyakit degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya,


serta gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung maupun
tak langsung dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui
mekanisme iskemia, infark, inflamasi, deposisi protein abnormal sehingga

6
jumlah neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal
ataupun subkortikal.

Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk


proses konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan
gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya pikir dan belajar), gangguan
sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan mood.
Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang terkena
(kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya dapat
berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu keadaan
konfusio akut demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).

4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien
dengan keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit.
Gejala klinik dari demensia Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat
secara umum tanda dan gejala demensia adalah :
a. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi.
Pada penderita demensia, lua menjadi bagian keseharian yang tidak
bisa lepas.
b. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu,
bulan, tahun, tempat penderita demensia berada.
c. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali.
d. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang
dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan.

7
e. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan
tersebut muncul.
f. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah

5. KLASIFIKASI
Berdasarkan umur, perjalanan penyakit, kerusakan struktur otak,sifat
klinisnya dan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) :
a. Menurut Umur
1) Demensia senilis (>65th)
2) Demensia prasenilis (<65)
b. Menurut perjalanan penyakit
1) Reversibel.
2) Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural
3) Hematoma, Defisiensi vitamin B.
4) Hipotiroidism, intoksikasi Pb
c. Menurut kerusakan struktur otak
1) Tipe Alzheimer.
2) Tipe non-Alzheimer.
3) Demensia vaskular.
4) Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia.
5) Demensia Lobus frontal-temporal.
6) Demensia terkait dengan HIV-AIDS.
7) Morbus Parkinson.
8) Morbus Huntington.
9) Morbus Pick.
10) Morbus Jakob-Creutzfeldt.
11) Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker
d. Menurut sifat klinis:

8
1) Demensia proprius
2) Pseudo-demensia

6. PENCEGAHAN
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa
mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
a. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti
alkohol dan zat adiktif yang berlebihan
b. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya
dilakukan setiap hari
c. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif,
seperti Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
d. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang
memiliki persamaan minat atau hobi
e. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks
dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat

7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia antara lain sebagai berikut:
a. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan; Untuk
mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan
antikoliesterase seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine ,
Memantine. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti
platelet seperti Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan
aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan
mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan
dengan stroke.
9
b. Dukungan atau Peran Keluarga
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita
tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam
dinding.
c. Terapi Simtomatik Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan
terapi simtomatik, meliputi :
a) Latihan fisik yang sesuai
b) Terapi rekreasional dan aktifitas

8. KOMPLIKASI
Menurut Kushariyadi (2010)
a. Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh yang terdiri dari;
1) Ulkus diabetikus
2) Infeksi saluran kencing
3) Pneumonia.
b. Thromboemboli, infarkmiokardium:
1) Kejang
2) Kontraktur sendi
3) Kehilangan kemampuan untuk merawat diri,
4) Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan dan
menggunakan peralatan.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Data subyektif
Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi,
dan tidak mampu mengenali orang, tempat dan waktu.

10
b. Obyektif
Pasien kehilangan kemampuannya untuk mengenali wajah, tempat dan
objek yang sudah dikenalnya dan kehilangan suasana keluarganya
(belum spesifik), Pasien sering mengulang-ngulang cerita yang sama
karena lupa telah menceritakannya. Terjadi perubahan ringan dalam
pola berbicara; penderita menggunakan kata-kata yang lebih
sederhana, menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak mampu
menemukan kata-kata yang tepat.

c. Keadaan umum
1) Tingkat kesadaran
Composmentis dengan nilai GCS 15 yang dihitung dari linai E : 5
V:4 M: 6,tekanan darah sistolik/ diastolic, BB: kg, TB : cm, postur
tulang belakang lansia: membungkuk.
2) Identitas
Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa/latar belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan,
pekerjaan dan alamat.
3) Riwayat Psikososial Konsep diri
a) Gambaran diri, tressor yang menyebabkan berubahnya
gambaran diri karena proses patologik penyakit.
b) Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan
individu.
c) Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian
antara satu peran dengan peran yang lain dan peran yang ragu
diman aindividu tidak tahun dengan jelas perannya, serta peran
berlebihan sementara tidak mempunyai kemmapuan dan
sumber yang cukup.
11
d) Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan
kemampuan yang ada.
e) Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga
klien merasa harga dirinya rendah karena kegagalannya
4) Hubungan sosial
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang
disingkirkan atau kesepian, yang selanjutnya tidak dapat diatasi
sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi. Keadaan
ini menimbulkan kesepian, isolasi sosial, hubungan dangkal dan
tergantung.
5) Riwayat Spiritual
Keyakina klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat.a
tetapi tidak atau kurang mampu dalam melaksnakan ibadatnmya
sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
6) Status mental
a) Penampilan klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat
dirinya sendiri.
b) Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.
c) Aktivitas motorik, Perubahan motorik dapat dinmanifestasikan
adanya peningkatan kegiatan motorik, gelisah, impulsif,
manerisme, otomatis, steriotipi.
d) Alam perasaan: klien nampak ketakutan dan putus asa.
e) Afek dan emosi.
Respon emosional klien mungkin tampak bizar dan tidak
sesuai karena datang dari kerangka pikir yang telah berubah.
Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan
dan ambivalen
f) Interaksi selama wawancara
Sikap klien terhadap pemeriksa kurawng kooperatif, kontak
mata kurang.
12
7) Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional
terhadap suatu obyek. Perubahan persepsi dapat terjadi pada satu
atau kebiuh panca indera yaitu penglihatan, pendengaran,
perabaan, penciuman dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat
ringan, sedang dan berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi
yang paling sering ditemukan adalah halusinasi.
a) Proses berpikir
Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern,
tindakannya cenderung berdasarkan penilaian pribadi klien
terhadap realitas yang tidak sesuai dengan penilaian yang
umum diterima. Penilaian realitas secara pribadi oleh klien
merupakan penilaian subyektif yang dikaitkan dengan orang,
benda atau kejadian yang tidak logis (Pemikiran autistik).
b) Tingkat kesadaran: Kesadaran yang menurun, bingung.
Disorientasi waktu, tempat dan orang.
c) Memori: Gangguan daya ingat sudah lama terjadi (kejadian
beberapa tahun yang lalu).
d) Tingkat konsentrasi Klien tidak mampu berkonsentrasi
e) Kemampuan penilaian Gangguan berat dalam penilaian atau
keputusan
8) Kebutuhan klien sehari-hari
a) Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau
duduk dan gelisah . Kadang-kadang terbangun tengah malam
dan sukar tidur kemabali. Tidurnya mungkin terganggu
sepanjang malam, sehingga tidak merasa segar di pagi hari.
b) Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau
makannya hanya sedikit, karea putus asa, merasa tidak
13
berharga, aktivitas terbatas sehingga bisa terjadi penurunan
berat badan.
c) Eliminasi
Klien mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadang-kdang
lebih sering dari biasanya, karena sukar tidur dan stres.
Kadang-kadang dapat terjadi konstipasi, akibat terganggu pola
makan.
d) Mekanisme koping
Apabila klien merasa tridak berhasil, kegagalan maka ia akan
menetralisir, mengingkari atau meniadakannya dengan
mengembangkan berbagai pola koping mekanisme. Koping
mekanisme yang digunakan seseorang dalam keadaan delerium
adalah mengurangi kontak mata, memakai kata-kata yang cepat
dan keras (ngomel-ngomel) dan menutup diri.

d. Pengkajian Head to Toe


1) Kepala : Kebersihan: untuk mengetahui adanya ketombe,
kerontokan rambut serta kebersihan secara umum..
2) Mata : adanya perubahan penglihatan
3) Hidung : untuk mengetahui hidung bersih, tidak ada luka atau
lessi, tidak ada masa, Nyeri pad sinus
4) Mulut dan tenggorokan :sakit tenggorokan, lesi dan luka pada
mulut, perubahan suara, karies.
5) Telinga : penurunan pendengarinan, Telinga Perubahan
pendengaran, Rabas, Tinitus, Vertigo Sensitivitas pendengaran,
Alat-alat protesa, Riwayat infeki.
6) Dada (Torax): mengetahui Bentuk dada dari posisi anterior dan
posterior, ada tidaknya deviasi, ada tidaknya bendungan vena pada
dinding dada.

14
7) Abdomen: Bentuk distended/flat/lainnya, nyeri tekan, Bising usus:
kali/ menit Genetalia Kebersiha: setiap habis mandi dibersihkan,
tidak ada hemoroid
8) Ekstremitas : Kekuatan otot 5 : melawan grafitasi dengan kekuatan
penuh, tidak menggunakan alat bantu saat jalan, tidak mengalami
nyeri sendi.Integumen : dari hasil pengkajian didapat : kulit
tampak kering, seperti bersisik, kulit tampak pucat, tampak kotor
berwarna hitan karena bekas luka, sering menggaruk badan.

e. Pengkajian Psikogerontik
1) pengkajian status fungsional.
Tabel 1.
Indeks barthel

No Jenis aktivitas Kemampuan diri skor


1 Makan/minum Mandiri 2
Perlu bantuan orang lain 1
untuk memotong makanan
Tergantung penuh pada 0
pertolongan orang lain
2 Pindah dari kursi roda Mandiri 3
ke tempat Dibantu satu orang 2
tidur/sebaliknya Dibantu dua orang 1
Tidak mampu 0
3 Kebersihan diri: cuci Mandiri 1
muka, menyisir, dll Perlu pertolongan 0
4 Keluar/masuk kamar Mandiri 2
mandi Perlu pertolongan 1
Tergantung orang lain 0
5 Mandi Mandiri 1
Tergantung orang lain 0
6 Berjalan (jalan datar) Mandiri 3
Dibantu satu orang/walker 2
Dibantu kursi roda 1
Tidak mampu 0
7 Naik turun tangga Mandiri 2
Perlu pertolongan 1
Tidak mampu 0
8 Berpakaian/bersepatu Mandiri 2
15
Sebagian dibantu 1
Tergantung orang lain 0
9 Mengontrol BAB Kontinen teratur 2
Kadang-kadang inkontinen 1
Inkontinen 0
10 Mengontrol BAK Kontinen teratur 2
Kadang-kadang inkontinen 1
Inkontinen 0
Jumlah 20
Kesimpulan : Lansia Mandiri

Skor 20 = lansia mandiri, 12-19 = ketergantungan ringan, 9-11 =


ketergantungan sedang, 5-8 = ketergantungan berat, 0-4 =
ketergantungan total.

Tabel 2.
status kognitif
Short Portable Mental Status Questsionnaire (SPMSQ)
No Pertanyaan Jawaban Nilai (+/-)
1 Tanggal berapa hari ini? Tidak tau -
2 Hari apa sekarang? Jumat +
3 Apa nama tempat ini? Tidak tau -
Berapa nomor telepon anda. Dimana
alamat anda (jika tidak memiliki nomor
4 telepon) Dipanti -
5 Kapan Anda lahir? Tahun 42 -
6 Berapa umur Anda? Tidak tau -
7 Siapa presiden Indonesia sekarang? Tidak tau -
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ? Tidak tau -
9 Siapa nama ibu Anda? Lupa -
Angka 20 dikurangi 3=? Dan seterusnya Tidak dapt
10 dikurangi 3 menghitung -
Jumlah 5 5
Kesimpulan : Kerusakan intelektual sedang

kesalahan 0-2 = Fungsi intelektual utuh, kesalahan 3-4 = kerusakan


intelektual ringan, kesalahan 5-6 = kerusakan intelektual sedang,
kesalahan 7-10 = kerusakan intelektual berat.
16
Tabel 3.
Mini Mental Status Exam (MMSE)

Mini
TES Penilaian SKOR SKOR
MAX LANSIA
ORIENTAS Tanyakan kepada lansia tentang waktu :
1. Tahun
2. Hari 5 0
3. Tanggal
4. Bulan
5. Tahun

Tanyakan tentang tempat (dimana kita


sekarang ).
1. Nama tempat 5 0
2. Kelurahan
3. Kecamatan
4. Kabupaten
5. Provinsi

3 0
Registrasi Pemeriksa membutuhkan 3 nama benda
Meja Kursi Lemari
(Tiap benda disebutkan dalam satudetik
kemudian meminta pasien mengingat dan
mengulang kembali tiga objek yang
disebutkan pemeriksaan).
5 0
Perhatian Menghitung mundur mulai dari angka 100
dan dikurangi 7, berhenti setelah jawaban
perhitungan kelima
1. 100-7 = 93
2. 93-7 = 86
3. 86-7 = 79
4. 79-7 = 42
5. 42-7 = 65
17
3 0
Mengingat Pasien diminta kembali kembali
kembali mengulang 3 nama yang tadi disebutkan
dinomor sebelumnya
Meja Kursi Lemari
2 2
Bahasa Responden menyebutkan tiga benda yang
ditunjuk pemeriksa

PengulanganResponden mengulang kata-kata yang 1 1


diucapkan pemeriksa
:NAMUN JIKA AKAN TETAPI
Pengertian Pemeriksa meminta pasien melakukan 3 3
verbal tiga perintah.
1. Ambil kertas dengan tangan kanan
2. Lipat kertas menjadi 2 bagian
3. Letakkan kertas dilantai.
Perintah Pemeriksa menulis satu kata 1 0
tertulis “TUTUP MATA”
Minta responden melakukan perintah
yang ditulis pemeriksa
Menulis Pemeriksa meminta pasien menulis satu 1 0
kalimat kalimat yang bermakna
(Subyek+Predikat+Obyek+Keterangan)
Menggambar Pasien diminta menirukan gambar 1 0
konstruksi dibawah ini

TOTAL 8

Kesimpulan : gangguan kognisi berat

18
Total skor 24-30 = kognitif normal, 17-23 = gangguan kognitif ringan,
0-16 = gangguan kognitif berat.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kerusakan memori
b. Resiko jatuh
c. Defisit perawatan diri
d. Hambatan komunikasi verba

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA NOC NIC

1. Diagnosa Setelah dilakukan tindakan 1. Stimulasi memori dengan


kerusakan memori keperawatan selama 3x24 jam, mengulangi pembicaraan
kesadaran klien terhadap secara jelas diahir
identitas personal, waktu dan pertemuan dengan pasien.
tempat meningkat atau baik 2. Mengenali pengalaman
dengan indikator/ kriteria hasil: masa lalu dengan pasien
1. Mengenal kapan klien lahir 3. Mennyediaakan gambar
2. Mengenal orang atau hal untuk mengenal
penting, ingatannnya kembali.
3. Mengenal hari bulan tahun 4. Kaji kemampuan klien
dengan benar dalam mengenal sesuatu
4. Klien mampu (jam hari tannggal bulan
19
memperhatikan dan tahun).
mendengarkan dengan baik 5. Ingatkan kembali
5. Klien dapat menjawab pengalaman masa lalu
pertanyaan dengan tepat. klien
6. Klien mengenal identitas 6. Kaji kemampuan
diri dengan baik. kemampuan klien
7. Klien mengenal identitas memahami dan memproses
orang disekitar dengan informasi
tepat

2. Diagnosa Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Mengidentifikasi defisit


Jatuh keperawatan 3x24 jam kognitif atau fisik yang
diharapkan klien mmpu untuk: dapat meningkatkan
1. Gerakan terkoordinasi : potensi jatuh dalam
kemampuan otot untuk lingkungan tertentu.
bekerjasama secara 2. Mengidentifiksi perilaku
volunter untuk melakukan dan faktor yang
gerakan bertujuan. mempengaruhi resiko
2. Kejadian jatuh: tidak ada jatuh.
kejadian jatuh. 3. Mendorong pasien untuk
3. Pengetahuan: pemahaman menggunakan tongkat atau
pencegahan jatuh. alat bantu berjalan.
4. Pengetahuan: kemampuan 4. Sarankan alas kaki yang
pribadi. aman (tidak licin).
5. Dorong aktifitas fisik pada
siang hari.(menyapu,
menyiram bunga agar
pasien tidak dapat waktu
untuk jalan).

20
6. Pasang palang pegangan
keselamatan kamar mandi
3. Hambatan Setelah dilakukan tindakan 1. Gunakan penerjemah jika
Komunikasi
keperawatan selama 3 x 24 jam diperlukan.
Verbal
klien mampu : 2. Berikan satu kata simpel
1. Berkomunikasi : penerimaan saat bertemu (selamat
interpretasi dan ekspresi pagi).
pesan. 3. Dorong pasien untuk
2. Lisan, tulisan dan non verbal bicara perlahan.
meningkat. 4. Dengarkan dengan penuh
3. Pengolahan informasi klien perhatian berdiri didepan
mampu untuk memperoleh pasien .
mengatur, menggunakan 5. Gunakan kartu baca,
informasi gambar, dan lain-lain.
4. Mampu memanajemen, 6. Anjurkan untuk berbicara
kemampuan fisik yang di dalam kelompok wisma.
miliki. 7. Anjurkan untuk memberi
5. Komunikasi ekspresif : stimulus komunikasi.
(kesulitan berbicara, eksresi,
pesan verbal atau non verbal,
yang bermakna.)

4. Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan 1. Mandikan pasien dengan


diri
keperawatan pada lansia dengan tepat.
defisit perwatan diri selama 3 X 2. Bantu pasien menyiapkan
24 jam, diharapkan pasien dapat handuk, sabun dan sampho
meningkatkn perawatan diri di kamar mandi.
selama dalam perawatan, 3. Dorong pasien untuk
dengan kriteria hasil: mandi sendiri.
1. Mengambil alat/ bahan 4. Berikan bantuan sampai
21
mandi. pasien benar- benar
2. Mandi di bak mandi. mampu merawat dirinya
3. Mandi dengan bersiram dan secara mandiri.
menggunakan sabun. 5. Sediakan lingkungan yg
4. Mencuci badan bagian atas teraupetik dengan
dan bawah. memastikan kehangatan,
5. Mengeringkan badan suasana rileks dan nyaman
menggunakan handuk. serta menjaga privasi
pasien.

22
BAB III
CONTOH KASUS

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS

A. Nama : Ny. P F. Jenis Kelamin : Perempuan


B. Umur : 67 Tahun G. Suku : Timor
C. Alamat : NTT H. Agama : Kristen
D. Pendidikan : Tidak tamat SD I. Status perkawinan: Kawin
E. Tanggal masuk panti : - J. Tanggal Pengkajian : -

2. STATUS KESEHATAN SAAT INI


Ny. F.P mengatakan sering lupa, dan badan gatal-gatal sudah ±3 bulan dan
sering Lupa

3. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


Keluhan Status kesehatan umum selama setahun terakhir mengalami
gatal-gatal di tangan kaki, Status kesehatan umum selama 5 tahun terakhir
mengatakan mengalami sakit badan contohnya demam,Keluhan utama
saat ini : gatal-gatal di kaki dan tangan, Klien tidak mengetahui tentang
masalah kesehatan yang ia hadapi Pola konsumsi makana Ny. F.P Makan
3 kali sehari , Pola istirahat tidur Ny. F.P mengatakan dapat tidur setiap
hari tanpa ada gangguan.Keluhan

4. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA ( GENOGRAM )


Suaminya meninggal dan Ny F P tidak tau kapan suaminnya meninggal.
Pasangan Ny. F.P memiliki 2 orang anak (laki 1 orang dan perempuan 1

23
orang, keduanya tidak tinggal bersama orang tuanya 1 orang laki-laki
tinggal di Alor bersana istri dan anaknya, dan 1 orang perempuan di
sumba). Anak-anak Ny .F.P memiliki 2 orang anak yang suda menikah
dan tinggalnya berjauahan

Keterangan :
= laki-laki = meninggal
= perempuan = pasien

5. PENGKAJIAN PERSISTEM
a) Keadaan umum ( tingkat ringan dan beratnya penyakit, kesadaran dan
TTV)
Tingkat kesadaran compos mentis E: 5 V : 4 M: 6, tekanan darah 120/
80, RR 20 kali/ menit, suhu 36 °C, Nadi : 90 kali/menit. BB : 45 kg,
TB 148cm.
b) Integumen
Ny F.P mengalami gatal-gatal (pruritus), terdapat perubahan
pigmentasi (warna kulit menjadi seperti bersisik ), terjadinya
perubahan tekstur kulit menjadi kasar.
c) Kepala ( rambut, kulit kepala, sekitar wajah, mata, telinga, mulut Dan
tenggorokan )

24
Tampak berambut putih, gunting rambut pendek karena tidak cuci
rambut. Rambut tampak kotor.
d) Leher
Dari hasil pengkajian tidak ada kaku kuduk pada pasien tidak ad nyeri
tekan, benjolan atau masa pada leher, keterbatasan gerak, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
e) Payudara ( pria dan wanita )
Dari hasil pengkajian payudara tidak ada benjolan pada payudara,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada bengkak, adanya perubahan puting
susu (payudara menyusut).
f) System pernafasan
Tidak ada keluhan sesak napas atau batuk.
g) System kardiovaskuler
Dari hasil pengkajian tidak didapatkan nyeri dada, sesak napas, bunyi
jantung normal
h) System gastrointestinal
Dari hasil pengkajian tidak ada hemoroid, tidak ada perdarahan,
rektum, peristaltik usus 24 kali/menit, napsu makan baik tidak ada
mual muntah.
i) System perkemihan
BAB : 1 kali/ hari, tidak mengalami gangguan saat BAB, BAK 3-4
kali/ hari. Tidak ada nyeri saat berkemih.
j) System reproduksi
Dari hasil pengkajian pasien sudah menopause, tidak ada nyeri
panggul, tidak adanya luka, tidak ada perdarahan.
k) System musculoskeletal
Tidak ada keterbatasan gerak, mobilisasi aktif
l) System persarafan
Pasien mengatakan selama ini tidak merasakan ada keluhan.

25
6. POLA AKTIFITAS SEHARI – HARI .
Ny.F.P biasanya mengkonsumsi makanan bubur, sayur, tahu, dan tempe
3x sehari setiap pagi,siang,dan sore. Pasien juga mengatakan istirahatnya
2 kali sehari siang dan malam dan tidak pernah mengalami gangguan
tidur. Untuk buang besar biasanya 1 kali sehari sedangkan buang air kecil
3-4x sehari. Kebersihan diri dilakukan setiap hari tapi harus di jaga untuk
mandi.

7. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a) Psikososial
Hasil pengkajian pasien tidak mengalami cemas, tidak menangis, tidak
mudah marah
b) Identifikasi masalah emosional :
1) Pasien mengatakan dapat tidur setiap hari tanpa ada keluhan.
2) Tidak ada penggunaan obat tidur untuk menunjang tidurnya.
3) Pasien dapat komunikasi dengan orang lain yang ada disekitarnya,
namun sering lupa mengingat hal yang terjadi.

8. PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL KLIEN


Klien masih mampu melakukan aktivitas atau kegiatan seshair-hari tanpa
bantuan dari yang lain, seperti: makan, mandi, toilet training, dll.

9. PENGKAJIAN BHARTEL INDEX CAPACITY

No AKTIFITAS KEMAMPUAN SKOR

1 Berpindah mandiri 3
dibantu satu orang 2

26
dibantu dua orang 1
tidak mampu 0
2 mobilisasi ( berjalan ) mandiri 3
dibantu 1 orang (walker) 2
dibantu 2 orang 1
tidak mampu 0
3 penggunaan toilet ( pergi ke mandiri 2
dan dari wc, membuka & di tolong sebagian 1
memakai celana, menyeka tergantung orang lain 0
dan menyiram
4 membersihkan diri ( lap mandiri 1
muka, sisir rambut, gosok perlu pertolongan 0
gigi )
5 mengontrol bab kontinen teratur 2
kadang kontinen 1
inkontinen 0
6 mengontrol bak mandiri 2
kadang kontinen 1
inkontinen/kateter 0
7 Mandi mandiri 1
tergantung orang lain 0
8 Berpakaian mandiri 2
sebagian dibantu 1
tergantung orang lain 0
9 Makan mandiri 2
sebagian dibantu 1
tergantung orang lain 0
10 naik turun tangga mandiri 2
perlu pertolongan 1

27
tidak mampu 0
SKOR TOTAL 20

Kriteria :
Mandiri : 20
Ketergantungan ringan : 12 – 19
Ketergantungan sedang : 9 – 11
Ketergantungan berat :5–8
Total :0–4

10. PENGKAJIAN STATUS MENTAL GERONTIK


Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short
Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.

BENAR SALAH NO PERTANYAAN

1 01 Tanggal berapa hari ini ?

1 02 Hari apa sekarang ini ?

1 03 Apa nama tempat ini ?

1 04 Dimana alamat anda ?

1 05 Berapa umur anda ?

1 06 Kapan anda lahir ? (minimal tahun lahir)

1 07 Siapa Presiden Indonesia sekarang ?

28
1 08 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ?

1 09 Siapa nama Ibu anda ?

1 10 Kurangi 3 dari 20 dan pengurangan 3 dari setiap


angka baru, semua secara menurun

SALAH = 10

Interprestasi :
 Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
 Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
 Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
 Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat

11. PENGKAJIAN Indentifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan


menggunakan MMSE (Mini Mental State Exam’s ) :

NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA


KOGNITIF MAKSIMAL KLIEN
1 Orientasi 5 0 Menyebutkan dengan benar :
 Tahun
 Musim
 Tanggal
 Hari
 Bulan
Orientasi 5 0 Dimana kita sekarang berada ?
 Negara ……….
 Propinsi ……….
 Kota …………..
 PSTW/RS………

29
 Wisma/kamar ……..
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 obyek (oleh
pemeriksaan) 1 detik untuk
mengatakan masing- masing
obyek. Kemudian tanyakan
kepada klien ketiga tadi.
(Untuk disebutkan )
 coklat
 mawar
 tetes mata

3 Perhatian dan 5 0 Minta klien untuk memulai dari


kalkulasi angka 100 kemudian dikurangi
7 sampai 5 kali/tingkat
 93
 86
 79
 72
 65
4 Mengingat 3 1 Minta klien untuk mengulagi
ketiga obyek pada No.
(registrasi) tadi. Bila benar, 1
point untuk masing- masing
obyek

5 Bahasa 9 0 Tunjukan pada klien suatu


30
benda Dan tanyakan namanya
pada klien.
 (misal jam tangan)
 (misal pensil)
Minta klien untuk mengulang
kata berikut : “ tak ada jika, dan
tetapi “. Bila benar, nilai satu
point.
 Pernyataan benar

minta klien untuk mengikuti


perintah berikut yang terdiri
dari 3 langkah : “ ambil kertas
di tangan kanan anda, lipat dua
dan taruh di lantai “
 ambil kertas di tangan
kanan anda
 lipat dua
 taruh dilantai
perintahkan pada klien untuk
hal berikut (bila aktivitas sesuai
printah nilai 1 point )
 “ tutup mata anda

perintahkan pada klien untuk


menulis satu kalimat dan
menyalin gambar.
 tulis satu kalimat

31
 menyalin gambar

B. ANALISA DATA
Data Subyektif Data Obyektif

1. Ny. FP mengatakan tidak 1. Ny. F.P tidak dapat menjawab hari


mengetahui tanggal,waktu, bulan taanggal wakti tahun. pasien hanya
dan tahun, nama tempat tidak tau Menjawab nama saja. pasien tidak
mengatakan tinggal disini, pasien mampu mengenal jam,
tidak mengetahui kelurahan, hari,tanggal,bulan serta tahun. Untuk
kecamatan, kabuapaten, dan tempat, kelurahan, kabupaten, dan
provinsi. Hanya mengetahui provinsi tetapi lupa nama kecamatan Ny.
nama F.P megatakan tidak tau. Pada fase
registrasi, pasien mampu menyebutkan 3
dari 3 objek yang disebutkan petugas.
Pada fase perhatian dan perhitungan,
pasien tidak mampu menjawab 5
pertanyaan dari 5 pertanyaan
pengurangan. Pada fase mengingat
kembali, pasien mampu menyebutkan 1
dari 3 benda yang ditunjuk petugas. Pada
fase pengertian verbal, pasien tidak
mampu mengulang kata-kata yang
diucapkan petugas. Pada fase pengertian
verbal, pasien tidak mampu melakukan
perintah yang ditulis petugas. Pada fase
perintah tertulis, pasien tidak mampu
melakukan perintah yang ditulis petugas.
Pada fase menulis kalimat, pasien tidak
mampu menulis satu kalimat yang
32
bermakna. Pada fase menggambar
kontruksi, pasien tidak menirukan
gambar yang diberikan petugas.
Kesimpulannya pasien memiliki kognitif
Berat.
2. Ny. F.P mengatakan lupa nama 2. Pasien tampak tidak ada kontak mata
teman sewisma, Ny. F.P saat berbicara, ketika ditanya menjawab
mengatakan hanya mengenal dengan cepat, ketika ditanya kadang
wajah tapi lupa nama. Ny. F.P tidak menjawab pertanyaan, cepat bosan
mengatakan lupa masa lalu. dengan pertanyaan yang diberikan. Ny.
F.P hanya menceritakan hal yang sama
yaitu ( suaminya di ambil Yesus, dan
tidak mau menikah jika di ajak untuk
bicara hanya menceritakan yang sama).
3. Pasien mengatakan tidak mandi 3. Ny. F.P mengeluh seluruh tubuhnya
karena dingin. terasa gatal- gatal. kulit pasien tampak
kotor dan bersisik,tampak pakaian pasien
kotor dan berbau, serta keaadan umum
berantakkan, pasien tampak
mnenggaruk-garuk badan, dari data
pengasuh mengatakan Ny. F.P malas
mandi, jika mandi tidak dijaga hanya
mencuci muka, menggunakan sabun
mandi untuk cuci rambut, terlihat Ny F.P
menggaruk-garuk tubuhnya.
4. pasien mengatakan jalan ke atas 4. Ny F.P sering jalan sendiri tanpa arah,
untuk pergi berdoa (rumah dengan pandangan visus 2/6, di wisma
pendeta) sudah biasa jalan sendiri sering jalan-jalan tanpa diketahui oleh
karena jalan dipinggir pengasuh, di wismma lantai licin,
berjalan menggunakan sendal yang licin.
33
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan memori
2. Hambatan komunikasi visual
3. Difisit perawtan diri mandi
4. Risiko jatuh

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA NOC NIC

1. Diagnosa Setelah dilakukan tindakan 1. Mengenal kapan klien lahir


kerusakan memori keperawatan selama 3x24 jam , Mengenal orang atau hal
kesadaran klien terhadap penting.
identitas personal, waktu dan 2. Mengenal hari bulan tahun
tempat meningkat atau baik dengan benar.
dengan indikator/ kriteria hasil: 3. Klien mampu
7. Mengenal kapan klien memperhatikan dan
lahir, mendengarkan dengan
8. Mengenal orang atau hal baik.
penting, 4. Klien dapat menjawab
9. Mengenal hari bulan tahun pertanyaan dengan tepat.
dengan benar, 5. Klien mengenal identitas
10. Klien mampu diri dengan baik,
memperhatikan dan 6. Klien mengenal identitas
mendengarkan dengan orang disekitar dengan
baik, tepat.
11. Klien dapat menjawab
pertanyaan dengan tepat,
12. Klien mengenal identitas

34
diri dengan baik,
13. Klien mengenal identitas
orang disekitar dengan
tepat.
2. hambatan Kriteria hasil: Setelah 1. Gunakan penerjemah jika
komunikasi visual dilakukan tindakan diperlukan,
keperawatan selama 3 x 24 jam 2. Berikan satu kata simpel
klien mampu : saat bertemu
1. Berkomunikasi : (selamat pagi),
penerimaan interpretasi dan 3. Dorong pasien untuk
ekspresi pesan, Lisan, bicara perlahan
tulisan dan non verbal 4. Dengarkan dengan penuh
meningkat, perhatian berdiri didepan
2. Pengolahan informasi klien pasien
mampu untuk memperoleh 5. Gunakan kartu baca,
mengatur, menggunakan gambar, dan lain-lain.
informasi, 6. Anjurkan untuk berbicara
3. Mampu memanajemen, dalam kelompok wisma
kemampuan fisik yang di 7. Anjurkan untuk memberi
miliki stimulus komunikasi.
3. Difisit Perawtan Setelah dilakukan asuhan 1. mandikan pasien dengan
diri mandi keperawatan pada lansia tepat
dengan defisit perwatan diri 2. bantu pasien menyiapkan
selama 3 X 24 jam, handuk, sabun dan sampho
diharapkan pasien dapat di kamar mandi
meningkatkn perawatan diri 3. dorong pasien untuk mandi
selama dalam perawatan, sendiri
dengan kriteria hasil: 4. berikan bantuan sampai
1. Mengambil alat/ bahan pasien benar- benar
mandi, mampu merawat dirinya
35
2. Mandi di bak mandi secara mandiri.
3. Mandi dengan bersiram 5. sediakan lingkungan yg
dan menggunakan sabun. teraupetik dengan
4. Mencuci badan bagian memastikan kehangatan
atas dan bawah. 6. suasana rileks dan nyaman
5. Mengeringkan badan serta menjaga privasi
menggunakan handuk. pasien.
4. Risiko Jatuh Setelah dilakukan tindakan 1. Mengidentifikasidefisit
keperawatan 3x24 jam kognitif atau fisik yang
diharapkan klien mmpu untuk dapat meningkatkan
Gerakan terkoordinasi : potensi jatuh dalam
1. kemampuan otot untuk lingkungan tertentu
bekerjasama secara 2. Mengidentifiksi perilaku
volunter untuk melakukan dan faktor yang
gerakan bertujuan mempengaruhi resiko
2. Kejadian jatuh: tidak ada jatuh.
kejadian jatuh 3. Mendorong pasien untuk
3. Pengetahuan: pemahaman menggunakan tongkat atau
penjegahan jatuh alat bantu berjalan.
4. Pengetahuan: kemampuan 4. Sarankan alas kaki yang
pribadi. aman ( tidak licin).

36
BAB IV
PENUTUP

A. SIMPULAN
Gangguan kognitif merupakan kondisi atau proses patofisiologis yang dapat
merusak atau mengubah jaringan otak mengganggu fungsi serebral, tanpa
memperhatikan penyebab fisik, gejala khasnya berupa kerusakan kognitif,
disfungsi perilaku dan perubahan kepribadian (Copel, 2007). Demensia terjadi
karena adanya gangguan fungsi kognitif. Fungsi kognitif merupakan proses
mental dalam memperoleh pengetahuan atau kemampuan kecerdasan, yang
meliputi cara berpikir, daya ingat, pengertian, serta pelaksanaan (Santoso&Ismail,
2009). Dengan adanya perubahan dalam proses berpikir ini, maka asuhan
keperawatan sangat dibutuhkan dalam menangani masalah pada usia lanjut ini.

B. SARAN
Bagi perawat dan keluarga, diharapkan memperhatikan setiap perubahan
yang terjadi pada penderita Demensia ini, karena setiap perubahan baik itu dari
segi kognitif dan motorik mempengaruhi aktivitas sehari - hari pasien.
Karenanya dibutuhkan perhatian lebih bagi penderita Demensia ini.

37
DAFTAR PUSTAKA

Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha ILmu


Boedhi – Darmojo. 2009. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta:
FKUI
Bulechek, G Dkk ., 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). 6th ed.
Missouri:Elsevier Mosby
Copel,L,C. (2007). Kesehatan jiwa dan psikiatri. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Corwin, J. Elizabeth. 2009. Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3. Jakarta : EGC
Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika.
Nugroho, H. wahjudi. (2006).Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta:
EGC
Nugroho, H. wahjudi. (2009).Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta:
EGC
Santoso, H Dan Ismail A.(2009). Memahami krisis lanjut usia. Jakarta : Gunung
Mulia.
PDF. Kemenkes RI.(2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta di
unduh tanggal 23 September 2019
Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik Edisi
4 vol 1. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai