Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“DEMENSIA PADA LANSIA”

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Keperawatan Kesehatan Jiwa II

Dosen Pengampu : Ns. Arni Nur Rahmawati, S.Kep., M.Kep

Disusun oleh :

Kelompok 4

Muhammad Rezal (190103059)

Novita Setiarini (190103063)

Nur Aziz Rosna A (190103064)

Putri Pramudya W (190103073)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN 5A

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

TAHUN AJARAN 2021/2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang............................................................................................................... 3
B. Tujuan............................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................ 6
A. Pengertian....................................................................................................................... 6
B. Penyebab......................................................................................................................... 6
C. Faktor Predisposisi dan Presipitasi...................................................................... 7
D. Tanda dan Gejala.......................................................................................................... 9
E. Penatalaksaan................................................................................................................ 9
F. Psikofarmakologi.........................................................................................................
11
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................. 12

A. Pengkajian....................................................................................................................... 12
B. Diagnosa Keperawatan.............................................................................................. 14
C. Pathway........................................................................................................................... 15
D. Intervensi Keperawatan............................................................................................ 16
E. Implementasi................................................................................................................. 20
F. Evaluasi Keperawatan................................................................................................ 20
BAB IV PENUTUP................................................................................................................................
21
A. Kesimpulan.....................................................................................................................
21
B. Saran..................................................................................................................................
21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................
22

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia pasti mengalami masalah kesehatan yang diawali dengan


kemunduran selsel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun
serta faktor resiko terhadap penyakit pun meningkat. Masalah kesehatan yang
sering dialami lanjut usia adalah malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan
mendadak, termasuk, beberapa penyakit sepeti hipertensi, gangguan
pendengaran, penglihatan dan demensia.

Prevalensi demensia terhitung mencapai 35,6 juta jiwa di dunia. Angka


kejadian ini diperkirakan akan meningkat dua kali lipat setiap 20 tahun, yaitu
65,7 juta pada tahun 2030 dan 115,4 juta pada tahun 2050 (Alzheimer’s
Disease International, 2009). Peningkatan prevalensi demensia mengikuti
peingkatan populasi lanjut usia (lansia). Berdasarkan data tersebut dapat
dilihat terjadi peningkatan prevalensi demensia setiap 20 tahun.

Gangguan kognitif merupakan kondisi atau proses patofisiologis yang dapat


merusak atau mengubah jaringan otak mengganggu fungsi serebral, tanpa
memperhatikan penyebab fisik, gejala khasnya berupa kerusakan kognitif,
disfungsi perilaku dan perubahan kepribadian (Copel, 2007). Gangguan
kognitif erat hubungannya dengan fungsi otak, karena kemampuan pasien
untuk berpikir akan dipengaruhi oleh keadaan otak. Gangguan kognitif antara
lain delirium dan demensia (Azizah, 2011)

3
Demensia terjadi karena adanya gangguan fungsi kognitif. Fungsi kognitif
merupakan proses mental dalam memperoleh pengetahuan atau kemampuan
kecerdasan, yang meliputi cara berpikir, daya ingat, pengertian, serta
pelaksanaan (Santoso&Ismail, 2009). Demensia juga berdampak
padapengiriman dan penerimaan pesan.

Dampak pada penerimaan pesan, antara lain: lansia mudah lupa terhadap pesan
yang baru saja diterimanya; kurang mampu membuat koordinasi dan
mengaitkan pesan dengan konteks yang menyertai; salah menangkap pesan;
sulit membuat kesimpulan. Dampak pada pengiriman pesan, antara lain: lansia
kurang mampu membuat pesan yang bersifat kompleks; bingung pada saat
mengirim pesan; sering terjadi gangguan bicara; pesan yang disampaikan salah
(Nugroho, 2009).

Upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencegah


penurunan fungsi kognitif pada lansia demensia yaitu dengan terapi
kolaboratif farmakologis dan terapi non farmakologis. Terapi kolaboratif
farmakologis yaitu donezepil, galatamine, rivastigmine, tetapi masing masing
obat tersebut memiliki efek samping (Dewanto; Suwono; Riyanto; Turana, 2009).
Terapi non farmakologis antara lain: terapi teka teki silang; brain gym; puzzle;
dan lain-lain. Terapi non farmakologis ini tidak memiliki efek samping
(Santoso&Ismail,2009).

B. Tujuan

a. Tujuan Umum

Setelah proses pembelajaran, diharapkan mahasiswa mampu melakukan asuhan


keperawatan Demensia pada Lansia.

b. Tujuan Khusus

4
Mahasiswa mampu memahami :

1. Pengertian dari Demensia

2. Penyebab dari Demensia

3. Faktor Predisposisi dan Presipitasi dari Demensia

4. Tanda dan Gejala dari Demensia

5. Penatalaksanaan dari Demensia

6. Psikofarmakologi dari Demensia

7. Asuhan keperawatan dari Demensia

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Lansia adalah seorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas baik pria maupun
wanita, yamg masih aktif beraktifitas yang bekerja maupubn mereka yang tidak
berdaya untuk mencari nafka sendiri hingga bergantung pada orang lain untuk
menghidupi drinya sendiri (nugroho, 2006). Lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi
merupakan proses yang berangsur -angsur mengakibatkan perubahan kumulatif,
merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam dan luar tubuh.

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006).

Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi atau


keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian,
dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu. Demensia
merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif
antara lain intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah,

6
orientasi,persepsi perhatian dan konsentrasi, penyesuaian dan kemampuan
bersosialisasi (Corwin, 2009).

Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian beratnya


sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas sosial.
Kemunduran kognitif pada demensia biasanya diawali dengan hilangnya fungsi
intelektual, kemunduran memori (pelupa) serta daya pikir lain. Demensia
berkaitan erat dengan usia lanjut (Nugroho, 2012). Grayson (2004) dalam
Aspiani (2014) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit
biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau
kondisi tertentu. Kumpulan gejalanya ditandai dengan penurunan kognitif,
perubahan mood, serta perubahan tingkah laku.

B. Penyebab

Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3


golongan besar yaitu :

a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal


kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada
system enzim, atau pada metabolism

b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat


diobati, penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :

1. Penyakit degenerasi spino - serebelar

2. Subakut leuko-esefalitis sklerotik fan bogaert

3. Khorea Hungtington

c. Sindrome demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam


golongan ini diantranya :

1. Penyakit cerrebro kardiovaskuler

2. Penyakit alzheimer

7
C. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

Faktor Predisposisi

Biologis :

- Penuaan
- Genetik
- Penyakit hipertensi
- Riwayat gangguan jiwa
- Merokok
- Tidak pernah/jarang olahraga

Psikologis :

- Kepribadian tertutup
- Pengalaman kehilangan
- Keinginan tidak tercapai

Sosial :

- Masalah pekerjaan
- Konflik dalam keluarga
- Ekonomi rendah
- Pendidikan rendah
- Jarang terlihat kegiatan sosial
- Tidak rutin mengikuti kegiatan keagamaan

Faktor Presipitasi

Sifat :

a. Biologis
- Penyakit hipertensi
b. Psikologis
- Keinginan tidak terpenuhi
- Kekecewaan terhadap konflik keluarga

8
- Kekecewaan terhadap lingkungan
c. Sosial budaya
- Masalah ekonomi
- Masalah pekerjaan
- Perubahan lingkungan
- Perpisahan dengan anggota keluarga
D. Tanda dan Gejala

Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien dengan
keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. Gejala klinik dari
demensia Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda dan gejala
demensia adalah :

1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu,
bulan, tahun, tempat penderita demensia berada.
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali.
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan
orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia
kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah.

E. Penatalaksanaan
1. Dukungan atau Peran Keluarga

Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap


memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan
angka-angka yang

9
2. Terapi Simtomatik

Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik,


meliputi:

a. Diet

b. Latihan fisik yang sesuai

c. Terapi rekreasional dan aktifitas

d. Penanganan terhadap masalah-masalah

3. Pencegahan dan perawatan demensia

Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa
mengoptimalkan fungsi otak, seperti :

1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti


alkohol dan zat adiktif yang berlebihan.

2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan


setiap hari.

3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif :
Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.

4. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang


memiliki persamaan minat atau hobi

10
5. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

F. Psikofarmakologi

Farmakoterapi

Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.

a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan


antikoliesterase seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine , Memantine

b. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin ,


Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga
memperbaiki gangguan kognitif.

c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi


perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati
tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke.

d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi


seperti Sertraline dan Citalopram.

e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa


menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikotik
(misalnya Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone

11
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian pada asuhan keperawatan lansia demensia meliputi :

a. Identitas klien

Identitas klien yang biasa dikaji pada klien dengan demensia adalah usia
(tempat/ tanggal lahir) karena banyak klien lansia yang mengalami demensia.
Identitas lainnya yang perlu ditanyakan adalah nama lengkap, jenis kelamin,
status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, diagnosis medis (bila
ada), alamat.

b. Keluhan utama

Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan masalah psikososial
demensia adalah klien kehilangan ingatan.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai keadaan klien saat ini mulai
timbulnya keluhan yang dirasakan sampai dilakukan pengkajian.

d. Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat adanya masalah psikososial


sebelumnya dan bagaimana penanganannya.

12
e. Riwayat kesehatan keluarga

Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang mengalami gangguan
psikologi seperti yang dialami oleh klien, atau adanya penyakit genetik yang
mempengaruhi psikososial.

f. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

2) Kesadaran

3) Tanda-tanda vital

g. Pola fungsi kesehatan

Yang perlu dikaji adalah aktivtias apa saja yang biasa dilakukan sehubungan
dengan adanya masalah psikososial demensia.

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

2) Pola nutrisi

3) Pola eliminasi

4) Pola tidur dan istirahat

5) Pola aktivitas dan istirahat

6) Pola hubungan dan peran

7) Pola sensori dan kognitif

8) Pola persepsi dan konsep diri

9) Pola seksual dan reproduksi

10) Pola mekanisme/ penanggulangan stress dan koping

11) Pola tata nilai dan kepercayaan

Data subyektif :

13
1. Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi.

2. Pasien mengatakan tidak mampu mengenali orang, tempat dan waktu

. Data obyektif :

1. Pasien kehilangan kemampuannya untuk mengenali wajah, tempat dan objek


yang sudah dikenalnya dan kehilangan suasana kekeluargaannya.

2. Pasien sering mengulang-ngulang cerita yang sama karena lupa telah


menceritakannya.

3. Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita menggunakan


kata-kata yang lebih sederhana, menggunakan katakata yang tidak tepat atau tidak
mampu menemukan kata-kata yang tepat.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Perawatan Diri
2. Hambatan Komunikasi Verbal

14
C. Pathway

Faktor Predisposisi : virus lambat, proses autoimun, dan genetik

Penuruan metabolisme dan aliran darah di korteks parietalis superior

Degenerasi neuron kolinergik

Hilangnya serat saraf


Kekusutan neurofibrilar kolinergik di korteks
yang difus serebrum

Terjadi plak senilis Penurunan sel neuron


Kelainan Neurotransmiter kolinergik yang
berproyeksi ke
hipokampus dan
amigdala

Asetikolin pada Otak

Demensia

15
Kehilangan kemampuan
Perubahan menyelesaikan masalah, Tingkah laku aneh dan
kemampuan perubahan mengawasi keadaan kacau, dan cenderung
merawat diri yang kompleks dan berpikir mengembara, mempunyai
sendiri abstrak, emosi stabil, pelupa, dorongan melakukan
dan apatis kekerasan

Gangguan proses pikir


Defisit perawatan diri
Resiko tinggi trauma
Kerusakan interaksi sosial

Hambatan komunikasi verbal

Koping tidak efektif

D. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA NOC NIC


1. Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan Self Care assistane :
Batasan karakteristik : tindakan keperawatan ADLs
- Ketidakmampuan selama 3 x 24 jam 1. Monitor
mengacingkan Defisit perawatan diri kemempuan klien
pakaian teratas dengan kriteria untuk perawatan
- Hambatan hasil: diri yang mandiri.
mengambil pakaian - Klien dapat 2. Monitor
- Hambatan berdandan eliminasi kebutuhan klien
mengenakan pakaian dan makan dengan untuk alat-alat
- Ketidakmampuan mandiri bantu untuk
mengambil - Menyatakan kebersihan
makanan dan kenyamanan terhadap diri, berpakaian,
memasukannya ke kemampuan untuk berhias, toileting
mulut melakukan ADLs dan makan.
- Dapat melakukan 3. Sediakan bantuan

16
Faktor yang berhubungan : ADLS dengan bantuan sampai klien
mampu secara utuh
- Gangguan kognitif untuk
- Penurunan motivasi melakukan self-care.
- Ketidaknyamanan 4. Dorong klien
- Kendala lingkungan untuk melakukan
- Keletihan aktivitas sehari-hari
- Gangguan musculoskeletal yang normal
- Gangguan neuromuscular sesuai kemampuan
- Nyeri yang dimiliki.
- Gangguan persepsi 5. Dorong untuk
- Ansietas berat melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika
klien tidak mampu
melakukannya.
6. Ajarkan klien/
keluarga untuk
Mendorong
kemandirian, untuk
Memberikan
bantuan hanya jika
pasien tidak mampu
untuk
melakukannya.
7. Berikan aktivitas
rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
8. Pertimbangkan
usia klien jika
mendorong
pelaksanaan

17
aktivitas
sehari-hari.
2. Hambatan Komunikasi Kriteria Hasil Communication
Verbal Setelah dilakukan Enhancement :
Batasan karakterisik : tindakan keperawatan Speech Deficit
- Tidak ada kontak mata selama 3 x 24 jam klien 1. Gunakan
- Tidak dapat bicara mampu : penerjemah jika
- Kesulitan 1. Berkomunikasi : diperlukan
mengekspresikan fikiran penerimaan 2. Beri satu kalimat
secara verbal interpretasi dan simple setiap
- Kesulitan menyusn ekspresi pesan bertemu jika di
kalimat 2. Lisan, tulisan dan perlukan
- Kesulitan menyusun kata- non verbal meningkat. 3. Konsultasikan
kata 3. Komunikasi dengan dokter
- Kesuliatan memahami ekspresif : (kesulitan kebutuhan terapi
pola komunikasi yang biasa berbicara ekspresi wicara
- Kesulitan dalam pesan verbal 4. Dorong pasien
kehadiran tertentu atau non verbal yang untuk
- Kesulitan menggunakan bermakna) berkomunikasi
ekspresi wajah 4. Komunikasi reseptif secara perlahan
- Disorientasi orang, ruang (kesulitan mendengar) dan untuk
dan waktu. : penerimaan mengulangi
komunikasi dan permintaan
Faktor yang berhubungan : interprestasi pesan 5. Dengarkan
- Ketiadaan Orang terdekat verbal atau non verbal dengan penuh
- Perubahan Konsep Diri 5. Gerakan perhatian berdiri di
- Perubahan sistem syaraf terkoordinasi : depan pasien ketika
pusat mampu berbicara.
- Defek anatomis mengkoordinasi 6. Gunakan kertu
- Tumor otak gerakan dalam baca, kertas,
- HDR kronik menggunakan isyarat. pensil, bahasa
- Perubahan harga diri 6. Pengolahan tubuh, gambar,

18
- Perbedaan Budaya informasi : klien daftar kosa kata,
- Penurunan Sirkulasi ke mampu untuk bahasa asing,
otak memperoleh, computer, dan lain-
- Perbedaan yang mengatur, dan lain. Untuk
berhubungan dengan usia menggunakan memfasilitasi
perkembangan informasi komunikasi dua
- Gangguan emosi 7. Mampu mengontrol arah yang optimal
- Kurang informasi respon ketakutan dan 7. Ajarkan bicara
- Hambatan fisik kecemasan terhadap dari esophagus jika
- Kondisi psikologi ketidak mampuan diperlukan
- HDR situasional berbicara 8. Beri anjuran
- Stress kendala lingkungan 8. Mampu kepada pasien dan
- Efek samping obat memanajemen keluarga tentang
kelemahan kemampuan fisik yang penggunaan alat
sistem musculoskeletal di miliki bantu bicara
9. Mampu misalnya prostesi,
mengkomunikasikan trakheoesofagus dan
kebutuhan dengan laring buatan
lingkungan sosial 9. Berikan pujian
positif jika
diperlukan
10. Anjurkan pada
pertemuan
kelompok
11. Anjurkan
kunjungan keluarga
secara teratur
untuk member
stimulus
komunikasi.
12. Anjurkan
ekspresi diri

19
dengan
cara lain dalam
menyampaikna
informasi misalnya
bahasa isyarat.

E. Implementasi

Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk


membantu klien dari status masalah kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon,
1994, dalam potter dan perry, 1997).

F. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara obyektif
pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakn sebelumnya. Evaluasi dalam
keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindaka keperawatan yang telah
ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan.

Evaluasi dalam keperawatan adalah kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan


yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara
optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.

Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian peoses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri. (Ali, 2009).

BAB IV

20
PENUTUP

A. Kesimpulan

Lansia adalah seorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas baik pria maupun
wanita, yamg masih aktif beraktifitas yang bekerja maupubn mereka yang tidak
berdaya untuk mencari nafka sendiri hingga bergantung pada orang lain untuk
menghidupi drinya sendiri (nugroho, 2006). Lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi
merupakan proses yang berangsur -angsur mengakibatkan perubahan kumulatif,
merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam dan luar tubuh.

Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi atau


keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian,
dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu. Demensia
merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif
antara lain intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah,
orientasi,persepsi perhatian dan konsentrasi, penyesuaian dan kemampuan
bersosialisasi.

B. Saran

Kami sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki
kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu kepada sumber yang bisa
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan
adanya kritik serta saran mengenai pembahasan makalah di atas.

DAFTAR PUSTAKA

21
Boedhi – Darmojo. 2009. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta:

FKUI.

Elizabeth.J.Corwin. 2009. Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3. Jakarta : EGC

Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika

Nugroho, W.2009. Keperawatan Gerontik & Geriatric Edisi 3.Jakarta : EGC

Harvey. R. J. Et. All. 2003. Dimensia Dapat di Derita Oleh Semua Tingkat Usia

dan Jenis Kelamin.

22
23

Anda mungkin juga menyukai