Disusun Oleh :
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Embriologi dengan judul Perkembangan Embriogenesis
Manusia (Embriogenesis : Morulasi, Blastulasi, Gastrulasi) dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah tersebut.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Embriologi yakni Ibu Ana Kurniati, SST, MPH yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan tugas makalah tersebut serta
teman-teman kelas Alih Jenjang Sarjana Terapan Kebidanan yang telah
memberikan dukungan moral kepada kami.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini nantinya bisa
bermanfaat. Kami mengharapkan kritik dan saran dalam rangka meningkatkan
kualitas makalah ini agar kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi. Terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Embriogenesis.......................................................................................................3
1. Morulasi............................................................................................................3
2. Blastulasi...........................................................................................................3
3. Gastrulasi..........................................................................................................3
B. Proses Embriogenesis...........................................................................................4
1. Fase Morulasi...................................................................................................4
2. Fase Blastulasi..................................................................................................5
3. Fase Gastrulasi..................................................................................................6
BAB IV KESIMPULAN........................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum, untuk dapat memunculkan makhluk hidup baru yang
berasal dari induknya, ada dua tahapan penting yang harus ada dalam proses
pembentukan individu baru yaitu fase reproduksi dan fase pertumbuhan embrio
hingga kelahiran. Keseluruhan fase tersebut dinamakan embriogenesis. Fase
reproduksi hanya dapat berlangsung setelah individu mengalami masa
kematangan organ reproduksi dan sangat berkaitan dengan kelenjar-kelenjar
reproduksi, dalam hal ini adalah hormon-hormon reproduksi. Di dalam fase
reproduksi, dikenal beberapa tahapan yaitu:
1. Gametogenesis, pembentukan sel-sel gamet
2. Pematangan sel-sel gamet
3. Fusi atau peleburan sel-sel gamet dari induk jantan dan induk betina.
Dalam tahapan normal setelah terjadi pembuahan/fusi maka akan fase
akan beralih ke embriogenesis yaitu terbentuk morula, kemudian morula akan
tumbuh menjadi blastula (blastocyst). Di dalam embriogenesis ini juga dapat
dibedakan menjadi dua tahap, yaitu:
1. Pertumbuhan dan diferensiasi, termasuk di dalamnya dijumpai tahap morula,
blastula, gastrula
2. Tahap berikutnya dalam embriogenesis adalah organogenesis, yaitu
pembentukan organ-organ definitif sehingga menjadi individu sederhana yang
terus tumbuh dan berkembang hingga masa partus (Kelahiran).
Embriogenesis sendiri masuk kedalam ilmu embrio atau embriologi.
Selain menjelaskan kehidupan sekarang dan kemungkinan menggambarkan
sejarah evolusi, embriologi memudahkan untuk memahami pengertian dalam
anatomi dengan baik. Dengan bekal pengetahuan embriologi yang baik,
mahasiswa akan mudah memahami bagaimana dan mengapa keadaan susunan
1
organisme dewasa seperti itu. Dengan pengertian ini pula memungkinkan
mahasiswa tidak sekedar hafal dengan nama-nama dalam anatomi, tetapi juga
memahaminya.
Ketika mendalami anatomi, kemungkinan akan menjumpai
penyimpangan-penyimpangan atau bentuk-bentuk kelainan dari gambaran tubuh
yang normal. Kadang-kadang perbedaan atau penyimpangan ini hanya kelainan
berskala kecil yang tidak mempengaruhi kemampuan fungsional individu, tetapi
kadang-kadang penyimpangan tadi berupa suatu kelainan yang menyebabkan
kesulitan pada kelangsungan hidup individu bahkan tidak memberikan
kemungkinan individu tadi untuk hidup. Keadaan-keadaan seperti ini dapat kita
lacak kembali ke perkembangan embriologiknya, yang memberi kemungkinan
untuk mengkaji sebab musabab terjadinya kelainan tersebut, sehingga dengan
demikian di kemudian hari dapat dihindari atau diperkecil frekuensi kejadiannya,
untuk ini penguasaan embriologi sangat penting artinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan embriogenesis, termasuk dengan fase
morulasi, blastulasi, dan granulasi?
2. Bagaimanakah proses terjadinya embriogenesis, termasuk dengan proses
morulasi, blastulasi, dan granulasi?
C. Tujuan
1. Mahasiswa memahami maksud dari embriogenesis, termasuk memahami
mengenai fase morulasi, fase blastulasi, dan fase granulasi.
2. Mahasiswa memahami proses yang terjadi pada embriogenesis, teermasuk
pada proses morulasi, blastulasi, dan granulasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Embriogenesis
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio.
Proses ini merupakan tahap perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau
fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel.
Sel dalam embryogenesis disebut dengan sel embriogenik. Secara umum, sel
embriogenik tumbuh dan berkembang melalui fase embriogenesis antara lain :
morulasi, blatulasi, gastrulasi dan neurulasi.
1. Morulasi
Kata morula berasal dari bahasa latin yang artinya buah murbei, karena
pada fase ini bentuknya seperti buah murbei. Morulasi merupakan proses
terbentuknya morula yang mengalami proses serangkaian pembelahan
(cleavage) secara mitosis dari 1 sel menjadi 2 sel, 4 sel, 8 sel, 16 sel dan
seterusnya. Pada fase ini bentuk sel seperti bola padat (bulat) akibat
pembelahan sel terus menerus dan masih diselimuti oleh zona pelusida.
2. Blastulasi
Blastulasi merupakan proses terbentuknya blastula pada embrio.
Blastula merupakan bentuk lanjutan dari morula yang terus mengalami
perkembangan. Sementara sel – sel morula mengalami pembelahan terus–
menerus, terbentulah rongga ataupun celah di bawah piringan germinal yang
memisahkan dengan kuning telur. Rongga ini makin lama makin membesar
dan berisi cairan. Blastula terdapat cairan sel yang disebut dengan blatosoel.
3. Gastrulasi
Gastrulasi merupakan proses pembentukan gastrula pada embrio.
Gastrula merupakan bentukan lanjutan dari blastula yang pelekukan tubuhnya
sudah semakin nyata dan mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta
3
rongga tubuh. Fase ini terjadinya pembentukan lapisan yaitu ektoderm,
mesoderm, dan endoderm.
B. Proses Embriogenesis
1. Fase Morulasi
Hasil pembuahan antara sel sperma dan sel telur menghasilkan zigot
yang terus membelah membentuk banyak sel (sampai 32). Tahap morula ialah
tahap 32 sel-sel zigot yang tersusun padat. Kemudian setiap sel akan terus
melakukan pembelahan dalam rangka pertumbuhan dan perkembangan
hingga mencapai angka 64-100 sel. Pembelahan hanya membagi-bagi
sitoplasma zigot yang besar menjadi banyak sel yang berukuran lebih kecil
dan masing-masing berinti yang disebut blastomer (ukuran bolanya sama).
Blastomer-blasomer hasil pembelahan selanjutnya membentuk bola sel padat
yang disebut morula. Proses terbentuknya morula disebut morulasi.
4
Gambar 1. Fase Morula
2. Fase Blastulasi
Setelah 4 sampai 5 hari zigot berubah menjadi bola padat yang diikuti
dengan migrasi sel-sel blastomer menuju vegetal pore, sehingga terbentuk
rongga di bagian animal pore yang disebut blastocoel. Tahapan menghasilkan
blastosit. Pada hari ke 6 atau 7 setelah fertilisasi, blastocyt siap berimplantasi
di dalam dinding rahim (uterus). Implantasi blastosit ke dinding endometrium
memerlukan waktu yang sangat singkat hingga lapisan zona pelusida
melebur.
Blastosit mengeluarkan enzim yang berpenetrasi ke dalam dinding
endometrium, untuk memudahkannya menempel di dinding tersebut Sel
blastosit mendapatkan makanan dari pembuluh darah pada dinding
endometrium, yang terjadi pada hari ke 7 setelah implantasi. Sel-sel
trophoblast pada tepi zigot berinvaginasi ke dinding basal uterus untuk
memperkokoh kedudukan zigot di dinding uterus.
5
Gambar 2. Fase Blastula
3. Fase Gastrulasi
Pada tingkat gastrula ini akan terjadi proses dinamisasi daerah-daerah
bakal pembentuk alat pada blastula, diatur dan dideretkan sesuai bentuk dan
susunan tubuh spesies yang bersangkutan. Melewati masa gastrulasi,
perkembangan embrio menuju ke arah organogenesis. Setelah blastosit
berimplantasi, sel-sel trophoblast dari blastosit berinvaginasi ke dinding
endometrium. Blastosit berkembang membentuk lapisan dari dalam ke luar
yaitu; hipoblast, epiblast dan trophoblast. Selanjutnya zigot memasuki fase
gastrula dengan terbentuknya rongga gastrocoel akibat involusi (pelekukan)
bibir dorsal blastopor ke bagian dalam rongga blastocoel. Involusi tersebut
mengakibatkan terbentuknya rongga gastrocoel atau arkenteron. Rongga
arkenteron kelak akan menjadi saluran pencernaan. Bibir dorsal tempat
involusi tersebut membentuk blatoporus, yang kelak akan menjadi anus.
Involusi sel-sel bibir dorsal ini akan terus mendesak rongga blastocoel
menjadi lebih sempit dan terbentuklah 3 lapisan embrional yaitu ektoderm,
mesoderm dan entoderm.
6
Gambar 3. Fase Gastrula
7
BAB IV
KESIMPULAN
8
DAFTAR PUSTAKA