Anda di halaman 1dari 17

TUTORIAL BLOK 7

MODUL 1
KEKEBALAN TUBUH
Skenario 1
”Kenapa lengan atas saya disuntik sih Dok”
Amir, 17 tahun datang ke IGD RSGM FKG Unand dengan keluhan demam tinggi
sejak 2 hari terakhir. Pada anamnesis diketahui Amir 3 hari yang lalu terjatuh saat berbelanja
di daerah Pasar Raya Padang. Pada pemeriksaan klinis ditemukan vulnus abrasivum pada
patella dextra, nyeri, hiperemis dan edema.
DPJP menanyakan apakah saat jatuh 3 hari yang lalu Amir berobat ke dokter ? karena
daerah jatuhnya adalah daerah dengan banyak lalu lintas kuda bendi. Amir mengaku tidak
berobat kemanapun hanya dibersihkan saja dan mengaku memiliki riwayat penyakit
autoimun. Kemudian DPJP menyuntikkan obat ATS dan TT di lengan atas sebagai terapi
kekebalan aktif dan pasif untuk Amir agar tidak terinfeksi kuman Tetanus, lalu meresepkan
obat antibiotik dan analgetik, antipiretik. Amir pun diperbolehkan pulang
Bagaimana saudara menjelaskan masalah sistim kekebalan tubuh Amir ini ?
Pokok-pokok yang di-elaborasi (discussion point):
1. Autoimun
2. Hiposensitif
3. hipersensitif

I. TERMINOLOGI
1. Anamnesis : kegiatan komunikasi antara pasien dan dokter untuk
mendapatkan info yang mengarah untuk diagnosis pasien.
2. Vulnus abrasivum : luka lecet
3. Hiperemis : kelebihan darah pada suatu bagian tubuh
4. Edema : pembengkakan yg terjadi pada anggota tubuh
5. Autoimun : penyakit ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel
sehatnya sendiri
6. Obat ATS : antibodi untuk melawan tetanus
7. Analgetik : suatu agen yang meredakan nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran
8. Antipiretik : digunakan untuk menurunkan demam

II. RUMUSAN MASALAH


1. Mengapa amir mengalami demam tinggi setelah terjatuh?
Karena vulnus abrasivum yang terjadi pada amir bisajadi terinfeksi virus maupun
bakteri sehingga menyebabkan infeksi. Sehingga ketika sudah demam berarti bakteri
atau virus sudah menginfeksi menyebar di pembuluh darah, sehingga otak
memberikan sinyal untuk meningkatkan suhu tubuh untuk membasmi bakteri atau
virus yg ada dalam peredarah darah.
Sistem imun amir sedang bekerja sebagai pertahanan tubuh

2. Bagaimana gejala vulnus abrasivum pada patella amir, serta cara pengobatannya?
Terjadi karena gesekan antara benda dengan jaringan lunak tubuh. Pengobatannya
dengan cara dibersihkan, kompres dengan es batu, mengonsumsi obat penghilang
nyeri, serta ke dokter.

3. Apa yang menyebabkan hiperemis pada amir?

4. Apa yang menyebabkan edema pada amir?

Sel sel yang mengalami kerusakan akan melepaskan histamin.

5. Apa yang menyebabkan nyeri pada amir?


Karena terjadi infeksi. Luka sudah mengenai saraf reseptor rasa sakit.

6. Fungsi dari anamnesis?


Mendapatkan informasi penyakit pasien, menegakkan diagnosa sementara,
menetapkan diagnosa banding, menetapkan tindakan selanjutnya.
Untuk mengedukasi pasien tentang penyakitnya.

7. Hubungan tempat jatuh dengan kondisi Amir?


Karena amir terinfeksi bakteri tetanus, dimana bakteri tetanus ini sering ditemukan di
tanah,
Bisajadi di aspal tersebut bisa terpapar bakteri tetanus.

8. Hubungan terjatuh dengan autoimun seseorang?


Ketika terjatuh dan luka, terjadi inflamasi. Ketika terjadi inflamasi, terjadi pertahanan
oleh sistem antibodi, sementara amir yang mempunyai autoimun, akan terganggu
dibeberapa sistem imunnya.
Karena sistem kekebalan tubuh amir menyerang sel sehatnya sendiri.
9. Apa penyebab penyakit autoimun?
Lingkungan, riwayat keluarga (gen), etnis, gender.

10. Apa gejala penyakit autoimun?


Adanya rasa pegal pada otot, demam tinggi, rambut rontok, sulit untuk
berkonsentrasi, mudah lelah, sering kesemutan pada tangan dan kaki.

11. Cara mengatasi autoimun?


Belum dapat disembuhkan, hanya saja dapat menekankan gejala pada penyakit
autoimun tersebut.
Diberikan imunosukresan, imunostimulan.

12. Perbedaan obat analgetik dan antipiretik?


Fungsinya, analgetik untuk meredakan rasa nyerim antipiretik menurunkan suhu
tubuh.

13. Mengapa amir perlu disuntikkan obat ATS dan TT oleh dokter? Mengapa tidak
bergantung dengan kekebalan aktif pada tubuh amir saja?
Karena kekebalan aktif tidak bisa langsung berkembang dan memakan waktu hingga
berminggu minggu, oleh karena itu, dokter menyuntikkan obat ATS dan TT untuk
menambah dan mempercepat perkembangan antibodi amir (disebut juga kekebalan
pasif).
14. Apa saja yang memperngaruhi terjadinya hipersensitif?
Ketidakseimbangan antara mekanisme efektor respon imun dengan mekanisme
kontrol yang berfungsi membatasi respon respon secara normal.
Eksogen oleh antigen lingkungan, endogen dengan antigen diri sendiri.

15. Apa saja yang memperngaruhi terjadinya hiposensitif?

III. SKEMA

amir (17tahun)

menuju rsgm fkg unand karena


demam tinggi

anamnesis

gejala infeksi

imunologi

gangguan kekebalan pasif sistem imun


konsep dasar komponen respon imun jenis jenis
imunologi dan imunisasi rongga mulut

IV. LEARNING OBJECTIVE


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep dasar imunologi.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komponen imunologi.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan respon imun terhadap infeksi
mikroorganisme.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pembagian dari imunologi.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kekebalan pasif dan imunisasi.
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem imunitas rongga mulut.
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan gangguan dan kelainan imunologi
dan autoimun (pada mukosa mulut).

V. PEMBAHASAN LO
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep dasar imunologi.
Imunologi merupakan ilmu yang mempelajari mekanisme tubuh dalam mengenali
dan menolak substansi asing.
Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk
mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat
ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Pertahanan tersebut terdiri atas
sistem imun alamiah atau non spesifik (natural/imate) dan sistem imun dapatan atau
spesifik (adaptive acquired).
 Sistem imun nonspesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam
menghadapi serangan berbagai mikroorganisme, schingga dapat memberikan
respon langsung terhadap antigen, sedangkan sistem imun spesifik
membutuhkan waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu sebelum dapat
memberikan responnya.
 Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang
dianggap asing bagi dirinya. Oleh karena itu sistem tersebut hanya dapat
menghancurkan mikroorganisme yang telah dikenal sebelumnya.

Berbagai bahan organik dan anorganik, baik yang hidup maupun yang mati asal
hewan, tumbuhan, jamur, bakteri, virus, parasite, berbagai debu dalam polusi, uap,
asap dan lain lain iritan, ditemukan dalam lingkungan hidup sehingga setiap saat
bahan-bahan tesebut dapat masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan berbagai
penyakit bahkan kerusakan jaringan. Selain itu, sel tubuh menjadi tua dan sel yang
yang bermutasi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diingini dan perlu
disingkirkan.
Dalam 20 terakhir ini terlihat perkembangan yang sangat pesat dalam bidang
imunologi seluler dan monokuler. Penemuan-penemuan berbagai molukel yang
berperanan dalam inflamasi dan respon imun seperti mediator, sitokin, dan lain
sebagainya telah dapat menjelaskan berbagai mekanisme respon imun/inflamasi.
Pengetahuan imunologi yang maju telah dapat dikembangkan untuk menerangkan
patogenis serta mengakkan diagnosis berbagai penyakit yang sebelumya masih kabur.
Kemajuan dicapai dalam pengembangan berbagai vaksin dan obat-obat yang dapat
digunakan dalam memperbaiki fungsi sistem imun dalam memerangi infeksi dan
keganasan, atau sebaliknya digunakan untuk menekan inflamasi dan fungsi imun yang
berlebihan pada penyakit hipersensitivitas.
Kemampuan tubuh untuk menyingkirkan bahan asing yang masuk kedalam tubuh
tergatung dari kemampuan sistem imun untuk mengenal molekul-molekul asing atau
antigen yang terdapat pada permukaan bahan asing tersebut dan kemampuan untuk
melakukan reaksi yang tepat untuk menyingkirkan antigen. Kemampuan ini dimiliki
oleh komponen-komponen sistem imun yang terdapapat dalam jaringan limforetikuler
yang letaknya tersebar diseluruh tubuh, misalnya di dalam sum-sum tulang, kelenjar
limfe, limpa, timus, sistem pernafasan, seluran pencernaan, dan organ-organ lainnya.
Sel-sel yang terdapat dalam jaringan ini berasal dari sel induk dalam sum-sum tulang
yang berdiferensial menjadi berbagai jenis sel, kemudian beredar dalam tubuh melalui
darah, sistem limfatik, serta organ limfoid yang terdiri dari timus dan mukosa (organ
limfoid sekunder), dan dapat menunjukan respon terhadap suatu rangsangan sesuai
dengan sifat dan fungsi masing-masing.
Sistem imun memiliki peran dan fungsi sebagai berikut:
 Penangkal benda asing yang masuk ke dalam tubuh
 Untuk keseimbangan fungsi tubuh terutama menjaga keseimbangan
komponen tubuh yang telah tua
 Sebagai pendeteksi adanya sel – sel abnormal, termutasi, ganas serta
menghancurkannya
 Perannya dalam pertahanan adalah menghasilkan resistensi terhadap agen
penginvasi seperti mikroorganisme.
 Perannya dalam surveilans adalah mengindentifikasi dan menghancurkan sel-
sel tubuh sendiri yang bermutasi dan berpotensi menjadi neoplasma.
 Perannya dalam homeostasis adalah membersihkan sisa-sisa sel dan zat-zat
buangan sehingga tipe-tipe sel tetap seragam dan tidak berubah. 

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komponen imunologi.


http://repository.unair.ac.id/25663/13/13.%20Bab%202.pdf
Baratawidjaya, Karnen Garna.1988. Imunologi Dasar. Jakarta: UI.

Sistem kekebalan terdiri dari sel-sel dan zat-zat yang bisa larut. Sel-sel utama dari
sistem kekebalan adalah sel-sel darah putih, yaitu makrofag, neutrophil dan limfosit.
Zat-zat terlarut yang utama adalah antibodi, protein komplemen dan sitokin. Beberapa
zat terlarut bertindak sebagai pembawa pesan (messenger) untuk menarik dan
mengaktifkan sel-sel lainnya. Molekul kompleks histokompatibiliti mayor merupakan
pusat dari sistem kekebalan yang membantu untuk mengenali benda asing.

a. Makrofag
Makrofag adalah sel darah putih yang berukuran besar, yang dapat mencerna
mikroba, antigen, dan zat-zat asing lainnya. Antigen adalah setiap zat yang bisa
merangsang suatu respon kekebalan; antigen bisa merupakan bakteri, virus,
protein, karbohidrat, sel-sel kanker dan racun. Sitoplasma makrofag
mengandung granula yang berisi enzim dan zat-zat lain yang memungkinkan
makrofag mencerna dan menghancurkan mikroba dan zat-zat asing lainnya.
Makrofag tidak ditemukan di dalam darah, tetapi terdapat di tempat-tempat
strategis, dimana organ tubuh berhubungan dengan aliran darah atau dunia luar.
Misalnya makrofag ditemukan di daerah dimana paru-paru menerima udara dari
luar dan sel-sel hati yang berhubungan dengan pembuluh darah.

b. Neutrofil
Neutrofil adalah sel darah putih yang berukuran besar, yang dapat mencerna
mikroba dan antigen lainnya. Neutrofil memiliki granula yang mengandung
enzim untuk menghancurkan antigen yang dimakan olehnya. Neutrofil
ditemukan di dalam darah dan dapat masuk ke dalam jaringan dengan adanya
rangsangan khusus.
Makrofag dan neutrofil seringkali bekerja sama, yakni makrofag memulai
suatu respon kekebalan dan mengirimkan sinyal untuk menarik neutrofil
bergabung dengannya di daerah yang mengalami gangguan. Jika neutrofil telah
tiba, mereka menghancurkan benda asing dengan cara mencernanya.

c. Limfosit
Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening. Limfosit memiliki
ukuran yang relatif lebih kecil daripada makrofag dan neutrofil. Neutrofil
berumur tidak lebih dari 7-10 hari, tetapi limfosit bisa hidup selama bertahun-
tahun bahkan sampai berpuluh-puluh tahun.

d. Limfosit B
Berasal dari sel induk (sistem cell) di dalam sumsum tulang. Limfosit B
dapat tumbuh menjadi sel plasma dan menghasilkan antibodi.

e. Antibodi
Adanya rangsangan dari suatu antigen membuat limfosit B mengalami
pematangan menjadi sel-sel yang menghasilkan antibodi. Antibodi merupakan
protein yang dapat bereaksi dengan antigen. Antibodi disebut juga sebagai
immunoglobulin. Setiap molekul antibodi memiliki dua bagian, yaitu bagian
untuk berikatan dengan antigen dan bagian yang strukturnya menerangkan
kelompok antibodi. Terdapat 5 jenis kelompok antibodi:
 Ig M yaitu antibodi yang dihasilkan pada pemaparan awal oleh suatu
antigen. Contohnya, jika seorang anak menerima vaksinasi tetanus I, maka
10-14 hari kemudian akan terbentuk antibodi antitetanus IgM (respon
antibodi primer). Ig M banyak terdapat di dalam darah tetapi dalam
keadaan normal tidak ditemukan di dalam organ maupun jaringan.
 Ig G merupakan jenis antibodi yang paling umum, yang dihasilkan pada
pemaparan antigen berikutnya. Contohnya, setelah mendapatkan suntikan
tetanus II (booster), maka 5-7 hari kemudian seorang anak akan membentuk
antibodi IgG.Respon antibodi sekunder ini lebih cepat dan lebih berlimpah
dibandingkan dengan respon antibodi primer. IgG ditemukan di dalam
darah dan jaringan. IgG merupakan satu-satunya antibodi yang dapat masuk
melalui plasenta dari ibu ke janin di dalam kandungannya. IgG ibu
melindungi janin dan bayi baru lahir sampai sistem kekebalan bayi bisa
menghasilkan antibodi sendiri.
 Ig A adalah antibodi yang memegang peranan penting pada pertahanan
tubuh terhadap masuknya mikroorganisme melalui permukaan yang dilapisi
selaput lendir, yaitu hidung, mata, paru-paru dan usus. IgA ditemukan di
dalam darah dan cairan tubuh (pada saluran pencernaan, hidung, mata,
paru-paru, ASI).
 Ig E adalah antibodi yang menyebabkan reaksi alergi akut (reaksi alergi
segera). IgE penting dalam melawan infeksi parasit (misalnya river
blindness dan skistosomiasis), yang banyak ditemukan di negara
berkembang.
 Ig D adalah antibodi yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit di
dalam darah. Fungsinya belum sepenuhnya diketahui.

f. Limfosit T
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/
9b2b707c115092d901906e8e48e72076.pdf
Terbentuk jika sel induk di sumsum tulang masuk ke kelenjar thymus dan
mengalami pembelahan dan pematangan. Di dalam kelenjar thymus, limfosit T
belajar membedakan benda asing dan yang bukan benda asing. Limfosit T
dewasa meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam pembuluh getah
bening dan berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan kekebalan.
Ketika limfosit T/sel T terpajan ke kombinasi antigen spesifik, sel-sel dari sel
klon sel T komplementer berproliferisai dan berdiferensiasi selama beberapa
hari, menghasilkan sejumlah besar sel T teraktivasi yang melaksanakan berbagai
respons imunitas seluler. Terdapat tiga subpopulasi sel T, tergantung pada peran
mereka setelah diaktifkan oleh antigen.
 Sel Tc (cytotocic)
Sel T yang menghancurkan sel penjamu yang memiliki antigen asing,
misalnya sel tubuh yang dimasuki oleh virus, sel kanker, dan sel
cangkokan.
 Sel Th (helper)
Berperan menolong sel B dalam memproduksi antibodi, memperkuat
aktivitas sel T sitotoksik dan sel T penekan (supresor) yang sesuai, dan
mengaktifkan makrofag.
 Sel Ts (suppersor)
Sel T yang menekan produksi antibodi sel B dan aktivitas sel T sitotoksik
dan penolong. Sebagian besar dati milyaran Sel T diperkirakan tergolong
dalam subpopulasi penolong dan penekan, yang tidak secara langsung ikut
serta dalam destruksi patogen secara imunologik. Kedua subpopulasi
tersebut disebut sel T regulatorik, karena mereka memodulasi aktivitas sel
B dan Sel T sitotoksik serta aktivitas mereka sendiri dan aktivitas
makrofag.
 Sel Tdh (delayed hypersensitivity)
Merupakan sel yang berperan pada pengerahan makrofag dan sel
inflamasi lainnya ketempat terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe lambat.
Dalam fungsinya, sel Tdh sebenarnya menyerupai sel Th.
 Limfokin
Dalam biakan sel limfosit T dapat ditemukan berbagai bahan yang
mempunyai efek biologic. Bahan-bahan tersebut disebut limfokin dan
dilepas sel T yang disensitisasi. Beberapa jenis limfokin yaitu: interleukin,
interferon, suppresor factor, helper factor, dan sebagainya.

g. Sel NK (Natural Killer Cell)


Memiliki ukuran yang agak lebih besar dari limfosit T dan limfosit B. Sel ini
dinamakan sel pemusnah karena sel-sel ini membunuh mikroba dan sel-sel
kanker tertentu. Istilah alami (natural) digunakan karena sel-sel ini siap
membunuh sel target segera setelah dibentuk, tanpa perlu melewati proses
pematangan seperti pada limfosit T dan limfosit B. Sel NK juga menghasilkan
beberapa sitokin yang mengatur sebagian fungsi limfosit T, limfosit B dan
makrofag.

h. Sistem Komplemen
Mengandung lebih dari 18 macam protein. Protein-protein ini bertindak
dalam suatu kaskade (deretan urutan bekerja), dimana satu protein mengaktifkan
protein yang lain dan seterusnya. Sistem komplemen bisa diaktifkan melalui 2
cara :
1. Jalur alternatif : diaktifkan oleh produk mikroba tertentu atau antigen
2. Jalur klasik : diaktifkan oleh antibodi khusus yang terikat pada antigen
(komplek imun)
Sistem komplemen berfungsi menghancurkan benda asing, baik secara
langsung maupun bergabung dengan komponen sistem kekebalan lainnya.
i. Sitokin
Pada sistem kekebalan, sitokin berfungsi sebagai pembawa pesan. Sitokin
dihasilkan oleh sel-sel pada sistem kekebalan sebagai respon terhadap
perangsangan antigen. Sitokin membantu beberapa aspek sistem kekebalan dan
menekan aspek yang lainnya.
Beberapa sitokin bisa diberikan melalui suntikan untuk mengobati penyakit
tertentu, misalnya:
 interferon alfa, efektif untuk mengobati kanker tertentu (misalnya hairy
cell leukemia)
 interferon beta, digunakan untuk mengobati multipel sklerosis
 interleukin-2 diberikan pada penderita melanoma maligna dan kanker
ginjal
 granulocyte colony-stimulating factor merangsang pembentukan neutrofil,
diberikan pada penderita kanker yang memiliki sedikit neutrofil sebagai
efek samping dari kemoterapi.

j. Kompleks Histokompatibiliti Mayor (MHC II)


Semua sel memiliki molekul pada permukaannya, yang khas untuk setiap
individu. Molekul ini disebut molekul kompleks histokompatibiliti mayor.
Melalui molekul ini, tubuh dapat membedakan mana yang merupakan benda
asing dan mana yang bukan benda asing.
Terdapat 2 jenis molekul kompleks histokompatibiliti mayor (disebut juga
human leukocyte antigens atau HLA):
1. HLA I ditemukan di semua sel tubuh, kecuali sel darah merah
2. HLA II hanya ditemukan pada permukaan makrofag serta limfosit T dan
limfosit B yang telah dirangsang oleh suatu antigen
Saat janin mulai membentuk sistem kekebalan, sel induk (stem cell)
berpindah ke kelenjar thymus dan membelah serta berkembang menjadi limfosit
T. Ketika berkembang di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar
membedakan dirinya dengan yang bukan dirinya (benda asing). Setiap limfosit
T yang bereaksi terhadap HLA thymus dimusnahkan. Setiap limfosit T yang
memerima HLA thymus dan belajar bekerja sama dengan sel-sel yang
mencerminkan HLA tubuh akan mengalami pematangan dan meninggalkan
thymus. Hasilnya adalah limfosit T dewasa dapat mengenali dan tidak
menyerang sel-sel tubuhnya sendiri dan saat mempertahankan tubuh, limfosit T
bisa bekerja sama dengan sel-sel tubuh lainnya.
Terkadang limfosit T kehilangan kemampuannya untuk membedakan benda
asing dan bukan benda asing. Jika limfosit T tidak dapat mengenali HLAnya
sendiri, maka dia akan menyerang tubuhnya sendiri, sehingga terjadi penyakit
autoimun(misalnya lupus eritematosus sistemik atau sklerosis multipel).

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan respon imun terhadap infeksi


mikroorganisme.
http://repository.unair.ac.id/25663/13/13.%20Bab%202.pdf
Baratawidjaya, Karnen Garna.1988. Imunologi Dasar. Jakarta: UI.
A. Respon imun non spesifik
Merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam melawan mikroorganisme.
Disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu.
Respon imun non spesifik dapat mendeteksi antigen yang masuk, tetapi tidak dapat
mendeteksi antigen tersebut. Sehingga respon imun non spesifik akan memberikan
respon yang sama terhadap berbagai jenis penyakit. Respon imun non spesifik
terdiri dari:
a) Pertahanan fisik dan mekanik
Seperti pada kulit, selaput lendir, silia saluran pernafasan, serta ketika
batuk dan bersin akan mencegah masuknya berbagai kuman patogen ke
dalam tubuh. Sementara itu, kulit yang rusak misalnya oleh luka bakar, dan
selaput lendir yang rusak oleh asap rokok, akan meninggikan resiko infeksi.

b) Bersifat larutan
 Pertahanan biokimia
Bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit,
kel kulit, telinga, spermin dalam semen, mengandung bahan yang
berperan dalam pertahanan tubuh secara biokimiawi. asam HCL dalam
cairan lambung, lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan air susu
dapat melindungi tubuh terhadap berbagai kuman gram positif  dengan
menghancurkan dinding selnya. Air susu ibu juga mengandung
laktoferin dan asam neuraminik yang mempunyai sifat antibacterial
terhadap E. coli dan staphylococcus.
Lisozim yang dilepas oleh makrofag dapat menghancurkan kuman
gram negatif dan hal tersebut diperkuat oleh komplemen. Laktoferin dan
transferin dalam serum dapat mengikat zan besi yang dibutuhkan untuk
kehidupan kuman pseudomonas.

 Pertahanan humoral
Berbagai bahan dalam sirkulasi berperan pada pertahanan tubuh
secara humoral. Bahan-bahan tersebut adalah:
1) Komplemen
Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif bakteri
dan parasit karena:
- Komplemen dapat menghancurkan sel membran bakteri
- Merupakan faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag ke
tempat bakteri
- Komponen komplemen lain yang mengendap pada permukaan
bakteri memudahkan makrofag untuk mengenal dan
memfagositosis (opsonisasi).

2) Interferon
Adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai sel
manusia yang mengandung nukleus dan dilepaskan sebagai respons
terhadap infeksi virus. Interveron mempunyai sifat anti virus dengan
jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi virus sehingga
menjadi resisten terhadap virus. Disamping itu, interveron juga dapat
mengaktifkan Natural Killer cell (sel NK). Sel yang diinfeksi virus
atau menjadi ganas akan menunjukkan perubahan pada
permukaannya. Perubahan tersebut akan dikenal oleh sel NK yang
kemudian membunuhnya. Dengan demikian penyebaran virus dapat
dicegah.

3) C-Reactive Protein (CRP)


Peranan CRP adalah sebagai opsonin dan dapat mengaktifkan
komplemen. CRP dibentuk oleh badan pada saat infeksi. CRP
merupakan protein yang kadarnya cepat meningkat (100 x atau lebih)
setelah infeksi atau inflamasi akut.
CRP berperanan pada imunitas non spesifik, karena dengan
bantuan Ca++ dapat mengikat berbagai molekul yang terdapat pada
banyak bakteri dan jamur.

c) Pertahanan seluler
Fagosit/makrofag dan sel NK berperanan dalam sistem imun non
spesifik seluller.
 Fagosit
Meskipun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis
tetapi sel utama yang berperaan dalam pertahanan non spesifik adalah sel
mononuclear (monosit dan makrofag) serta sel polimorfonuklear seperti
neutrofil.
Dalam kerjanya sel fagosit juga berinteraksi dengan komplemen dan
sistem imun spesifik. Penghancuran kuman terjadi dalam beberapa
tingakt sebagai berikut:
Kemotaksis, menangkap, memakan (fagosistosis), membunuh dan
mencerna. Kemotaksis adalah gerakan fagosit ketempat infekis sebagai
respon terhadap berbagai factor sperti produk bakteri dan factor
biokimiawi yang dilepas pada aktivasi komplemen. Antibody seperti
pada halnya dengan komplemen C3b dapat meningkatkan fagosistosis
(opsonisasi). Antigen yang diikat antibody akan lebih mudah dikenal
oleh fagosit untuk kemudian dihancurkan. Hal tersebut dimungkinkan
oleh adanya reseptor untuk fraksi Fc dari immunoglobulin pada
permukaan fagosit.

 Natural Killer cell (sel NK)


Sel NK adalah sel limfoid yang ditemukan dalam sirkulasi dan tidak
mempunyai ciri sel limfoid dari siitem imun spesifik, maka karenan itu
disebut sel non B non T (sel NBNT) atau sel poplasi ketiga.
Sel NK dapat menghancurkan sel yang mengandung virus atau sel
neoplasma dan interveron meempunyai pengaruh dalam mempercepat
pematangan dan efeksitolitik sel NK.

B. Sistem imun spesifik atau adaptasi


Mempunyai kemampuan untuk mengenal benda asing. Benda asing yang
pertama kali muncul dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi sensitiasi
sel-sel imun tersebut. Bila sel imun tersebut berpapasan kembali dengan benda
asing yang sama, maka benda asing yang terakhir ini akan dikenal lebih cepat,
kemudian akan dihancurkan olehnya. Oleh karena sistem tersebut hanya
mengahancurkan benda asing yang sudah dikenal sebelumnya, maka sistem itu
disebut spesifik.sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan
benda asing yang berbahaya, tetapi umumnya terjalin kerjasama yang baik antara
antibodi, komplemen , fagosit dan antara sel T makrofag. Sistem imun spesifik ada
2 yaitu:
a) Sistem imun spesifik humoral
Yang berperanan dalam sistem imun humoral adalah limfosit B atau sel
B. sel B tersebut berasal dari sel asal multipoten. Bila sel B dirangsang oleh
benda asing maka sel tersebut akan berproliferasi dan berkembang menjadi
sel plasma yang dapat menbentuk zat anti atau antibody. Antibody yang
dilepas dapat ditemukan didalam serum. Fungsi utama antibody ini ialah
untuk pertahanan tehadap infeksi virus, bakteri (ekstraseluler), dan dapat
menetralkan toksinnya.
Sel B merupakan asal dari sel plasma yang membentuk imunoglobulin
(Ig) yang terdiri atas IgG,IgM,IgA,IgE dan IgD. IgD berfungsi sebagai
opsonin, dapat mengaglutinasikan kuman/virus, menetralisir toksin dan
virus, mengaktifkan komplemen (jalur klasik) dan berperanan pada
Antibody Dependent Cellular Cytotoxicity (ADCC). ADCC tidak hanya
merusak sel tunggal tetapi juga mikroorganisme multiselular seperti telur
skistosoma, kanker, penolakan transplan, sedang ADCC melalui neutrofil
dan eosinofil berperan pada imunitas parasit. IgM dibentuk terdahulu pada
respons imun primer sehingga kadar IgM yang tinggi menunjukkan adanya
infeksi dini. IgM merupakan aglutinator antigen serta aktivator komplemen
(jalur klasik) yang poten. IgA ditemukan sedikit dalam sekresi saluran
napas, cerna dan kemih, air mata, keringat, ludah dan air susu ibu dalam
bentuk IgA sekretori (sIgA). IgA dan sIgA dapat menetralisir toksin, virus,
mengagglutinasikan kuman dan mengaktifkan komplemen (jalur alternatif).
Peranan IgD belum banyak diketahui dan diduga mempunyai efek antibodi
pada alergi makanan dan autoantigen

b) Sistem imun spesifik selular


Yang berperanan dalam sistem imun spesifik seluler adalah limfosit T
atau sel T. sel tersebut juga berasal dari sel asal yang sama dari sel B. faktor
timus yang disebut timosin dapat ditemukan dalam peredaran darah sebagai
hormon asli dan dapat memberikan pengaruhnya terhadap diferensiasi sel T
diperifer. Berbeda dengan sel B , sel T terdiri atas beberapa sel subset yang
mempunyai fungsi berlainan. Fungsi utama sel imun spesifik adalah untuk
pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit,
dan keganasan.

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pembagian dari imunologi.


5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kekebalan pasif dan imunisasi.

6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem imunitas rongga mulut.


Faktor yang bertanggung jawab dalam system pertahanan rongga mulut, yaitu
keutuhan mukosa, saliva, cairan sulkus gingiva, serta komponen kekebalan humoral
dan selular. Beberapa komponen jaringan rongga mulut yang terlibat, antara lain :

a. Membran mukosa
Barier (Penghalang) protektif mukosa mulut terlihat berlapis-lapis terdiri atas
air liur pada permukaannya, lapisan keratin, lapisan granular, membrane basal,
dan komponen seluler serta humoral yang berasal dari pembuluh darah.
Komposisi jaringan lunak mulut merupakan mukosa yang terdiri dari skuamosa
yang karena bentuknya, berguna sebagai barier mekanik terhadap infeksi.
Mekanisme proteksi, tergantung pada deskuamasinya yang konstan sehingga
bakteri sulit melekat pada sel-sel epitel dan derajat keratinisasinya yang
mengakibatkan epitel mukosa mulut sangat efisien sebagai barier. Kedua hal ini,
haruslah dalam keadaan seimbang. Keratinisasi palatum durum dan gusi sangat
baik sedangkan keratinisasi epitel kantong gusi sangat baik, karenanya
merupakan barier pertahanan yang agak lemah. Namun, kontak yang rapat antara
epitel kantong gusi dan permukaan gigi dapat menurunkan kemungkinan
penetrasi mikroorganisme.
Jaringan lunak rongga mulut berhubungan dengan nodus limfatik ekstraoral
dan agregasi limfoid intraoral. Suatu jaringan halus kapiler limfatik yang terdapat
pada permukaan mukosa lidah, dasar mulut. Palatum, pipi, bibir mirip yang
berasal dari gusi dan pulpa gigi. Kapiler-kapiler ini bersatu membentuk pembuluh
limfatik besar dan bergabung dengan pembuluh limfatik yang berasal dari bagian
di dalam otot lidah dan struktur lainnya. Antigen mikrobial yang dapat menembus
epitel masuk ke lamina propria. Akan difagositosis oleh sel-sel Langerhans yang
banyak ditemukan pada mukosa mulut.
Kelenjar saliva yang mengandung sel plasma dan limfosit, terdiri atas 6
kelenjar saliva utama dan beberapa kelenjar saliva kecil yang tersebar di bawah
mukosa mulut. Kelenjar saliva ini memproduksi IgA yang akan disekresikan ke
dalam rongga mulut dalam bentuk sIgA (Sekretori Imunoglobulin A). Pada
jaringaan gusi ditemukan berbagai komponen selular dan humoral, seperti PMN
neutrofil, makrofag, limfosit dan sel plasma yang penting dalam respon imun
terhadap plak bacterial. Pada daerah submukosa juga tersebar sel limfoid yang
akan berproliferasi bila barier pertahanan pertama pada permukaan mukosa dapat
ditembus antigen.

b. Saliva
Air liur disekresikan oleh kelenjar parotis, submandibularis, submaksilaris, dan
beberapa kelenjar ludah kecil pada permukaan mukosa. Aliran air liur sangat
berperan dalam membersihkan rongga mulut dari mikroorganisme. Dalam hal ini,
air liur bertindak sebagai pelumas aksi otot lidah, bibir, dan pipi. Aliran liur akan
mencuci permukaan mukosa mulut sedangkan sirkulasi darah subepitel bertindak
sebagai suplemen paada batas jaringan lunak dan keras melalui cairan celah gusi.
Air liur akan tetap mengalir meskipun tanpa dirangsang, rata-rata sekitar 19
ml/jam atau sekitar 500 ml/hari. Rata-rata sekresi air liur meningkat pada saat
makan atau rangsangan psikis dan menurun pada waktu tidur. Bila jumlah aliran
air liur menurun, dapat meningkatkan frekuensi karies gigi, parotitis atau
peradangan kelenjar parotis. Pada pH air liur yang rendah, mikroorgnisme dapat
berkembang dengan baik. Sebaliknya, pada pH tinggi dapat mencegah terjadinya
karies tinggi.

c. Celah gusi
Pengetahuan tentang struktur dan fungsi epitel jungsional yang terletak pada
celah gusi, berguna untuk memahami hubungan biologic antara komponen
vaskuler dan struktur periodontal. Epitel ini mempunyai dua lamina basalis, satu
melekat pada jaringan konektif dan yang lainnya pada permukaan gigi.
Polipeptida keratin pada epitel junctional berbeda pada keratin epitel sirkular.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa diantara keduanya funsinya juga berbeda.
Komponen selular dan humoral dari darah akan melewati epitel junctional
yang terletak pada celah gusi dalam bentuk cairan celah gusi. Apakah aliran celah
gusi ini merupakan proses fisiologik atau merupakan respon terhadap inflamasi,
sampai saat ini masih belum ada kesatuan pendapat. Pendapat yang banyak dianut
saat ini adalah, pada keadaan normal cairan celah gusi yang mengandung leukosit
ini akan melewati epitel junctional menuju ke permukaan gigi. Aliran cairan ini
akan meningkat bila terjadi gingivitis atau periodontitis. Selain leukosit cairan
celah gusi ini juga mengandung komponen komplemen selular dan humoral yang
terlibat dalam respon imun.

Komponen-komponen yang berperan dalam sistem imun nonspesifik dalam rongga


mulut adalah:
a. Protein-Enzim
 Enzim lisozomal : merupakan enzim mukolitik yang mampu memecahkan
ikatan glikopeptide dinding bakteri gram positif, sehingga lisis. Termasuk
kolagenase, elastase, hyaluronidase. Mesikupun enzim-enzim ini diproduksi
oleh sel-sel neutrofil, sebagian besar dihasilkan oleh kelenjar ludah. Perlu
ditekankan bahwa enzim penghancur juga di produksi oleh bakteri sehingga
hadirnya enzim ini juga dapat merusak jaringan gingivanya sendiri. bahkan
disebut suatu protase yang dapat mengaktifkan IgA. 
 Laktoferin dan laktoperoksidase: yang mempunyai aktifitas antibakteri dan
antivirus.
 Musin: yang menghambat perlekatan virus pada sel epitel.
 Interferon: diproduksi oleh sel hospes, sebagai reaksi terhadap invasi virus.
Dibedakan tiga tipe interferon manusia, yaitu: α(alfa), dihasilkan oleh sel-ael
darah putih,β(beta) oleh fibroblas dan γ(gamma) oleh limfosit yang teraktivasi.
Zat ini mempunyai spectrum luas dari aktivitas biologiknya termasuk
melindungi sel dari infeksi virus, menekan replikasi virus, meningkatkan
aktivitas sel NK (Natural Killer) dan menghadirkan HLA pada permukaan sel
makrofag dan sel limfosit B.
 Sitokin: merupakan zat biologik aktif yang diproduksi berbagai tipe sel dari
kelompok non-limfoid, sebagai reaksi terhadap suatu radang. Misalnya:
histamin yang dikenal sebagai vasodilator; prostaglandin, sebagai mediator
rasa sakit yang potean bersama dengan leukotrin, SRA-A (Slow Reacting
Substance of Anaphylaxis) yang menyebabkan meningkatnya permeabilitas
pembuluh darah dan kontraksi otot polos. IL1 (Interleukin-1 diproduksi oleh
sel monosit yang paling banyak dibicarakan, memobilisasi sel yang terlibat
dalam proses radang.

b. Komplemen
Sudah ada dalam darah, sebelum dibentuknya IgM dalam mobilitas
elektroforosis termasuk kelompok alfa dan beta globulin. Terutama dihasilkan
oleh hari beredar dalam darah sebagai bentuk yang tidak aktif, dan bersifat
termolabil. Dalam cairan saku gusi ditemukan bentuk C2, C4, dan C5.
Mengenai C3 disamping dalam bentuk yang tidak aktif, juga dalam bentuk yang
berubah, artinya aktivasi komplemen sudah terjadi secara in vivo. Kehadiran
ikatan kompleks Ag-Ab, akan mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik
seperti model kaskade pembekuan darah (self amplifying). Dimulai dengan
pengaktifan C142, berlanjut ke C3 dan berakhir dengan lisisnya membran sel
target oelh C5-9. Pengaktifan C3 juga dapat brlangsung dengan jalan pintas
tanpa adanya antibody yang disebut jalur alternatif. Plak gigi ternyata berpotensi
membuka jalur ini, akan mengaktifkan C3 yang berakhir juga dengan
membranolisis/antigenolisis. Konsentrasi C2 dan C4 dalam cairan gingival yang
meradang, meningkat dibandingkan dengan normal. Sel-sel ini baru aktif
bekerja kalau tubuh dimasuki zat-zat bersifat allergen ang biasanya terdapat
dalam makanan.

c. Sel N.K (Natural killer)


Sel ini baru jelas peranannya dalam system pertahanan, terutama menghadapi
perubahan komponen tubuh sendiri, sebagai akibat dari perlakuan virus ataupun
zat-zat kimia tertentu. Sel ini tidak memiliki permukaan sel T ataupun sel B.
dapat mengenal benda asing tanpa memerlukan pengenalan spesifik terlebih
dahulu (tidak mempunyai memori). Tidak memiliki sifat fagosit tetapi
mempunyai reseptor IgG sehingga membunuh sel targetnya dengan mekanisme
intim kontak ekstraseluler. Sel ini menempati garis pertahanan yang terdapat
dalam system pertahanan seperti halnya natural antibody dari system kekebalan
humoral. Terutama dalam upayanya mengendalikan kecenderungan sel menjadi
ganas. Sel NK tidak membunuh bakteri maupun benda asing lainnya dengan
fagositosis. Sel NK memiliki vesikel yang berisi perforin, dimana zat ini akan
menempel pada dinding sel bakteri dan membuat lubang pada sel bakteri yang
menyebabkan air, garam maupun zat lain yang berada di luar tubuh bakteri
masuk ke dalam tubuh bakteri sehingga bakteri akan lisis.

Komponen-komponen yang berperan dalam sistem imun spesifik dalam rongga


mulut adalah:
a. Agregasi Jaringan Limfoid Submukosa
Sel-sel mononuclear (limfosit dan makrofag) ditemukan tersebar tepat
dibawah epitel mulut, didaerah palatum lunak, dasar mulut, permukaan ventral
dari lidah dan kadang-kadang di pipi dan di bibir. Secara histologik, massa
jaringan ini seperti jaringan tonsil.
b. Jaringan Limfoid Gingival
Melalui rangsang plak bakteri, jaringan ini menarik sel-sel terutama sel-sel
limfosit yang dalam situasi radang berubah menjadi sel-sel plasma. Rasio sel T
dan B dalam cairan saku gingival sehat akan meningkat menjadi 1:3
dibandingkan rasio dalam darah. Selain itu, dalam proporsinya, sel-sel ini
mampu membuat antibody yang spesifik. Bagaimanapun juga kebanyakan sel-
sel ini memproduksi zat-zat immunoglobulin non-reaktif. Makrofag hadir
dalam gingiva, disamping memproses antigen juga ikut membantu
penghancuran plak gigi. Reaksi timbal balik antara merusak dan melindungi
berlangsung jelas dalam limfoid gingiva.

c. Kelenjar Getah Bening Ekstraoral


Anyaman halus saluran getah bening berjalan dari mucus saliva dasar
mulut, palatum, bibir, dan pipi seperti juga dari gingival dan pulpa. Semuanya
bergabung membentuk saluran yang lebih besar yang bersatu dengan saluran
getah bening lainnya dari anyaman yang lebih dalam pada otot lidah. Saluran
ini melayani pengangkutan antigen menuju kelenjar getah bening submental,
submaksilaris, dan servikal. Tiap antigen yang berhasil masuk disebarkan
langsung melalui getah bening ini ataupun melalui sel-sel fagosit. Lalu
diteruskan ke kelenjarnya untuk dibangkitkan tanggap kebalnya. Gambaran
khas dari kelenjar ini ialah adanya sel-sel dendritik yang berperan dalam
pemrosesan dan pemaparan antigen. Demikian juga tonsil faringeal, lingual
dan nasofaring memiliki sel-sel dendritik dan menjadi tempat berlangsungnya
sekresi antibody local. Tenggap kebal yang ditunjukan, dapat berbeda sesuai
dengan antigen dan prosentasinya . tanggap kebal seluler menyebabkan
pembesaran daerah parakortikal yang mengemban sel T. sedangkan tanggap
kebal humoral melibatkan bagian korteks yang didominasi oleh sel B.
bagaimanapun juga sel-sel plasma yang memproduksi antibody sebagian besar
terdapat didalam medula.

d. Jaringan Limfoid Kelenjar Ludah


Limfosit, makrofag dan sel-sel plasma ditemukan di dalam kelenjar baik
yang besar ataupun kecil, tersebar dalam kelompok-kelompok dibawah
mukosa mulut. Kebanyakan sel plasma memproduksi IgA dan beberapa
diantaranya IgG dan IgM. Tampak bawah kebanyakan IgA dalam saliva
disintesis secara local oleh sel-sel plasma kelenjar yang bersangkutan dalam
bentuk dimerik.

7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan gangguan dan kelainan


imunologi dan autoimun (pada mukosa mulut).
Antigen
Antigen adalah bahan yang dapat bereaksi dengan produk respon imun dan
merupakan sasaran dari respon imun. Epitop atau determinan antigen adalah bagian
antigen yang dapat menginduksi pembentukan antibodi dan dapat diikat dengan
spesifik oleh bagian dari antibodi

Antibodi
Antibodi merupakan protein yang dapat bereaksi dengan antigen. Antibodi
disebut juga sebagai immunoglobulin. Setiap molekul antibodi memiliki dua bagian,
yaitu bagian untuk berikatan dengan antigen dan bagian yang strukturnya
menerangkan kelompok antibodi. Terdapat 5 jenis kelompok antibodi:
 Ig M yaitu antibodi yang dihasilkan pada pemaparan awal oleh suatu antigen.
Contohnya, jika seorang anak menerima vaksinasi tetanus 1, maka 10-14 hari
kemudian akan terbentuk antibodi antitelanus IgM (respon antibodi primer).
IgM banyak terdapat di dalam darah tetapi dalam keadaan normal tidak
ditemukan di dalam organ maupun jaringan.
 Ig G merupakan jenis antibodi yang paling umum, yang dihasilkan pada
pemaparan antigen berikutnya. Contohnya, setelah mendapatkan suntikan
tetanus II (booster). maka 5-7 hari kemudian seorang anak akan membentuk
antibodi IgG. Respon antibodi sekunder ini lebih cepat dan lebih berlimpah
dibandingkan dengan respon antibodi primer. Ig G ditemukan di dalam darah
dan jaringan. IgG merupakan satu-satunya antibodi yang dapat masuk melalui
plasenta dari ibu ke janin di dalam kandungannya. Ig G ibu melindungi janin
dan bayi baru lahir sampai sistem kekebalan bayi bisa menghasilkan antibodi
sendiri.
 Ig A adalah antibodi yang memegang peranan penting pada pertahanan tubuh
terhadp masuknya mikroorganisme melalui permukaan yang dilapisi selaput
lendir, yaitu hidung, mata, paru-paru dan usus. IgA ditemukan di dalam darah
dan cairan tubuh (pada saluran pencernaan, hidung, mata, paru-paru, ASI).
 Ig E adalah antibodi yang menyebabkan reaksi alergi akut (reaksi alergi segera),
Ig E penting dalam melawan infeksi parasit (misalnya river blindness dan
skistosomiasis), yang banyak ditemukan di negara berkembang.
 Ig D adalah antibodi yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam
darah Fungsinya belum sepenuhnya dimengerti.

2.Organ yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh :


a. Sumsum Tulang

Sumsum tulang merupakan pabrik pembuatan sel-sel penting bagi tubuh. Di dalam
sumsum tulang dihasilkan berbagai jenis sel yang berperan dalam pertahanan tubuh.
Sejumlah sel yang dihasilkan oleh sumsum tulang berperan dalam sel-sel fagosit,
sebagian berperan dalam penggumpalan darah, dan sebagian lagi berperan dalam
penguraian senyawa.

b. Kelenjar Timus

Di dalam kelenjar timus, limfosit T dibentuk dan mendapat semacam "pelatihan" yang
berupa transfer informasi. Informasi ini berguna untuk mengenali karakteristik khusus
sel-sel tubuh. Di sim limfosit dilatih untuk mengenal identitas sel-sel di dalam tubuh
dan diprogram untuk membentuk antibodi melawan mikroorganisme
spesifik.

Terakhir limfosit tersebut meninggalkan timus. Ketika limfosit bekerja dalam tubuh.
mereka tidak menyerang sel-sel yang identitasnya telah dikenali. c. Limpa

Fungsi utama limpa adalah menghancurkan sel-sel darah merah yang rusak, hakteri,

dan benda-benda asing dalam darah serta menghasilkan limfosit dan antibodi.

Limfosit yang telah dibuat di limpa akan mengikuti aliran darah.

d. Tonsil

Tonsil berperan dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi (sebagai penghasil limfosit)
yang dapat tersebar dari hidung, mulut dan tenggorokan.

Anda mungkin juga menyukai