MODUL 1
KEKEBALAN TUBUH
Skenario 1
”Kenapa lengan atas saya disuntik sih Dok”
Amir, 17 tahun datang ke IGD RSGM FKG Unand dengan keluhan demam tinggi
sejak 2 hari terakhir. Pada anamnesis diketahui Amir 3 hari yang lalu terjatuh saat berbelanja
di daerah Pasar Raya Padang. Pada pemeriksaan klinis ditemukan vulnus abrasivum pada
patella dextra, nyeri, hiperemis dan edema.
DPJP menanyakan apakah saat jatuh 3 hari yang lalu Amir berobat ke dokter ? karena
daerah jatuhnya adalah daerah dengan banyak lalu lintas kuda bendi. Amir mengaku tidak
berobat kemanapun hanya dibersihkan saja dan mengaku memiliki riwayat penyakit
autoimun. Kemudian DPJP menyuntikkan obat ATS dan TT di lengan atas sebagai terapi
kekebalan aktif dan pasif untuk Amir agar tidak terinfeksi kuman Tetanus, lalu meresepkan
obat antibiotik dan analgetik, antipiretik. Amir pun diperbolehkan pulang
Bagaimana saudara menjelaskan masalah sistim kekebalan tubuh Amir ini ?
Pokok-pokok yang di-elaborasi (discussion point):
1. Autoimun
2. Hiposensitif
3. hipersensitif
I. TERMINOLOGI
1. Anamnesis : kegiatan komunikasi antara pasien dan dokter untuk
mendapatkan info yang mengarah untuk diagnosis pasien.
2. Vulnus abrasivum : luka lecet
3. Hiperemis : kelebihan darah pada suatu bagian tubuh
4. Edema : pembengkakan yg terjadi pada anggota tubuh
5. Autoimun : penyakit ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel
sehatnya sendiri
6. Obat ATS : antibodi untuk melawan tetanus
7. Analgetik : suatu agen yang meredakan nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran
8. Antipiretik : digunakan untuk menurunkan demam
2. Bagaimana gejala vulnus abrasivum pada patella amir, serta cara pengobatannya?
Terjadi karena gesekan antara benda dengan jaringan lunak tubuh. Pengobatannya
dengan cara dibersihkan, kompres dengan es batu, mengonsumsi obat penghilang
nyeri, serta ke dokter.
13. Mengapa amir perlu disuntikkan obat ATS dan TT oleh dokter? Mengapa tidak
bergantung dengan kekebalan aktif pada tubuh amir saja?
Karena kekebalan aktif tidak bisa langsung berkembang dan memakan waktu hingga
berminggu minggu, oleh karena itu, dokter menyuntikkan obat ATS dan TT untuk
menambah dan mempercepat perkembangan antibodi amir (disebut juga kekebalan
pasif).
14. Apa saja yang memperngaruhi terjadinya hipersensitif?
Ketidakseimbangan antara mekanisme efektor respon imun dengan mekanisme
kontrol yang berfungsi membatasi respon respon secara normal.
Eksogen oleh antigen lingkungan, endogen dengan antigen diri sendiri.
III. SKEMA
amir (17tahun)
anamnesis
gejala infeksi
imunologi
V. PEMBAHASAN LO
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep dasar imunologi.
Imunologi merupakan ilmu yang mempelajari mekanisme tubuh dalam mengenali
dan menolak substansi asing.
Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk
mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat
ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Pertahanan tersebut terdiri atas
sistem imun alamiah atau non spesifik (natural/imate) dan sistem imun dapatan atau
spesifik (adaptive acquired).
Sistem imun nonspesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam
menghadapi serangan berbagai mikroorganisme, schingga dapat memberikan
respon langsung terhadap antigen, sedangkan sistem imun spesifik
membutuhkan waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu sebelum dapat
memberikan responnya.
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang
dianggap asing bagi dirinya. Oleh karena itu sistem tersebut hanya dapat
menghancurkan mikroorganisme yang telah dikenal sebelumnya.
Berbagai bahan organik dan anorganik, baik yang hidup maupun yang mati asal
hewan, tumbuhan, jamur, bakteri, virus, parasite, berbagai debu dalam polusi, uap,
asap dan lain lain iritan, ditemukan dalam lingkungan hidup sehingga setiap saat
bahan-bahan tesebut dapat masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan berbagai
penyakit bahkan kerusakan jaringan. Selain itu, sel tubuh menjadi tua dan sel yang
yang bermutasi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diingini dan perlu
disingkirkan.
Dalam 20 terakhir ini terlihat perkembangan yang sangat pesat dalam bidang
imunologi seluler dan monokuler. Penemuan-penemuan berbagai molukel yang
berperanan dalam inflamasi dan respon imun seperti mediator, sitokin, dan lain
sebagainya telah dapat menjelaskan berbagai mekanisme respon imun/inflamasi.
Pengetahuan imunologi yang maju telah dapat dikembangkan untuk menerangkan
patogenis serta mengakkan diagnosis berbagai penyakit yang sebelumya masih kabur.
Kemajuan dicapai dalam pengembangan berbagai vaksin dan obat-obat yang dapat
digunakan dalam memperbaiki fungsi sistem imun dalam memerangi infeksi dan
keganasan, atau sebaliknya digunakan untuk menekan inflamasi dan fungsi imun yang
berlebihan pada penyakit hipersensitivitas.
Kemampuan tubuh untuk menyingkirkan bahan asing yang masuk kedalam tubuh
tergatung dari kemampuan sistem imun untuk mengenal molekul-molekul asing atau
antigen yang terdapat pada permukaan bahan asing tersebut dan kemampuan untuk
melakukan reaksi yang tepat untuk menyingkirkan antigen. Kemampuan ini dimiliki
oleh komponen-komponen sistem imun yang terdapapat dalam jaringan limforetikuler
yang letaknya tersebar diseluruh tubuh, misalnya di dalam sum-sum tulang, kelenjar
limfe, limpa, timus, sistem pernafasan, seluran pencernaan, dan organ-organ lainnya.
Sel-sel yang terdapat dalam jaringan ini berasal dari sel induk dalam sum-sum tulang
yang berdiferensial menjadi berbagai jenis sel, kemudian beredar dalam tubuh melalui
darah, sistem limfatik, serta organ limfoid yang terdiri dari timus dan mukosa (organ
limfoid sekunder), dan dapat menunjukan respon terhadap suatu rangsangan sesuai
dengan sifat dan fungsi masing-masing.
Sistem imun memiliki peran dan fungsi sebagai berikut:
Penangkal benda asing yang masuk ke dalam tubuh
Untuk keseimbangan fungsi tubuh terutama menjaga keseimbangan
komponen tubuh yang telah tua
Sebagai pendeteksi adanya sel – sel abnormal, termutasi, ganas serta
menghancurkannya
Perannya dalam pertahanan adalah menghasilkan resistensi terhadap agen
penginvasi seperti mikroorganisme.
Perannya dalam surveilans adalah mengindentifikasi dan menghancurkan sel-
sel tubuh sendiri yang bermutasi dan berpotensi menjadi neoplasma.
Perannya dalam homeostasis adalah membersihkan sisa-sisa sel dan zat-zat
buangan sehingga tipe-tipe sel tetap seragam dan tidak berubah.
Sistem kekebalan terdiri dari sel-sel dan zat-zat yang bisa larut. Sel-sel utama dari
sistem kekebalan adalah sel-sel darah putih, yaitu makrofag, neutrophil dan limfosit.
Zat-zat terlarut yang utama adalah antibodi, protein komplemen dan sitokin. Beberapa
zat terlarut bertindak sebagai pembawa pesan (messenger) untuk menarik dan
mengaktifkan sel-sel lainnya. Molekul kompleks histokompatibiliti mayor merupakan
pusat dari sistem kekebalan yang membantu untuk mengenali benda asing.
a. Makrofag
Makrofag adalah sel darah putih yang berukuran besar, yang dapat mencerna
mikroba, antigen, dan zat-zat asing lainnya. Antigen adalah setiap zat yang bisa
merangsang suatu respon kekebalan; antigen bisa merupakan bakteri, virus,
protein, karbohidrat, sel-sel kanker dan racun. Sitoplasma makrofag
mengandung granula yang berisi enzim dan zat-zat lain yang memungkinkan
makrofag mencerna dan menghancurkan mikroba dan zat-zat asing lainnya.
Makrofag tidak ditemukan di dalam darah, tetapi terdapat di tempat-tempat
strategis, dimana organ tubuh berhubungan dengan aliran darah atau dunia luar.
Misalnya makrofag ditemukan di daerah dimana paru-paru menerima udara dari
luar dan sel-sel hati yang berhubungan dengan pembuluh darah.
b. Neutrofil
Neutrofil adalah sel darah putih yang berukuran besar, yang dapat mencerna
mikroba dan antigen lainnya. Neutrofil memiliki granula yang mengandung
enzim untuk menghancurkan antigen yang dimakan olehnya. Neutrofil
ditemukan di dalam darah dan dapat masuk ke dalam jaringan dengan adanya
rangsangan khusus.
Makrofag dan neutrofil seringkali bekerja sama, yakni makrofag memulai
suatu respon kekebalan dan mengirimkan sinyal untuk menarik neutrofil
bergabung dengannya di daerah yang mengalami gangguan. Jika neutrofil telah
tiba, mereka menghancurkan benda asing dengan cara mencernanya.
c. Limfosit
Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening. Limfosit memiliki
ukuran yang relatif lebih kecil daripada makrofag dan neutrofil. Neutrofil
berumur tidak lebih dari 7-10 hari, tetapi limfosit bisa hidup selama bertahun-
tahun bahkan sampai berpuluh-puluh tahun.
d. Limfosit B
Berasal dari sel induk (sistem cell) di dalam sumsum tulang. Limfosit B
dapat tumbuh menjadi sel plasma dan menghasilkan antibodi.
e. Antibodi
Adanya rangsangan dari suatu antigen membuat limfosit B mengalami
pematangan menjadi sel-sel yang menghasilkan antibodi. Antibodi merupakan
protein yang dapat bereaksi dengan antigen. Antibodi disebut juga sebagai
immunoglobulin. Setiap molekul antibodi memiliki dua bagian, yaitu bagian
untuk berikatan dengan antigen dan bagian yang strukturnya menerangkan
kelompok antibodi. Terdapat 5 jenis kelompok antibodi:
Ig M yaitu antibodi yang dihasilkan pada pemaparan awal oleh suatu
antigen. Contohnya, jika seorang anak menerima vaksinasi tetanus I, maka
10-14 hari kemudian akan terbentuk antibodi antitetanus IgM (respon
antibodi primer). Ig M banyak terdapat di dalam darah tetapi dalam
keadaan normal tidak ditemukan di dalam organ maupun jaringan.
Ig G merupakan jenis antibodi yang paling umum, yang dihasilkan pada
pemaparan antigen berikutnya. Contohnya, setelah mendapatkan suntikan
tetanus II (booster), maka 5-7 hari kemudian seorang anak akan membentuk
antibodi IgG.Respon antibodi sekunder ini lebih cepat dan lebih berlimpah
dibandingkan dengan respon antibodi primer. IgG ditemukan di dalam
darah dan jaringan. IgG merupakan satu-satunya antibodi yang dapat masuk
melalui plasenta dari ibu ke janin di dalam kandungannya. IgG ibu
melindungi janin dan bayi baru lahir sampai sistem kekebalan bayi bisa
menghasilkan antibodi sendiri.
Ig A adalah antibodi yang memegang peranan penting pada pertahanan
tubuh terhadap masuknya mikroorganisme melalui permukaan yang dilapisi
selaput lendir, yaitu hidung, mata, paru-paru dan usus. IgA ditemukan di
dalam darah dan cairan tubuh (pada saluran pencernaan, hidung, mata,
paru-paru, ASI).
Ig E adalah antibodi yang menyebabkan reaksi alergi akut (reaksi alergi
segera). IgE penting dalam melawan infeksi parasit (misalnya river
blindness dan skistosomiasis), yang banyak ditemukan di negara
berkembang.
Ig D adalah antibodi yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit di
dalam darah. Fungsinya belum sepenuhnya diketahui.
f. Limfosit T
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/
9b2b707c115092d901906e8e48e72076.pdf
Terbentuk jika sel induk di sumsum tulang masuk ke kelenjar thymus dan
mengalami pembelahan dan pematangan. Di dalam kelenjar thymus, limfosit T
belajar membedakan benda asing dan yang bukan benda asing. Limfosit T
dewasa meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam pembuluh getah
bening dan berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan kekebalan.
Ketika limfosit T/sel T terpajan ke kombinasi antigen spesifik, sel-sel dari sel
klon sel T komplementer berproliferisai dan berdiferensiasi selama beberapa
hari, menghasilkan sejumlah besar sel T teraktivasi yang melaksanakan berbagai
respons imunitas seluler. Terdapat tiga subpopulasi sel T, tergantung pada peran
mereka setelah diaktifkan oleh antigen.
Sel Tc (cytotocic)
Sel T yang menghancurkan sel penjamu yang memiliki antigen asing,
misalnya sel tubuh yang dimasuki oleh virus, sel kanker, dan sel
cangkokan.
Sel Th (helper)
Berperan menolong sel B dalam memproduksi antibodi, memperkuat
aktivitas sel T sitotoksik dan sel T penekan (supresor) yang sesuai, dan
mengaktifkan makrofag.
Sel Ts (suppersor)
Sel T yang menekan produksi antibodi sel B dan aktivitas sel T sitotoksik
dan penolong. Sebagian besar dati milyaran Sel T diperkirakan tergolong
dalam subpopulasi penolong dan penekan, yang tidak secara langsung ikut
serta dalam destruksi patogen secara imunologik. Kedua subpopulasi
tersebut disebut sel T regulatorik, karena mereka memodulasi aktivitas sel
B dan Sel T sitotoksik serta aktivitas mereka sendiri dan aktivitas
makrofag.
Sel Tdh (delayed hypersensitivity)
Merupakan sel yang berperan pada pengerahan makrofag dan sel
inflamasi lainnya ketempat terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe lambat.
Dalam fungsinya, sel Tdh sebenarnya menyerupai sel Th.
Limfokin
Dalam biakan sel limfosit T dapat ditemukan berbagai bahan yang
mempunyai efek biologic. Bahan-bahan tersebut disebut limfokin dan
dilepas sel T yang disensitisasi. Beberapa jenis limfokin yaitu: interleukin,
interferon, suppresor factor, helper factor, dan sebagainya.
h. Sistem Komplemen
Mengandung lebih dari 18 macam protein. Protein-protein ini bertindak
dalam suatu kaskade (deretan urutan bekerja), dimana satu protein mengaktifkan
protein yang lain dan seterusnya. Sistem komplemen bisa diaktifkan melalui 2
cara :
1. Jalur alternatif : diaktifkan oleh produk mikroba tertentu atau antigen
2. Jalur klasik : diaktifkan oleh antibodi khusus yang terikat pada antigen
(komplek imun)
Sistem komplemen berfungsi menghancurkan benda asing, baik secara
langsung maupun bergabung dengan komponen sistem kekebalan lainnya.
i. Sitokin
Pada sistem kekebalan, sitokin berfungsi sebagai pembawa pesan. Sitokin
dihasilkan oleh sel-sel pada sistem kekebalan sebagai respon terhadap
perangsangan antigen. Sitokin membantu beberapa aspek sistem kekebalan dan
menekan aspek yang lainnya.
Beberapa sitokin bisa diberikan melalui suntikan untuk mengobati penyakit
tertentu, misalnya:
interferon alfa, efektif untuk mengobati kanker tertentu (misalnya hairy
cell leukemia)
interferon beta, digunakan untuk mengobati multipel sklerosis
interleukin-2 diberikan pada penderita melanoma maligna dan kanker
ginjal
granulocyte colony-stimulating factor merangsang pembentukan neutrofil,
diberikan pada penderita kanker yang memiliki sedikit neutrofil sebagai
efek samping dari kemoterapi.
b) Bersifat larutan
Pertahanan biokimia
Bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit,
kel kulit, telinga, spermin dalam semen, mengandung bahan yang
berperan dalam pertahanan tubuh secara biokimiawi. asam HCL dalam
cairan lambung, lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan air susu
dapat melindungi tubuh terhadap berbagai kuman gram positif dengan
menghancurkan dinding selnya. Air susu ibu juga mengandung
laktoferin dan asam neuraminik yang mempunyai sifat antibacterial
terhadap E. coli dan staphylococcus.
Lisozim yang dilepas oleh makrofag dapat menghancurkan kuman
gram negatif dan hal tersebut diperkuat oleh komplemen. Laktoferin dan
transferin dalam serum dapat mengikat zan besi yang dibutuhkan untuk
kehidupan kuman pseudomonas.
Pertahanan humoral
Berbagai bahan dalam sirkulasi berperan pada pertahanan tubuh
secara humoral. Bahan-bahan tersebut adalah:
1) Komplemen
Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif bakteri
dan parasit karena:
- Komplemen dapat menghancurkan sel membran bakteri
- Merupakan faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag ke
tempat bakteri
- Komponen komplemen lain yang mengendap pada permukaan
bakteri memudahkan makrofag untuk mengenal dan
memfagositosis (opsonisasi).
2) Interferon
Adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai sel
manusia yang mengandung nukleus dan dilepaskan sebagai respons
terhadap infeksi virus. Interveron mempunyai sifat anti virus dengan
jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi virus sehingga
menjadi resisten terhadap virus. Disamping itu, interveron juga dapat
mengaktifkan Natural Killer cell (sel NK). Sel yang diinfeksi virus
atau menjadi ganas akan menunjukkan perubahan pada
permukaannya. Perubahan tersebut akan dikenal oleh sel NK yang
kemudian membunuhnya. Dengan demikian penyebaran virus dapat
dicegah.
c) Pertahanan seluler
Fagosit/makrofag dan sel NK berperanan dalam sistem imun non
spesifik seluller.
Fagosit
Meskipun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis
tetapi sel utama yang berperaan dalam pertahanan non spesifik adalah sel
mononuclear (monosit dan makrofag) serta sel polimorfonuklear seperti
neutrofil.
Dalam kerjanya sel fagosit juga berinteraksi dengan komplemen dan
sistem imun spesifik. Penghancuran kuman terjadi dalam beberapa
tingakt sebagai berikut:
Kemotaksis, menangkap, memakan (fagosistosis), membunuh dan
mencerna. Kemotaksis adalah gerakan fagosit ketempat infekis sebagai
respon terhadap berbagai factor sperti produk bakteri dan factor
biokimiawi yang dilepas pada aktivasi komplemen. Antibody seperti
pada halnya dengan komplemen C3b dapat meningkatkan fagosistosis
(opsonisasi). Antigen yang diikat antibody akan lebih mudah dikenal
oleh fagosit untuk kemudian dihancurkan. Hal tersebut dimungkinkan
oleh adanya reseptor untuk fraksi Fc dari immunoglobulin pada
permukaan fagosit.
a. Membran mukosa
Barier (Penghalang) protektif mukosa mulut terlihat berlapis-lapis terdiri atas
air liur pada permukaannya, lapisan keratin, lapisan granular, membrane basal,
dan komponen seluler serta humoral yang berasal dari pembuluh darah.
Komposisi jaringan lunak mulut merupakan mukosa yang terdiri dari skuamosa
yang karena bentuknya, berguna sebagai barier mekanik terhadap infeksi.
Mekanisme proteksi, tergantung pada deskuamasinya yang konstan sehingga
bakteri sulit melekat pada sel-sel epitel dan derajat keratinisasinya yang
mengakibatkan epitel mukosa mulut sangat efisien sebagai barier. Kedua hal ini,
haruslah dalam keadaan seimbang. Keratinisasi palatum durum dan gusi sangat
baik sedangkan keratinisasi epitel kantong gusi sangat baik, karenanya
merupakan barier pertahanan yang agak lemah. Namun, kontak yang rapat antara
epitel kantong gusi dan permukaan gigi dapat menurunkan kemungkinan
penetrasi mikroorganisme.
Jaringan lunak rongga mulut berhubungan dengan nodus limfatik ekstraoral
dan agregasi limfoid intraoral. Suatu jaringan halus kapiler limfatik yang terdapat
pada permukaan mukosa lidah, dasar mulut. Palatum, pipi, bibir mirip yang
berasal dari gusi dan pulpa gigi. Kapiler-kapiler ini bersatu membentuk pembuluh
limfatik besar dan bergabung dengan pembuluh limfatik yang berasal dari bagian
di dalam otot lidah dan struktur lainnya. Antigen mikrobial yang dapat menembus
epitel masuk ke lamina propria. Akan difagositosis oleh sel-sel Langerhans yang
banyak ditemukan pada mukosa mulut.
Kelenjar saliva yang mengandung sel plasma dan limfosit, terdiri atas 6
kelenjar saliva utama dan beberapa kelenjar saliva kecil yang tersebar di bawah
mukosa mulut. Kelenjar saliva ini memproduksi IgA yang akan disekresikan ke
dalam rongga mulut dalam bentuk sIgA (Sekretori Imunoglobulin A). Pada
jaringaan gusi ditemukan berbagai komponen selular dan humoral, seperti PMN
neutrofil, makrofag, limfosit dan sel plasma yang penting dalam respon imun
terhadap plak bacterial. Pada daerah submukosa juga tersebar sel limfoid yang
akan berproliferasi bila barier pertahanan pertama pada permukaan mukosa dapat
ditembus antigen.
b. Saliva
Air liur disekresikan oleh kelenjar parotis, submandibularis, submaksilaris, dan
beberapa kelenjar ludah kecil pada permukaan mukosa. Aliran air liur sangat
berperan dalam membersihkan rongga mulut dari mikroorganisme. Dalam hal ini,
air liur bertindak sebagai pelumas aksi otot lidah, bibir, dan pipi. Aliran liur akan
mencuci permukaan mukosa mulut sedangkan sirkulasi darah subepitel bertindak
sebagai suplemen paada batas jaringan lunak dan keras melalui cairan celah gusi.
Air liur akan tetap mengalir meskipun tanpa dirangsang, rata-rata sekitar 19
ml/jam atau sekitar 500 ml/hari. Rata-rata sekresi air liur meningkat pada saat
makan atau rangsangan psikis dan menurun pada waktu tidur. Bila jumlah aliran
air liur menurun, dapat meningkatkan frekuensi karies gigi, parotitis atau
peradangan kelenjar parotis. Pada pH air liur yang rendah, mikroorgnisme dapat
berkembang dengan baik. Sebaliknya, pada pH tinggi dapat mencegah terjadinya
karies tinggi.
c. Celah gusi
Pengetahuan tentang struktur dan fungsi epitel jungsional yang terletak pada
celah gusi, berguna untuk memahami hubungan biologic antara komponen
vaskuler dan struktur periodontal. Epitel ini mempunyai dua lamina basalis, satu
melekat pada jaringan konektif dan yang lainnya pada permukaan gigi.
Polipeptida keratin pada epitel junctional berbeda pada keratin epitel sirkular.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa diantara keduanya funsinya juga berbeda.
Komponen selular dan humoral dari darah akan melewati epitel junctional
yang terletak pada celah gusi dalam bentuk cairan celah gusi. Apakah aliran celah
gusi ini merupakan proses fisiologik atau merupakan respon terhadap inflamasi,
sampai saat ini masih belum ada kesatuan pendapat. Pendapat yang banyak dianut
saat ini adalah, pada keadaan normal cairan celah gusi yang mengandung leukosit
ini akan melewati epitel junctional menuju ke permukaan gigi. Aliran cairan ini
akan meningkat bila terjadi gingivitis atau periodontitis. Selain leukosit cairan
celah gusi ini juga mengandung komponen komplemen selular dan humoral yang
terlibat dalam respon imun.
b. Komplemen
Sudah ada dalam darah, sebelum dibentuknya IgM dalam mobilitas
elektroforosis termasuk kelompok alfa dan beta globulin. Terutama dihasilkan
oleh hari beredar dalam darah sebagai bentuk yang tidak aktif, dan bersifat
termolabil. Dalam cairan saku gusi ditemukan bentuk C2, C4, dan C5.
Mengenai C3 disamping dalam bentuk yang tidak aktif, juga dalam bentuk yang
berubah, artinya aktivasi komplemen sudah terjadi secara in vivo. Kehadiran
ikatan kompleks Ag-Ab, akan mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik
seperti model kaskade pembekuan darah (self amplifying). Dimulai dengan
pengaktifan C142, berlanjut ke C3 dan berakhir dengan lisisnya membran sel
target oelh C5-9. Pengaktifan C3 juga dapat brlangsung dengan jalan pintas
tanpa adanya antibody yang disebut jalur alternatif. Plak gigi ternyata berpotensi
membuka jalur ini, akan mengaktifkan C3 yang berakhir juga dengan
membranolisis/antigenolisis. Konsentrasi C2 dan C4 dalam cairan gingival yang
meradang, meningkat dibandingkan dengan normal. Sel-sel ini baru aktif
bekerja kalau tubuh dimasuki zat-zat bersifat allergen ang biasanya terdapat
dalam makanan.
Antibodi
Antibodi merupakan protein yang dapat bereaksi dengan antigen. Antibodi
disebut juga sebagai immunoglobulin. Setiap molekul antibodi memiliki dua bagian,
yaitu bagian untuk berikatan dengan antigen dan bagian yang strukturnya
menerangkan kelompok antibodi. Terdapat 5 jenis kelompok antibodi:
Ig M yaitu antibodi yang dihasilkan pada pemaparan awal oleh suatu antigen.
Contohnya, jika seorang anak menerima vaksinasi tetanus 1, maka 10-14 hari
kemudian akan terbentuk antibodi antitelanus IgM (respon antibodi primer).
IgM banyak terdapat di dalam darah tetapi dalam keadaan normal tidak
ditemukan di dalam organ maupun jaringan.
Ig G merupakan jenis antibodi yang paling umum, yang dihasilkan pada
pemaparan antigen berikutnya. Contohnya, setelah mendapatkan suntikan
tetanus II (booster). maka 5-7 hari kemudian seorang anak akan membentuk
antibodi IgG. Respon antibodi sekunder ini lebih cepat dan lebih berlimpah
dibandingkan dengan respon antibodi primer. Ig G ditemukan di dalam darah
dan jaringan. IgG merupakan satu-satunya antibodi yang dapat masuk melalui
plasenta dari ibu ke janin di dalam kandungannya. Ig G ibu melindungi janin
dan bayi baru lahir sampai sistem kekebalan bayi bisa menghasilkan antibodi
sendiri.
Ig A adalah antibodi yang memegang peranan penting pada pertahanan tubuh
terhadp masuknya mikroorganisme melalui permukaan yang dilapisi selaput
lendir, yaitu hidung, mata, paru-paru dan usus. IgA ditemukan di dalam darah
dan cairan tubuh (pada saluran pencernaan, hidung, mata, paru-paru, ASI).
Ig E adalah antibodi yang menyebabkan reaksi alergi akut (reaksi alergi segera),
Ig E penting dalam melawan infeksi parasit (misalnya river blindness dan
skistosomiasis), yang banyak ditemukan di negara berkembang.
Ig D adalah antibodi yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam
darah Fungsinya belum sepenuhnya dimengerti.
Sumsum tulang merupakan pabrik pembuatan sel-sel penting bagi tubuh. Di dalam
sumsum tulang dihasilkan berbagai jenis sel yang berperan dalam pertahanan tubuh.
Sejumlah sel yang dihasilkan oleh sumsum tulang berperan dalam sel-sel fagosit,
sebagian berperan dalam penggumpalan darah, dan sebagian lagi berperan dalam
penguraian senyawa.
b. Kelenjar Timus
Di dalam kelenjar timus, limfosit T dibentuk dan mendapat semacam "pelatihan" yang
berupa transfer informasi. Informasi ini berguna untuk mengenali karakteristik khusus
sel-sel tubuh. Di sim limfosit dilatih untuk mengenal identitas sel-sel di dalam tubuh
dan diprogram untuk membentuk antibodi melawan mikroorganisme
spesifik.
Terakhir limfosit tersebut meninggalkan timus. Ketika limfosit bekerja dalam tubuh.
mereka tidak menyerang sel-sel yang identitasnya telah dikenali. c. Limpa
Fungsi utama limpa adalah menghancurkan sel-sel darah merah yang rusak, hakteri,
dan benda-benda asing dalam darah serta menghasilkan limfosit dan antibodi.
d. Tonsil
Tonsil berperan dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi (sebagai penghasil limfosit)
yang dapat tersebar dari hidung, mulut dan tenggorokan.