Anda di halaman 1dari 22

TUGAS PAPER

MORFOLOGI GIGI PERMANEN

DOSEN PEMBIMBING SKILLS LAB:

drg. Renie Kumala Dewi, Sp. KGA

DISUSUN OLEH

RATU RINI ALFIKRI

1811111220005

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya lah
maka saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Morfologi Gigi
Permanen” dengan pembimbing drg. Renie Kumala Dewi, Sp.KGA. Saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaian makalah ini. Saya juga mengucapkan terima kasih
kepada drg. Renie Kumala Dewi, Sp.KGA.
Pembuatan tugas paper ini bertujuan memenuhi tugas yang diberikan.
Dengan selesainya makalah ini semoga dapat menjadi referensi baik pada
institusi pendidikan dokter gigi guna kelancaran kegiatan belajar mengajar. Saya
menyadari keterbatasan akan literatur dan sumber informasi terkait kajian dalam
makalah, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan dan bermanfaat bagi kita semua.

Banjarmasin, 13 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................................................1
1.4 Manfaat...............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................2
2.1 Definisi Morfologi..............................................................................................................2
2.2 Morfologi Gigi Permanen..................................................................................................2
2.2.1 Gigi Insisif.................................................................................................................2
2.2.2 Gigi Kaninus..............................................................................................................5
2.2.3 Gigi Premolar............................................................................................................7
2.2.4 Gigi Molar...............................................................................................................11
BAB III PENUTUP....................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................18
3.2 Saran.................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gigi-geligi dalam mulut seluruhnya disebut sebagai geligi. Manusia mempunyai dua
geligi semasa hidupnya yaitu selama masa anak-anak disebut gigi sulung (gigi primer) dan
satu lagi yang seharusnya ada sampai akhir masa dewasa disebut gigi permanen (gigi
sekunder). Gigi sulung lengkap secara normal ada 20 buah gigi. Sedangkan pada gigi
permanen terdapat 32 gigi dengan 16 gigi pada rahang atas dan 16 gigi pada rahang bawah.
Gigi permanen terdiri atas delapan gigi pada setiap kuadran yang dibagi atas empat kelas,
yaitu insisif, kaninus, premolar dan molar (Scheid, 2017).
Morfologi gigi mempelajari mengenai susunan, struktur, bentuk dan hubungan
antara gigi yang satu dengan gigi yang lainnya serta hubungan gigi dengan jaringan
disekitarnya. Pengetahuan yang baik mengenai morfologi gigi merupakan hal yang sangat
penting bagi dokter gigi. Ilmu-ilmu yang berhubungan dengan morfologi gigi antara lain,
ilmu pengawet gigi atau konservasi, ilmu meratakan gigi atau orthodontia, ilmu gigi tiruan
atau prosthodontia, ilmu pencabutan gigi atau exodontia, ilmu periodontia dan ilmu
teknologi gigi (Wangidjaja, 2017).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan morfologi?
2. Apa saja morfologi gigi permanen?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi dari morfologi.
2. Untuk mengetahui morfologi gigi permanen.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Mahasiswa mampu memahami morfologi dari gigi permanen.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Morfologi


Morfologi gigi dapat dipelajari dengan mempertimbangkan bentuk (outline) dan
kontur (lingir dan alur) yang terlihat pada setiap permukaan gigi. Dalam mempelajari
morfologi gigi, deskripsi dan lokasi lingir, alur, konveksitas dan konkavitas setiap
permukaan gigi. Identifikasi gigi-geligi berdasarkan lengkung, kelas, tipe dan sisi mulut.
Morfologi eksternal gigi biasanya dilihat dari lima aspek yaitu fasial (labial), lingual atau
palatal, mesial, distal dan insisal atau oklusal (Scheid, 2017).

2.2 Morfologi Gigi Permanen


2.2.1. Gigi Insisif
Insisif biasanya mempunyai dua cekungan perkembangan vertical yang dangkal,
memisahkan tiga lobus yang membentuk permukaan fasial. Tiga lobus tersebut juga
dapat memberikan tiga tonjolan bulat pada tepi insisal yang disebut mamelon, terletak
pada tepi insisal gigi insisif yang baru erupsi. Sedangkan lobus keempat disebut
singulum. Semua mahkota insisif apabila dilihat dari aspek fasial, mempunyai tepi
insisal yang relatif lurus atau sedikit melengkung. Mahkota relatif segi empat, dengan
outline mahkota insisif lebih konveks pada permukaan distal daripada permukaan
mesial kecuali pada insisif sentral bawah yang simetris. Mahkota apabila dilihat dari
aspek lingual, mempunyai permukaan yang sempit karena permukaan mesial dan distal
lebih konvergen kelingual. Lingir marginal mesial dan distal lebih konvergen kearah
singulum lingual. Mahkota dilihat dari asepek proksimal berbentuk baji atau segitiga.
Mempunyai outline fasial yang konveks diservikal daripada diinsisal dan kontur
tertinggi difasial. Bagian konkaf dari permukaan lingual sebagai faktor petunjuk gerak
dalam penutupan rahang. Mahkota apabila dilihat dari asepek insisal mempunyai fosa
lingual yang konkaf tepat insisal dari singulum. Akar insisif apabila dipandang dari arah
fasial meruncing dari garis servikal ke apeks. Semua akar insisif lebih panjang daripada
mahkotanya. Akar insisif apabila dilihat dari proksimal paling lebar sepertiga servikal
dan perlahan meruncing keapeks yang bulat (Scheid, 2017).

1. Gigi Insisif Pertama Atas


Koronanya berbentuk seperti sekop. Pada umumnya gigi insisif pertama atas adalah
gigi yang paling mencolok mata, panjangnya sama atau lebih besar daripda gigi depan
lainnya, kecuali gigi kaninus bawah. Permukaan labialnya lebih luas daripada gigi
depan lainnya. Akarnya bertumbuh baik, tebal, dan apeksnya bundar. Pada pangangan

2
3

labial, garis luar servikal berbentuk semi-elips, melengkung 2 mm. Garis ini
menunjukan pertemuan antara akar dan korona. Garis luar mesial dari titik pertemuan
korona dan akar ke titik kontak mesial cembung sedikit, dengan titik kontak mesial
terletak seperdelapan panjang korona dari tepi insisal. pada garis luar insisal
menghubungkan garis luar mesial dan distal. Pada pandangan mesial, garis luar labial
adalah garis yang sedikit cembung yang menghubungkan titik pertemuan korona dan
akar. Pada pandangan distal, garis luarnya adalah kebalikan dari garis luar pandangan
mesial. Pada pandangan insisal dari suatu gigi berperan penting dalam mempelajari
anatomi gigi (Wangidjaja,2017).

2. Gigi Insisif Pertama Bawah


Lebar koronanya sedikit lebih besar dari setengah ukuran mesio-distal insisif
pertama atas, tetapi lebar labiolingualnya hanya lebih kecil 1 mm. Panjang akar hamper
sama dengan insisif pertama atas dan apeksnya bengkok ke distal. Pada pandangan
labialnya, permukaan ini rata sekali dan sederhana garis luarnya, meruncing dari sudut
mesio atau distoinsisal ke apeks akar. Tepi insisalnya lurus, sudut mesioinsisal tajam
dan sudut distoinsisalnya bulat. Pada pandangan lingual, garis luarnya kebalikan dari
permukaan labial, hanya garis servikal lingual terletak ½ mm lebih kearah apikal
sehingga permukaan ini lebih panjang dari ½ mm. pada pandangan mesial, garis
luarnya dari puncak labial ke tepi insisal hamper lurus. Garis luar lingual dari titik
pertemuan korona dan akar cembung,cekung, sehingga korona kelihatan langsing. Pada
4

pandangan distal, garis luarnya kabalikan garis luar mesial, hanya garis servikal
tidak melengkung ke insisal, yaitu 1 mm lebih pendek (Wangidjaja,2017).

3. Gigi Insisif Kedua Atas


Bentuk dan garis luar korona seperti insisif pertama atas. Seringkali terdapat gigi
insisif kedua atas yang kecil, yang menyebabkan estetik kurang baik. Penampang
akarnya hampir bulat, tetapi lebih langsing daripada insisif pertama atas. Panjang
akarnya hampir samadengan panjang akar insisif pertama atas, tetapi kelihatan lebih
panjang karena koronanya lebih pendek daripada korona insisif pertama atas. Akarnya
biasanya pada bagian sepertiga apikal membengkok ke distal (Wangidjaja,2017).
5

4. Gigi Insisif Kedua Bawah


Pada umumnya, bentuk garis luarnya mempunyai persamaan yang nyata dengan
insisif pertama bawah, hanya ukurannya lebih besar, dan daerah kontak distal lebih
rendah supaya dapat berkontak baik dengan gigi kaninus bawah serta tepi insisalnya
miring ke distal dan tidak tegak lurus pada garis yang membagi korona labio-lingual,
seperti dapat terlihat pada insisif pertama bawah (Wangidjaja,2017).

2.2.2. Gigi Kaninus


Kaninus mempunyai akar yang panjang dan tebal untuk membantu menyangga
dengan kuat. Lingir kaninus yang hamper lurus secara horizontal seperti insisif, dibagi
dua kemiringan yang disebut lingir tonjol mesial dan distal. Mahkota kaninus dilihat
dari aspek fasial menyerupai segilima dengan lima sisi. Lingir mesial lebih pendek
daripada lingir distal. Permukaan labial kaninus sangat konveks dengan lingir labial
vertikal. Ukuran mahkota kaninus atas atau bawah lebih besar dalam arah labiolingual
daripada mesiodistal. Ukuran servikal akar juga lebih panjang dalam arah fasiolingual
(Scheid, 2017).
1. Gigi Kaninus Atas
6

Kaninus atau kuspid adalah gigi ke-3 dari garis tengah, dan satu-satunya gigi di
rahang yang mempunyai 1 tonjol. Akarnya panjang dan juga besar sehingga gigi ini
kuat sekali. Pada pandangan labial, kurva yang dibentuk oleh garis servikal lebih sempit
daripada insisif pertama, karena akarnya lebih langsing pada permukaan ini. Akarnya
panjang, meruncing, dan biasanya melengkung ke distal pada apeksnya. Pada
pandangan palatal, permukaan ini kebalikan dari permukaan labial. Singulum, lingir
marginal, dan lingir transversal atau palatal mengecil ke ujung tonjol. Pada pandangan
mesial, bentuk permukaan ini seperti bentuk gigi insisif hanya agak cembung.
Koronanya meruncing dari puncak kurva labial dan palatal ke ujung tonjol. Sebaliknya,
garis luar labial sedikit cembung dari puncak labial ke ujung tonjol. Ujung tonjol ini
terletak labial dari poros gigi dan merupakan tanda yang spesifik dari kuspid atas. Pada
pandangan distal, permukaan ini berlawanan dengan permukaan mesial, hanya garis
servikalnya tidak begitu melengkung ke insisal. Pada pandangan insisal, garis luarnya
terdiri atas beberapa garis-garis lengkung; garis lengkung mesial, labial, palatal, dan
distal (Wangidjaja, 2017).

2. Gigi Kaninus Bawah


Koronanya lebih panjang serviko-insisal dan lebih sempit mesiodistal daripada
kaninus atas. Singulumnya tidak begitu nyata. Pada permukaan mesial dan distal,
bagian sepertiga servikal tidak begitu tebal. Permukaan lingual lebih rata daripada
7

permukaan lingual dari kaninus atas, hamper sama dengan gigi geligi depan bawah
lainnya. Pada umumnya, ujung akar melengkung ke distal, tetapi kadang-kadang juga
terdapat kaninus dengan ujung akar yang membengkok ke mesial (Wangidjaja, 2017).

2.2.3. Gigi Premolar


Premolar mempunyai oklusal yang terdapat tonjol, lingir dan alur. Mahkota
premolar pada kedua lengkung lebih pendek daripada mahkota gigi anterior. Akar
premolar lebih pendek daripada akar kaninus tetapi lebih panjang daripada insisif
bawah. Dari aspek mesial dan distal tinggi kontur fasial mahkota premolar berada pada
sepertiga servikal seperti pada gigi anterior. Namun, tinggi kontur berada pada posisi
lebih oklusal daripada tinggi kontur yang sama pada gigi anterior. Mahkota dilihat dari
aspek bukal paling lebar setinggi kontak dan lebih sempit pada serviks. Outline
mahkota mesial dan distal hamper lurus atau sedikit konveks dari area kontak kegaris
servikal. Mirip dengan kaninus, apabila dilihat dari aspek fasial dimana ujung tonjol
sedikit lebih mesial dari sumbu akar vertikal gigi (Scheid, 2017).
1. Gigi Premolar Pertama Atas
Gigi ini mempunyai 2 tonjol, satu di bukal dan satu di palatal sehingga diberi istilah
bikuspid. Gigi ini sering kali mempunyai dua akar yang terpisah, biasanya akar ini
8

memberi 2 cabang dengan bifurkasinya pada bagian setengah panjang akar. Pada
pandangan bukal, garis servikal tidak begitu melengkung seperti pada gigi-gigi depan.
Akarnya lebih pendek, tetapi garis luarnya seperti garis luar kaninus, kecuali
dimensinya. Pada pandangan palatal, permukaan ini adalah kebalikan dari permukaan
bukal, dengan tambahan suatu garis lengkung yang menunjukan tonjol palatal, yang 1
mm lebih pendek daripada tonjol bukal. Pada pandangan mesial, lebar korona premolar
pertama atas buko-palatal berbanding dengan jarak ujung tonjol bukal ke ujung tonjol
palatal sehingga 5:9. Pada pandangan distal, garis servikal tidak begitu melengkung dan
juga alur perkembangan tidak ada atau tidak nyata. Pada pandangan oklusal, posisi
relatif dari daerah kontak, tonjol bukal lebih jauh dari garis luar bukal daripada tonjol
palatal dari garis luar palatal (Wangidjaja, 2017).

2. Gigi Premolar Kedua atas


Perbedaan premolar pertama dan kedua:
a. Gigi premolar kedua lebih bulat sudut-sudutnya.
b. Sulkus dangkal, sehingga tonjol-tonjolnya kelihatan lebih pendek dalam hubungan
terhadap sulkus tersebut.
c. Panjang tonjol palatal premolar kedua hampir sama dengan panjang tonjol bukal,
kadang-kadang panjangnya sama.
d. Pada permukaan oklusal premolar kedua terdapat lebih banyak alur tambahan.
e. Alur perkembangan mesio-marginal premolar kedua tidak nyata.
Akar premolar kedua satu dan garis luarnya pada permukaan distal dan mesial
seperti kerucut yang bundar (Wangidjaja, 2017).
9

3. Gigi Premolar Pertama Bawah


Garis luar permukaan oklusalnya seperti garis luar permukaan oklusal gigi kaninus.
Akarnya satu, bundar, kadang-kadang pendek dan runcing. Pada pandangan bukal, garis
luar bukal simetris. Tonjol bukalnya besar dan meruncing. Daerah kontak lebar dengan
letak puncak kuva mesial dan distal yang hampir sama tingginya. Pada pandangan
lingual, garis luarnya kebalikan permukaan bukal. Pada permukaan ini terlihat dengan
nyata tonjol lingual yang kecil. Khas gigi ini adalah alur perkembangan yang terletak
mesial dari tonjol lingual. Pada pandangan mesial, garis yang membagi tonjol bukal
terletak pada poros gigi. Garis luar konveks dan tonjol lingual terletak lingual dari garis
lingual dan akar. Garis semento-email membengkok ke oklusal kira-kira 1 mm. pada
pandangan distal, permukaan ini kebalikan dari permukaan mesial, tidak ada alur
perkembangan, lingir marginal lebih tinggi, dan kurva servikal lebih lurus. Pandangan
oklusal, permukaan ini hampir bulat dalam garis luarnya dengan sedikit variasi pada
alur perkembangan mesial. Garis luar bukal hampir bundar dari puncak kurva bukal ke
puncak kurva lingual (Wangidjaja, 2017).
10

4. Gigi Premolar Kedua Bawah


Ini adalah gigi kelima dari garis tengah. Meskipun ukuran mesiodistal dari korona
dan akar hampir sama seperti premolar pertama bawah, tetapi pertumbuhannya pada
permukaan lain lebih baik. Akarnya lebih besar dan panjang daripada premolar pertama
bawah. Pada pandangan bukal, tonjol bukal lebih pendek daripada tonjol bukal
premolar pertama dan tidak begitu meruncing. Akarnya lebih panjang, permukaan-
permukaan lainnya sama. pada pandangan lingual, permukaan ini kebalikan dari
permukaan bukal. Tonjol lingual terlihat di bawah tonjol bukal, tonjol mesiolingual
lebih besar daripada tonjol distolingual. Pada pandangan mesial, permukaan ini sama
dengan permukaan mesial premolar pertama bawah dengan perbedaan sabagai berikut:
a. Alur perkembangan mesiolingual tidak ada.
b. Lingir marginal lebih tinggi.
c. Tonjol lingual lebih besar daripada tonjol lingual premolar pertama.
Pada pandangan distal, permukaan ini kebalikan dari permukaan mesial, kadang-
kadang semua tonjol dapat terlihat. Pada permukaan oklusal, daerah kontak lebar dan
rata. Garis luarnya persegi empat. Ceruk sentral, tempat bertemunya alur-alur
perkembangan terletak distal dari pusatnya. Tonjol mesiolingual lebih besar dibanding
tonjol distolingual (Wangidjaja, 2017).
11

2.2.4. Gigi Molar


Molar mempunyai oklusal sebanyak tiga sampai lima tonjol dan permukaan oklusal
molar lebih besar daripada gigi lainnya. Molar mempunyai permukaan oklusal yang
lebih lebar fasiolingual dan mesiodistalnya. Pada kedua lengkung, mahkota molar dari
aspek oklusal cenderung meruncing kedistal, sehingga bukolingual lebih sempit
disepertiga distal daripada sepertiga mesial. Seperti premolar, tinggi kontur pada bukal
molar dipandang dari proksimal berada pada sepertiga servikal lingual, paling sering
pada sepertiga tengah (Scheid, 2017).
1. Gigi Molar Pertama Atas
Gigi ini adalah gigi terbesar di rahang atas. Molar pertama atas mempunyai 4 tonjol
yang bertumbuh baik dan 1 tonjol tambahan yang disebut tonjol ke-5 atau tonjol
cerebelli. Secara normal, gigi ini mempunyai 3 akar yang bertumbuh baik dan jelas
terpisah pada apeksnya. Pada pandangan bukal, garis servikal hampir lurus, hanya
melengkung sedikit ke arah oklusal pada bagian mesial dan distal, tempat garis ini
bertemu dengan garis lurus korona. Pada pandangan palatal, garis servikal hampir lurus,
sering kali membengkok sedikit ke oklusal dan juga berakhir dengan suatu kurva mesial
12

dan distal pada pertemuan garis ini dan garis luar korona. Tonjol distopalatal hampir
bulat dari daerah kontak sampai alur palatal (Wangidjaja, 2017).

2. Gigi Molar Kedua Atas


Pada pandangan bukal, koronanya lebih pendek serviko-oklusal dan lebih sempit
mesiodistal. Tonjol distobukal lebih kecil, sehingga lingir marginal distal dan sebagian
tonjol distopalatal dapat terlihat. Pada pandangan palatal, perbedaan yang dapat terlihat:

a. Tonjol distopalatal lebih kecil


b. Tonjol distobukal mungkin dapat terlihat antara tonjol mesiopalatal dan
distopalatal.
c. Tonjol kelima tidak ada.
d. Apeks akar palatal dan ujung tonjol distopalatal terletal pada satu garis.
Pada pandangan mesial, ukuran bukopalatal korona kira-kira sama, tetapi panjang
korona lebih kecil. Tonjol kelima tidak ada. Akar-akarnya terletak di dalam batas lebar
korona. Pada pandangan distal, tonjol distobukal lebih kecil daripada tonjol
mesiobukal, tonjol mesiopalatal tidak terlihat. Apeks akar palatal terletak pada garis
yang membagi tonjol distopalatal. Pada pandangan oklusal, ukuran korona bukopalatal
sama, tetapi ukuran mesiodistal lebih kecil. Tonjol mesiobukal dan mesiopalatal sama,
tetapi tonjol distobukal dan distopalatal lebih kecil. Ukuran ukopalatal pada tonjol
distal hanya lebih kecil daripada ukuran bukopalatal dari tonjol mesial (Wangidjaja,
2017).
13

3. Gigi Molar Ketiga Atas


Gigi ini lebih kecil dan pertumbuhannya tidak begitu baik. Pada gigi ini terdapat
banyak variasi. Pada pandangan bukal, koronanya lebih pendek serviko-oklusal dan
lebih sempit mesiodistal. Akarnya menjadi satu dan berfungsi sebagai satu akar besar.
Akar ini lebih pendek serviko-apikal. Pada pandangan palatal, pada permukaan ini
hanya terdapat satu tonjol palatal, sehingga tidak ada alur palatal. Pada pandangan
mesial, selain perbedaan dalam ukurannya, perbedaan yang jelas adalah:
a. Akar-akarnya menjadi satu dan runcing.
b. Bifurkasinya terletak pada bagian sepertiga apikal.
Pada pandangan distal, sebagian permukaan bukal terlihat. sebagian permukaan oklusal
mungkin terlihat. Pada pandangan oklusal, permukaan ini menunjukan garis luar yang
berbentuk jantung. Tonjol palatal besar dan bertumbuh baik. Garis luar daerah kontak
ke lain daerah hampit bundar. Hanya terdapat 3 tonjol (Wangidjaja, 2017).
14

Aspek Buccal Aspek Palatal

Aspek Mesial Aspek Distal

Aspek Oklusal

4. Gigi Molar Pertama Bawah


Pada umumnya, gigi ini adalah gigi terbesar dirahang bawah. Gigi ini mempunyai
5 tonjol: 2 tonjol bukal, tonjol distal, dan 2 tonjol lingual. Pada pandangan bukal, garis
servikalnya adalah suatu kurva yang membengkok sedikit ke apikal. Garis luar mesial
dari korona hampir lurus dari serviks ke daerah kontak A, yang terletak sedikit di atas
pusat dari bagian sepertiga tengah korona. Tonjol distal lebih kecil, 20% dari lebar
korona. Oleh karena tonjol lingual lebih tinggi, tonjol ini dapat terlihat dari permukaan
bukal, jika posisi gigi itu vertikal. Meskipun garis luar dari semua tonjol konveks, tetapi
tonjol bukal tidak begitu meruncing, kelihatannya lebih bundar, jika dibandingkan
dengan tonjol lingual. Akar-akarnya dapat dilihat dari permukaan ini. Garis luar mesial
dari akar mesial, konkaf di bawah garis servikal sampai setengah panjang akar
(Wangidjaja, 2017).
15

5. Gigi Molar Kedua Bawah


Pada pandangan bukal, koronanya tidak begitu panjang serviko-oklusal. Tonjol
bukal hampir sama besranya. Dua akarnya tidak begitu besar dan akar-akarnya hampir
sejajar. Akar distal sering kali lebih panjang daripada akar mesial. Pada pandangan
lingual, garis luarnya kebalikan dari garis luar permukaan bukal. Tonjol luar korona
lebih tinggi daripada tonjol bukal dan hanya tonjol-tonjol lingual yang terlihat. Kedua
tonjol ini besarnya hampir sama. tonjol mesiolingual biasanya sedikit lebih lebar dari
mesiodistal. Pada pandangan mesial, permukaan ini berbeda sedikit sekali dari
permukaan molar pertama bawah, kecuali perbedaan dalam panjang dan tinggi korona.
Oleh karena bentuk akar mesial melengkung, sebagian akar distal mungkin dapat
terlihat. Pada pandangan distal, garis luarnya hampir sama dengan garis luar molar
pertama bawah. Tidak ada tonjol distal. Batas semento-email berombak. Harus
diperhatikan bahwa sebagian akar mesial mungkin terlihat pada sisi bukal. Pada molar
pertama terjadi sebaliknya, dapat terlihat pada sisi lingual. Hal ini disebabkan karena
hubungan antara korona dan akar pada molar pertama dan molar kedua berbeda. Pada
pandangan oklusal, dari permukaan ini mungkin terlihat yang besar antara molar
pertama dan molar kedua dalam coraknya.
16

a. Molar pertama memiliki 5 tonjol yang berbeda-beda besarnya. Alur oklusal molar
kedua terletak ditengah-tengah korona sehingga ceruk sentral terletak di pusat korona.
b. Garis luarnya pada ujung tonjol dan lingir marginal kira-kira bujur sangkar.
Garis luar bukal berbeda dari garis luar molar pertama. Ukuran mesial molar
pertama dan molar kedua lebih lebar daripada bagian distal (Wangidjaja, 2017).

6. Gigi Molar Ketiga Bawah


Gigi ini membantu molar kedua dalam fungsinya, bentuk fundamentalnya sama
dengan molar kedua. Gigi ini lebih kecil dan tidak begitu baik pertumbuhannya. Pada
pandangan bukal, koronanya hampir sama panjangnya serviko-oklusal, tetapi lebih
sempit mesio-distal. Akar-akarnya menjadi satu, berfungsi sebagai satu akar dan lebih
pendek serviko-apikal, yang pada apeksnya terbagi 2 dengan 2 aapeks yang nyata. Akar
gigi ini membengkok ke distal sehingga apeksnya terletak distal dari pusat korona. Pada
pandangan palatal, tidak dapat variasi lain, kecuali perbedaan yang sudah disebut pada
permukaan bukal. Pada pandangan mesial, akar distal tidak dapat dilihat. Perbedaan
lain dari molar kedua adalah perbedaan dalam ukurannya (Wangidjaja, 2017).
17

Aspek Buccal Aspek Lingual

Aspek Mesial Aspek Distal

Aspek Oklusal
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Morfologi atau anatomi gigi sangat penting untuk dipelajari dengan
mempertimbangkan bentuk dan kontur. Morfologi eksternal biasanya dapat diuraikan
dalam lima aspek antara lain fasial, lingual, mesial, distal dan insisal atau oklusal. Gigi
permanen terbagi menjadi empat, insisif, kaninus, premolar dan molar. Masing masing gigi
mempunyai morfologi yang berbea beda.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan kepada para pembaca untuk
mengenal atau mempelajari lebih dalam lagi mengenai gigi-geligi serta apa saja yang
terkait dengan gigi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Scheid RC, Weiss G. 2017. Woelfel Anatomi Gigi. Ed. 8. Jakarta: EGC.
Wangidjaja I. 2017. Anatomi Gigi. Ed. 2. Jakarta: EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai