Anda di halaman 1dari 33

TUGAS MAKALAH

STRUKTUR SISTEM STOMATOGNASI


ANATOMI GIGI SULUNG

SEMESTER GENAP
BLOK STRUKTUR SISTEM STOMATOGNASI
TAHUN AKADEMIK 2017-2018

Dosen Pembimbing :

Drg. Dwi Kartika A, M. Kes

Disusun Oleh :

Afif Maulani Al Fattah (NIM : 171610101104)


Adellia Charisma Putri (NIM : 171610101105)
Della Faiqotul Fitri (NIM : 171610101106)
Riska Makrifatul A’Yuni (NIM : 171610101107)
Miladatus Syafiyah (NIM : 171610101108)
Rahmania Puspa Adhani (NIM : 171610101109)
Yohanes Chanditama F. M. (NIM : 171610101110)
Rina Nanda Prasasti (NIM : 171610101111)
Vinny Kartika Alifiana (NIM : 171610101112)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul “Struktur Sistem Stomagtonasi Anatomi Gigi
Sulung” dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Serta harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jember, 10 Maret 2018

`
Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
1.3 Tujuan ...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Struktur Anatomi Gigi Sulung ..........................................................................3
2.2 Waktu Erupsi Gigi Sulung ...............................................................................15
2.3 Sistem Penamaan Gigi (Nomenklatur) ............................................................ 17
2.4 Perbedaan Gigi Sulung dan Gigi Permanen ..................................................... 22
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan .. ................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Normalnya, bayi yang baru dilahirkan tidak mempunyai gigi, walaupun
benih gigi sudah ada jauh sebelum bayi tersebut dilahirkan.
Klasifikasi dari gigi sulung mulai pada umur mudiga 4 bulan dalam
kandungan. Semua benih gigi geligi susu sudah mulai berkembang pada umur
mudiga 6 bulan dalam kandungan.
Biasanya bayi baru lahir tidak memerlukan gigi di dalam mulutnya
karena dietnya adalah makanan yang cair atau setengah cair. Gigi geligi baru
diperlukan bila makanannya sudah berbentuk agak padat, meskipun demikian
bayi tesebut telah menunjukkan banyak benih gigi geligi yang sedang dalam
proses perkembangan dalam berbagai tingkatan. Tetaapi ada kalanya bayi
dilahirkan dengan disertai gigi insisif bawah. Gigi premature ini lebih cepat
tanggal karena perkembangan akar yang tidak sempurna sehingga tidak kuat.
Baru pada usia 2 tahun gigi geligi susu sudah lengkap. Erupsi dari gigi
geligi susu biasanya menurut urutan gigi i1 bawah, i2 bawah, i1 atas, i2 atas,
m1 bawah, m1 atas, c bawah, c atas, m2 bawah, dan m2 atas.
Jadi dengan demikian, gigi geligi susu berguna dan berpengaruh
terhadap kesehatan individu, perkembangan rahang, erupsi gigi geligi tetap,
perkembangan fisik dan mental anak-anak karena dengan kehilangan dini gigi
susu mengakibatkan perkembangan rahang yang normal tidak mungkin terjadi
dan gigi M1 tidak dapat tumbuh pada posisi yang normal sebagai kunci dari
oklusi (key of occlusion).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana struktur anatomi gigi sulung?
2. Bagaimana waktu erupsi gigi sulung?
3. Bagaimana sistem penamaan gigi (nomenklatur)?
4. Apa saja perbedaan gigi sulung dan gigi permanen?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengkaji dan menguasai struktur anatomi gigi
sulung.
2. Mahasiswa mampu mengkaji dan menguasai waktu erupsi gigi sulung.
3. Mahasiswa mampu mengkaji dan menguasai sistem penamaan gigi
(nomenklatur).
4. Mahasiswa mampu mengkaji dan menguasai perbedaan gigi sulung dan
gigi permanen.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Struktur Anatomi Gigi Sulung


A. Insisif Pertama Maksila
1. Aspek Labial
a. Mesiodistal lebih besar dari cervico insisal
b. Permukaan halus
c. Sudut mesiodistal insisal siku-siku
d. Pada umumnya Insisal mesial lebih tinggi daripada insisal distal
e. Akar kerucut dan lebih panjang daripada mahkota

2. Aspek Lingual
a. Marginal ridge dan singulum terlihat jelas
b. Terdapat lingual ridge dari arah singulum
c. Lingual ridge membagi mesial fossa dan distal fossa
d. Akar mengecil dari insisal ke arah apeks

3. Aspek Insisal
a. Ukuran Mesio Distal dan Labio Lingual seimbang
b. Terdapat insisal ridge yang berjalan dari mesial ke distal ditengah
mahkota
c. Permukaan labial halus
d. Titik kontak 1/3 insisal, palatal mengecil ke singulum

4. Aspek Mesial
a. ± 1 mm perbedaan mahkota insisal dengan servikal, cervical lebih
besar dari insisal
b. Apeks akar terlihat tumpul
c. Cementoenamel Junction jelas dan tegas
d. Terdapat developmental depression pada akar
e. Servikal line lebih ke insisal dibandingkan dengan sisi distal
5. Aspek Distal
a. Tidak terlihat developmental depression pada akar
b. Servikal line lebih lurus dibandingkan dengan sisi mesial

Gambar 1.1 Insisif Pertama Maksila

B. Insisif Kedua Maksila


1. Aspek Labial
a. Mesio Distal < Cervico Insisal
b. Permukaan halus
c. Sudut mesio insisal siku-siku
d. Sudut distoinsisal membulat
e. Pada umumnya insisal mesial lebih tinggi daripada insisal distal
f. Akar kerucut dan lebih panjang daripada mahkota

2. Aspek Lingual
a. Marginal ridge dan singulum tidak terlalu jelas
b. Terdapat lingual ridge dari arah singulum
c. Lingual ridge membagi mesial fossa dan distal fossa tidak terlalu
jelas
d. Akar mengecil dari insisal ke arah apeks

3. Aspek Insisal
a. Ukuran Mesio Distal dan Labio Lingual seimbang
b. Terdapat insisal ridge yang berjalan dari mesial ke distal ditengah
mahkota, cenderung kearah distal
c. Permukaan labial halus
d. Titik kontak 1/3 insisal, palatal mengecil ke singulum

4. Aspek Mesial
a. ± 1 mm perbedaan mahkota insisal dengan servikal, cervical>insisal
b. Apeks akar terlihat tumpul
c. Cementum Enamel Junction jelas dan tegas
d. Servikal line lebih ke insisal dibandingkan dengan sisi distal

5. Aspek Distal
a. Servikal line lebih lurus dibandingkan dengan sisi mesial

Gambar 1.2 Insisif Kedua Maksila


C. Insisif Pertama Mandibula
1. Aspek Labial
a. Sisi mesial dan distal menyempit ke serviks
b. Bentuknya bilateral dan simetris
c. Tidak Nampak mamelon/groove
d. Akar panjang dan ramping

2. Aspek Lingual
a. Singulum tampak jelas
b. Lingual fosa dangkal
c. Mahkota dan akar mengecil ke lingual

3. Aspek Mesial
a. Insisial ridge berada di tengah-tengah mahkota

4. Aspek distal
a. Lebih kecil dari insisiv yang lain

Gambar 1.3 Insisif Pertama Mandibula


D. Insisif Kedua Mandibula
1. Aspek Labial
a. Terdapat singulum
b. Mahkotanya panjang

2. Aspek Lingual
a. Terdapat lingual fosa yang dalam

3. Aspek Mesial
a. Garis servikal lebih melengkung dari distal

4. Aspek Distal
a. Terdapat distal longitudinal groove
b. Akar berbentuk lurus

5. Aspek Insisal
a. Mahkota tidak simetris
b. Singulum meninggi ke arah distal

Gambar 1.4 Insisif Kedua Mandibula


E. Kaninus Maksila
1. Aspek Labial :
a. Outline mesial dan distalnya agak membulat
b. Mesial cusp slope lebih panjang dari distal cusp slope

2. Aspek Palatal :
a. Terdapat lingual ridge yang memisahkan mesiolingual fossa &
distolingual fossa
b. Terlihat tubercle yang merupakan kelanjutan dari lingual ridge

3. Aspek Mesial/Distal
a. Cervical line pada mesial lebih cekung ke arah insisal daripada distal

4. Aspek Insisal :
a. Bentuk mahkota seperti berlian (diamond-shaped)
b. Puncak cusp lebih ke distal sehingga mesial slope > distal slope

Gambar 1.5 Kaninus Maksila

F. Kaninus Mandibula
1. Aspek Labial
a. Outline mesial dan distalnya agak membulat
b. Distal cusp slope lebih panjang dari mesial cusp slope

2. Aspek Lingual
a. Lingual ridge yang memisahkan mesiolingual & distolingual fossa
b. Terlihat tubercle yang merupakan kelanjutan dari lingual ridge
c. Lingual surface terlihat lebih halus daripada caninus rahang atas

3. Aspek Mesial/Distal
a. Cervical line pada mesial lebih cekung ke arah insisal daripada distal

4. Aspek Insisal
a. Bentuk mahkota seperti berlian (diamond-shaped)

Gambar 1.6 Kaninus Mandibula

G. Molar 1 Maksila
1. Aspek Bukal
a. Outline mesial dan distal membulat dan menyempit ke servikal
b. Terdapat 2 akar yang ramping panjang dan melebar dan 1 akar
lainnya berada lingual
c. Akar disto bukal lebih pendek dari akar mesio bukal
2. Aspek Palatal
a. Disto lingual cusp lebih kecil dan membulat
b. Mesio lingual cusp paling menonjol
c. Disto bukal cusp dapat terlihat
d. Terlihat 3 akar

3. Aspek Mesial
a. Mesio lingual cusp lebih tinggi dari mesio bukal cusp
b. Terlihat jelas daerah cembung pada bagian bukal
c. Terdapat lekukan di garis servikal
d. Terlihat akar lingual dan mesio bukal

4. Aspek Distal
a. Disto bukal cusp lebih tinggi dan tajam
b. Disto lingual cusp kecil dan membulat
c. Garis servikal sedikit melengkung
d. Terlihat 2 akar, tetapi bagian ujung akar dari mesio bukal terlihat

5. Aspek Oklusal
a. Berbentuk rectangular
b. Outline mahkota menyempit ke distal dsn lingual
c. Pola groove “H” dengan central fosa, mesial triangular fosa, dan
mesial triangular fosa
d. Terdapat book distal groove yang membagi mesio bukal cusp dan
disto bukal cusp
Gambar 1.7 Molar 1 Maksila

H. Molar 2 Maksila
1. Aspek Bukal
a. Terlihat 2 cusp
b. Kedua bukal cusp besarnya seimbang
c. Terlihat 3 akar (2 akar d bukal dan 1 akar d lingual)

2. Aspek Mesial
a. Mahkota tampak pendek
b. Mesio lingual cusp lebih besar
c. Garis servikal sedikit melengkung
d. Akar mesio bukal lebih lebar dan rata

3. Aspek Distal
a. Outline lingual membulat
b. Disto bukal dan disto lingual cusp sama tinggi
c. Garis servikal hamper lurus

4. Aspek Oklusal
a. Bentuk rhomboid dengan 5 cusp (4 cusp dan 1 carabelli)
b. Terdapat central fosa dan mesial triangular fosa
c. Terdapat central groove yang yang menghubungkan mesial
triangular fosa dan sentral fosa
d. Terdapat oblique ridge antara mesio lingual dan disto bukal cusp
e. Terdapat distal dan mesial marginal ridge

Gambar 1.8 Molar 2 Maksila

I. Molar 1 Mandibula
1. Aspek Bukal
a. Bagian distal mahkota lebih pendek dari bagian mesial
b. Mesial cusp lebih besar dari distal cusp
c. Terdapat developmental depression pada permukaan buccal yang
memisahkan mesial buccal cusp dan disto buccal cup
d. Akar panjang, ramping dan melebar di 1/3 apical melebihi outline
mahkota
e. Cervikal line menurun dari distal ke arah apical

2. Aspek Lingual
a. Mahkota menyempit ke arah lingual
b. Disto lingual cusp berbentuk bundar dan jelas
c. Terdapat developmental groove di antara mesio lingual cusp dan
disto lingual cusp
d. Mesio lingual cusp bentuknya panjang dan tajam
e. Buccal cusp terlihat dari aspek ini
f. Panjang mahkota mesial dan buccal hampir sama
g. Cervikal line lebih lurus dibandingkan dengan aspek buccal

3. Aspek mesial
a. Pada 1/3 mesial permukaan buccal terdapat lengkungan yang besar
b. Outline mahkota gigi ini sama dengan gigi molar 1 dan molar 2 tetap
rahang bawah
c. Mesio buccal cusp dan mesio lingual cusp dapat terlihat dari aspek
ini
d. Ukuran mesio bucal lebih besar dari ukuran mesio lingual
e. 1/3 cervikal sampai dengan puncak mesio lingual cusp datar
f. Apeks akar datar dan akan hampir persegi empat

4. Aspek Distal
a. Terdapat beberapa perbedaan dengan aspek mesial, yaitu pada 1/3
cervikal permukaan buccal, lengkungannya tidak begitu jelas
b. Panjang mahkota bagian buccal dan lingual hampir sama
c. Cervikal line memanjang lurus dalam arah bucco lingual
d. Kedua buah distal cusp tidak setinggi mesial cusp
e. Disto marginal ridge tidak selurus dan sebagus mesio marginal ridge
f. Akar distal lebih bulat dan lebih pendek mengecil di bagian apical

5. Aspek Oklusal
a. Bentuknya rhomboid
b. Mesio lingual cusp merupakan cusp yang paling besar dibandingkan
dengan cusp lain
c. Permukaan sebelah lingual datar dan lebar

Gambar 1.9 Molar 1 Mandibula


J. Molar 2 Mandibula
1. Aspek Bukal
a. Bentuk gigi ini merupakan molar 1 bawah tetap, kecuali dalam
ukuran mesio distal pada titik kontak lebih besar dari ukuran mesio
distal pada cervix
b. Mesio buccal groove dan disto bucca groove membagi permukaan
buccal menjadi 3 buah cusp yang hampir sama besarnya
c. Akar ramping, panjag dan melebar pada arah mesio distal tengah –
tengah akar dan 1/3 apical
d. Panjang akar dua kali panjang mahkota

2. Aspek Lingual
a. Mahkota menyempit ke arah lingual
b. Pada aspek ini terlihat 2 buah cusp yang di pisahkan oleh lingual
groove yang pendek
c. Besar kedua cusp lingual tidak selebar keiga buah cusp bucal
d. Cervical line terlihat lurus
e. Buccal cusp terlihat dari aspek ini

3. Aspek Mesial
a. Outline mahkota hampir sama dengan molar 1 bawah tetap
b. Perbedaannya puncak bucal lebih besar pada gigi sulung di
bandingkan dengan gigi tetap dan lebih menyempit ke arah occlusal
c. Letak buccal cusp terletak di atas akar dan garis luar lingual mahkota
d. Mesio lingual cusp dan mesio buccal cusp terihat pendek karena
marginal ridge tinggi
e. Lingual cusp lebih tinggi
f. Akar lebar, datar dengan aspek yang tumpul

4. Aspek Distal
a. Mahkota menyempit dari mesial ke distal
b. Mesio buccal cusp terlihat dari aspek ini
c. Disto lingual cusp baik perkembangannya
d. Dista marginal ridge lebih ke bawah dan lebih pendek dalam arah
bucco lingual di bandingkan dengan masial marginal ridge
e. Cervikal line lurus
f. Akar distal lebar dan datar seperti akar mesial dan mengecil ke apex

5. Aspek Oklusal
a. Bentuknya pertsegi panjang
b. Terlihat 3 buah cusp buccal dan 2 buah cusp lingual
c. Lebar mesio distal ketiga buah cusp buccal lebih lebar dari mesio
distal cusp lingual
d. Adanya triangular ridge yang berjalan dari puncak cusp tersebut

Gambar 1.10 Molar 2 Mandibula

2.2 Waktu Erupsi Gigi Sulung


Gambar 2.1 Tabel Urutan dan Kronologi Erupsi Gigi

Kalsifikasi gigi desidui dimulai pada usia 4 bulan intra uterin. Selama

proses perkembangan email dan dentin gigi dapat dijadikan sebagai perekam

biologis kesehatan dan penyakit. Setelah proses pembentukan mahkota gigi dan

pembentukan sebagian akar gigi, selanjutnya gigi akan menembus membran

mukosa kemudian gigi erupsi kedalam rongga mulut. Selanjutnya akar gigi akan

menjadi lebih aktif mengalami perkembangan dan mendorong mahkota gigi kearah

rongga mulut. Selanjutnya mahkota bergerak lebih jauh kearah oklusal dan

memposisikan gigi dengan gigi antagonisnya didalam rongga mulut.

Proses selanjutnya dilanjutkan dengan pembentukan akar gigi, dentin, dan

sementum. Pembentukan akar dimulai ketika gigi belum erupsi secara sempurna

didalam rongga mulut, setelah akar terbentuk lengkap kemudian sementum gigi

menutupi seluruh akar gigi. Selanjutnya terbentuk jaringan pulpa gigi yang

berfungsi memberikan pasokan darah dan saraf pada gigi. Pulpa gigi merupakan
organ yang berasal dari jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah arteri,

vena, sistem limpatik dan saraf, fungsi utamanya untuk membentuk dentin gigi.

Pembentukan gigi dikatakan lengkap saat ujung apikal gigi selesai terbentuk.

Proses ini akan terus berlangsung secara berlahan sepanjang kehidupan. Ketika gigi

baru erupsi, pulpa gigi terlihat lebar, kemudian akan mengecil seiring proses

pembentukan gigi selesai. Rongga pulpa akan menjadi lebih kecil dan menyempit

karena adanya pembentukan dentin sekunder. Perubahan ruang pulpa ini dapat

dihubungkan dengan pertambahan usia individu.

Gigi manusia bersifat diphyodont, gigi susu pada anak terbentuk 20 gigi

susu. Urutan erupsi gigi permanen serupa dengan gigi susu. Urutan erupsi molar

selalu sama, molar pertama pada usia 6 tahun. Molar kedua pada usia 12 tahun, dan

molar ketiga pada usia 18 tahun. Tuntasnya pembentukan gigi tetap menghasilkan

hingga 32 gigi permanen.

2.3 Sistem Penamaan Gigi (Nomenklatur)


Penamaan gigi berguna untuk memudahkan penulisan di rekam medis
kesehatan gigi pasien. Penamaan gigi merupakan representasi diagram gigi
yang menunjukkan seluruh permukaan gigi. Penamaan ini dapat menunjukkan
keadaan gigi pasien, gigi yang hilang, penanganan selanjutnya, penanganan
yang sudah dikerjakan, dan permukaan gigi berlubang maupun restorasi gigi.
Terdapat 1 garis horizontal yang merupakan garis oklusi (garis kunyah) dan 1
garis vertikal yang merupakan garis medan (garis tengah).
a. Sistem dua digit International Dental Federation (FDI)

Gambar 3.1 Penamaan Gigi Sistem FDI

Setiap gigi diidentifikasi dengan gabungan dua digit. Digit pertama


menunjukkan kuadran rahang, sedangkan digit kedua menunjukkan gigi
dalam kuadran tersebut. Kuadran diberi nomor 1 sampai 4 (gigi tetap), dan
5 sampai 8 (gigi sulung) dalam arah yang searah jarum jam dan dimulai dari
sisi kanan atas. Pada tiap kuadran, gigi diberi nomor dari garis median ke
belakang dari 1 sampai 8 (gigi tetap), dan 1 sampai 5 (gigi sulung). Digit
tersebut harus diucapkan terpisah, misalnya bagi kaninus permanen
diucapkan sebagai satu-tiga, dua-tiga, tiga-tiga, dan empat-tiga.

Gigi permanen :

Gigi sulung :

Sistem FDI memenuhi persyaratan dasar sebagai berikut ini, yaitu:

a. Sederhana untuk dimengerti dan diajarkan.


b. Mudah untuk diucapkan dalam perakapan dan dikte.
c. Mudah dikomunikasikan dalam cetakan dan dalam kawat.
d. Mudah dalam pengetikan.
e. Mudah diadaptasikan dalam kartu standar dalam praktik.

b. Sistem Zsigmondy-Palmer, ‘Chevron’ atau Set-square.


Penamaan sistem Zsigmondy-Palmer terdiri dari simbol yang
melambangkan kuadran gigi dan angka yang menunjukkan posisi gigi dari
garis tengah. Angka digunakan untuk penomeran gigi permanen dan angka
romawi digunakan untuk penomeran gigi sulung. untuk penulisan gigi susu,
Zsigmondy menggunakan angka romawi I sampai IV sedangkan Palmer
menggunakan huruf A sampai E.

Gambar 3.2 Penamaan Gigi dengan Sistem Zsigmondy-Palmer

Gigi permanen :
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 3.3 Penamaan Gigi Cara Palmer

Contoh:
P2 atas kanan = 5
I1 bawah kiri = 1

Gigi sulung :
V IV III II I I II III IV V
V IV III II I I II III IV V

Contoh:
P2 atas kanan = V
I1 bawah kiri = I

c. Penamaan American Dental Association (ADA)


Menghitung gigi nomer 1 dari atas kiri ke atas kanan sampai nomer
16 dan nomer 17 dari bawah kanan ke bawah kiri sampai nomer 32. Gigi
permanen menggunakan angka, dan gigi sulung menggunakan angka
romawi.
d. Penamaan Cara Applegate
Kebalikan dari penamaan ADA, Applegate menghitung gigi nomer
1 dari atas kanan ke atas kiri sampai nomer 16 dan nomer 17 dari bawah kiri
ke bawah kanan sampai nomer 32. Gigi permanen menggunakan angka, dan
gigi sulung menggunakan angka romawi.

Gambar 3.4 Penamaan Gigi Cara Applegate

Contoh:
P2 atas kanan = 4
I1 bawah kiri = 24

e. Cara Haderup
Penamaan Haderup menggunakan 2 kuadran, yaitu + untuk rahang
atas dan – untuk rahang bawah.
+ +
– –

Gigi permanen :
Premolar 2 atas kanan = 5 +
Insisivus 1 bawah kiri = – 1
Gigi sulung :
Caninus bawah kanan = 03 –
Molar 2 atas kiri = + 05
2.4 Perbedaan Gigi Sulung dan Gigi Permanen

Primary Teeth Permanent Teeth


General
Perkembangannya langsung dari Perkembangannya dimulai dari
dental lamina perpanjangan lamina dental lingual
atau distal.
Biasanya tidak dilindungi atau tertutup Dilindungi oleh kripta tulang
oleh kripta tulang
Semua gigi sulung erupsi hingga Semua gigi permanen kecuali molar
muncul ke rongga mulut pada usia 2,5 ke 3,erupsi hingga muncul ke rongga
- 3 tahun. Untuk penyempurnaan mulut pada usia 12-13 tahun.untuk
akar,dibutuhkan 1-1,5 / 2 tahun setelah penyempurnaan akar,biasanya selama
erupsi dimana pembentukan akar gigi 2-3 tahun setelah gigi erupsi. Akar
sulung sempurna pada usia 3-4 tahun sempurna pada umur 14-16 tahun

Semua gigi primer berkembang dan Gigi permanen berkembang di bidang


erupsi hampir di bidang horizontal dan yang berbeda.
menempati posisi yang lebih vertikal
di rahang.
Gigi sulung lebih kecil pada semua Ukuran gigi permanen Lebih besar
dimensi kira-kira sekitar setengah daripada gigi sulung
dibanding gigi permanen yang sesuai
kecuali gigi molar 2 bergantian
Hubungan antara gigi atas dan bawah Hubungan antar gigi atas dan bawah
adalah hubungan gigi-gigi. (edge-to- adalah intercuspal relation
edge )
Jumlah gigi : 20 Jumlah gigi : 32
a. Tidak dijumpai premolar a. Dijumpai premolar
b. 5 gigi tiap kuadran b. 8 gigi tiap kuadran
c. 2 insisivus, 1 caninus, 2 molars. c. 2 insisivus, 1 caninus, 2 premolars,
3 molars.
Gambar 4.1 Gigi Sulung

Gambar 4.2 Gigi Perrmanen


Mahkota Gigi
a. Warna gigi sulung lebih terang a. Warna lebih gelap,warna-keabu-
berwarna putih kebiruan. disebut abuan atau putih kekuningan.
juga gigi susu karena indeks b. Bands of retzius lebih banyak
biasnya sama dengan susu dijumpai
b. Bands of retzius sedikit dijumpai c. Dentinal tubules lebih teratur
c. Dentinal tubules kurang teratur d. Dentin lebih tebal daripada dentin
d. Ketebalan dentin gigi sulung gigi sulung
setengah dari ketebalan dentin gigi e. Dentin lebih padat dan lebih susah
permanen . untuk dipotong
e. Mudah patah dan lebih mudah f. Dijumpai Interglobular dentin
dipotong
g. Ada dentin sekunder
f. Tidak ada interglobular dentin
g. Tidak ada dentin sekunder
Cervical ridges lebih jelas Cervical ridges lebih rata.
terasa/terlihat terutama pada aspek
bukal molar pertama.

Cuspids ramping dan cenderung lebih Cuspids kurang kerucut daripada cusp
kerucut dari gigi sulung

Mahkota lebih lebar pada dimensi Mahkota gigi anterior lebih besar pada
mesiodistal dalam kaitannya dengan dimensi cervical -oklusal daripada
tinggi cervico-occlusal.Dimana mesiodistal. Ini memberi penampilan
tampilan Ini memberi penampilan lebih panjang pada gigi anterior.
berbentuk cangkir ke gigi anterior dan
bentuk pendek dan mencembung pada
molar.
Enamel lebih tipis dan kedalaman Enamel lebih tebal dan memiliki
konsisten sekitar 1 mm ketebalan ketebalan sekitar 2-3 mm.
sepanjang seluruh mahkota.
Supplemental grooves lebih banyak. Supplemental grooves sedikit
Tidak dijumpai mammelons Mammelons ada pada di tepi insisal
gigi yang baru erupsi
Bidang Occlusal relatif datar. Bidang Occlusal memiliki kontur
melengkung.
Permukaan buccal dan lingual dari Sedikit konvergensi permukaan bukal
molar bertemu pada permukaan dan lingual molar terhadap permukaan
oklusal sehingga memiliki occlusal oklusal.
table yang menyempit pada bidang
buccolingual.

Molar pertama lebih bulat dan sangat Memiliki sedikit penyempitan leher
sempit (terbatas dan berbentuk dan molar 1 ukurannya lebih besar
lonceng) secara cervical. Ukurannya dari molar ke-2.
lebih kecil dari molar ke-2.

Gambar 4.3

Gambar 4.4
Gambar 4.5

Gambar 4.6
Gambar 4.3 sampai 4.6 Perbedaan Gigi Sulung dan Gigi Permanen

Root
1. Akar lebih panjang dan lebih ramping 1. Akar lebih pendek dan lebih bulat
dibandingkan dengan ukuran mahkota dibandingkan dengan ukuran mahkota
2. Akar divergen dan menonjol ke luar 2. Akar molar 1 lebih banyak
untuk menampung tunas gigi permanen. konvergen

3. Furkasi lebih mengarah ke daerah 3. Furkasi lebih mengarah ke daerah apical


serviks sehingga batang akar lebih kecil. sehingga batang akar lebih besar.
4. Resorpsi fisiologis selama proses 4. Resorpsi fisiologis tidak terjadi sehingga
penanggalan gigi primer menyebabkan menyebabkan posisi foramen apikal dan
posisi foramen apikal bervariasi sesuai saluran akar tetap.
dengan usia.
Kunci untuk mengigat :

Pulpa
Volume pulpa lebih besar dibandingkan Volume pulpa kecil dibandingkan dengan
dengan volume gigi. volume gigi.

Tingginya tingkat seluler dan vaskularitas Rendahnya tingkat seluler dan


jaringan vaskularitas jaringan
Potensi perbaikan yang tinggi. Potensi perbaikan yang rendah.
Garis luar pulpa mengikuti DEJ lebih Garis luar pulpa tidak mengikuti DEJ
dekat dan tanduk akar mendekati lebih dekat dan tanduk akar menjauhi
permukaan luar. permukaan luar.
Tidak ada penyempitan serviks diantara Ada penyempitan serviks diantara pulpa
pulpa koronal dan saluran akar. koronal dan saluran akar.
Struktur gigi kurang rapat di sekitar pulp. Struktur gigi rapat untuk perlindungan dan
meningkatkan potensi perbaikan.
Ketebalan dentin lebih besar dari dinding Ketebalan dentin lebih kecil dari dinding
pulpa pada fosa oklusal molar. pulpa pada fosa oklusal molar.
Jumlah tubulus dentin lebih sedikit. Jumlah tubulus dentin sekitar 50.000 –
90.000 per mm2.
Saluran akar menyerupai pita. Radikal Saluran akar berdefinisi baik dan akarnya
pulpa tipis dan berliku-liku. sedikit.
Saraf berakhiri di pulpodental junction Saraf berjalan disepanjang tubulus dentin
dan cabangnya masuk ke tubulus dentin dan berakhir di dentinoenamel junction.
tetapi menjauhi dentinoenamel junction.

Kandungan Mineral
Enamel dan dentin kurang termineralisasi, Enamel dan dentin lebih banyak
sehingga waktu etching acid lebih banyak termineralisasi, sehingga waktu etching
untuk gigi sulung. acid berkurang.
Konten organik lebih banyak. Konten organik lebih sedikit.
Garis neonatal ada. Garis neonatal hanya ada pada gigi molar
1 permanen.
Dentin: Dentin:
a. Tubulus dentin kurang teratur. a. Tubulus dentin lebih teratur.
b. Tebalnya adalah setengah dari gigi b. Tebalnya adalah dua kali dari gigi
permanen. desidu.
c. Sel pembentuk dentin aktif secara c. Sel pembentuk dentin aktif secara
fungsional selama 360 hari. fungsional selama 700 hari.
d. Dentin interglobular tidak ada. d. Dentin interglobular ada.
e. Dentin kurang padat. e. Dentin lebih padat.

Ligament Periodontal
Area ligament periodontal sedikit. Area ligament periodontal banyak.
Lamina dura relative tebal Lamina dura relatif tipis.

Lainnya
Sementum sangat tipis dan dari tipe Terdapat sementum sekunder.
primer.
Lamina dura relative tebal Lamina dura relatif tipis.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dibandingkan dengan gigi permanen, gigi desidui memiliki dimensi
mahkota dan ukuran keseluruhan yang lebih kecil, serviks lebih menonjol
dengan menyempit di bagian leher gigi. Gigi desidui memiliki warna yang lebih
terang dibandingkan gigi permanen, di samping itu, diameter bukolingual gigi
molar desidui lebih kecil dibandingkan dengan gigi permanen.
Gigi manusia bersifat diphyodont, gigi desidui terbentuk sebanyak 20
gigi dimana setiap region berjumlah 5 gigi. Urutan erupsi gigi desidui dimulai
dari kalsifikasi yang dimulai pada usia 4 bulan intra uterin. Proses selanjutnya
dilanjutkan dengan pembentukan akar gigi, dentin, dan sementum. Urutan
erupsi gigi permanen serupa dengan gigi desidui. Urutan erupsi molar selalu
sama, molar pertama pada usia 4 tahun. Molar kedua pada usia 12 tahun da
molar ketiga pada usia 18 tahun. Tuntasnya pembentukan gigi tetap
menghasilkan 32 gigi permanen.
DAFTAR PUSTAKA

Daduk, Rushik. 2011. Essentials of Dentistry: Quick Review and Examination


Preparation. Gujarat India. Jaypee Brothers Medical Publishers.

Harshanur, Itjingningsih W. 2014. Anatomi Gigi Edisi 2. Jakarta. Buku Kedokteran


EGC.

http://www.columbia.edu/itc/hs/dental/d9903/lectures/lecture4.pdf

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/10048/Morfologi%20Gig
i%20Desidui.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai