Anda di halaman 1dari 34

BAB II

Nomenklatur Gigi Sulung


Sistem penomoran biasnya menggunakan singkatan. Dari sekian banyak sistem , 3 sistem
yang paling banyak digunakan adalah:
A. Universal Numbering System
Pada sistem ini menggunakan angka-huruf (1d-20d) untuk gigi sulung.
Gigi susu Keduapuluh gigi susu dinamakan seperti gigi permanen (1-20), kecuali
huruf d kecil yang ditambahkan pada akhiran setiap nomor untuk menandakan
deciduous. Gigi molar kedua maksila kanan #1d, sampai gigi molar kedua maksila
kiri #10d.
Namun, pada sistem yang sering digunakan kini untuk menentukan gigi susu
digunakan huruf besar A sampai T. gigi susu molar kedua maksila kanan disebut A ,
sampai gigi susu kedua molar mandibula kanan disebut T.

B. Metoda Palmer/Zygmondi
Metoda ini menggunakan simbol yang membedakan 4 kuadran. Disamping itu, juga
digunakan angka 1 sampai 8 untuk menentukan gigi central incisor permanen sampai
gigi molar ketiga. Huruf A sampai E, dengan simbol kuadran digunakan untuk
menunjukkan gigi desidui.

C. Sistem FDI
Federation Dentaire Internationale (FDI), sebuah organisasi kedokteran gigi
internasional, memperkenalkan sistem penomoran yang baru, yang merupakan usaha
untuk menstandardisasi bagi seluruh dunia. Sistem ini menggunakan sistem
penomoran dua angka, yang termasuk gigi permanen dan gigi susu. Angka pertama
menunjukkan kuadran.
1 - Permanent maxillary right quadrant
2 - Permanent maxillary left quadrant
3 - Permanent mandibular left quadrant
4 - Permanent mandibular right quadrant
5 - Deciduous maxillary right quadrant
6 - Deciduous maxillary left quadrant
7 - Deciduous mandibular left quadrant
8 - Deciduous mandibular right quadrant
Angka kedua menunjukkan gigi tertentu pada kuadran, seperti metoda Palmer untuk gigi
permanen (1-8). Gigi desidui pada kuadran diberi angka 1-5, angka nya meningkat dari
midline sampai bagian posterior.

Perbedaan Utama antara Gigi Susu dan Gigi Permanen


Gigi Susu memiliki ukuran serta mahkota yang lebih kecil. Cervical ridge nya juga lebih
menonjol, memiliki leher yang lebih sempit, memiliki warna yang lebih terang, dan akarnya
lebih membentang luas. Selain itu, diameter buccolingual gigi molar primer lebih kecil
dibanding gigi permanen.

1. Mahkota gigi susu anterior lebih luas secara mesiodistal dibanding panjang mahkota
daripada gigi permanen
2. Akar gigi susu anterior lebih sempit dan lebih panjang.
3. Akar dari gigi susu molar lebih panjang, lebih tipis dan lebih membentang. Bentangan
ini menyediakan tempat diantara akar untuk perkembangan mahkota gigi permanen.
4. Cervical ridge enamel pada gigi anterior lebih menonjol.
5. Mahkota dan akar dari gigi susu molar pada bagian servikal lebih tipis secara
mesiodistal.

6. Cervical ridge pada aspek bukal pada gigi susu molar lebih menonjol, terutama pada
molar pertama maksila dan mandibula.
7. Permukaan bukal dan lingual dari gigi susu molar lebih datar diatas kurvatur servikal
daripada gigi molar permanen, yang membuat permukaan oklusal menjadi sempit
8. Gigi susu biasanya kurang terpigmentasi dan lebih putih daripada gigi permanen.

Ruang Pulpa dan Saluran Pulpa


1. Lebar mahkota lebih besar dibanding root trunks dan serviks.
2. Enamel relatif lebih tipis dan memiliki lebar yang sesuai.
3. Ketebalan dentin diantara kamar pulpa dan enamel terbatas/tipis.
4. Pulp horn tinggi dan kamar pulpa besar.
5. Akar primer sempit dan panjang dibanding lebar dan panjang mahkota.
6. Akar gigi susu molar membentang dan mengecil sampai ke apikal.

MORFOLOGI GIGI SULUNG


Secara umum :
Gigi sulung keseluruhan berjumlah 20 (jumlah pada tiap rahang 10), terdiri dari 4
insisivus, 2 caninus, dan 4 molar pada tiap rahang.
Gigi sulung disebut juga gigi sementara, gigi susu, atau gigi bayi.
Molar 1 permanen erupsi pada umur 6 tahun, sebelum semua gigi sulung tanggal, di
distal molar 2 sulung.
Periode erupsi gigi sulung berakhir pada umur 2,5 tahun.
Molar sulung digantikan oleh premolar permanen.
Insisivus
1. Insisivus 1 maksila
A. Aspek labial

Diameter mahkota secara mesiodistal lebih besar daripada panjang servikoinsisal


(kebalikan dari I1 permanen)

Permukaan labial sangat halus dan sudut insisalnya hampir lurus

Garis pertumbuhan biasanya tidak terlihat

Akar berbentuk kerucut dengan sisi meruncing

Akar lebih panjang daripada mahkota (dibandingkan dengan I1 permanen)

B. Aspek lingual

Pada mahkota terlihat marginal ridge dan cingulum yang berkembang dengan baik

Cingulum memanjang cukup jauh menuju incisal ridge untuk membuat pembagian
concavity menjadi fossa mesial dan fossa distal

Akar menyempit secara lingual

Cross section dari akar outline-nya berbentuk agak segitiga, permukaan labial
membentuk sisi segitiga, permukaan mesial dan distal membentuk 2 sisi lainnya

C. Aspek mesial dan distal

Insisivus 1 sulung secara mesial dan distal berbentuk mirip

Ukuran mahkota pada 1/3 servikal berhubungan dengan panjang totalnya. Ukurannya
rata-rata 1 mm lebih kecil dari seluruh panjang mahkota secara servikoinsisal. Karena
ukuran mahkota yang pendek secara labiolingual, mahkota terlihat lebih tebal di 1/3
bagian tengah dan menipis pada 1/3 insisal

Cekungan pada garis servikal, yang menunjukkan cementoenamel junction (CEJ),


jelas dan berbentuk cekung menuju incisal ridge. Namun, cekungan ini tidak sebaik
gigi permanen

Cekungan servikal secara mesial lebih cekung dibandingkan distal

Akar terlihat lebih tumpul pada apeks, dibandingkan dengan aspek labial dan lingual

Permukaan mesial akar memiliki developmental groove atau concavitiy, sedangkan


permukaan distal cembung

D. Aspek insisal

Incisal edge relatif lurus

Permukaan labial lebih luas dan halus daripada lingual

Permukaan lingual melancip ke arah cingulum

Permukaan mesial dan distal relatif luas dan memiliki contact area yang baik dengan
gigi sebelahnya

2. Insisivus 2 maksila

Secara umum mirip dengan insisivus 1 maksila dari segala aspek, namun dimensinya
berbeda

Mahkota lebih kecil daripada insisivus 1 maksila dari segala arah

Panjang servikoinsisal pada lateral mahkota lebih besar daripada lebar mahkota
secara mesiodistal

Sudut distoinsisal mahkota lebih membulat dibandingkan dengan insisivus 1

Proposi akar lebih panjang daripada mahkota jika dibandingkan dengan insisivus 1

3. Insisivus 1 mandibula
A. Aspek labial

Mahkota rata dan tidak mempunyai developmental groove

Sisi mahkota mesial dan distal melancip dari contact area, dan mengecil pada serviks

Lebar mahkota lebih besar daripada panjangnya jika dibandingkan dengan gigi
permanen

Akar panjang dan melancip ke arah apeks (runcing) dan berukuran hampir 2 kali lipat
panjang mahkota

B. Aspek lingual

Marginal ridge dan cingulum terlihat jelas

1/3 bagian tengah dan 1/3 insisal dari permukaan lingual mahkota memiliki cekungan
tipis yang disebut fossa lingual

Bagian lingual mahkota dan akar bertemu sehingga lebih sempit ke akar lingual
(bukan ke labial)

C. Aspek mesial

Incisal ridge berpusat di tengah akar dan di antara punca kelengkungan mahkota,
secara labial dan lingual

Kecembungan dari garis luar servikal secara labial dan lingual di 1/3 servikal sama
jelasnya dengan insisivus sulung lainnya

Ukuran labiolingual lebih kecil 1 mm daripada insisivus 1 sulung

Permukaan mesial akar hampir rata dan melancip, apeks terlihat lebih tumpul
dibandingkan dengan aspek labial dan lingual

D. Aspek distal

Outline gigi kebalikan dari aspek mesial

Garis servikal mahkota kurang melengkung ke arah incisal ridge dibandingkan


permukaan mesial

Developmental depression biasanya ada di distal akar

E. Aspek insisal

Incisal ridge lurus dan membagi dua mahkota secara labiolingual

Outline mahkota menegaskan puncak pada puncak garis luar 1/3 servikal secara
labial dan lingual

Terdapat keruncingan ke arah cingulum pada sisi lingual

Permukaan labial berbentuk rata agak cembung, sedangkan permukan lingual


berbentuk rata agak cekung

4. Insisivus 2 mandibula

Outline dasar insisivus 2 mandibula sulung mirip dengan insisivus 1 sulung

Agak lebih besar secara keseluruhan, kecuali labiolingual

Cingulum insisivus 2 lebih generous daripada di insisivus 1

Permukaan lingual mahkota di antara marginal ridge lebih cekung

Incisal ridge condong ke slope secara distal sehingga contact area distal lebih rendah
secara apikal

Caninus

1. Caninus maksila
A. Aspek labial

Bentuk akar menyerupai insisivus maksila

Mahkota lebih menyempit di bagian serviks

Permukaan mesial dan distal lebih cembung

Memiliki cusp yang panjang, bekembang dengan baik, dan tajam

Cusp gigi sulung lebih panjang dan tajam daripada cusp gigi permanen

Jika digambar garis, garis yang digambar melalui contact area akan membagi dua
garis yang digambar dari serviks ke puncak cusp (pada caninus permanen, contact
area tidak berada pada level yang sama)

Jika cusp utuh, slope mesial lebih panjang daripada slope distal

Memiliki akar yang panjang, ramping, melancip, dan berukuran lebih dari 2 kali lipat
panjang mahkota

B. Aspek lingual

Ridge enamel bergabung satu sama lain, yang terdiri dari cingulum, marginal ridge
mesial dan distal, cusp ridge insisal, dan juga tubercle pada cusp tip yang merupakan
lanjutan dari ridge lingual yang menghubungkan cingulum dengan cusp tip

Lingual ridge mebagi permukaan lingual menjadi fossa mesiolingual dan fossa
distolingual

Akar gigi melancip secara lingual dan biasanya condong secara distal di atas 1/3
bagian tengah

C. Aspek mesial

Outline mirip insisivus sentral dan lateral

Ukuran pada 1/3 servikal lebih besar secara labiolingual

Peningkatan dimensi mahkota, yang berhubungan dengan lebar dan panjang akar,
meningkatkan resistensi terhadap gaya yang ditahan oleh gigi selama menjalankan
fungsinya

D. Aspek distal

Outline distal kebalikan dari aspek mesial

Kecekungan garis servikal ke arah cusp ridge lebih kecil daripada permukaan mesial

E. Aspek insisal

Mahkota berbentuk diamond

Sudut pada contact area mesial dan distal, cingulum pada permukaan lingual, 1/3
servikal atau enamel ridge pada permukaan labial lebih jelas dan kurang membulat
dibandingkan dengan caninus permanen

Puncak cusp terletak lebih ke distal

Slope cusp mesial lebih panjang daripada slope cusp distal

2. Caninus mandibula

Ukuran mahkota 0,5 mm lebih pendek dan akar 2 mm lebih lebih pendek

Ukuran root trunk lebih besar daripada contact area secara mesiodistal dibandingkan
dengan caninus maksila

Lebih tebal pada leher gigi

Berukuran lebih besar secara labiolingual

Cervical ridge secara labial dan lingual tidak terlalu jelas

Perbedaan outline dengan caninus maksila sangat terlihat pada aspek labial dan
lingual, slope cusp distal lebih panjang daripada slope mesial (kebalikan dari caninus
maksila) untuk intercuspation saat mastikasi

Molar

Semua molar sulung mempunyai permukaan bukal yang rata di atas cervical ridge

1. Molar 1 maksila

Ukuran yang kecil karena didesain untuk bagian premolar

A. Aspek bukal

Ukuran mahkota paling besar berada di contact area secara mesial dan distal

Mahkota berbentuk cekung ke arah serviks, ukuran serviks 2 mm lebih kecil daripada
ukuran contact area

Garis oklusal sedikit bergerigi tanpa bentuk cusp yang jelas

Permukaa bukal halus dan ada sedikit developmental groove

Dari aspek ini, ukuran relatif antara molar 1 dan molar 2 maksila sangat terlihat
(molar 1 lebih kecil daripada molar 2)

Akar ramping, panjang, dan menyebar luas. Ketiga akar terlihat dari aspek ini

Akar distal cenderung lebih pendek dari akar mesial

Bifurkasi akar dimulai hampir pada garis servikal (CEJ), yang termasuk trifurkasi,
dan merupakan karakteristik dari semua molar sulung baik maksila maupun
mandibula

B. Aspek lingual

Mahkota berpusat ke arah lingual

Cusp mesiolingual merupakan cusp yang paling menonjol, paling panjang dan paling
tajam

Cusp distolingual kecil dan membulat

Cusp distobukal dapat terlihat jika lebih panjang dan berkembang lebih baik daripada
cuspdistolingual

Memiliki 3 cusp

Ketiga akar dapat telihat dari aspek ini, akar lingual lebih panjang dari akar lainnya

C. Aspek mesial

Dimensi pada 1/3 servikal lebih besar daripada dimesi pada 1/3 oklusal

Cusp mesiolingual lebih panjang dan lebih tajam daripada cusp mesiobukal

Outline bukal pada 1/3 servikal terlihat cembung secara jelas, menjadi karakteristik
gigi ini yang menunjukkan overdevelopment pada area tersebut dibandingkan dengan
gigi lainnya

Garis servikal secara mesial menunjukkan kelengkungan ke arah oklusal

Akar mesiobukal dan lingual terlihat, akar distobukal terhalang akar mesiobukal

Akar lingual terlihat panjang, ramping, dan meluas secara lingual

Melengkung secara tajam di arah bukal di atas 1/3 bagian tengah

D. Aspek distal

Mahkota lebih sempit secara distal dan mesial, melancip ke arah ujung distal

Cusp distobukal panjang dan tajam, serta tidak berkembang dengan baik

Tonjolan yang terlihat secara mesial di 1/3 servikal tidak berlanjut secara distal

Garis servikal melengkung secara oklusal, atau memanjang lurus dari permukaan
bukal ke lingual

Ketiga akar dapat terlihat dari aspek ini, namun akar distobukal terhalang akar
mesiobukal sehingga hanya permukaan dan apeks bukal yang terlihat

Titik bifurkasi dari akar distobukal dan lingual dekat dengan CEJ

E. Aspek oklusal

Jarak antara line angle mesiobukal dan distobukal lebih besar daripada line angle
mesiolingual dan distolingual sehingga outline mahkota berpusat kelingual

Jarak antara line angle mesiobukal dan mesiolingual lebih besar daripada line angle
distal sehingga outline mahkota berpusat ke distal

Mempunyai central fossa. Mesial triangular fossa berada di dalam marginal ridge
mesial dengan sebuah pit mesial dan sulkus serta central groove yang
menghubungkan 2 fossa

Developmental groove bukal membagi cusp mesiobukal dan cusp distobukal secara
oklusal

Supplemental groove terletak 1 di lingual, 1 di bukal, dan 1 ke arah marginal ridge

Terkadang molar 1 maksila memiliki triangular ridge yang jelas yang


menghubungkan cusp mesiolingual dan cusp distobukal, disebut oblique ridge.
Namun, di gigi molar 1 maksila lain, ridge ini tidak jelas, central developmental
groove memanjang dari mesial pit ke distal developmental groove. Distoocclusal
groove selalu terlihat, dapat atau tidak dapat memanjang ke permukaan lingual,
meng-outline cusp distolingual

Marginal ridge distal tipis dan tidak berkembang dengan baik dibandingkan dengan
mesial

2. Molar 2 maksila
A. Aspek bukal

Mirip dengan molar 1 maksila permanen, tetapi lebih kecil

Terlihat 2 cusp bukal yang jelas dengan developmental groove bukal di antara cusp
tersebut

Mahktota sempit di serviks dibandingkan dengan ukuran mesiodistal di contact area

Mahkota lebih besar daripada molar 1 sulung

Akar ramping, namun lebih panjang dan lebih berat daripada akar molar 1 maksila

Titik bifurkasi antara akar bukal dekat dengan garis servikal mahkota

2 cusp bukal berukuran dan mengalami perkembangan yang hampir sama


dibandingkan dengan molar 1 sulung maksila

B. Aspek lingual

Terlihat cusp mesiolingual yang besar dan berkembang dengan baik, cusp
distolingual yang berkembang dengan baik, dan cusp tambahan ketiga yang disebut
tubercle of Carabelli atau cusp kelima

Developmental groove yang jelas memisahkan cusp mesiolingual dari cusp


distolingual yang meng-outline cusp kelima

Ketiga akar terlihat dari aspek ini, akar lingual besar dan tebal daripada 2 akar
lainnya dan memiliki panjang yang sama dengan akar mesiobukal

C. Aspek mesial

Mahkota terlihat pendek karena lebar secara bukolingual dibandingkan dengan


panjangnya

Mahkota 0,5 mm lebih panjang dari molar 1 sulung, namun 1,5 hingga 2 mm lebih
besar secara bukolingual

Akar 1,5 hingga 2 mm lebih panjang

Cusp mesiolingual dan cusp tambahan terlihat besar daripada cusp mesiobukal yang
terlihat lebih pendek dan tajam

Ada lengkungan kecil pada garis servikal, biasanya hampir lurus dari aspek bukal ke
lingual

Akar mesiobukal dari aspek ini besar dan rata, memanjang secara lingual jauh
melampaui mahkota

Akar lingual agak memiliki kelengkungan yang sama dengan dm1

Titik bifurkasi akar mesiobukal dan akar lingual 2 hingga 3 mm apikal ke garis
servikal mahkota

Cusp mesiolingual terletak tepat di bawah bifurkasi antara akar mesiobukal dan
lingual

Kelengkungan sangat terlihat ke arah lingual di daerah servikal

D. Aspek distal

Ukuran mahkota distal lebih kecil dari ukuran mesial

Outline mahkota secara lingual halus dan membulat, sedangkan secara bukal outline
hampir lurus dari puncak kelengkungan hingga ke cusp bukal

Cusp distobukal dan distolingual sama panjang

Garis servikal lurus, sama seperti di mesial

Ketiga akar terlihat dari aspek ini, meskipun akar mesiobukal hanya terlihat sebagian
karena terhalang akar distobukal

Akar distobukal lebih pendek dan sempit daripada akar lainnya

Titik bifurkasi antara akar distobukal dan distolingual lebih ke arah apikal
dibandingkan dengan titik bifurkasi lain, serta lebih berada di tengah di atas mahkota
dibandingkan dengan akar mesiobukal dan lingual

E. Aspek oklusal

Terlihat menyerupai molar 1 permanen

Agak rhomboid serta memiliki 4 cusp yang berkembang dengan baik dan 1 cusp
tambahan: cusp mesiobukal, distobukal, mesiolingual, distolingual, dan cusp kelima

Permukaan bukal cukup rata, developmental groove antar cusp tidak begitu terlihat
seperti molar 1 permanen

Memiliki central fossa, dengan 1 central pit, mesial triangular fossa yang jelas,
mesial marginal ridgedan mesial pit di tengahnya

Terdapat central groove di bawah sulkus, menghubungkan mesial triangular fossa


dengan central fossa

Developmental groove bukal memanjang ke bukal dari central pit, memisahkan


triangular ridge, dan sering terlihat supplemental groove

Oblique ridge menonjol dan menghubungkan cusp mesiobukal dengan cusp


distobukal,

Bagian distal oblique ridge terdapat distal fossa sebagai pelabuhan distal
developmental groove

Distal groove memiliki cabang supplemental groove dalam distal triangular fossa,
membatasi cusp mesiolingual dan distolingual, dan berlanjut ke permuukaan lingual
menjadi lingual developmental groove

Distal marginal ridge berkembang sama baik dengan mesial marginal ridge

3. Molar 1 mandibula

Tidak menyerupai gigi lain, baik permanen maupun sulung sehingga terlihat asing

A. Aspek bukal

Outline mesial mahkota hampir lurus dari contact area ke serviks, mahkota sedikit
menyempit di serviks

Bagian distal mahkota lebih pendek daripada mesial, garis servikal menurun ke arah
apikal ketika bergabung dengan akar mesial

2 cusp bukal agak berbeda, tidak ada developmental groove di antara cusp tersebut,
cusp mesial lebih besar daripada cusp distal, sebuah developmental depression
memanjang di atas permukaan bukal dan membagi cusp

Akar panjang dan ramping, sangat menyebar pada 1/3 apikal melebihi outline
mahkota

Pada aspek ini terlihat bentuk gigi yang asing dan tidak biasa

Jika digambar garis dari bifurkasi akar hingga permukaan oklusal, gigi ini akan
terbagi rata secara mesiodistal

Bagian mesial mahkota hampir 2 kali lipat tinggi 1/2 bagian distal, dan bagian mesial
akar 1/3 dari bagian distal

B. Aspek lingual

Cusp distolingual membulat

Terdapat developmental groove antara cusp distolingual dan cusp mesiolingual

Cusp mesiolingual panjang dan tajam pada pit jika dibandingkan cusp lainnya,
hampir berpusat ke arah lingual sejajar dengan akar mesial

Mesial marginal ridge berkembang sangat baik sehingga terlihat seperti titik puncak
kecil pada lingual

Terlihat bagian dari 2 cusp bukal

Panjang mahkota secara distal dan mesial lebih seragam dibandingkan pada aspek
bukal

Garis servikal lebih lurus

C. Aspek mesial

Sangat terlihat lengkungan yang ekstrem ke arah bukal pada 1/3 servikal

Outline mahkota menyerupai aspek mesial molar 2 sulung dan molar permanen
mandibula

Cusp bukal terletak di atas dasar akar, dan outline lingual mahkota memanjang ke
arah lingual melebihi batas dasar akar

Terlihat cusp mesiobukal dan mesiolingual, serta mesial marginal ridge

Mahkota mesiobukal lebih panjang daripada mesiolingual sehingga garis servikal


condong ke atas bukolingual

Outline bukal rata dari puncak kelengkungan permukaan bukal di 1/3 servikal hingga
cusp tip mesiobukal

Outline bukal dan lingual akar lurus dari mahkota, sedikit melancip pada 1/3 apikal

Ujung akar rata dan hampir persegi

Developmental depression biasanya memanjang hampir seluruh panjang akar pada


sisi mesial

D. Aspek distal

Berbeda dengan aspek mesial

Garis servikal tidak menurun ke arah bukal, memanjang hampir lurus ke arah
bukolingual

Panjang mahkota secara bukal dan lingual seragam

Distal marginal ridge tidak selurus dan tidak sejelas mesial marginal ridge

Akar distal lebih membulat, lebih pendek, dan melancip ke arah apikal

E. Aspek oklusal

Outline rhomboid

Cusp mesiobukal terlihat paling besar dan berkembang paling baik dari semua cusp
dan memiliki permukaan luas dan lurus ke arah lingual

Buccal developmental groove pendek, memanjang dari cusp ridge bukal ke titik
tengah outline mahkota di central pit, dan membagi 2 cusp bukal

Central developmental groove bergabung dengan buccal developmental groove di


titik tengah outline mahkota di central pit dan memanjang ke arah mesial,
memisahkan cusp mesiobukal dan cusp mesiolingual

Central groove berakhir di mesial pit di mesial triangular fossa

2 supplemental groove bergabung dengan developmental groove di tengah mesial


triangular fissa, 1 supplemental groove memanjang ke arah bukal dan 1 lainnya
memanjang ke arah lingual

Pada cusp mesiobukal terlihat triangular ridge yang jelas

Lingual developmental groove memisahkan cusp mesiolingual dan cusp mesiodistal,


biasanya berakhir di persimpangan lingual cusp ridge

4. Molar 2 mandibula

Memiliki karakteristik menyerupai molar 1 permanen mandibula, namun ukurannya


berbeda

A. Aspek bukal

Daerah servikal lebih sempit daripada mahkota pada contact level secara mesiodistal

Developmental groove mesiobukal dan distobukal membagi permukaan bukal


mahkota menjadi 3 bagian cusp sama besar

Permukaan bukal lurus sehingga terlihat cusp mesiobukal, bukal, dan distobukal

Akar terlihat ramping dan panjang, menyebar ke arah mesiodistal pada 1/3 bagian
tenga dan apikal, dan dapat berukuran 2 kali lipat panjang mahkota

Titik bifurkasi berada hanya sedikit di bawah CEJ

B. Aspek lingual

2 cusp berukuran hampir sama dengan lingual groove yang pendek di antara cusp
tersebut

2 lingual cusp tidak sama luas dengan 3 cusp bukal sehingga mahkota menyempit ke
arah lingual

Garis servikal relatif lurus dan mahkota memanjang di atas akar lebih ke arah distal
daripada mesial

Bagian mesial mahkota terlihat lebih tinggi daripada bagian distal

Ketiga cusp bukal terlhat dari aspek ini

Akar yang terlihat dari aspek ini hampir sama dengan yang terlihat dari aspek bukal

C. Aspek mesial

Outline menyerupai molar 1 pemanen mandibula

Puncak kelengkungan ke arah buka lebih menonjol dan terlihat menyempit ke oklusal
akrena permukaan bukal yang rata di atas cervical ridge

Cusp bukal berada di atas akar dan outline lingual mahkota memanjang melebihi
garis akar

Marginal ridge tinggi sehingga cusp mesiobukal dan cusp mesiolingual terlihat agak
pendek

Cusp lingual lebih panjang atau lebih tinggi daripada cusp bukal

Garis servikal teratur, namun memanjang ke atas ke arah bukolingual sehingga


panjang cusp bukal dan lingual berbeda

Akar mesial luas dan rata dengan apeks yang tumpul dan terkadang bergerigi

D. Aspek distal

Mahkota tidak seluas mesial sehingga dapat terlihat cusp distobukal dan mesiobukal

Cusp distobukal berkembang dengan baik, triangular ridge dari cusp tip memanjang
ke bawah menuju permukaan oklusal di atas distal marginal ridge

Distal marginal ridge menurun lebih tajam dan lebih pendek secara bukolingual
daripada mesial marginal ridge

Garis servikal mahkota teratur, namun condong ke atas ke arah bukolingual seperti
pada aspek mesial

Akar distal hampir seluas akar mesial dan rata di permukaan distal, serta melancip
lebih ke arah apikal daripada akar mesial

E. Aspek oklusal

Agak rectangular

Ketiga cusp bukal berukuran sama, kedua cusp lingual juga berukuran sama, namun
lebar total cusp lingual secara mesiodistal lebih kecil daripada lebar cusp bukal
secara mesiodistal

Triangular ridge jelas dan memanjang ke arah oklusal dari tiap cusp tip, berakhir di
tengah mahkota secara bukolingual di central developmental groove

Distal triangular fossa tidak sejelas mesial triangular fossa

Developmental groove bercabang dari central groove ke arah bukal dan lingual,
membagi cusp

2 buccal groove bertemu dengan buccal developmental groove di permukaan bukal, 1


di mesial dan 1 di distal

1 lingual developmental groove bertemu dengan lingual groove pada permukaan


lingual mahkota

Supplemental groove terdapat di slope triangular ridge serta di mesial dan distal
triangular fossa

Marginal ridge mesial berkembang lebih baik dan lebih terlihat daripada distal

Outline mahkota berpusat ke distal

Perbedaan dengan molar 1 pemanen adalah cusp mesiobukal, distobukal, dan distal
pada molar sulung berukuran dan berkembang hampir sama, sedangkan cusp distal
pada molar permanen lebih kecil daripada 2 cusp lainnya. Karena cusp bukal yang
kecil, mahkota gigi sulung lebih sempit secara bukolingual daripada mesiodistal jika
dibandingkan dengan gigi permanen

RADIOGRAFIS PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN GIGI


1. Gigi dan rahang sewaktu lahir

2.

Gigi dan rahang anak usia 3,5 tahun


Gigi deciduous sudah berada di rongga mulut, terlihat
pembentukan molar

3.

Gigi dan rahang anak usia 6 tahun


Molar 1 sudah berada di rongga mulut, gigi permanen dari
incisive,

canine,

dan

premolar

sudah

terbentuk.

Sedangkan molar 2 masih mengalami odontogenesis.


Pada usia 7 tahun gigi permanen 34 dan 35 anak
perempuan

memperlihatkan

mahkota

gigi

yang

berkembang sepenuhnya dan apeks dari gigi 36 belum


berkembang sepenuhnya.

4.

Gigi dan Rahang anak usia 9 tahun gigi incisive sudah erupsi, terdapat perkembangan
pada odontogenesis molar2. Pada anak kecil laki-laki
telah menunjukan ekstraksi awal dari gigi 74 dan 75.
Perkembangan akar telah dimulai pada premolar (gigi 35)

5. Gigi dan rahang anak usia 11 tahun.


Gigi anterior seluruhnya merupakan gigi permanen,
premolar 1 dan 2 juga sudah berada di rongga mulut. Molar
2 sudah terlihat akarnya.

6. Gigi dan rahang remaja usia 15 tahun.


Molar 2 sudah berada di rongga mulut, pertumbuhan molar
3 sudah terlihat jelas.

7. Gigi dan rahang remaja usia 17 tahun. Pembentukan crowne molar 3 sudah jelas.
8. Gigi dan rahang dewasa umur 20 tahun. Molar 3 sudah terbentuk akarnya dan siap keluar
menuju rongga mulut.

MUKOSA ORAL

Yaitu jaringan lunak yang melapisi rongga mulut. Mukosa oral terdiri dari lapisan epitelium
dan lamina propria yang dibatasi oleh membran yang disebut membran basal. Berada di atas
lapisan submukosa dan otot atau tulang.

A. Lapisan Epitelium
Merupakan lapisan paling luar (superfisial) dari mukosa mulut. Tersusun dari sel-sel epitel
pipih berlapis (squamous), tidak memiliki pembuluh darah, dan berfungsi melindungi
jaringan di bawahnya. Lapisan epitelium terdiri dari:
1. Stratum corneum (keratin layer)
Bedasarkan keberadaan dan jenis keratin yang dimiliki, lapisan epitelium dibagi menjadi:
a. Epitelium terkeratinasi
i. Orthokeratinezed/Keratinized: sel mati, nukleusnya udah ga keliatan
ii. Parakeratinized: beberapa sel mati tanpa nukleus, dan beberapa sel mati dengan
nukleus berkerut
b. Epitelium tidak terkeratinasi: selnya sehat-sehat aja, berarti lapisan epiteliumnya
gapunya stratum corneum.

2. Stratum granulosum (granular layer): Punya granula yang disebut keratohyalin granula
dan lapisannya tebal.
3. Stratum spinosum
4. Basal layer
Memiliki sel berbentuk kuboid

B. Lamina Propria
Lamina propria merupakan jaringan ikat longgar di bawah lapisan epitelium. Di lamina
propria ada pembuh darah, syaraf, kolagen, fibroblas, PMN, sel mast, makrofag, dan limfosit.
Lamina propria terdiri dari dua lapisan bebeda yaitu:
1. Papillary layer: terdapat pemuluh darah
2. Dens fibrous layer: serat kolagen yang tersusun paralel
C. Jenis Mukosa Oral
1. Lining mucosa: epitelium tebal, tidak terkeratinasi, jaringan ikat teridiri dari serat
kolagen dan serat elastin.
2. Masticatory mucosa: epitelium tipis, terkeratinasi, jaringan ikat terdiri dari serat
kolagen
3. Specialized mucosa: epitelium tebal, terkeratinasi, bentuknya berupa tonjolan-tonjolan
(papila)

STRUKTUR MIKROSKOPIK MUKOSA ORAL

A. Bibir dan Pipi


Mukosanya berupa lining mucosa. Berwarna pink kemerahan karena banyak pembuluh darah.
Bibir bagian dalam (mukosa labial) tidak dilapisi zat tanduk dan di bawah lamina proprianya
terdapat kelenjar saliva minor. Bibir bagian luar (rubrum labii) dilapisi zat tanduk dan di
bawah lamina proprianya terdapat kelenjar keringat. Area bibir dan kulit wajah dibatasi oleh
zona vermillion.

B. Palatum
1. Palatum mole
Termasuk lining mucosa. Lapisan epitelium tipis dan lamina propria tebal. Warnanya merah
muda kekuningan karena pembuluh darah di lamina propria dan jaringan adiposa di lapisan
submukosa. Permukaannya lembab karena ada kelenjar saliva minor di lapisan submukosa.

2. Palatum durum
Mukosanya termasuk masticatory mucosa. Berwana merah muda dan bersifat kaku. Cuma
bagian lateral palatum durum yang punya lapisan submukosa jadi bagian lateral lebih lunak.
Bagian anterior dari palatum durum lateral (daerah belakang caninus dan premolar) punya
jaringan adiposa sementara bagian posterior dari palatum durum lateral (daerah belakang
molar) punya kelenjar saliva minor. Area palatum durum yang gapunya submukosa, lamina
proprianya langsung nempel ke tulang. Perbatasan antara palatum durum di bagian anterior
dan palatum mole di bagian posterior disebut sutura palatine.

C. Lidah
Lidah merupakan otot lurik yang dilapisi oleh oral mukosa berupa masticatory mucosa dan
specialized mucosa. Sulkus terminalis membagi lidah menjadi 2/3 bagian anterior dan 1/3
bagian posterior. Bagian anterior bisa lebih banyak gerak dibanding bagian posterior karena
punya otot lurik lebih banyak dari jaringan adiposa.
Jenis papila di lidah yaitu filiform, fungiform, foliata, dan sirkumvalata. Sementara jenis
papila yang bisa buat ngecap (punya taste bud) yaitu fungiform, foliata, dan sirkumvalata.

Anda mungkin juga menyukai