Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 1 MODUL 6

Kelompok 2
Tutor: drg. Dedi Sumantri MDSc
Ketua: Dian Lestari
Sekretaris: Mebby Putri Insani dan Nurhayati

Nama Anggota:
Khairani Putri Nabillah
Rahmatul Sakinah
Tri Wahyuni Fajriah
Zhafirah Muharani Nasution
Claudia Florencita
Salsabilla Septia Irsyadi
Annisa Syifa Fauzia

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ANDALAS
2015

MODUL 6
Profesi Kesehatan
SKENARIO 6
Dirujuk?

Yani mengantar adiknya ke poli gigi FKG Unand dengan keluhan gigi molar 3 yang baru
erupsi dan sangat sakit. Setelah melakukan anamnesa dan pemeriksaan dokter yang sedang
bertugas menjelaskan kepada pasien kalau kasus tersebut dirujuk ke bagian Bedah Mulut.
Setelah diperiksa oleh drg. Rani dibagian Bedah Mulut gigi dan dilakukan pemeriksaan radiologi
gigi tersebut indikasi untuk odontektomi.
Sebelum melakukan tindakan drg. Bedah Mulut membuat informed consent. Selama
melakukan tindakan tersebut banyak sekali tenaga kesehatan lain yang terlibat. Drg. Rani tertarik
dengan kasus tersebut dan menyampaikannya pada seminar ilmiah yang diadakan organisasi
profesi dokter gigi. Bagaiamana saudara membantu drg. Rani ?

Langkah Seven Jumps :


1. Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-hal yang
dapat menimbulkan kesalahan interpretasi
2. Menentukan masalah
3. Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior knowledge
4. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan dan mencari
korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen untuk membuat solusi secara
terintegrasi
5. Memformulasikan tujuan pembelajaran/ learning objectives
6. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain
7. Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh

URAIAN
Langkah I
Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-hal yang dapat
menimbulkan kesalahan interpretasi.

Erupsi

:Pertumbuhan dari tulang alveolar menembus gigi


Gerakan normal gigi kearah rongga mulut dari posisi pertumbuhannya
dalam tulang alveolar
Anamnesa
:Suatu kegiatan wawancara antara dosen dan pasien untuk
memperoleh keterangan tentang keluhan dan penyakit pasien
Radiologi
: Ilmu mengenai diagnosa dan menetapkan suatu penyakit dengan sinar X
Odontektomi
: Proses operasi pada gigi yang tidak dapat tumbuh sempurna (impaksi)
biasanya terjadi pada geraham bungsu (M3)
Informed Consent :Persetujuan tindakan medis yang diberikan untuk pasien/walinya
melakukan tindakan medis

Langkah II
Menentukan masalah
1.
2.
3.
4.

Bagaimana proses terjadinya erupsi pada gigi ?


Apa saja cara-cara dalam melakukan anamnesa ?
Apakah anamnesa diperlukan sebelum menangani suatu kasus ?
Apa saja macam-macam dari rujukan ?

5. Apa manfaat dari sistem rujukan ?


6. Apa saja tata cara pelaksanaan Informed Consent ?
7. Apa syarat dari Informed Consent ?
8. Apa tujuan dari Informed Consent ?
9. Apa tujuan dilakukan odontektomi ?
10. Apa yang harus dilakukan seorang dokter sebelum melakukan tindakan medis ?
11. Apa saja macam profesi kesehatan ?
12. Apa saja ikatan keahlian dan ikatan peminatan yang ada di PDGI ?

Langkah III
Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior knowledge
1. Proses terjadinya erupsi pada gigi dikarenakan sudah waktunya gigi untuk tumbuh karena
bertambahnya usia
2. Cara-cara dalam melakukan anamnesa :
o Menanyakan langsung pada pasien (Autoanamnesa)
o Menanyakan pada keluarga/wali (Alloanamnesa)
3. Anamnesa diperlukan sebelum menangani kasus, karena :
o Untuk mengetahui keluhan utama pasien
o Harus tau apa saja penyakit yang diderita sehingga bisa menangani dan menetukan
penyakitnya
o Untuk keselamatan pasien
o Bisa bertanya mengenai riwayat penyakit dan mengetahui bagaimana cara menanganinya
4. Macam-macam rujukan :
o Rujukan medik
: Penyembuhan penyakit
o Rujukan kesehatan : Pencegahan awal (antisipasi)
5. Manfaat dari sistem rujukan :
o Lebih teratur dan jelas
o Penanganan pasien bisa lebih khusus
o Untuk mendapatkan tindakan medis yang sesuai dan tepat dari penyakit pasien
tersebut
o Untuk mengetahui tahap-tahap tindakan pengobatan pasien
6. Tata cara pelaksanaa Informed Consent :
o Dinyatakan secara tertulis/lisan
o Dokter memiliki kewajiban untuk memberi tahu pasien mengenai hal-hal apa saja yang
diberikan dalam tindakan medis
o Saat melakukan persetujuan, pasien harus berumur minimal 20 tahun
o Bentuk persetujuan yang diberikan harus sesuai dengan semua poin Informed Consent
yang telah ditetapkan
o Pasien berhak bertanya tentang segala hal yang menyangkut tindakan medis yang
dilakukakn
o Semua informasi harus didapatkan pasien sebelum tindakan medis dilakukan

o Proses persetujuan medis bisa dilakukan oleh dokter apabila pasien dalam keadaan
darurat/walinya tidak ada
7. Syarat Informed Consent :
o Dokter memberi penjelasan secara rinci tentang tindakan medis yang akan dilakukan
pada pasien
o Harus disetujui oleh pasien/keluarga pasien
o Pasien dan keluarga harus bisa menerima hasil dari tindakan medis
8. Tujuan dari Informed Consent :
o Agar keluarga bisa lebih percaya dan aman terhadap tindakan medis dalam
penanganan pasien, karena sudah dijelaskan terlebih dahulu
o Untuk melindungi pasien terhadap tindakan yang tidak sesuai dengan persetujuan
o Agar tindakan medis dapat terlaksana
o Memberi perlindungan hukum kepada dokter
o Untuk mendapat persetujuan dari pasien/wali atas tindakan medis yang akan dilakukan
dokter
o Untuk menghindari kesalahpahaman antara pasien dan dokter
9. Tujuan dilakukan odontektomi :
o Agar gigi tetangga tidak terganggu
o Agar tidak merubah posisi gigi tetangga
o Agar tidak terjadinya infeksi
o Menghilangkan rasa sakit karena adanya karies yang disebabkan pergesekan antar gigi
10. Tindakan seorang dokter sebelum melakukan tindakan medis :
o Dokter melakukan diagnosis
o Dokter mengirim rujukan kepada yang ahlinya (berdasarkan kompetensi)
o Dokter melakukan anamnesa
o Dokter terlebih dahulu memeriksa secara menyeluruh kepada pasien
o Dokter harus menjelaskan penyakit apa yang diderita pasien dan tindakan medis apa
saja yang akan dilakukan
o Dilakukan persetujuan kepada pasien untuk tindakan medis selanjutnya
11. Macam-macam profesi bidang kesehatan :
o Dokter gigi
o Dokter umum
o Dokter spesialis
o Perawat
o Bidan
o Teknisi medis
o Radiographer
o Apoteker
o Asisten apoteker
o Ahli gizi
o Psikolog
o Dokter hewan
o Sanitarian

o Terapi medis
o Laboran
12. Ikatan keahlian dan ikatan peminatan yang ada di PDGI :
o Persatuan Ahli Bedah Mulut dan Maksilofasial (PABMI)
o Ikatan Ortodontia Indonesia
o Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia (IDGAI)
o Ikatan Prostodontia Indonesia (IPROSI)
o Ikatan Konservasi Gigi Indonesia (IKORGI)
o Ikatan Penyakit Mulut Indonesia (IPMI)
o Ikatan Periodontologi Indonesia (IPERI)
o Ikatan Radiologi Kedokteran Indonesia (IKARGI)
o Ikatan Profesi Kesehatan Gigi dan Mulut (IPKESGIMI)
o Ikatan Peminatan Odontologi Forensik Indonesia (IPOFI)
o Ikatan Profesi Ilmu Material dan Alat Kedokteran Gigi Indonesia (IPAMAGI)
o Ikatan Peminat Kedokteran Gigi Implan Indonesia (IPKGII)
o Perhimpunan Biologi Oral Indonesia (PBOI)
o Ikatan Kedokteran Gigi Estetik Indonesia (IKGEI)
o Ikatan Spesialisasi Patologi Mulut dan Maksilofasial Indonesia (ISPAMMI)
o Ikatan Prostodonsia Indonesia (IPROSI)

Langkah IV
Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan dan mencari korelasi
dan interaksi antar masing-masing komponen untuk membuat solusi secara terintegrasi.
Skema
Adik Yani

Gigi
Radiologi
Spesialis
Poli
Dirujuk
Molar
Gigi Pemeriksaa
Erupsi
Bedah
FKG 3
n

Anamnesa

Informed
Consent

Odontektom
i

Langkah V
Memformulasikan tujuan pembelajaran
1. Mahasiswa mampu memahami dan mejelaskan klasifikasi profesi kesehatan beserta
organisasinya
2. Mahasiswa mampu dan menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan sebelum tindakan
medis (Anamnesa, Sistem rujukan, dan Informed consent)
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan hak, kewajiban dan tugas seorang
dokter/dokter gigi

Langkah V
Memformulasikan tujuan pembelajaran
Langkah VII
Sintesa dan uji informasi yang diperoleh

1. Klasifikasi profesi kesehatan beserta organisasinya


No
1.

2.

3.

4.
5.

Kelompok
Tenaga Jenis
Tenaga Organisasi Profesi
Kesehatan
Kesehatan
Tenaga Medis
Dokter
Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
Dokter Gigi
Persatuan Dokter Gigi Indonesia
(PDGI)
Tenaga Keperawatan
Perawat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI)
Perawat Gigi
Persatuan Perawat Gigi Indonesia
(PPGI)
Perawat Anastesi Ikatan Perawat Anastesi Indonesia
(IPAI)
Tenaga Kefarmasian
Apoteker
Ikatan Apoteker Indonesia (IAI)
Asisten Apoteker Persatuan Ahli Farmasi Indonesia
(ISFI)
Analis Farmasi
Persatuan Ahli Teknik Laboratorium
Kesehatan Indonesia (PATELKI)
Tenaga Gizi
Nutrisionis dan Persatuan
Ahli
Gizi
Indonesia
Dietisien
(PERSAGI)
Tenaga
Keteknisan Radiografi
Persatuah Ahli Radiografer Indonesia
Medis
(PARI)
Teknisi Gigi
Persatuan Teknik Gigi Indonesia
(PTGI)
Teknisi
Ikatan Teknik Elektromedik Indonesia
Elektromedis
(IKATEMI)
Refraksionis
Ikatan Refraksionis Optisien Indonesia
Optisien
(IROPIN)
Perekam Medis
Perhim Profesi Perekam Medis dan
Informasi
Kesehatan
Indonesia
(PORMIKI)
Ortotik Prostetik Ikatan Ortotik Prostetik Indonesia
(IOPI)

6.
7.

Ahli
Fisika
Medik
Paramedik
Transfusi Darah
Tenaga Kebidanan
Bidan
Tenaga
Kesehatan Epidiomolog
Masyarakat
Kes.
Entomolog Kes.
Sanitarian
Penyuluh Kes.

8.

Tenaga
Fisik

Ikatan Ahli Fisika Medik (IKAFMI)


Ikatan Paramedik Teknologi Transfusi
Darah Indonesia (IPPTDI)
Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
Perhimpunan
Ahli
Epidiomolog
Indonesia (PAEI)
PerhImpunan Entomolog Kes. Ind
(PEKI)
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan
Indonesia (HAKLI)
Perkumpulan Promosi dan Pendidikan
Kesmas Indonesia (PPKMI)
Himpunan
Akupunktur
Terapi
Indonesia (HAKTI)

Akupunktur
Therapi
Tenaga Biostatik
dan
Kependudukan
Pembimbing Kes.
Kerja
Tenaga
Administrasi
Kebijakan
Kesehatan
Kesehatan
dan
Reproduksi
Keluarga
Keterampilan Fisioterapis
Ikatan Fisioterapis Indonesia
Okupasi Terapis
Ikatan Okupasi Terapi Indonesia (IOTI)
Terapis Wicara
Ikatan Terapi Wicara Indonesia
(IKATWI)

2. Tindakan Medis
A. ANAMNESA
1. Pengertian
Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan
antara dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui
tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya.

2. Tujuan
a. Memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang sedang dialami atau
dirasakan oleh pasien.
b. Untuk membangun hubungan yang baik antara seorang dokter dan pasiennya.
3. Jenis anamnesa
a. Autoanamnesis yaitu anamnesis yang dilakukan langsung terhadap pasiennya. Pasien
yang menjawab semua pertanyaan dokter dan menceritakan permasalahannya.
b. Alloanamnesis atau Heteroanamnesis yaitu anamnesis yang didapat dari informasi
orang lain
4. Faktor yang mempengaruhi anamnesa :
a. Pasien belum dewasa
b. Pasien dalam keadaan tidak sadar
c. Pasien tidak dapat berkomunikasi dengan baik
d. Pasien dalam keadaan gangguan jiwa
5. Cara melakukan anamnesa :
Dalam melakukan anamnesis ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :
a. Tempat dan suasana
Tempat dan suasana dimana anamnesis ini dilakukan harus diusahakan cukup nyaman
bagi pasien. Anamnesis akan berjalan lancar kalau tempat dan suasana mendukung.
Suasana diciptakan agar pasien merasa santai, tidak tegang dan tidak merasa diinterogasi.
b. Penampilan Tenaga Kesehatan
Penampilan seorang tenaga kesehatan juga perlu diperhatikan karena ini akan
kepercayaan pasiennya. Seorang tenaga kesehatan yang tampak rapi dan bersih akan lebih
baik dari pada yang tampak lusuh dan kotor. Demikian juga seorang tenaga kesehatan
yang tampak ramah, santai akan lebih mudah melakukan anamnesis daripada yang
tampak galak, ketus dan tegang.
c. Periksa kartu dan data pasien
Sebelum anamnesis dilakukan sebaiknya periksa terlebih dahulu kartu atau data pasien
dan cocokkan dengan keberadaan pasiennya. Tidak tertutup kemungkinan kadang-kadang
terjadi kesalahan data pasien atau mungkin juga kesalahan kartu data, misalkan pasien A
tetapi kartu datanya milik pasien B, atau mungkin saja ada 2 pasien dengan nama yang
sama persis. Untuk pasien lama lihat juga data-data pemeriksaan, diagnosis dan terapi
sebelumnya. Informasi data kesehatan sebelumnya seringkali berguna untuk anamnesis
dan pemeriksaan saat ini.
d. Dorongan kepada pasien untuk menceritakan keluhannya
Pada saat anamnesis dilakukan berikan perhatian dan dorongan agar pasien dapat dengan
leluasa menceritakan apa saja keluhannya. Biarkan pasien bercerita dengan bahasanya
sendiri. Ikuti cerita pasien, jangan terus menerus memotong, tetapi arahkan bila melantur.
Pada saat pasien bercerita, apabila diperlukan ajukan pertanyaan-pertanyaan singkat
untuk minta klarifikasi atau informasi lebih detail dari keluhannya. Jaga agar jangan
sampai terbawa cerita pasien sehingga melantur kemana mana.
e. Gunakan bahasa/istilah yang dapat dimengerti

Selama tanya jawab berlangsung gunakan bahasa atau istilah umum yang dapat
dimengerti pasien. Apabila ada istilah yang tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia
atau sulit dimengerti, berika penjelasan atau deskripsi dari istilah tersebut.
f. Buat catatan
Adalah kebiasaan yang baik untuk membuat catatan-catatan kecil saat seorang tenaga
kesehatan melakukan anamnesis, terutama bila pasien yang mempunyai riwayat penyakit
yang panjang.
g. Perhatikan pasiennya
Selama anamnesis berlangsung perhatikan posisi, sikap, cara bicara dan gerak gerik
pasien. Apakah pasien dalam keadaaan sadar sepenuhnya atau apatis, apakah dalam posisi
bebas atau posisi letak paksa, apakah tampak santai atau menahan sakit, apakah tampak
sesak, apakah dapat bercerita dengan kalimat-kalimat panjang atau terputus-putus, apakah
tampak segar atau lesu, pucat dan lain-lain.
h. Gunakan metode yang sistematis
Anamnesis yang baik haruslah dilakukan dengan sistematis menurut kerangka anamnesis
yang baku. Dengan cara demikian maka diharapkan tidak ada informasi yang terlewat.
6. Teknik Dasar Anamnesa
a. Pemberian salam
b. Ajak berbicara
c. Penjelasan dari dokter
d. Melakukan cross check ulang
e. Memberi kesempatan untuk berbicara
f. Dokter memberi perhatian
g. Dokter mengklasifikasi keluhan pasien
h. Dokter harus mampu membuat ringkasan
i. Dokter harus mampu membuat kronologi waktu atas keluhan-keluhan
7. Tantangan dalam anamnesa
a. Pasien yang tertutup
Anamnesis akan sulit dilakukan bila pasien membisu dan tidak mau menjawab
pertanyaan-pertanyaan tenaga kesehatannya. Keadaan ini dapat disebabkan pasien merasa
cemas atau tertekan, tidak leluasa menceritakan keluhannya atau dapat pula perilakunya
yang demikian karena gangguan depresi atau psikiatrik. Tergantung masalah dan
situasinya kadang perlu orang lain (keluarga atau orang-orang terdekat) untuk
mendampingi dan menjawab pertanyaan dokter (heteroanamnesis), tetapi kadang pula
lebih baik tidak ada seorangpun kecuali pasien dan dokternya. Bila pasien dirawat di
rumah sakit maka anamnesis dapat dilanjutkan pada hari-hari berikutnya setelah pasien
lebih tenang dan lebih terbuka.
b. Pasien yang terlalu banyak keluhan
Sebaliknya tidak jarang seorang pasien datang ke tenaga kesehatan dengan begitu banyak
keluhan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tugas seorang dokter untuk memilah-milah
keluhan mana yang merupakan keluhan utamanya dan mana yang hanya keluh kesah.
Diperlukan kepekaan dan latihan untuk membedakan mana yang merupakan keluhan
yang sesungguhnya dan mana yang merupakan keluhan mengada-ada. Apabila benarbenar pasien mempuyai banyak keluhan harus dipertimbangkan apakah semua keluhan

itu merujuk pada satu penyakit atau kebetulan pada saat tersebut ada beberapa penyakit
yang sekaligus dideritanya.
c. Hambatan bahasa dan atau intelektual
Seorang tenaga kesehatan mungkin saja ditempatkan atau bertugas disuatu daerah yang
mayoritas penduduknya menggunakan bahasa daerah yang belum kita kuasai. Keadaan
semacam ini dapat menyulitkan dalam pelaksanaan anamnesis. Seorang dokter harus
segera belajar bahasa daerah tersebut agar dapat memperlancar anamnesis, dan bila perlu
dapat meminta bantuan perawat atau petugas kesehatan lainnya untuk mendampingi dan
membantu menerjemahkan selama anamnesis. Kesulitan yang sama dapat terjadi ketika
menghadapi pasien yang karena intelektualnya yang rendah tidak dapat memahami
pertanyaan atau penjelasan dokternya. Seorang tenaga kesehatan dituntut untuk mampu
melakukan anamnesis atau memberikan penjelasan dengan bahasa yang sangat sederhana
agar dapat dimengerti pasiennya.
d. Pasien dengan gangguan atau penyakit jiwa
Diperlukan satu tehnik anamnesis khusus bila seorang dokter berhadapan dengan
penderita gangguan atau penyakit jiwa. Mungkin saja anamnesis akan sangat kacau,
setiap pertanyaan tidak dijawab sebagaimana seharusnya. Justru di dalam jawabanjawaban yang kacau tersebut terdapat petunjuk-petunjuk untuk menegakkan diagnosis.
Seorang dokter tidak boleh bingung dan kehilangan kendali dalam melakukan anamnesis
pada kasus-kasus ini.
e. Pasien yang cenderung marah dan menyalahkan
Tidak jarang dijumpai pasien-pasien yang datang ke dokter sudah dalam keadaan marah
dan cenderung menyalahkan. Selama anamnesis mereka menyalahkan semua tenaga
kesehatan yang pernah memeriksanya, menyalahkan keluarga atau orang lain atas
masalah atau keluhan yang dideritanya. Umumnya ini terjadi pada pasien-pasien yang
tidak mau menerima kenyataan diagnosis atau penyakit yang dideritanya. Sebagai
seorang tenaga kesehatan kita tidak boleh ikut terpancing dengan menyalahkan sejawat
tenaga kesehatan lain karena hal tersebut sangat tidak etis. Seorang tenaga kesehatan juga
tidak boleh terpancing dengan gaya dan pembawaan pasiennya sehingga terintimidasi dan
menjadi takut untuk melakukan anamnesis dan membuat diagnosis yang benar.
8. Sistematika Anamnesa
Sebuah anamnesis yang baik haruslah mengikuti suatu metode atau sistematika yang
baku sehingga mudah diikuti. Tujuannya adalah agar selama melakukan anamnesis
seorang tenaga kesehatan tidak kehilangan arah, agar tidak ada pertanyaan atau informasi
yang terlewat. Sistematika ini juga berguna dalam pembuatan status pasien agar
memudahkan siapa saja yang membacanya. Sistematika tersebut terdiri dari :
a. Data umum pasien
1) Nama pasien
Sebaiknya nama lengkap bukan nama panggilan atau alias.
2) Jenis kelamin
Sebagai kelengkapan harus juga ditulis datanya
3) Umur
Terutama penting pada pasien anak-anak karena kadang-kadang digunakan untuk
menentukan dosis obat. Juga dapat digunakan untuk memperkirakan kemungkinan
penyakit yang diderita, beberapa penyakit khas untuk umur tertentu.

4) Alamat
Apabila pasien sering berpindah-pindah tempat maka tanyakan bukan hanya alamat
sekarang saja tetapi juga alamat pada waktu pasien merasa sakit untuk pertama kalinya.
Data ini kadang diperlukan untuk mengetahui terjadinya wabah, penyakit endemis atau
untuk data epidemiologi penyakit.
5) Pekerjaan
Bila seorang dokter mencurigai terdapatnya hubungan antara penyakit pasien dengan
pekerjaannya, maka tanyakan bukan hanya pekerjaan sekarang tetapi juga pekerjaanpekerjaan sebelumnya.
6) Perkawinan
Kadang berguna untuk mengetahui latar belakang psikologi pasien
7) Agama
Keterangan ini berguna untuk mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh (pantangan)
seorang pasien menurut agamanya.
8) Suku bangsa
Berhubungan dengan kebiasaan tertentu atau penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan ras/suku bangsa tertetu.
b. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan atau yang paling berat sehingga
mendorong pasien datang berobat atau mencari pertolongan medis. Tidak jarang pasien
datang dengan beberapa keluhan sekaligus, sehingga seorang dokter harus jeli dan cermat
untuk menentukan keluhan mana yang merupakan keluhan utamanya. Pada tahap ini
sebaiknya seorang dokter sudah mulai memikirkan beberapa kemungkinan diagnosis
banding yang berhubungan dengan keluhan utama tersebut. Pemikiran ini akan
membantu dalam mengarahkan pertanyaan-pertanyaan dalam anamnesis selanjutnya.
Pertanyaan diarahkan untuk makin menguatkan diagnosis yang dipikirkan atau
menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan diagnosis banding.
c. Riwayat penyakit sekarang
Dari seluruh tahapan anamnesis bagian inilah yang paling penting untuk menegakkan
diagnosis. Tahapan ini merupaka inti dari anamnesis. Terdapat 4 unsur utama dalam
anamnesis riwayat penyakit sekarang, yakni :
(1) kronologi atau perjalanan penyakit,
(2) gambaran atau deskripsi keluhan utama,
(3) keluhan atau gejala penyerta, dan
(4) usaha berobat. Selama melakukan anamnesis keempat unsur ini harus ditanyakan
secara detail dan lengkap.
Kronologis atau perjalanan penyakit dimulai saat pertama kali pasien merasakan
munculnya keluhan atau gejala penyakitnya. Setelah itu ditanyakan bagaimana
perkembangan penyakitnya apakah cenderung menetap, berfluktuasi atau bertambah
lama bertambah berat sampai akhirnya datang mencari pertologan medis. Apakah
munculnya keluhan atau gejala tersebut bersifat akut atau kronik, apakah dalam
perjalanan penyakitnya ada faktor-faktor yang mencetuskan atau memperberat penyakit
atau faktor-faktor yang memperingan. Bila keluhan atau gejala tersebut bersifat serangan
maka tanyakan seberapa sering atau frekuensi munculnya serangan dan durasi atau
lamanya serangan tersebut.

Keluhan atau gejala penyerta adalah semua keluhan-keluhan atau gejala yang menyertai
keluhan atau gejala utama. Dalam bagian ini juga ditanyakan usaha berobat yang sudah
dilakukan untuk penyakitnya yang sekarang. Pemeriksaan atau tindakan apa saja yang
sudah dilakukan dan obat-obat apa saja yag sudah diminum.
d. Riwayat penyakit dahulu
Seorang dokter harus mampu mendapatkan informasi tentang riwayat penyakit dahulu
secara lengkap, karena seringkali keluhan atau penyakit yang sedang diderita pasien saat
ini merupakan kelanjutan atau akibat dari penyakit-penyakit sebelumnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Untuk mendapatkan riwayat penyakit keluarga ini seorang dokter terkadang tidak cukup
hanya menanyakan riwayat penyakit orang tuanya saja, tetapi juga riwayat kakek/nenek,
paman/bibi, saudara sepupu dan lain-lain. Untuk beberapa penyakit yang langka bahkan
dianjurkan untuk membuat susunan pohon keluarga, sehingga dapat terdeteksi siapa saja
yang mempunyai potensi untuk menderita penyakit yang sama.
f. Riwayat kebiasaan/sosial
Beberapa kebiasaan berakibat buruk bagi kesehatan dan bahkan dapat menjadi penyebab
penyakit yang kini diderita pasien tersebut. Biasakan untuk selalu menanyakan apakah
pasien mempunyai kebiasaan merokok atau minum alkohol. Tanyakan sudah berapa lama
dan berapa banyak pasien melakukan kebiasaan tersebut. Pada masa kini bila berhadapan
dengan pasien usia remaja atau dewasa muda harus juga ditanyakan ada atau tidaknya
riwayat penggunaan obat-obatan terlarang seperti narkoba, ekstasi dan lain-lain.
B. SISTEM RUJUKAN
1. Pengertian
a. Sistem rujukan adalah pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas suatu
kasus/ masalah medik yang timbul, baik secara vertikal maupun harizontal kepada
yang lebih berwenang dan mampu, terjangkau dan rasional (Depkes RI, 1991)
b. Sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas
timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara
vertikal maupun horizontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan
secara rasional (Hatmoko, 2000)
c. Sistem rujukan adalah suatu system penyelenggaraan kesehatan yang melakukan
pelimpahan tanggung jawab dari unit yang kurang berkemampuan kepada unit yang
lebih berkemampuan
2. Tujuan Rujukan
-Menurut Mochtar, 1998 Rujukan mempunyai berbagai macam tujuan antara lain :
1. Agar setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan sebaik-baiknya
2. Menjalin kerja sama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari
unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap fasilitasnya
3.Menjalin perubahan pengetahuan dan ketrampilan (transfer of knowledge & skill)
melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer

-Menurut Hatmoko, 2000 Sistem rujukan mempunyai tujuan umum dan khusus, antara
lain :
1. Umum
Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung kualitas pelayanan
yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan
berhasil guna.
2. Khusus
a. Menghasilkan upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif
secara berhasil guna dan berdaya guna.
b. Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preveventif secara berhasil
guna dan berdaya guna.
3. Jenis Rujukan
Menurut Hatmoko (2000) jenis rujukan secara konseptual menyangkut hal-hal sebagai
berikut :
1) Rujukan medik, meliputi
a. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan
lain-lain.
b. Pengiriman bahan (specimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
c. Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk mutu
pelayanan pengobatan
2) Rujukan kesehatan
Adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat preventif
dan promotif yang antara lain meliputi bantuan :
a. Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar biasa atau
terjangkitnya penyakit menular
b. Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah
c. Pendidikan penyebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan kerancunan dan
bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan masal
d. Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih
bagi masyarakat umum
e. Pemeriksaan specimen air di laboratorium kesehatan dan lain-lain
4. Manfaat Rujukan
1. Dari sisi pemerintah
o Membentuk penghematan dana
o Memperjelas system pelayanan
o Mempermudah pekerjaan administrasi
2. Dari sisi masyarakat
o Meringankan biaya pengobatan
o Mempermudah dalam mendapatkan layanan
5. Persiapan Rujukan
a. Persiapan dari tenaga medis
b. Persiapan dari keluarga
c. Persiapan surat (berisi pengantar, alasan, penggunaan obat)

d.
e.
f.
g.
h.

Persiapan alat
Persiapan obat-obatan
Persiapan kendaraan
Persiapan uang
Persiapan donor darah

6. Syarat-syarat Rujukan
a. Mempunyai kompetensi
b. Rujukan dan rujukan balik mengacu pada standar pelayanan medis
c. Menjamin pasien tetap stabil selama perjalanan sampai ke tempat rujukan
d. Tujuan rujuakn harus ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi/lebih ahli
e. Tidak atas dasar kompensasi/imbalan
7. Mekanisme Rujukan
a. Menentukan kegawat daruratan pasien
b. Menentukan tempat tujuan rujukan
c. Pemberian informasi kepada keluarga dan pasien
d. Mengirim informasi ke tempat rujukan yang dituju
e. Persiapan pasien
f. Pengiriman pasien
g. Tindak lanjut pasien
8. Tata Hubungan
a. Rujukan Vertikal
Dari unit kesehatan yang lebih rendah ke yang lebih tinggi atau dari dokter umum
ke dokter spesialis
b. Rujukan Horizontal
Dari dokter yang mempunyai level keahlian yang setara
9. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Merujuk Pasien
a. Pada rujukan penderita gawat darurat, batas wilayah administrasi (geografis) dapat
diabaikan karena yang penting adalah penderita dapat pertolongan yang cepat dan tepat
b. Sedangkan untuk penderita yang tidak termasuk gawat darurat dilaksanakan sesuai
dengan prosedur rujukan yang biasa sesuai hierarki fasilitas pelayanan
10. Upaya Peningkatan Mutu Rujukan
a. Meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas dalam menampung rujukan puskesmas
pembantu dan pos kesehatan lain dari masyarakat
b. Mengadakan pusat rujukan antara lain dengan mengadakan ruangan tambahan untuk
tempat tidur perawatan penderita gawat darurat di lokasi strategis
c. Meningkatkan sarana komunikasi antar unit pelayanan kesehatan
d. Menyediakan Puskesmas keliling di setiap kecamatan dalam bentuk kendaraan roda 4
atau perahu bermotor yang dilengkapi alat komunikasi
e. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan bagi sistem, baik rujukan medik
maupun rujukan kesehatan
f. Meningkatkan upaya dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan kesehatan

11. Keuntugan System Rujukan


a. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa
pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara psikologis memberi rasa
aman pada pasien dan keluarga
b. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan keterampilan
petugas daerah makin meningkat sehingga makin banyak kasus yang dapat dikelola di
daerahnya masing masing
c. Masyarakat dapat menikmati pelayanan
C. INFORMED CONSENT
1.

2.

Pengertian Informed Consent


a. Suatu kesepakatan / persetujuan dari pasoen atas usaha medis yang akan dilakukan
pada pasien
b. Suatu proses komunikas antara dokter dan pasien tentang kesepakatan tindakan medis
yang akan dilakukan dokter terhadap pasien kemudian dilanjutkan dengan
penandatanganan formulir persetujuan
Dasar Informed Consent
Pasal 1320 dan 1321 KUH Perdata Kewajiban Dokter dan Hak Pasien

3.

Tujuan Informed Consent


a. Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang sebenarnya
tidak diperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan
tanpa sepengetahuan pasiennya.
b. Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat
negatif, karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan
medik ada melekat suatu resiko ( Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3 )

4.

Fungsi Informed Consent


Berfungsi ganda, untuk
a. Dokter : dapat membuat rasa aman dalam menjalankan tindakan
b. Pasien : penghargaan terhadap hak-haknya oleh dokter dan daoat digunakan sebagai
alasan gugatan terhadap dokter apabila terjadi penyimpangan

5.
a.
b.
c.

6.

Elemen Informed Consent


Threshold elemen, pemberi Informed Consent seseorang yang kompoten
Information element
Consent elemen :
- Lisan : sukarela
- Tertulis : persetujuan
Hal yang dapat dilakukan untuk pasien
a. Menggunakan bahasa yang sempurna tertulis
b. Menggunakan bahasa yang sempurna lisan
c. Menggunakan bahasa tidak sempurna asal dapat diterima
d. Menggunakan bahasa isyarat

7.
a.

8.

Yang berhak memberi persetujuan


Pasien dewasa sadar dan sehat mental
b. Dewasa minimal umur 21 tahun atau sudah menikah
c. Bagi pasien dewasa yang berada di bawah pengampuan, persetujuan diberikan oleh
wali/curator. Bagi pasien yang menderita gangguan mental, persetujuan oleh orang
tua / wali / curator
d. Pasien dibawah umur 21 tahun, apabila tidak mempunyai orang tua/wali atau
berhalangan, persetujuan diberikan kepada keluarga terdekat / induk semang (orang
yang bertanggung jawab terhadap pribadi orang lain)
e. Tidak sadar / pingsan, tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan berada dalam
kegawatan dan memerlukan tindakan segera untuk kepentingannya, tidak perlu
persetujuan
Yang harus diperhatikan dalam Informed Consent :
a. Kapasitas seseorang untuk mendapat persetujuan
b. Pengungkapan optimal terhadap informasi yang relevan
c. Kebebasan individu untuk membuat keputusan
9. Informed Consent dianggap sah apabila :
a. Pasien dapat informasi yang jelas
b. Pasien yang sah mewakilinya dalam keadaan kompeten
c. Persetujuan diberikan secara sukarela
10. Proses persetujuan :
a. Fase I
: pasien datang ke tempat dokter, dan pasien telah setuju untuk dilakukan
pemeriksaan (implied consent)
b. Fase II
: pasien berhadapan dengan dokter dan telah mulai anamnesis (hubungan
dokter pasien
c. Fase III
: dokter melakukan pemeriksaan fisik dan kemungkinan pemeriksaan
penunjang lainnya, dokter mengambil kesimpulan tentang penyakit
pasien
dan akan memberikan pengobatan, nasihat dan anjuran
termasuk tindakan
medis disertai dengan penjelasan cukup
d. Fase IV
: bila pasien atau pihak yang berwenang menyetujui untuk dilakukan
tindakan medis, barulah persetujuan tersebut diberikan

11.
a.
b.
c.
12.

Informed Consent tidak boleh bersifat :


Tidak bersifat memperdaya (Fraud)
Tidak berupaya menekan (Force)
Tidak menciptakan ketakutan (Fear)
Masa berlakunya persetujuan :
a. Persetujuan akan tetap sah sampai dicabutnya persetujuan oleh pasien tersebut
b. Dokter harus member informasi dan meminta persetujuan lagi apabila mendapat
informasi baru

3.Tugas dan Kewajiban serta Hak Dokter Gigi


Tugas dan Kewajiban
a. Melakukan pemeriksaan terhadap pasien secara cepat dan tepat
b. Memberikan terapi untukkesembuhan penyakit pasien
c. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien
d. Mampu menangani penyakit yang akut pada pasien
e. Menyelenggarakan rekam medis sesuai standar
f. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar di kirim ke rumah sakit
g. Tetap bertanggung jawab terhadap pasien yang dirujuk
h. Bertindak sebagai mitra dan konsultan terhadap pasien
i. Merahasiakan segala sesuatu menyangkut pasien
j. Cepat tanggap dalam menangani pasien
k. Mengikuti perkembangan ilmu (belajar sepanjang hayat)
l. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar
m. Memberikan rujukan apabila tidak mampu dalam menangani pasien dan
fasilitas/sarana tidak lengkap
n. Melakukan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan
o. Meminta persetujuan (informed consent )sebelum melakukan tindakan
p. Membuat perencanaan penanganan pasien
q. Memberikan nasihat demi penyembuhan pasien
r. Membina keluarga untuk berpatisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan
pasien
s. Dalam melakukan tindakan, dokter wajib memiliki surat izin praktek (SIP)
t. Dalam melakukan tindakan, dokter wajib memiliki surat tanda registrasi dr. dan drg.
u. Dokter wajib menjalankan sumpah dokter dan kode etik
v. Dokter wajib mengikuti asuran tanggung jawab profesi
Hak Dokter Gigi
a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional (SPO)
b. Menolak permintaan pasien / keluarga yang dianggap melanggar peraturan
perundang-undangan dan standar prosedur operasional (SPO)
c. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya
d. Hak menerima imbalan dan jasa
e. Hak menetapkan tarif sesuai standar
f. Hak menolak tindakan medis karna secara professional tidak dapat dipertanggung
jawabkan
g. Hak menolak informasi menyangkut pasien
h. Menolak permintaan pasien yang tidak sesuai
i. Hak otonomi, seseorang dalam melayani pasien tidak ada gangguan dari luar

Anda mungkin juga menyukai