Anda di halaman 1dari 16

Benigna Prostatic Hyperplasia

(BPH)
• Kelenjar prostat adalah salah satu organ
genetalia pria yang terletak disebelah inferior
buli-buli dan melingkari uretra posterior . bila
mengalami pembesaran, organ ini dapat
menyumbat uretra pars prostatika dan
menyebabkan terhambatnya aliran urine
keluar dari buli-buli.
Anatomi dan Fisiologis
• Kelenjar prostat terletak tepat dibawah kandung kemih. Kelenjar
ini mengelilingi uretra dan dipotong melintang oleh ductus
ejakulatoris yang merupakan kelanjutan dari vas deferen.
Kelenjar ini berbentuk seperti buah kenari. Normal beratnya ±
20 gram, di dalamnya berjalan uretra posterior ± 2,5 cm. Pada
bagian anterior difiksasi oleh ligamentum pubroprostatikum dan
sebelah inferior oleh diafragma urogenital. Pada prostat bagian
posterior bermuara ductus ejakulatoris yang berjalan miring dan
berakhir pada verumontarum pada dasar uretra prostatika tepat
proksimal dan sfingter uretra eksterna. Secara embriologi
prostat berasal dari lima evaginasi epitel urethra posterior.
Suplai darah prostat diperdarahi oleh arteri vesikalis inferior dan
masuk pada sisi postero lateralis leher vesika (Wijaya, 2013)
PENGERTIAN
• Benigna Prostate Hyperplasia adalah kelenjar prostat
yang mengalami pembesaran, yang dapat
menyumbat uretra pars prostatika dan menyebabkan
terhambatnya aliran urine keluar dari buli-buli
• Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah tumor
jinak yang umum yang berkembang pada pria dan
mengganggu pada pasien usia lanjut. BPH dianggap
sebagai bagian normal dari proses penuaan pada pria
yang terjadi akibat produksi dari hormon testosterone
dan dihidrostestosteron (DHT) (Lu Shing-Hwa, 2014)
Klasifikasi
secara klinis penyakit BPH dibagi menjadi 4 gradiasi
Derajat 1 : Apabila ditemukan keluha prostatismus, pada colok dubur
ditemukan penonjolan prostat, batas atas mudah teraba dan sisa
urin kurang dari 50 ml

Derajat 2 : Ditemukan penonjolan prostat lebih jelas pada colok dubur dan
batas atas dapat dicapai, sedangkan sisa volume urin 50-100 ml.

Derajat 3 : Pada saat dilakukan pemeriksaan colok dubur batas atas prostat
tidak dapat diraba dan sisa volume urin lebih dari 100 ml.

Derajat 4 : Apabila sudah terjadi retensi urine total.


Etiologi
• Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH
sampai sekarang belum diketahui. Namun
yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung
pada hormon androgen. Faktor lain yang erat
kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan
Beberapa hal yang diduga dapat menimbulkan
hiperplasi prostat antara lain:
1. Dihydrotestosteron : Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor
androgen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat
mengalami hiperplasi.
2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen-testoteron : Pada proses
penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan
penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
3. Interaksi stroma-epitel : Peningkatan epidermal gorwth factor atau
fibroblast growth factor dan penurunan transforming growth factor
beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.
4. Berkurangnya sel yang mati : Estrogen yang meningkat menyebabkan
peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
5. Teori sel stem : Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel
transit
Tanda dan gejala BPH mencakup :
• Peningkatan frekuensi berkemih
• Nocturia (BAK pada malam hari)
• Dorongan ingin berkemih, anyang-anyangan
• Abdomen tegang
• Penurunan volume urine dan harus mengejan saat
berkemih
• Urine terus menetes setelah berkemih (dribbling)
• Retensi urine, kekambuhan ISK (Infeksi Saluran Kemih)
• Anoreksia, mual muntah karena rasa tidak nyaman pada
epigastrik (Smeltzer, 2001)
Patofisiologi
• Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen
uretra prostatika dan menghambat aliran urine. Keadaan ini
menyebabkan peningkatan tekanan intravesika. Untuk
mengeluarkan urine, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat
guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang ters-menerus ini
menyebabkan perubahan anatomic buli-buli berupa
hipertropi otot destrusor, trabekulasi, terbentuknya selula,
sakula, dan divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-
buli tersebut, oleh pasien dirasakan sebagai keluhan pada
saluran kemih bagian bawah atau lower urinary truct system
(LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala prostatismus
• Tekanan intravesikal yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli
tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada muara ureter
ini dapat menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau
terjadi refluk vesikoureter. Keadaan ini jika berlangsung terus-
menerus mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya
dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.
• Obstruksi yang diakibatkan oleh hiperplasia prostat benigna tidak
hanya disebabkan oleh adanya massa prostat yang menyumbat uretra
posterior, tetapi juga disebabkan oleh tonus otot polos yang ada pada
stroma prostat, kapsul prostat, dan otot polos pada leher buli-buli.
Otot polos itu dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari
nervus pudendus.
Penatalaksanaan
1. Watchfull (observasi) :Yaitu pengawasan
berkala pada klien setiap 3-6 bulan
kemudian setiap tahun tergantung
keadaan klien.
2. Medikamentosa : Terapi ini diindikasikan
pada BPH dengan keluhan ringan,
sedang, dan berat tanpa disertai
penyulit serta indikasi terapi
pembedahan masih terdapat
kontraindikasi
Pembedahan

• Indikasi pembedahan pada BPH adalah:


– Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah
retensi urin akut
– Klien dengan residual urin > 100 ml
– Klien dengan penyulit.
– Dengan terapi medikamentosa tidak berhasil
– Flowmetri menunjukkan pola obstruktif
• Pembedahan dapat dilakukan dengan cara:
– Pembedahan biasa atau Open Prostatectomy
• TURP (Transuretral Resection Prostatectomy
Dignosis Keperawatan yang mungkin muncul

• Nyeri berhubungan dengan distensi vesika


urinaria
• Retensi urin berhubungan dengan
pembesaran prostat
• Risiko infeksi berhubungan dengan
pemasangan kateter
• Risiko ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan tindakan anastesi
Patways Keperawatan BPH

Anda mungkin juga menyukai