Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERKEMIHAN “ BENIGNA
PROSTAD HIPERPLASIA (BPH)”

Oleh : Chaterina
Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH )

• Pembesaran progresif dari kelenjar prostat


(secara umum usia > 50 tahun menyebabkan
berbagai derajat obstruksi uretra dan
pembatasan aliran urinarius
• Pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan
oleh karena hiperplasi beberapa komponen
prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan
fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan
uretra pars prostatika
• Hiperplasia : sel-selnya bertambah banyak
Epidemiologi
• Usia 50 tahun : resiko meningkat 50%
• Usia 80 tahun : resiko meningkat 80%
• Kasus BPH terbanyak pada umur > 60 tahun
Anatomi Kelenjar Prostat

Kelenjar prostat teletak dibawah blader


mengelilingi uretra posterior dan disebelah
proksimalnya berhubungan dengan blader
Bagian distal kelenjar prostat menempel pada
diafragma urogenital / otot dasar panggul
Kelenjar prostat beratnya ± 20 gr, panjang 4 – 6
cm, lebar 3 – 4 cm, tebal 2 – 3 cm
Prostat terdiri dari : jaingan kelenjar : 50 – 70 %,
Kapsul / muskuler 30 – 50 %
Anatomi Kelenjar Prostat
Anatomi Kelenjar Prostat
Fisiologi Prostat
• Fungsi utama prostat mengeluarkan 30 – 35% / satupertiga
cairan dari air mani. Cairan ini berfungsi untuk memberikan
nutrisi dan perlindungan terhadap sperma agar dapat
bertahan hidup
• Prostat mengandung jaringan otot polos, sehingga turut
membantu untuk memompa air mani keluar melalui penis
• Prostat yang mengelilingi bagian uretra dapat berfungsi
sebagai katup yang mencegah urin keluar kecuali apabila
memang ada rangsangan BAK.
• Sistem saraf prostat membantu proses terjadinya ereksi.
Etiologi

• Faktor usia > 50 tahun.


• Ketidakseimbangan endokrin.
• Adanya hiperplasia periuretral yang
disebabkan karena perubahan
keseimbangan testosterone dan
estrogen.
• Unknown / tidak diketahui secara pasti
Beberapa teori terkait Etiologi BPH
1. Dihydrotestosteron (DHT / Androgen)
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen 
epitel dan stroma prostat mengalami hiperplasi.
2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen - testoteron
Proses penuaan pada laki-laki terjadi peningkatan
hormon estrogen dan penurunan testosteron yang
mengakibatkan hiperplasi
3. Interaksi stroma - epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast
growth factor dan penurunan transforming growth
factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel
4. Berkurangnya apoptosis sel
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan
lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
Patofisiologi BPH
Faktor usia > 50 tahun ketidakstabilan hormon

Defisiensi fungsi kelenjar prostat Esterogen dan testoteron

Gangguan apoptosis proliferasi sel kelenjar prostat

Sel pada prostat bertambah banyak (hiperplasia)

Ukuran Kelenjar prostat tetap namun sel nya bertambah

Pembesaran pd kelenjar prostat

BPH
Patofisiologi BPH
Benigna Prostat Hiperplasia

Obstruksi mekanik pd blader neck dan uretra

peningkatan tahanan urin saat keluar dr blader

Stasis urin Obstruksi partial blader

Meningkatkan resiko infeksi fase kompensasi

Resiko infeksi tanda obstruktif (hesitansi, intermitancy,


terminal dribling, tidak puas setelah BAK)
Patofisiologi BPH
Bila BPH terus tjd disertai penyempiran uretra posterior

Aliran urin terhambat

Tekanan intrablader / intravesika meningkat

Kontraksi blader lebih kuat utk dpt mengeluarkan urin

perubahan anatomi blader  hipertrofi otot destrusor

Blader tdk mampu kontraksi fase dekompensasi  tanda iritatif

Retensi urin  gangguan eliminasi uri nyeri

Tekanan intravesikel makin tinggi  aliran balik urin


Patofisiologi BPH
Aliran balik urin (refluks vesiko-urinaria)  komplikasi

Hidroureter Hidronefrosis

Stasis urin Lower Urinary Tract Symptom (LUTS)

Resiko infeksi

BPH  Terapi modalitas  pembedahan

Prosedur pembedahan pembentukan stosel luka insisi  nyeri

kecemasan resiko perdarahan


Manifestasi Klinis
Gejala Obstruktif :
a. Hesitansi  memulai kencing yang lama dan seringkali
disertai dengan mengejan yang disebabkan otot destrussor
memerlukan waktu lama meningkatkan tekanan intravesikal
untk mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.
b. Intermitency  terputus-putusnya aliran kencing yang
disebabkan ketidakmampuan otot destrussor dalam
pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya
miksi.
c. Terminal dribling  menetesnya urine pada akhir kencing
d. Pancaran urin lemah  kelemahan kekuatan dan kaliber
pancaran destrussor memerlukan waktu untuk dapat
melampaui tekanan di uretra.
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil / terasa
belum tuntas BAK
Manifestasi Klinis

Gejala Iritatif :
a. Urgency  perasaan ingin buang air kecil yang
sulit ditahan.
b. Frekuensi  miksi lebih sering dari biasanya
dapat terjadi pada malam hari (Nocturia) dan
pada siang hari.
c. Disuria nyeri pada waktu kencing.
Degradasi Benigna Prostat Hyperplasia
1. Grade satu  keluhan prostat ada, ditemukan
penonjolan prostat 1 – 2 cm, sisa urine < 50 cc,
pancaran lemah, necturia, berat + 20 gram
2. Grade 2  keluhan miksi terasa panas, disuria,
nucturia bertambah berat, demam (menggigil),
nyeri daerah pinggang, prostat lebih menonjol,
batas atas masih teraba, sisa urine 50 – 100 cc dan
beratnya + 20 – 40 gram.
3. Grade 3  gangguan lebih berat, batas sudah tak
teraba, sisa urine lebih 100 cc, penonjolan prostat 3
– 4 cm, dan beratnya 40 gram.
4. Grade 4  inkontinensia, prostat lebih menonjol
dari 4 cm, ada penyulit ke ginjal seperti
hydroneprosis.
Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian :
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi
Pengkajian  Anamnesa

• Kumpulan gejala pada BPH  LUTS (Lower


Urinary Tract Symptoms) antara lain:
hesitansi, pancaran urin lemah,
intermittensi, terminal dribbling, terasa ada
sisa setelah miksi disebut gejala obstruksi
dan gejala iritatif dapat berupa urgensi,
frekuensi serta disuria.
Pengkajian
• Keluhan utama pasien : frekuensi, nocturia, disuria,
hesitansi.
• Gejala obstruksi blader : prostatisme (Hesitansi,
pancaran, intermitensi, terminal dribbling, terasa ada
sisa) Jika frekuensi dan noctoria tak disertai gejala
pembatasan aliran non Obstruktive seperti infeksi.
• Makanan/cairan  gejala : anoreksia, mual, tidak
nyaman pada epigastrik. Tanda : penurunan berat
badan.
• Nyeri/kenyamanan  gejala nyeri supra pubis, nyeri
pada bagian pinggang,atau pada punggung bawah,
hipertermi, gejala infeksi
• Seksualitas  masalah tentang kemampuan seksual,
inkontenensia selama hubungan intim, penurunan
kemampuan ejakulasi.
Riwayat Keperawatan
• Riwayat penyakit pd keluarga / menurun misal
kanker, hipertensi
• Riwayat penggunaan obat  pengguna anti
hipertensi/antidepresan, antibiotic urinaria.
• RPD : riwayat penyakit ginjal
Pemeriksaan fisik

• Monitoring vital sign : adanya peningkatan Nadi pada


keadaan kesakitan pada retensi urin akut,
• Tanda dehidrasi sampai syok pada retensi urin, ketakutan
untuk minum krn akan meningkatkan kecing
• Tanda urosepsis sampai syok - septik.
• Pemeriksaan rectal touch bertujuan untuk menentukan
besarnya prostat. Dengan rectal toucher dapat diketahui
derajat dari BPH :
Derajat I = beratnya  20 gram.
Derajat II = beratnya antara 20 – 40 gram.
Derajat III = beratnya  40 gram.
Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan abdomen ditemukan adanya Distensi
bladder, dengan tehnik bimanual mengetahui adanya
hidronefrosis, dan pyelonefrosis. Pada suprapubic
pada keadaan retensi akan menonjol. Saat palpasi
terasa adanya ballotemen dan pasien akan terasa
ingin miksi. Perkusi dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya residual urin.
• Penis dan uretra  mendeteksi kemungkinan stenose
meatus, striktur uretra, karsinoma maupun fimosis.
• Pemeriksaan skrotum untuk menentukan adanya
epididimitis
Pemeriksaan Diagnostik
• Urinalisa : Untuk mengetahui adanya infeksi, hematuria.
Pemeriksaan urin lengkap dan kultur
• Tes fungsi ginjal : untuk mengetahui apakah sudah ada
penurunan fungsi ginjal.
• Laborat darah lengkap dan Elektrolit
• Prosat Spesific Antigen (PSA) : Dalam keadaan normal,
PSA dalam serum < 4,0 ng/ml.
• Transrectal Ultra Sonography Prostat (TRUS P)
• Transabdominal Ultra Sonography (TAUS)
• Uroflowmetri: Mengukur pancaran urin.
• Urodinamik : Untuk mengetahui kelainan fase
penyimpanan dan kelainan fase pengosongan bladder.
Pemeriksaan Imaging dan
Rontgenologik

1. BOF  foto polos abdomen


2. USG (Ultrasonografi)
3. IVP (Pyelografi Intravena)
Penatalaksanaan  terapi
modalitas dg Farmakologi

 Medikamentosa  BPH dengan


keluhan ringan, sedang, dan berat
tanpa disertai penyulit. Obat alfa
blocker dan golongan supresor
androgen.
Penatalaksanaan  terapi
modalitas Pembedahan

 Pembedahan
1. TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat  90 - 95
%)
2. Retropubic Atau Extravesical Prostatectomy
3. Perianal Prostatectomy
4. Suprapubic Atau Tranvesical Prostatectomy
Masalah Keperawatan
a. Perubahan Eliminasi urine
b.Resiko tinggi kekurangan volume cairan.
c. Resiko infeksi.
d.Nyeri.
e.Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual.
f. Ansietas
Diagnosa keperawatan
• Pre Operasi :
1. Gangguan eliminasi uri b.d pembesaran
prostat,dekompensasi otot destrusor dan ketidakmapuan
kandung kemih unmtuk berkontraksi secara adekuat.
2. Retensi uri b.d distensi bleder
3. Nyeri ( akut ) b.d iritasi mukosa bleder, distensi bleder,
infeksi urinaria.
4. Resiko tinggi kekurangan cairan dg faktor resiko obstruksi
diuresis.
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan atau menghadapi prosedur bedah
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan b.d kurangnya informasi
Diagnosa Keperawatan
• Post Operasi :
1. Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung
kemih dan insisi sekunder pada TUR-P
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur
invasif: alat selama pembedahan, kateter, irigasi
kandung kemih sering.
3. Resiko tinggi cidera: perdarahan berhubungan
dengan tindakan pembedahan
4. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan
ketakutan akan impoten akibat dari TUR-P.
5. Kurang pengetahuan: tentang TUR-P berhubungan
dengan kurang informasi
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
sebagai efek pembedahan
Evaluasi
• yang perlu di evaluasi pada pasien post-op BPH :
a. Irigasi urin post TURP lancar
b. Aliran urine baik / meningkat.
c. Hemodinamik stabil
d. Peningkatan kenyamanan
e. Komplikasi tidak terjadi
f. Prosedur / prognosis, program therapi, dan
kebutuhan rehabilitasi dipahami.
Treeway Cateter
Irigasi post TURP
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai