KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN BENIGNA PROSTAT
HIPERPLASIA (BPH)
Kelompok 2 :
Aprilia Susanti ( 1863030020)
Seltira Sirait (1863030011)
Dimas Prasetio (1863030008)
60%
50%
40%
Column2
30%
Series 1
20%
10%
0%
Negara Maju Asia
Latar Belakang
40%
20%
Column2
0%
9th th 0th 0th
-4 -59 6 7
40
50 s ia s ia
ia U U
Us sia
U
Perubahan
keseimbang Interaksi
Dihydroste
an hormon stroma-
stosteron
estrogen- epitel
testosteron
Berkurangn
ya sel Teori sel
yang mati stem
Etiologi
beberapa hipotesa yang diduga timbulnya hiperplasi prostat menurut roger Kirby antara
lain:
Dihydrostestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel
dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.
Perubahan keseimbangan hormon estrogen-testosteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormone ekstogen dan
penurunan testosterone yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
Etiologi
beberapa hipotesa yang diduga timbulnya hiperplasi prostat menurut roger Kirby antara
lain:
Interaksi stroma-epitel
Peningkatan epidermal growth factor atau fibroblast growth factor dan
penuruna transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma
dan epitel
Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma
dan epitel dari kelenjar prostat
Teori sel stem
Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit.
Klasifikasi
Derajat Benigne Prostat Hyperplasia
BPH terbagi dalam 4 derajat sesuai dengan gangguan klinisnya
Derajat I
1) Keluhan prostatisme
2) Ditemukan peninjolan prostat 1-2 cm, berat ± 20 gram
3) Sisa urin kurang dari 50 cc
4) Ancaran lemah, nocturia
Klasifikasi
Derajat II
1) Keluhan miksi terasa panas, sakit, dysuria, nuctoria bertambah berat
2) Panas badan tinggi (menggigil)
3) Nyeri daerah pinggang
4) Prostat lebih menonjol, batas atas masih teraba, sisa urin 50- 100 cc dan
beratnnya +20-40 gram
Klasifikasi
Derajat III
1) Gangguan lebih berat dari derajat 2
2) Batas sudah tak teraba
3) Sisa urin lebih 100 cc
4) Penonjolan prostat 3-4 cm, dan beratnya 40 gram
Klasifikasi
Derajat IV
1) Inkontinesia
2) Prostat lebih menonjol dari 4 cm
3) Ada penyulit keginjal seperti gagal ginjal , hydronesrosis
Klasifikasi
Resiko Obstruksi
perdarahan akut /kronis
● Pre Operasi :
1. Obstruksi akut/kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran
prostat, dekompensasi otot destrusor dan ketidakmampuan kandung kemih untuk
berkontraksi secara adekuat.
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan iritasi mukosa buli-buli, distensi kandung kemih,
kolik ginjal, infeksi urinaria.
3. Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan pascaobstruksi pasmodi.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi
prosedur bedah
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhananpengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Diagnosa Keperawatan
● Post Operasi:
1. Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisisekunder pada
TUR-P
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur pasmodi: alat selama
pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering.
3. Resiko tinggi cedera: perdarahan berhubungan dengan tindakanpembedahan
4. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan impoten
akibat dari TUR-P.
5. Kurang pengetahuan: tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri sebagai efek pembedahan
Intervensi Keperawatan
● Sebelum Operasi.
1. Obstruksi akut/kronis berhubungan dengan obstruksi
mekanik, pembesaran prostat, dekompensasi otot destrusor
dan ketidak- mampuan kandung kemih untuk berkontraksi
secara adekuat.
● Tujuan : tidak terjadi obstruksi
● Kriteria hasil :Berkemih dalam jumlah yang cukup, tidak teraba
distensi kandung kemih.
Intervensi Keperawatan
● Rencana tindakan dan rasional
1) Observasi aliran urina perhatian ukuran dan kekuatanpancaran urina
R/ Untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan intervensi
2) Awasi dan catat waktu serta jumlah setiap kali berkemih
R/ Retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan yang
dapat mempengaruhi fungsi ginjal
3) Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan.
R/ Meminimalkan retensi urina distensi berlebihan pada kandung kemih
Intervensi Keperawatan
5. Anjurkan pada klien untuk tidak duduk dalam waktu yang lama sesudah tindakan
TUR-P
R/mengurangi tekanan pada luka insisi
6. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi, termasuk latihan nafas dalam, visualisasi
R/ menurunkan tegangan otot, memfokuskan kembali perhatian dan dapat
meningkatkan kemampuan koping
7. Jagalah selang drainase urine tetap aman di paha untuk mencegah peningkatan
tekanan pada kandung kemih, irigasi kateter jika terlihat bekuan pada selang
R/sumbatan pada selang kateter oleh bekuan darah dapat menyebabkan distensi
kandung kemih dengan peningkatan spasme
Intervensi Keperawatan
● Rencana tindakan :
1. Beri penjelasan untuk mencegah aktifitas berat selama 3-4 minggu dan
penjelasan mengenai cara mencegah terjadinya BPH
R/ dapat menimbulkan perdarahan, pencegahan sangat penting dalam
mencegah BPH
2. Beri penjelasan untuk mencegah mengedan waktu BAB selama 4-6
minggu dan memakai pelumas tinja untuk laksatif sesuai kebutuhan
R/ mengedan bisa menimbulkan perdarahan, pelunak tinja bisa
mengurangi kebutuhan mengedan pada waktu BAB
Intervensi Keperawatan
● Rencana tindakan :
3. Pemasukkan cairan sekurang-kurangnya 2500-3000 ml/hari
R/ mengurangi potensial infeksi dan gumpalan darah
4. Anjurkan untuk berobat lanjutan pada dokter
R/ untuk menjamin tidak ada komplikasi
5. Kosongkan kandung kemih apabila kandung kemih sudah
penuh
R/ untuk membantu proses penyembuhan
Intervensi Keperawatan