Anda di halaman 1dari 34

ENSEFALITIS

By :
Angelina Orpa
Seltira Sirait
Pengertian
◦ Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.
Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis,
atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau
sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti
toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic. (Tarwoto & Wartonah, 2007).
Anatomi Fisiologi
◦ Otak
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neutron. Otak terdiri
dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), Brainstem (batang otak),
diensenfalon
Otak Besar (Serebrum)
◦ Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas mental yaitu yang berkaitan dengan
kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran dan pertimbangan. Otak besar merupaka sumber
dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai kehendak walaupun ada juga beberapa gerakan reflex
otak. Pada bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area
sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau
merespon rangsangan.
  Otak Kecil (Serebelum)
Otak Tengah (Mensefalon)

Otak tengah terletak di depan otak kecil dan Serebelum mempunyai fungsi utama dalam
jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat koordinasi ferakan otot yang terjadi secara
thalamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur sadar, keseimbangan dan posisi tubuh. Bilaa ada
kerja kelenjar-kelenjar endokrin. rangsangan yang merugikaan atau berbahaya
maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin
dilaksanakan
Sumsum Sambung (Medulla Oblangata)
Jembatan Varol (Pons Varoli)

◦ Jembatan varol berisi serabut saraf yang ◦ Sumsum sambung berfungsi menghantar
menghubungkan otak kecil bagian kiri dan impuls yang datang medulla spinalis menuju
kanan juga menghubungkan otak besar dan ke otak. Sumsum sambung juga
sumsum tulang belakang mempengaruhi jembatan, reflex fisiologis
seperti detak jantung, tekanana darah, volume
dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan
dan sekresi kelenjar pencernaan
Etiologi
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta,
dan virus. Bakteri penyebab  ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum.
Encephalitis bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000).
Penyebab lain :
1. Arbovirus: Arbovirus dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan serangga. Masa inkubasinya antara 5
sampai 15 hari
2. Enterovirus: poliovirus, herpes zoster. Enterovirus disamping dapat menimbulkan encephalitis dapat pula
mengakibatkan penyakit mumps (gondongan).
3. Herpes simpleks: penyakit meningitis yang sangat mematikan di Amerika Utara (Hickey dalam Donna, 1995).
4. Amuba: amuba Naegleria dan Acanthamoeba, keduanya ditemukan di air dan dapat masuk melalui mukosa mulut saat
berenang.
5. Rabies: akibat gigitan binatang yang terkena rabies setelah masa inkubasi yang berlangsung berminggu-minggu atau
berbulan-bulan.
6. Jamur: yang dapat menimbulkan encephalitis adalah fungus Blastomyces dermatitidis, biasanya menyerang pria yang
bekerja di luar rumah. Tempat masuknya melalui paru-paru atau lesi pada kulit.
Tanda dan Gejala
◦ Suhu yang mendadak naik,seringkali ditemukan hiperpireksia
◦ Kesadaran dengan cepat menurun
◦ Muntah
◦ Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja (kejang-kejang di muka).
◦ Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal  paresis atau
paralisis, afasia, dan sebagainya.
Patofisiologi
◦ Virus atau agen penyebab lainnya masuk ke susunan saraf pusat melalui peredaran darah, saraf perifer
atau saraf kranial, menetap dan berkembang biak menimbulkan proses peradangan. Kerusakan pada
myelin pada akson dan white matter dapat pula terjadi . Reaksi peradangan juga mengakibatkan
perdarahan , edema, nekrosis yang selanjutnya dapat terjadi peningkatan tekanan intracranial. Kematian
dapat terjadi karena adanya herniasi dan peningkatan tekanan intracranial. (Tarwoto Wartonah, 2007).
◦ Setelah terjadi penyebaran ke otak terjadi manifestasi klinis ensefalitis. Masa prodromal berlangsung 1-4
hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah nyeri tenggorokan, malais, nyeri ekstremitas,
dan pucat. Suhu badan meningkat, fotofobia, sakit kepala, muntah-muntah, letargi, kadang disertai
kakukuduk apabila infeksi mengenai meningen. Pada anak, tampak gelisah kadang disertai perubahan
tingkah laku. Dapat disertai gangguan penglihatan, pendengaran, bicara, serta kejang. Gejala lain berupa
gelisah, rewel, perubahan perilaku, gangguan kesaadaran, kejang. Kadang-kadang disertai tanda
neurologis fokal berupa afassia, hemiparesis, hemiplagia, ataksia, dan paralisis saraf otak.
PATFLOWDIAGRAM
PATFLOWDIAGRAM
Pemeriksaan Diagnostik

1. Biakan :
◦ Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk mendapatkan hasil yang
positif.
◦ Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat gambaran jenis kuman dan
sensitivitas terhadap antibiotika.
◦ Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif.
◦ Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur positif.
Pemeriksaan Diagnostik

2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji neutralisasi. Pada pemeriksaan
serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
3. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
4. Punksi lumbal  Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang ditemukan sedikit peningkatan
jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
5. EEG/ Electroencephalography  EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah sesuai dengan
kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut
otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan. (Smeltzer, 2002).
6. CT scan  Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula didapat hasil edema diffuse,
dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal
dan lobus frontal
Penatalaksanaan Medis
◦ Isolasi : bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan pencegahan.
◦ Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkin dianjurkan oleh dokter :
◦ Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
◦ Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
◦ Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir secara signifikan dapat
menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena
dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah
kekambuhan.
◦ Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara polifragmasi.
◦ Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen edema otak
Penatalaksanaan Medis
◦ Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah cairan yang diberikan
tergantung keadaan anak.
◦ Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam pipa giving set untuk
menghilangkan edema otak.
◦ Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk menghilangkan
edema otak.
◦ Mengontrol kejang : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang. Obat
yang diberikan ialah valium dan atau luminal.
◦ Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.
◦ Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis yang sama.
◦ Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip dengan dosis
5 mg/kgBB/24 jam.
Penatalaksanaan Medis
◦ Mempertahankan ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan (2-3l/menit).
◦ Penatalaksanaan shock septik.
◦ Mengontrol perubahan suhu lingkungan.
◦ Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh yang mempunyai
pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal
betis dan di atas kepala.  Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan
phenergan 4 mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular dibagi dalam 3 kali pemberian.
Dapat juga diberikan antipiretikum seperti asetosal atau parasetamol bila keadaan telah
memungkinkan pemberian obat per oral.
Komplikasi
◦ Komplikasi pada ensefalitis berupa :
◦ Retardasi mental
◦ Iritabel
◦ Gangguan motorik
◦ Epilepsi
◦ Emosi tidak stabil
◦ Sulit tidur
◦ Halusinasi
◦ Enuresis
◦ Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain.
Pencegahan
◦ Menjaga kebersihan misalnya dengan sering mencuci tangan dan membersihkan rumah secara teratur
◦ Jangan menggunakan alat makan yang sama dengan orang lain
◦ Menghindari gigitan nyamuk, kenakan pakaian tertutup saat tidur atau saat keluar rumah pada malam,
gunakan semprotan nyamuk serta lotion nyamuk
◦ Melakukan vaksin MMR (measles, mumps, and rubella)untuk mencegah terkena penyakit campak,
gondok, dan rubella.
Asuhan
Keperawatan
Pengkajian
◦ Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS. keluhan utama pada penderita
encephalitis yaitu sakit kepala, kaku kuduk, gangguan kesadaran, demam dan kejang.
◦ Riwayat penyakit sekarang.
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan hebatnya keluhan, mulai timbul
atau kekambuhan dari penyakit yang pernah dialami sebelumnya. Biasanya pada masa prodromal
berlangsung antara 1-4 hari ditandai dengan demam,s akit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan,
malaise, nyeri ekstrimitas dan pucat. Kemudian diikuti tanda ensefalitis yang berat ringannya
tergantung dari distribusi dan luas lesi pada neuron. Gejala terebut berupa gelisah, irritable, screaning
attack, perubahan perilaku, gangguan kesadaran dan kejang kadang-kadang disertai tanda neurologis
fokal berupa afasia, hemiparesis, hemiplegia, ataksia dan paralisi saraf otak.
Pengkajian
◦ Riwayat kehamilan dan kelahiran.
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post natal. Dalam riwayat prenatal perlu
diketahui penyakit apa saja yang pernah diderita oleh ibu terutama penyakit infeksi. Riwayat natal perlu
diketahui apakah bayi lahir dalam usia kehamilan aterm atau tidak karena mempengaruhi system kekebalan
terhadap penyakit pada anak. Trauma persalinan juga mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya
aspirasi ketuban untuk anak. Riwayat post natal diperlukan untuk mengetahui keadaan anak setelah lahir.
Contoh : BBLR, apgar score, yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
◦ Riwayat penyakit yang lalu.
Kontak atau hubungan dengan kasus-kasus meningitis akan meningkatkan kemungkinan terjdinya
peradangan atau infeksi pada jaringan otak (J.G. Chusid, 1993). Imunisasi perlu dikaji untuk mengetahui
bagaimana kekebalan tubuh anak. Alergi pada anak perlu diketahui untuk dihindarkan karena dapat
memperburuk keadaan.
Pengkajian
◦ Riwayat kesehatan keluarga.
Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya dengan penyakit yang dideritanya. Pada
keadaan ini status kesehatan keluarga perlu diketahui, apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit menular yang ada hubungannya dengan penyakit yang dialami oleh klien (Soemarno marram,
1983).
◦ Riwayat social.
Lingkungan dan keluarga anak sangat mendukung terhdap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Perjalanan klinik dari penyakit sehingga mengganggu status mental, perilaku dan kepribadian. Perawat
dituntut mengkaji status klien ataukeluarga agar dapat memprioritaskan maslaah keperawatnnya.
(Ignatavicius dan Bayne, 1991).
◦ Kebutuhan dasar (aktfitas sehari-hari).
Pada penderita ensepalitis sering terjadi gangguan pada kebiasaan sehari-hari antara lain : gangguan
pemenuahan kebutuhan nutrisi karena mual muntah, hipermetabolik akibat proses infeksi dan peningkatan
tekanan intrakranial. Pola istirahat pada penderita sering kejang, hal ini sangat mempengaruhi penderita.
Pola kebersihan diri harus dilakukan di atas tempat tidur karena penderita lemah atau tidak sadar dan
cenderung tergantung pada orang lain perilaku bermain perlu diketahui jika ada perubahan untuk
Pengkajian
◦ Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum.
Penderita biasanya keadaan umumnya lemah karena mengalami perubahan atau penurunan tingkat
kesadaran. Gangguan tingkat kesadaran dapat disebabkan oleh gangguan metabolisme dan difusi serebral
yang berkaitan dengan kegagalan neural akibat prosses peradangan otak.
b. Gangguan system pernafasan.
Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial menyebabakan kompresi pada batang otak
yang menyebabkan pernafasan tidak teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan
terjadi paralisa otot pernafasan (F. Sri Susilaningsih, 1994).
c. Gangguan system kardiovaskuler.
◦ Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik pada daerah tersebut, hal ini akan
merangsaang vasokonstriktor dan menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan pada pusat
vasomotor menyebabkan meningkatnya transmitter rangsang parasimpatis ke jantung.
Pengkajian
◦ Gangguan system gastrointestinal.
Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan intrakranial yang menstimulasi
hipotalamus anterior dan nervus vagus sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat pula terjd
diare akibat terjadi peradangan sehingga terjadi hipermetabolisme (F. Sri Susilanigsih, 1994).
◦ Pertumbuhan dan perkembangan.
Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang sifatnya kronuis atau mengalami hospitalisasi yang lama,
kemungkinan terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan sangat besar. Hal ini disebabkan pada
keadaan sakit fungsi tubuh menurun termasuk fungsi social anak. Tahun-tahun pertama pada anak
merupakan “tahun emas” untuk kehidupannya. Gangguan atau keterlambatan yang terjadi saat ini harus
diatasi untuk mencapai tugas –tugas pertumbuhan selanjutnya. Pengkajian pertumbuhna dan
perkembangan anak ini menjadi penting sebagai langkah awal penanganan dan antisipasi. Pengkajian dapat
dilakukan dengan menggunakan format DDST.
Dignosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan
batuk menurun akibat penurunan kesadaran.
3. Nyeri yang berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
NO Hasil

1 Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan 1. Monitor klien dengan ketat 1. Untuk mencegah nyeri
serebri yang berhubungan tindakan keperawatan terutama setelah lumbal kepala yang menyertai
dengan peningkatan tekanan selama 3x24 jam masalah pungsi. perubahan tekanan
intracranial gangguan perfusi jaringan 2. Monitor tanda-tanda intracranial
serebri terpecahkan peningkatan intrakranial 2. Untuk mendeteksi tanda-
dengan kriteria hasil: selama perjalanan penyakit tanda syok, yang harus
tingkat kesadaran 3. Monitor tanda-tanda vital dan dilaporkan ke dokter untuk
meningkat lebih sadar, neurologis tiap 5-30 menit.   intervensi awal
disorientasi 4. Hindari posisi tungkai ditekuk 3. Perubahan-perubahan ini
negatif, konsentrasi baik, atau gerakan-gerakan klien, menandakan ada
perfusi jaringan dan anjurkan untuk tirah baring. perubahan tekanan
oksigenasi baik, tanda 5. Tinggikan sedikit kepala klien intrakranial dan penting
tanda vital dalam batas dengan hati-hati, cegah untuk intervensi awal
normal dan syok dapat gerakan yang tiba-tiba dan 4. Untuk mencegah
dihindari tidak perlu dari kepala dan peningkatan tekanan
leher, hindari fleksi leher intracranial
6. Kolaborasi pemberian steroid 5. Untuk mengurangi tekanan
osmotik. intrakranial
6. Untuk menurunkan
tekanan intrakranial.
Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil

2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas Setelah dilakukan 1. Kaji fungsi paru, 1. Memantau dan mengatasi
yang berhubungan dengan akumulasi tindakan keperawatan adanya bunyi napas komplikasi potensial.
sekret, kemampuan batuk menurun selama 3x24 jam masalah tambahan, perubahan Pengkajian fungsi
akibat penurunan kesadaran. jalan napas kembali irama dan pernapasan dengan interval
efektif kedalaman, yang teratur adalah penting
dengan kriteria hasil: penggunaan otot-otot karena pernapasan yang
sesak napas negatif, aksesori, warna dan tidak efektif dan adanya
frekuensi napas 16- kekentalan sputum. kegagalan, akibat adanya
20x/menit tidak 2. Atur posisi fowler kelemahan atau paralisis
menggunakan otot bantu dan semifowler  pada otot-otot interkostal
napas, dapat 3. Ajarkan cara batuk dan diafragma berkembang
mendemontrasikan cara efektif dengan cepat
batuk efektif. 4. Lakukan fisioterapi 2. Peninggian kepala tempat
dada: vibrasi dada tidur memudahkan
5. Penuhi hidrasi cairan pernapasan, meningkatkan
via oral seperti ekspansi dada,
minum air putih dan meningkatkan batuk lebih
pertahankan asupan efektif
cairan 2500 ml/hari
6. Lakukan pengisapan
lendir dijalan napas
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi RASIONAL
Hasil

3. Klien berada pada resiko tinggi bila


tidak dapat batuk dengan efektif untuk
membersihkan jalan napas dan
mengalami kesulitan dalam menelan
sehingga menyebabkan aspirasi saliva
dan mencetus gagal napas akut
4. Terapi fisik dada membantu
meningkatkan batuk lebih efektif
5. Pemenuhan cairan dapat
mengencerkan mukus yang kental,
dan dapat membantu pemenuhan
cairan yang banyak keluar dari tubuh
6. Pengisapan mungkin diperlukan untuk
mempertahankan kepatenan jalan
napas menjadi bersih
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
3. Nyeri kepala berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Usahakan membuat 1. Menurunkan reaksi
iritasi lapisan otak tindakan keperawatan lingkungan yang terhadap rangsangan
selama 3x24 jam aman dan tenang. eksternal atau
keluahan nyeri 2. Kompres dingin (es) kesensitifan terhadap
berkurang/rasa sakit pada kepala cahaya dan
terkendali dengan 3. Lakukan menganjurkan klien
kriteria hasil: penatalaksanaan nyeri untuk beristirahat
klien dapat tidur dengan dengan metode 2. Dapat menyebabkan
tenaang, wajah rileks, distraksi dan relaksasi vasokontriksi pembuluh
dan klien napas dalam darah otak
memverbalisasikan 4. Lakukan latihan gerak 3. Membantu menurunkan
penurunan rasa sakit aktif atau pasif sesuai (memutuskan) stimulasi
kondisi dengan sensasi nyeri
lembut dan hati-hati 4. Dapat membantu
5. Kolaborasi pemberian relaksasi otot-otot yang
analgesik tegang dan dapat
menurunkan nyeri/rasa
tidak nyaman
5. Mungkin diperlukan
untuk menurunkan rasa
sakit.
Implementasi Keperawatan
1. Persiapan
◦ Kesiapan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan
◦ Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap

2. Perencanaan
◦ Menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang
◦ diperlukan.
◦ Mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin
◦ timbul.
◦ Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
◦ Mempersiapkan lingkungan yang kondusif sesuai dengan tindakan yang dilakukan.
◦ Mengidentifikasi aspek hukum dan etika terhadap resiko dari
◦ potensial tindakan.
Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.
Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab secara profesional sebagaimana terdapat
dalam standar praktek keperawatan, meliputi:
◦ Independent: Tindakan keperawatan independent adalah suatu tindakan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa
petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
◦ Interdependent: Interdependen tindakan keperawatan menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama
dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya : tenaga sosial, ahli gizi fisioterapi dan dokter.
◦ Dependent: Tindakan dependent berhubungan dengan pelaksanaan rencana medis.
◦ Dokumentasi: Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
kejadian dalam proses keperawatan.
Evaluasi
◦ Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa
jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksananya sudah berhasil dicapai.
◦ Tujuan evaluasi
Untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan, perawat dapat mengambil keputusan berdasarkan
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan yakni :
1. Meyakini rencana tindakan keperawatan klien, tujuan yang ditetapkan.
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien menemui kesulitan untuk mencapai tujuan ).
Kesimpulan
Encephalitis adalah peradangan pada jaringan otak dan meningen, yang dapat disebabkan karena virus, bakteri, jamur
dan parasit. Encephalitis karena bakteri dapat masuk melalui fraktur tengkorak. Sedangkan pada virus disebabkan
karena gigitan serangga, nyamuk (arbo virus) yang kemudian masuk ke susunan saraf pusat melalui peredaran darah

Anda mungkin juga menyukai