KELOMPOK XVI :
Nisya Andesita
Agustin Rahayu P.
I1B110008
I1B110009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat di jaman sekarang tidak lepas dari yang namanya sakit. Sakit
merupakan ketidak seimbangan dalam tubuh tidak hanya fisik tapi juga
psikologinya.
Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit misalnya personal
hygiennya(kebersihan diri sendiri), jika personal hygiennya kurang terpenuhi
maka orang tersebut mungkin lebih rentan terkena penyakit.
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada
saluran kemih. ISK merupakan salah satu kasus yang sering terjadi dalam
masyarakat. Walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan,
biasanya urin tidak mengandung bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau
ginjal dan berkembang biak dalam urin, terjadilah ISK. Jenis ISK yang paling
umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut sebagai sistitis.
Gejala yang dapat timbul dari ISK yaitu perasaan tidak enak berkemih (disuria,
Jawa: anyang-anyangen). Tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak
menimbulkan gejala disebut sebagai ISK asimtomatis. (Coyle & Prince, 2005)
ISK dapat disebabkan oleh kebiasaan yang tidak baik (kurang minum,
menahan kemih), kateterisasi, dan penyakit serta kelainan lain. serta berhubungan
dengan gonta ganti pasangan..yang kita tidak tau juga kalau pasangan itu
membawa bakteri dari pasangan lain. terutama kalau sistem ketahanan tubuh
sudah berkurang, apa saja jenis bakteri akan sangat gampang sekali masuk ke
dalam tubuh. Menurut WHO Indonesia menduduki peringkat ke-3 dunia tentang
ISK yaitu dengan persentase 30%. Belgia menduduki posisi pertama dengan
persentase 55%, disusul oleh Amerika Serikat diposisi ke-2 dengan persentase
44%.
B. Tujuan
a.
Tujuan Umum
Adapun tujuan penulisan makalah yang berjudul asuhan keperawatan pada
anak dengan infeksi saluran kemih adalah untuk mengetahui konsep dan
asuhan keperawatan yang diberikan pada anak dengan masalah perkemihan
yaitu dengan penyakit infeksi saluran kemih.
b.
Tujuan Khusus
Adapun tujan khusus dari makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa mengetahui definisi dari infeksi saluran kemih.
b. Mahasiswa mengetahui etiologi atau penyebab terjadinya infeksi saluran
kemih
c. Mahasiswa mengetahui patofisiologi dari penyakit infeksi saluran kemih.
d. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang pada anak dengan infeksi
saluran kemih.
e. Mahassiswa mengetahui manifestasi klinis pada anak dengan infeksi
saluran kemih.
f. Mahasiswa mengetahui pertumbuhan dan perkembangan pada anak
dengan infeksi saluran kemih.
g. Mahasiswa mengetahui hospitalisasi pada anak dengan infeksi saluran
kemih.
h. Mahasiswa mengetahui terapi yang diberikan pada anak dengan infeksi
saluran kemih.
i. Mahasiswa mengetahui pengkajian pada kasus infeksi saluran kemih pada
anak.
j. Mahasiswa mengetahui diagnosa yang muncul pada kasus infeksi saluran
kemih pada anak.
k. Mahasiswa mengetahui rencana asuhan keperawatan pada anak dengan
infeksi saluran kemih.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk
menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih.
1. Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari
semua umur baik pada anak, remaja, dewasa maupun pada umur lanjut.
2. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria
dengan angka populasi umum, kurang dari 515%, untuk menyatakan adanya
ASK harus ditemukan bakteri didalam urin. Bakteriuria bermakna yang disertai
gejala pada saluran kemih disebut bakteriunia bergejala sedangkan yang tanpa
gejala kemih disebut bakteriunia tanpa gejala. Mikro organisme yang paling
sering menyebabkan ISK adalah jenis bakteri aerob. Saluran kemih normal
tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba yang lain, karena itu rutin dalam ginjal
dan buli-buli biasanya steril. Walaupun demikian uretra bagian bawah terutama
pada bagian yang mendekati kandung kemih.
Selain bakteri aerob, ISK dapat disebabkan oleh virus, nagi, dan jamur.
Ada kalanya ISK tanpa bakteriuria, ditemukan pada keadaaan-keadaan :
1. Fokus infeksi tidak dilewati urin, misalnya pada lesi dini pielonefritis karena
infeksi hematogen.
2. Bendungan total pada bagian yang menderita infeksi.
3. Bakteriuria disamakan karena pemberian antibiotika.
B. Etiologi
Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih adalah jenis
bakteri aerob. Pada kondisi normal, saluran kemih tidak dihuni oleh bakteri atau
mikroba lain, tetapi uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh
bakteri yang jumlahnya makin berkurang pada bagian yang mendekati kandung
kemih. Infeksi saluran kemih sebagian disebabkan oleh bakteri, namun tidak
tertutup kemungkinan infeksi dapat terjadi karena jamur dan virus. Infeksi oleh
bakteri gram positif lebih jarang terjadi jika dibandingkan dengan infeksi gram
negatif.
Lemahnya pertahanan tubuh telah menyebabkan bakteri dari vagina,
perineum (daerah sekitar vagina), rektum (dubur) atau dari pasangan (akibat
hubungan seksual), masuk ke dalam saluran kemih. Bakteri itu kemudian
berkembang biak di saluran kemih sampai ke kandung kemih, bahkan bisa sampai
ke ginjal.
Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri-bakteri di
bawah ini :
a. Kelompok anterobacteriaceae seperti :
1. Escherichia coli
2. Klebsiella pneumoniae
3. Enterobacter aerogenes
4. Proteus
5. Providencia
6. Citrobacter
b. Pseudomonas aeruginosa
c. Acinetobacter
d. Enterokokus faecalis
e. Stafilokokus sarophyticus
C. Epidemiologi
Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2%
anak laki-laki. Kejadian infeksi saluran kemih pada bayi baru lahir dengan berat
lahir rendah mencapai 10-100 kali lebih besar disbanding bayi dengan berat lahir
normal (0,1-1%). Sebelum usia 1 tahun, infeksi saluran kemih lebih banyak
terjadi pada anak laki-laki. Sedangkan setelahnya, sebagian besar infeksi saluran
kemih terjadi pada anak perempuan. Misalnya pada anak usia pra sekolah di mana
infeksi saluran kemih pada perempuan mencapai 0,8%, sementara pada laki-laki
hanya 0,2% dan rasio ini terus meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian
infeksi saluran kemih pada anak perempuan 30 kali lebih besar dibanding pada
anak laki-laki. Pada anak laki-laki yang disunat, risiko infeksi saluran kemih
menurun hingga menjadi 1/5-1/20 dari anak laki-laki yang tidak disunat. Pada usia
2 bulan 2 tahun, 5% anak dengan infeksi saluran kemih mengalami demam
tanpa sumber infeksi dari riwayat dan pemeriksaan fisik. Sebagian besar infeksi
saluran kemih dengan gejala tunggal demam ini terjadi pada anak perempuan.
D. Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari
tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya
ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:
distensii
yang
berlebihan
sehingga
menimbulkan
nyeri,
keadaan
ini
roorganisme, penggunaan steroid dalam jangka panjang, usia lanjut, anomali saluran kemih, cedera uretra)
Makanan terkontaminasi mikroorganisme masuk
lewat
mulut
Jaringan
parut
total tersumbat
Hidup
Tidak hidup
Risiko infeksi
Penebalan dinding VU
kontraksi otot VU
Bakteremia primer
Kesulitan berkemih
difagosit
Tidak difagosit
Bakteremia sekunder
ureter
Peningkatan tekanan VU
Retensi urin
Mati
Peradangan
Hipotalamus
Reinteraksi abdominal
Peningkatan
Distensi uretral
frekuensi/ dorongan
Menekan
kontraksi
termoregulator
uretral
Tidak hipertermi
Procesia di kulit
Oliguria
obstruksi
Mual muntah
Hipertermi
Gangguan eliminasi urin
Cepat lelah
Intoleransi aktivitas
Nyeri
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Sukandar (2009) analisis urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin
segar tanpa putar, kultur urin, serta jumlah kuman/mL urin merupakan protokol
standar untuk pendekatan diagnosis ISK. Pengambilan dan koleksi urin, suhu dan
teknik
transportasi
sampel
urin
harus
sesuai
dengan
protokol
yang
pagi). Urin pagi adalah urin yang pertama tama diambil pada pagi hari setelah
bangun tidur. Digunakan urin pagi karena yang diperlukan adalah pemeriksaan
pada sedimen dan protein dalam urin. Sampel urin yang sudah diambil, harus
segera diperiksa dalam waktu maksimal 2 jam. Apabila tidak segera diperiksa,
maka sampel harus disimpan dalam lemari es atau diberi pengawet seperti asam
format.
Bahan untuk sampel urin dapat diambil dari:
Urin porsi tengah, sebelumnya genitalia eksterna dicuci dulu dengan air
pubik.
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setelah > 6 minggu infeksi akut sembuh,
dan tidak dilakukan pada penderita yang berusia lanjut, penderita DM,
penderita dengan kreatinin plasma > 1,5 mg/dl, dan pada keadaan dehidrasi.
c. Sistouretrografi saat berkemih
Pemeriksaan ini dilakukan jika dicurigai terdapat refluks vesikoureteral,
terutama pada anak anak. Ultrasonografi ginjal Untuk melihat adanya tanda
obstruksi/hidronefrosis, scarring process, ukuran dan bentuk ginjal, permukaan
ginjal, masa, batu, dan kista pada ginjal.
d. Pielografi antegrad dan retrograde
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat potensi ureter, bersifat invasive dan
mengandung factor resiko yang cukup tinggi. Sistokopi perlu dilakukan pada
refluks vesikoureteral dan pada infeksi saluran kemih berulang untuk mencari
factor predisposisi infeksi saluran kemih.
e. CT-scan
Pemeriksaan ini paling sensitif untuk menilai adanya infeksi pada parenkim
ginjal, termasuk mikroabses ginjal dan abses perinefrik. Pemeriksaan ini dapat
membantu untuk menunjukkan adanya kista terinfeksi pada penyakit ginjal
polikistik. Perlu diperhatikan bahwa pemeriksaan in lebih baik hasilnya jika
memakai media kontras, yang meningkatkan potensi nefrotoksisitas.
f. DMSA scanning
Penilaian kerusakan korteks ginjal akibat infeksi saluran kemih dapat
dilakukan dengan skintigrafi yang menggunakan (99mTc) dimercaptosuccinic
acid (DMSA). Pemeriksaan ini terutama digunakan untuk anak anak dengan
infeksi saluran kemih akut dan biasanya ditunjang dengan sistoureterografi saat
berkemih. Pemeriksaan ini 10 kali lebih sensitif untuk deteksi infeksi korteks
ginjal dibanding ultrasonografi.
F. Manifestasi Klinis
Gejala ISK bervariasi tergantung dari lokasi infeksi bakteri pada saluran
kemih. ISK diklasifikasikan sebagai berikut:
Menurut lokasi infeksi :
ISK bawah
ISK atas
Menurut gejala:
Sering kencing
Demam
ISK atas (uretritis, pyelonefritis):
Demam
Muntah
1. Diarrhea
2. Menangis tanpa henti yang tidak dapat dihentikan dengan usaha tertentu
(misalnya: pemberian makan, dan menggendong
3. Kehilangan nafsu makan
4. Demam
5. Mual dan muntah
Untuk anak anak yang lebih dewasa, gejala yang ditunjukkan berupa:
1. rasa sakit pada panggul dan punggung bagian bawah (dengan infeksi pada
ginjal)
2. seringnya berkemih
3. ketidakmampuan memprodukasi urin dalam jumlah yang normal, dengan kata
4.
5.
6.
7.
Neonatus
Penelitian di Swedia yang menggunakan teknik pengumpulan dengan
kantong menemukan UTI pada 1,4% neonatus asimtomatik, dan insidensi
bakteriuria asimtomatik berkisar antara 1-3%. Pada bayi preterm, insidensi
bakteriuria berkisar antara 2,4-5,6%; hasil yang paling dapat dipercaya
menunjukkan angka 2,4% melalui pungsi suprapubik. Inseidensi pada anak lakilaki lebih tinggi dibandingkan perempuan, tetapi tidak ada penjelasan yang jelas.
Pada neonatus, gejala cenderung lebih sistemik dibandingkan pada anak
yang lebih tua. Gejala yang paling lazim adalah kegagalan tumbuh-kembang,
disertai dengan nafsu makan yang kurang, muntah, serta diare. Sekitar 30% bayi
dengan UTI simtomatik memperlihatkan gejala sistem saraf pusat (yaitu, letargi,
iritabilitas, serangan kejang, koma) dan hampir 20% menunjukkan tanda yang
mengesankan septikimia. Gejala kolik merupakan tampilan yang hanya dijumpai
pada sekitar 5%.
Bayi
Insidensi bakteriuria asimtomatik pada anak berusia 1 bulan-2 tahun
adalah ~3%. Gejala pada kelompok usia ini relatif tidak spesifik. Masalah makan,
kegagalan pertambahan berat secara normal, gejala saluran cerna, dan demam
yang tidak terjelaskan tampak menonjol. Dalam kelompok usia ini terdapat lebih
banyak anak yang memperlihatkan tanda yang mengesankan infeksi saluran
bagian bawah (disuria, urgensi, dan frekuensi).
Balita
Anak prasekolah juga menunjukkan insidensiinfeksi asimtomatik hingga
setinggi 2-3%. Gejala pada anak usia ini lebih terbatas pada saluran
genitourinaria; keluhan nyeri perut bawah, demam, disuria, dan frekuensi serta
urgensi lazim dijumpai. Meskipun frekuensi gejala sistemik cenderung berkurang,
kecuali untuk pielonefritis, anak dengan UTI masih bisa datang dengan kejang
demam. Enuresis telah dilaporkan pada 7-30% anak prasekolah dengan UTI.
Kekambuhan enuresis siang atau malam hari lebih bermakna daripada enuresis
noktruna.
Anak Usia Sekolah
Pada kelompok ini, insidensi bakteriuria anak perempuan 30 kali lebih
besar daripada laki-laki (1,2 versus 0,04%). Insidensi tahunan telah diperkirakan
sebesar 0,4 % tetapi insidensi menurun dari 2,2% pada 6 tahun menjadi 0,75 pada
12 tahun. Karena insidensi menggambarkan jumlah infeksi yang ada dalam
populasi pada suatu saat, perspektif yang lebih baik terhadap masalah bisa
diperoleh dengan mempertimbangkan fakta bahwa 5-6% dari semua perempuan
akan mengalami sekurang-kurangnya satu episode bakteriura bermakna antara
usia 6-18 tahun. Dalam satu penelitian, risiko berkembangnya Uti simtomatik
sebelum usia 11 tahun adalah 3% untuk perempuan dan 1,1% untuk laki-laki.
Pada anak yang lebih tua, gejala UTI klasiklah yang lebih menonjol. Demam
lazim dijumpai, juga nyeri abdomen, nyeri suprapubik, dan nyeri punggung,
disuria, dan urgensi serta frekuensi.
G. Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh
bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan
merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui
tumbuh kematangan dan belajar.
Peristiwa pertumbuhan pada anak dapat terjadi perubahan tentang besarnya,
jumlah, ukuran di dalam tingkat sel, organ maupun individu, sedangkan peristiwa
perkembangan pada anak dapat terjadi pada perubahan bentuk dan fungsi
kematangan organ mulai dari aspek social, emosional dan intelektual.
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak setiap individu
akan mengalami siklus berbeda setiap kehidupan manusia. Peristiwa tersebut
dapat secara cepat maupun lambat tergantung dari individu atau lingkungan.
Lingkungan prenatal
Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi sampai lahir yang
meliputi gizi pada waktu ibu hamil, lingkungan mekanis seperti posisi janin dalam
uterus, zat kimia atau toksin seperti penggunaan obat-obatan, alcohol atua
Hal ini dapat dilihat pada masa musim tertentu, kebutuhan gizi dapat mudah
diperoleh. Demikian juga terdapat musim tertentu pula terkadang kesulitan
mendapatkan makanan yang bergizi seperti saat musim kemarau penyediaan air
bersih atau sumber makanan sangat kesulitan.
Olahraga/ Latihan Fisik
Olahraga atau latihan fisik dapat memacu perkembangan anak, karena dapat
meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplai oksigen ke seluruh tubuh dapat
teratur. Selain itu latihan juga meningkatkan stimulasi perkembangan otot dan
pertumbuhan sel. Demikian juga dalam aspek social, anak dapat mudah
melakukan interaksi dengan temannya sesuai dengan jenis olahraganya.
Posisi Anak dalam Keluarga
Posisi
anak
dalam
keluarga
dapat
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
perkembangan. Hal ini dapat dilihat pada anak pertama atau tunggal, dalam aspek
perkembangan secara umum kemampuan intelektual lebih menonjol dan cepat
berkembang karena sering berinteraksi dengan orang dewasa, akan tetapi dalam
perkembangan motoriknya kadang-kadang terlambat karena tidak ada stimulasi
yang biasanya dilakukan saudara kandungnya. Demikian juga pada anak kedua
atau berada di tengah kecenderungan orangtua yang merasa biasa dalam merawat
anak lebih percaya diri sehingga kemampuan untuk beradaptasi anak lebih cepat
dan mudah, akan tetapi dalam perkembangan intelektual biasanya terkadang
kurang apabila dibanding dengan anak pertamanya, kecenderungan tersebut juga
tergantung kepada keluarga.
Status Kesehatan
Hal ini dapat terlihat apabila anak dengan kondisi dengan kondisi sehat dan
sejahtera maka percepatan untuk tumbuh kembang sangat mudah, akan tetapi
apabila kondisi status kesehatan kurang maka akan terjadi perlambatan. Sebagai
contoh, pada saat tertentu anak seharusnya mencapai puncak dalam pertumbuhan
dan perkembangan, akan tetapi apabila saat itu pula terjadi penyakit kronis yang
ada pada diri anak, maka pencapaian kemampuan untuk maksimal dalam tumbuh
kembang anak terhambat, karena anak memiliki rasa kritis. Beberapa kondisi yang
dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak misalnya adanya kelaianan
perkembangan fisik atau disebut cacat fisik (sumbing, juling, kaki bengkok, dan
Masalah utama terjadi adalah karena dampak dari perpisahan dengan orang tua
sehingga ada gangguan pembentukkan rasa percaya dan kasih sayang. Pada anak
usia lebih dari 6 bulan terjadi stranger anxiety atau cemas atau cemas apabila
berhadapan dengan orang yang tidak dikenalnya dan cemas karena perpisahan.
Reaksi yang sering muncul pada anak ini adalah menangis, marah, dan banyak
melakukan gerakan sebagai sikap stranger anxiety.
2)
Anak usia todler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber stresnya.
Sumber stress yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respon perilakunya
sesuai dengan tahapannya :
Perawatan anak dirumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan
yang dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan, yaitu
lingkungan rumah, permainan, dan teman sepermainannya. Reaksi terhadap
perpisahan yang ditunjukan anak usia prasekolah adalah dengan menolak makan,
sering bertanya, menangis walaupun secara perlahan, dan tidak kooperatif
terhadap tenaga kesehatan, perawatan dirumah sakit mengakibatkan anak
kehilangan control terhadap dirinya.
4)
Perawatan dirumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan lingkungan yang
dicintainya, yaitu keluarga dan terutama pada kelompok sosialnya yang dapat
menimbulkan kecemasan. Kehilangan control juga terjadi akibat dirawat dirumah
sakit karena adanya pembatasan aktivitas. Kehilangan control tersebut berdampak
pada perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya
karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan social, perasaan takut
mati, dan adanya kelemahan fisik.
5)
Reaksi yang sering muncul pada terhadap pembatasan aktivitas ini adalah
menolak perawatan atau tindakan yang dilakukan padanya atau anak tidak mau
kooperatif dengan petugas kesehatan atau menarik diri dari keluarga, sesama
pasien dan petugas kesehatan (isolasi).
I. Terapi
o
Setiap infeksi berulang harus diobati seperti pengobatan pada fase akut.
Bila reinfeksi terjadi 2 kali, maka pengobatan dilanjutkan dengan pengobatan
profilaksis, dengan obat-obatan antiseptis urin (nitrofurantoin, kotrimoksazole,
sefaleksin, metenamin mandelat). Pada umumnya deiberikan dosis normal, 1
kali sehari pada malam hari selama 3 bulan. Bila ISK disertai kelainan
anatomis (complicated urinary infection), maka hasil pengobatan kurang
memuaskan. Profilaksis dilakukan selama 6 bulan dan bila perlu sampai 2
tahun.
Koreksi pembedahan
Bila pada pemeriksaan radiologis ditemukan obstruksi maka perlu
dilakukan koreksi bedah. Pada keadaan pionefrosis atau pielonefritis atrofik
kronik tindakan nefroktomi kadang perlu dilakukan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I.
Pengkajian
Identitas
Nama
Umur
Jenis kelamin
Suku bangsa
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
Tanggal MRS
Diagnosa medis
RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama : - Disuria
-
Polakisria
Nyeri
Klien mengalami penurunan nafsu makan karena mual, muntah saat makan
sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
2. Pola eliminasi
Eliminasi alvi klien tidak dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah
baring lama. Sedangkan eliminasi urine mengalami gangguan karena ada
organisme yang masuk sehingga urine tidak lancar.
3. Pola aktifitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total agar tidak
terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
4. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan dengan imobilisasi yang
lama.
5. Pola persepsi dan konsepsi diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan ketakutan
merupakan dampak psikologi klien.
6. Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan dengan klien dirawat di
rumah sakit dan klien harus bedrest total.
7. Pola penanggulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa sedih karena keadaan sakitnya.
8. Pola tata nilai dan kepercayaan
Dalam hal beribadah biasanya terganggu karena bedrest total dan tidak
boleh melakukan aktivitasi karena penyakitnya.
g. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Didapatkan klien tampak lemah, nadi 100x/menit, T = 119/60
2. Tingkat Kesadaran
Normal GCS 4-5-6
3. Sistem Respirasi
Pernafasan normal yaitu 20x/menit, nafsu normal
4. Sistem Kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah
5. Sistem Integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, rambut agak kusam.
6. Sistem Gastrantestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor.
7. Sistem Muskuloskeletal.
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
8. Sistem Abdomen
Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya
peradangan akut maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih yang
mengenai pelvis ginjal, pielonefritis, cystitis, uretra.
II. Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih
dan sruktur traktus urinarius lain
2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada
kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain
3. Hipertermi berhubugan dengan pelepasan toksin oleh bakteri
III.
Intervensi Keperawatan
NO
Diagnosa
1.
Nyeri
berhubungan
dengan
Intervensi
Rasional
Pantau haluaran untuk mengidentifikasi
urine
inflamasi perubahan
warna, penyimpangan
an
kemih berkemih,
masukan
o membantu
mengevaluasi
urinarius lain
tempat
Tujuan :
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
Catat
lokasi,
lamanya
skala
intensitas
(1-10)
penyebaran nyeri.
selama 3x 24 jam Berikan tindakan
pasien merasa
nyaman,
dari
seprti
dan
obstruksi
penyebab
nyeri
o meningkatkan
relaksasi,
menurunkan
tegangan otot.
o membantu
nyaman dan
nyerinya
berkurang.
Kriteria Hasil :
1. Pasien
mengatakan / tidak
ada keluhan nyeri
pada saat
berkemih.
2. Kandung kemih
tidak tegang
3. Pasien nampak
tenang
4. Ekspresi wajah
tenang
pijatan
punggung,
lingkungan istirahat
Bantu atau dorong
penggunaan
nafas
berfokus
Berikan perawatan
perineal
Jika
dipaang
mengarahkan
kembali
perhatian
mencegah
kontaminasi uretra
o Kateter
memberikan
kateter
indwelling,
bakteri
berikan
perawatan
memasuki
jalan
untuk
kandung
hari.
dan
kemih
naik
ke
saluran
perkemihan
o Temuan- temuan
Kolaborasi
o Konsul dokter bila:
sebelumnya
tanda
kuning
gading-
urine
kuning,
perlu pemeriksaan
jingga
gelap,
luas
o analgesic memblok
berkabut
atau
keruh.
Pla
berkemih berubah,
sring
berkemih
dengan
jumlah
sedikit,
perasaan
ingin
menetes
kencing,
setelah
berkemih.
Nyeri
menetap
atau
bertambah sakit
o Berikan analgesic
sesuia kebutuhan
kerusakan
lintasan
nyeri
sehingga
mengurangi nyeri
o akibat
dari
haluaran
urin
memudahkan
berkemih
dan
sering
membentu
membilas
berkemih
saluran
dan
evaluasi
keberhasilannya
o Berikan antibiotic.
Buat
berbagai
variasi
sediaan
minum, termasuk
air
segar
Pemberian
sampai
.
air
2400
ml/hari
2.
Perubahan
eliminasi
dan
berhubungan
dengan
obstruksi
mekanik
pada
kandung
kemih
ataupun
struktur
traktus
urinarius
lain
pengeluaran tentang
fungsi
ginjal
karakteristi urin
dan adanya komplikasi
membilas bakteri.
pemasukan cairan
Kaji
keluhan
kandung
kemih
penuh
retensi
terjadi
urin
dapat
menyebabkan
distensi
jaringan(kandung
kemih/ginjal)Observasi
mental:, perubahan
akumulasi sisa uremik
membaik,
tidak perilaku atau tingkat
dan
terjadi tanda-tanda kesadaran
ketidakseimbangan
gangguan
elektrolit dapat menjadi
berkemih (urgensi,
status
Kolaborasi
urin
Awasi pemeriksaan
laboratorium;
elektrolit,
BUN,
pengawasan terhadap
disfungsi ginjal
kreatinin
3.
Hipertermi
berhubugan
dengan pelepasan
Observasi
tanda vital.
berubah
dengan
adanya
peningkatan
Tujuan :
daerah
dahi
dan ketiak.
memberi
dengan kriteria :
0
Dengan
pemin-dahan panas ke
Suhu : 36 37 C
konduksi.
pecah.
banyak
di-harapkan
cairan
yang
terjadinya
IV. Implementasi
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dan rencana
tindakan meliputi beberapa bagian yaitu validasi, secara keperawatan memberikan
asuhan keperawatan dan pengumpulan data (Lumidar 1990)
V. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang matematis dari rencana tindakan dari
masalah kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan
cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan kesehatan lainnya (Ependi,
1995)
BAB IV
PENUTUP
B. Kesimpulan
Infeksi saluran kemih secara umum dapat disebabkan oleh E.coli atau
penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab
infeksi saluran kemih pertama pada sekitar 90% wanita muda. Gejala dan tandatandanya antara lain : sering kencing, disuria, hematuria dan piuria. Adanya
keluhan nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas.
Bakteri yang dapat menimbulkan infeksi saluran kemih selain E.coli melalui
infeksi nosokomial Klebsiella, Proteus, Providencia, Citrobacter, P. aeruginosa,
Acinetobacter, Enterococcus faecalis dan Stafilokokus saprophyticus.
Media pembiakan yang sesuai untuk berbagai mikroorganisme penyebab
meningitis adalah media agar darah dan agar mac conkey.
C. Saran
Semoga untuk ke depan dapat ditingkatkan kesehatan dan kebersihan
pribadi tiap tiap individu sehingga dapat terhindar dari penyakit Cystitis
khususnya, dan penyakit infeksi bakteri secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
Dengoes Marilyn E, 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC, Jakarta
Tessy Agus, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3, FKUI. Jakarta.
Mansjoer A, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 FKUI. Jakarta.
Jawetz. E , Melnick & Adelberg : Mikrobiologi Kedokteran, edisi 20 EGC Jakarta
1996