Oleh:
Pembimbing:
dr. Azelia Nusadewiarti, MPH
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi
angka kejadian skabies di Desa Bernung Gedong Tataan Pesawaran.
1.2.2 Untuk mencari penyebab permasalahan terjadinya skabies di Desa
Bernung Gedong Tataan Pesawaran.
1.2.3 Untuk mencari alternatif penyelesaian permasalahan skabies di Desa
Bernung Gedong Tataan Pesawaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Skabies merupakan penyakit infestasi ektoparasit pada manusia yang
disebabkan Sarcoptes scabiei varietas hominis. Penyakit ini dikenal juga
dengan nama the itch, gudik, atau gatal agogo. Skabies ditemukan di semua
negara dengan prevalensi yang bervariasi.Skabies tidak membahayakan bagi
manusia.Adanya rasa gatal pada malam hari merupakan gejala utama yang
mengganggu aktivitas dan produktivitas. Penyakit scabies banyak
berjangkit di: (1) lingkungan yang padat penduduknya, (2) lingkungan
kumuh, (3) lingkungan dengan tingkat kebersihan kurang. Skabies
cenderung tinggi pada anak-anak usia sekolah, remaja bahkan orang
dewasa. (Handoko, 2012).
2.2 Epidemiologi
Skabies merupakan penyakit endemik pada banyak masyarakat.Penyakit ini
dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia.Penyakit ini
banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat mengenai
semua umur. Insidens sama pada pria dan wanita. Insidens skabies di negara
berkembang menunjukkan siklus fluktuasi yang sampai saat ini belum dapat
dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu epidemic dan permulaan epidemi
berikutnya kurang lebih 10-15 tahun .Beberapa faktor yang dapat membantu
penyebarannya adalah kemiskinan, higiene yang jelek, seksual
promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi, ekologi, dan derajat sensitasi
individual (Harahap M., 2011).
2.3 Etiologi
Penyebabnya penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun lalu
sebagai akibat infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei atau pada
manusia disebut Sarcoptes scabiei varian hominis. Sarcoptes scabiei
termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina, super famili
Sarcoptes (Djuanda, 2011).
Secara morfologi tungau ini berbentuk oval dan gepeng, berwarna putih
kotor, transulen dengan bagian punggung lebih lonjong dibandingkan perut,
tidak berwarna, yang betina berukuran 300-350 mikron, sedangkan yang
jantan berukuran 150-200 mikron. Stadium dewasa mempunyai 4 pasang
kaki, 2 pasang merupakan kaki depan dan 2 pasang lainnya kaki belakang.
Siklus hidup dari telur sampai menjadi dewasa berlangsung satu
bulan.Sarcoptes scabiei betina terdapat cambuk pada pasangan kaki ke-3
dan ke-4.Sedangkan pada yang jantan bulu cambuk tersebut hanya dijumpai
pada pasangan kaki ke-3 saja (Desiandura et al, 2017).
Gambar 2. Siklus Hidup S.scabiei (Rezki, 2017)
2.4 Klasifikasi
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit
dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa
bentuktersebut antara lain (Harahap M, 2011):
3. Skabies nodular
Skabies nodular adalah varian klinik yang terjadi sekitar 7% dari
kasus skabies dimana lesi berupa nodul merah kecoklatan berukuran
2-20 mm yang sangat gatal.Umumnya terdapat pada daerah yang
tertutup terutama pada genitalia, inguinal dan aksila. Pada nodul yang
lama tungau sukar ditemukan, dan dapat menetap selama beberapa
minggu hingga beberapa bulan walaupun telah mendapat pengobatan
anti skabies (Hengge, 2016).
4. Skabies incognito
Penggunaan obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan
gejala dan tanda pada penderita apabila penderita mengalami
skabies.Akan tetapi dengan penggunaan steroid, keluhan gatal tidak
hilang dan dalam waktu singkat setelah penghentian penggunaan
steroid lesi dapat kambuh kembali bahkan lebih buruk.Hal ini
mungkin disebabkan oleh karena penurunan respon imun seluler
(Amiruddin, 2013).
2.5 Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga
oleh penderita sendiri akibat garukan.Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-
kira sebulan setelah infestasi.Pada saat itu dijumpai kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urticaria, dan
lain-lain.Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi
sekunder (Handoko, 2012).
Pada tempat predileksi dapat ditemukan terowongan berwarna putih abu abu
dengan panjang yang bervariasi, rata-rata 1 mm, berbentuk lurus atau
berkelok-kelok.Terowongan ditemukan bila belum terdapat infeksi
sekunder.Di ujung terowongan dapat ditemukan vesikel atau papul kecil.
Terowongan lebih banyak terdapat di daerah yang berkulit tipis dan tidak
banyak mengandung folikel pilosebasea (Harahap, 2011).
2.7 Diagnosis
2.7.1 Gambaran Klinis
Diagnosa dapat ditegakkan dengan menentukan 2 dari 4 tanda di
bawah ini:
a. Pruritus noktural yaitu gatal pada malam hari karena aktifitas
tungau yang lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
Gambar3. Lesi Skabies di Pergelangan Tangan Berupa Papul, Vesikel, Erosi dan Skuama
Kolaret, Multipel, Diskret (Sungkar, 2016)
Gambar4. Skabies di Sela Jari Berupa Papul Eritematosa, Vesikel, Pustul, Erosi dan
Skuama Kolaret, Multipel, Diskret (Sungkar, 2016)
2.7.2 Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis paling akurat scabies yaitu jika ditemukan adanya
Sarcoptes scabiei pada kulit pasien. Beberapa cara yang dapat
digunakan untuk menemukan tungau dan produknya yaitu :
a. Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral
atau KOH 10% lalu dilakukan kerokan dengan meggunakan skalpel
steril yang bertujuan untuk mengangkat atap papula atau kanalikuli.
Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan
kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop (Chandler, 2019).
e. Uji tetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam
kanalikuli. Setelah dibersihkan, dengan menggunakan sinar
ultraviolet dari lampu Wood, tetrasiklin tersebut akan memberikan
efluoresensi kuning keemasan pada kanalikuli(Amiruddin, 2013).
f. Dermoskopi
Dermoskopi awalnya dipakai oleh dermatolog sebagai alat yang
berguna untuk membedakan lesi-lesi berpigmen dan melanoma.
Dermoskopi juga dapat menjadi alat yang berguna dalam
mendiagnosis scabies secara in vivo. Alat ini dapat
mengidentifikasi struktur bentuk triangular atau bentuk-V yang
diidentifikasi sebagai bagian depan tubuh tungau, termasuk kepala
dan kaki(Amiruddin, 2013).
h. Apusan kulit.
Kulit dibersihkan dengan eter, kemudian diletakkan selotip pada
lesi dan diangkat dengan gerakan cepat. Selotip kemudian
diletakkan di atas gelas objek (enam buah dari lesi yang sama pada
satu gelas objek) dan diperiksa dengan mikroskop (Chandler, 2019)
2. Atopic Dermatitis
Terdapat gatal dan erupsi vesikopapular yang predominan di
fleksor.Yang membedakannya dengan skabies adalah adanya
terowongan dan pembungkusan ruang jaringan.
3. Lichen Planus.
Ditandai dengan sebuah gatal di lengan bawah, kaki, dan
punggung.Selain gatal, simetris dari lesi, dan kejadian lesinya,
penyakit ini tidak menyerupai skabies.
4. Dermatitis Herpetiformis.
Ditandai dengan gatal yang kronis, simetris, dan erupsi vesikopapular
yang meliputi ekstremitas atas dan ekstremitas bawah.Gatal bersifat
persisten dan hadir terus setiap hari.Penyakit ini sering salah
didiagnosis sebagai skabies, meskipun jarang terjadi.
5. Infantile Acropustulosis.
Penyakit ini bisa dibedakan dengan skabies dengan tidak adanya lesi
pada jaringan cutaneous di badan, dan juga tidak adanya gatal.
2.9 Pengobatan
Prinsip pengobatan skabies adalah menggunakan skabisida topikal diikuti
dengan perilaku hidup bersih dan sehat baik pada penderita maupun
lingkungannya.Syarat skabisida ideal adalah efektif terhadap semua stadium
tungau, tidak toksik atau menimbulkan iritasi, tidak berbau, serta tidak
menimbulkan kerusakan atau mewarnai pakaian, dan mudah
diperoleh.Syarat lainnya adalah harga skabisida cukup murah karena
penderita skabies umumnya dari golongan ekonomi lemah.
Ada obat yang hanya bersifat skabisida misalnya sulfur presipitatum, namun
ada yang bersifat skabisida dan ovisida sekaligus misalnya gama benzen
heksaklorida dan permetrin. Berikut adalah obat yang dapat digunakan
untuk terapi scabies :
1. Permetrin
Permetrin adalah insektisida yang termasuk golongan piretroid
sintetik, bekerja dengan cara mengganggu kanal natrium,
menyebabkan perlambatan repolarisasi dinding sel parasit yang pada
akhirnya membunuh parasit. Permetrin tersedia dalam bentuk krim
dengan konsentrasi 5%, pemakaiannya lebih singkat dari gama benzen
heksaklorida dan efek sampingnya lebih ringan. Permetrin dalam
bentuk krim 5% adalah skabisida pilihan dalam tatalaksana skabies
karena angka kesembuhannya tinggi dan toksisitasnya rendah.
2. Sulfur Presipitatum
Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10% secara umum aman dan
efektif digunakan. Dalam konsentrasi 2,5% dapat digunakan pada
bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3 malam (Harahap
M.,2000). Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori
pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi (Khalil, 2017).
4. Benzil benzoat
Benzil benzoat, ester asam benzoat dan benzil alkohol diperoleh dari
balsam Peru dan Tolu; terdapat dalam bentuk emulsi atau losio dengan
konsentrasi 20-25%.Obat tersebut cukup efektif terhadap semua
stadium karena bersifat neurotoksik untuk tungau. Benzil benzoat
efektif untuk mengatasi crusted scabies yang resisten terhadap
permetrin, namun obat ini sulit diperoleh, sering mengakibatkan
iritasi, dan menambah rasa gatal setelah dipakai. Cara penggunaannya
adalah dengan dioleskan setiap malam selama tiga hari berturut-turut.
Pada orang dewasa muda atau anak-anak, dosis dapat dikurangi
menjadi 12,5%. Efek samping benzil benzoat adalah dermatitis iritan
dan pada penggunaan berulang dapat menyebabkan dermatitis
alergi.Benzil benzoat tidak boleh digunakan pada ibu hamil dan
menyusui, bayi, dan anak-anak kurang dari 2 tahun (Saleha, 2016).
5. Ivermektin
Ivermektin merupakan derivat makrolid semisintetik yang
menghambat gamma-aminobutyric-acid pada neurotransmitter
sehingga menyebabkan paralisis parasit. Ivermektin oral
efektivitasnya setara dengan permetrin sebagai skabisida sehingga
menjadi alternatif untuk terapi skabies karena lebih mudah ditoleransi
tubuh, tidak menyebabkan iritasi kulit, dan tidak menunjukkan efek
samping sistem saraf pusat karena molekulnya tidak menembus sawar
darah otak.Ivermektin memiliki potensi baik dalam menggantikan
terapi topikal skabies untuk penderita yang tidak nyaman dengan
pengobatan topikal atau dengan tingkat kepatuhan pemakaian yang
rendah, misalnya tidak dapat mengoleskan obat ke seluruh permukaan
kulit karena alasan tertentu. Di Indonesia, ivermektin belum
digunakan untuk pengobatan skabies maupun penyakit parasitik
lainnya. Ivermektin oral efektif untuk mengobati skabies dan biasanya
digunakan untuk skabies krustosa atau pada saat terjadi wabah di
suatu institusi.
Warga Desa Indepth Warga desa yang bebas secara Balai Desa
Bernung interview klinis dari infestasi parasit
skabies dan tinggal di desa
Bernung
4. 1 Geografi
Desa Bernung adalah salah satu desa yang terletak di sebelah timur
KecamatanGedong Tataan Kabupaten Pesawaran. Desa ini memiliki luas
wilayah Pemerintahankurang lebih seluas 900 Ha/M2. dengan batas-batas
wilayah pemerintahan sebagaiberikut.
- Sebelah Utara berbatasan dengan desa Sukabanjar Kecamatan Gedong
Tataan
- Sebelah Selatan berbetasan dengan desa Sungai Langka Kecamatan
GedongTataan
- Sebelah Timur berbatasan dengan desa Taman Sari Kecamatan Gedong
Tataan
- Sebelah Barat berbatasan dengan desa Negeri Sakti Kecamatan Gedong
Tataan
4.2 Topografi
Topografi desa Bernung Kecamatan Gedong Tataan adalah lembah
denganketinggian rata-rata 200 Mdpl. Desa ini memiliki curah hujan sedang
denganintensitas hujan sebesar 1000-1200 dengan 6 bulan hujan dan 6 bulan
kemarau.Desa ini memiliki jarak tempuh dari ibukota provinsi sejauh 17
Km dengan waktutempuh 30 menit dari pusat pemerintahan Provinsi
Lampung, sedangkan jarak kepemerintahan Kabupaten memiliki jarak
sejauh 11 Km dengan waktu tempuh 20 menit dan 1 km jarak tempuh
menuju Kantor Kecamatan Gedong Tataan.
Gambar 5. Peta Desa Bernung Kecamatan Gedong Tataan
4.3 Demografi
Penduduk Desa Bernung Kecamatan Gedong Tataan berjumlah dengan
rincian dalam Tabel 1 sebagai berikut.Sumber penghasilan masyarakat Desa
Bernung adalah pertanian, perkebunan dan perdagangan.
4.4.2 Pertanian
Desa Bernung adalah salah satu desa penghasil kakao terbesar di
KabupatenPesawaran, oleh sebab itu tanaman kakao adalah tanaman
unggulan di DesaBernung dengan luas perkebunan 792,311 Ha.
Potensi perkebunan unggulan DesaBernung yang lain adalah
perkebunan pala dan saat ini lahan yang mulai produksiseluas 52 Ha.
Taman Sari
12
10
Kurungan Nyawa Wiyono
8
6
4
2
Suka Banjar 0 Taman Sari
Sungai Langka
5.1.2 Hasil
a. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data primer.
Wawancara dilakukan kepada kepala desa, warga desa, dan pihak
puskesmas, dan pihak puskesmas. Pada hasil wawancara yang akan
dilampirkan di bawah, pertanyaan dilambangkan dengan huruf “P”
dan jawaban dengan huruf “J”.
Warga 1:
P : Pernah merasa gatal-gatal tidak selama tinggal disini?
J : iya, pernah mba
P : Keluhan gatal dirasa saat kapan? Pagi, siang atau
malam?
J : Gata-gatal waktu malam hari mba, sejak abis maghrib
sudah mulai gatal mba sampai malam
P : Ibu tau tidak apa itu skabies?
J : Gatau mba, kalau orang sini bilangnya ini sakit kiriman
dari luar negeri
P : Bagaimana kebiasaan sehari-hari dirumah? Tidur
bersama-sama? Sering memaikai handuk bergantian?
Mengganti sprei? Menjemur kasur?
J : kalau di rumah, pagi kita ke kebun sampe siang, setelah
sholat dzuhur, sisa nya diisi sama istirahat sama ngurus
rumah, kita kalau tidur ada yang bareng mba, kalau saya
sama suami dan anak paling kecil, terus kakaknya berdua
juga tidur bareng, kalau handuk kita punya masing-
masing, sprei jarang kita ganti, kasur biasanya dijemur
sekali sebulan yang kapuk tapi yang busa tidak pernah
dijemur mba.
P : Menurut ibu sakit gatal-gatal itu menular tidak?
J : iya mba
Warga 2:
P : Pernah merasa gatal-gatal tidak selama tinggal disini?
J : iya nih mba, sering gatal-gatal
P : Keluhan gatal dirasa saat kapan? Pagi, siang atau
malam?
J : dirasa terus menerus mba, tapi paling sering dan paling
gatel kalau malam-malam
P : Tau tidak skabies itu apa?
J : gatau mba, penyakit kulit ada bintik bintik berair karena
air kotor ya mbak.
P :Bagaimana kebiasaan sehari-hari di rumah? Tidur
bersama-sama? Sering memakai handuk bergantian?
Mengganti sprei? Menjemur kasur?
J : ya kalau di rumah biasanya bapak ke kebun mba, kalau
tidur kita rame-rame mba sampe 4 orang 1 kamar, handuk
punya masing-masing tapi ya kadang suka pinjem kalau
belum kering, sprei jarang kita ganti mba, apalagi jemur
kasur.
P : Menurut kalian sakit gatal-gatal itu menular tidak?
J : tidak menular mba.
Warga 3:
P : Pernah merasa gatal-gatal tidak selama tinggal di mba?
J : iya mba, suka gatal-gatal, padahal sebelumnya engga
pernah.
P : Keluhan gatal dirasa saat kapan? Pagi, siang atau
malam?
J : gatel nya kalo malam aja mba, kalau pagi-siang jarang
gatal.
Warga 4:
P : Pernah merasa gatal-gatal tidak selama tinggal di sini?
J : gatel mba, ini telapak tangan sama sela jari saya pada
gatal-gatal.
P : Keluhan gatal dirasa saat kapan? Pagi, siang atau
malam?
J : gatal nya hilang timbul kak, tapi kalo malam gatal
banget.
P : Tau tidak skabies itu apa?
J : engga tau mba, karena virus ya mbak
P : Bagaimana kebiasaan sehari-hari di rumah? Tidur
bersama-sama? Sering memaikai handuk bergantian?
Mengganti sprei? Menjemur kasur?
J : Kegiatannya paling bapak ngurus kambing, saya di
tempat cucian kalo gak ada kegiatan kita istirahat, tidur
saya bareng suami, kalau anak bareng tapi pindah-
pindah mba kadang tidur sama kita jug , handuk punya
sendiri tapi kadang suka lupa jadi kadang pinjem punya
temen juga, sprei diganti mba tiap 2 minggu sekali, jemur
kasur juga jarang.
P : Menurut kalian sakit gatal-gatal itu menular tidak?
J : menular mba.
Warga 5:
P : Pernah merasa gatal-gatal tidak selama tinggal di
rumah?
J : Pernah mba, ini lagi gatal-gatal mba, banyak juga
temen-temen yang lain gatal-gatal juga.
P : Keluhan gatal dirasa saat kapan? Pagi, siang atau
malam?
J : Gatal kalau malam mba
P : Tau tidak skabies itu apa?
J : Engga tau, apa itu mba?.
P : Bagaimana kebiasaan sehari-hari di rumah? Tidur
bersama-sama? Sering memaikai handuk bergantian?
Mengganti sprei? Menjemur kasur?
J : saya pergi ke kebun, ibu juga ikut bantu, anak-anak pada
sekolah belajar, ngaji, tidurnya kita disini saya sama istri
sama anak paling kecil. Kakaknya tidur sendiri orang,
handuk punya masing-masing mba
P : Menurut bapa k sakit gatal-gatal itu menular tidak?
J : menular kak, karena semuanya gatal-gatal disini.
Kepala Desa:
P : Apakah ustadzah tahu tentang skabies?
J : Ya..setahu saya itu penyakit gatal-gatal pada kulit
P : Apakah bapak tahu penyebab skabies?
J : Hmmm.. setahu saya tungau ya mba?
P : Iya pak. Kira-kira apa gejala skabies yang bapak
ketahui?
J : Gatal-gatal saja sejauh ini mba..
P : Menurut bapak, apakah skabies menular?
J :Mungkin menular ya mba, karena kalau sakit kulit
biasanya pada menular
P : Kalau begitu, pihak desa sudah melakukan apa untuk
menanggulangi masalah ini?
J : Sejauh ini kami hanya menerapkan supaya para warga
menjaga kebersihan saja mba. Kegiatannya melalui kerja
bakti..
P : Apakah ada program khusus untuk menanggulangi
kebersihan dan kesehatan di desa Bernung
J : Belum ada mba
DokterPuskesmas
P : Apakah dipuskesmas Bernung sudah ada data tentang
skabies?
J : Untuk data skabies sendiri kita belum ada data
pastinya, paling kita punya data skabies bagi yang
berobat ke puskesmas saja.
P : Apakah Puskesmas Bernung memiliki program khusus
terkait penanganan skabies sendiri?
J : Program dari Puskesmas Bernung sendiri belum ada
yang secara khusus untuk menangani skabies, paling kita
cuman melakukan penyuluhan saja karena kan memang
masuk ke dalam program promosi kesehatan, tapi untuk
yang secara khusus belum ada.
P : Apakah dokter tau kalau di Bernung banyak kasus
skabies?
J : Iya akhir-akhir ini lagi banyak pasien skabies salah
satunya desa Bernung
P : Apakah kedepan Puskesmas Bernung ada rencana
untuk melakukan pengobatan di desa Bernung dan
wilayah kerja puskesmas Bernung?
J : Kalau untuk pengobatan secara khusus mungkin belum.
Paling kedepan kita bisa mengagendakan penyuluhan
kesehatan tentang skabies di dusun yang ada dibawah
wilayah kerja kita guna deteksi dini, karena untuk
pengobatan bisa dilakukan di puskesmas
b. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan di Desa Bernung cukup bersih. Kamar mandi
dan sumber air juga cukup bersih. PadaDesa Bernung terdapat 6
dusun dengan jumlah warga….orang. Hal ini menyebabkan
penularan yang cepat menyebar jika satu orang terkena skabies
akibat kemungkinan untuk tidur bersama yang lebih besar. Namun
secara keseluruhan, lingkungan dan sumber air di sekitar desa
cukup bersih
c. Faktor Biaya
Sampai saat ini pihak desa belum menyediakan anggaran guna
membuat program kesehatan khusus. Pihak desa hanya
menyelenggarakan upaya layanan kesehatan melalu bidan desa dan
kader posyandu. Hal ini menyebabkan kurangnya perhatian
mengenai kesehatan di Desa Bernung.
d. Faktor Material
Faktor material juga memberikan pengaruh pada angka kesakitan
skabies di Desa Bernung. Di desa ini, sebagian besar kasur sudah
diganti menjadi kasur busa. Namun masih ada beberapa yang
menggunakan kasur kapuk. Meskipun tidak menutup kemungkinan
bahwa Sarcoptes scabiei dapat tinggal di kasur busa, kasur kapuk
memiliki faktor risiko yang lebih besar untuk menjadi sarang
tungau. Oleh karena itu, perlu dilakukannya penggantian kasur
kapuk menjadi kasur busa serta membentuk kebiasaan menjemur
kasur minimal satu kali seminggu.
METHOD MATERIAL
2 Machine
Ruangan yang padat dan 3 3 2 3 4 2 2 3 3 171
kurangnya ventilasi
menyebabkan
kelembaban yang tinggi
3 Money
Kurangnya kemauan 4 2 3 3 4 2 3 3 3 189
warga untuk membeli
obat
4 Method
Kurangnya penyuluhan 4 5 3 2 2 3 3 4 4 368
dari Puskesmas
mengenai penyakit
skabies
Tidak dilakukannya 3 4 3 2 3 3 4 3 4 264
pemantauan kesehatan
dan PHBS berkelanjutan
5 Material
Belum digantinya 4 2 3 3 4 2 3 3 3 189
beberapa kasur berbahan
kapuk
Keterangan :
a. Pentingnya masalah(Importancy)
1. Besarnya masalah(Prevalence)
2. Akibat yang ditimbulkan masalah(Severity)
3. Kenaikannya besarnya masalah (Rate ofIncrease)
4. Derajat keinginan masyarakat yang belum terpenuhi (Degree of Unmeet Need)
5. Keuntungan sosial karena selesainya masalah (SocialBenefit)
6. Rasa prihatin masyarakat tentang masalah (PublicConcern)
7. Suasana politik (PoliticalClimate)
b. Kelayakan Tekhnologi (TechnicalFeasibility)
c. Sumberdaya yang tersedia (ResourcesAvailibility)
Dari data tabel matriks diatas dapat dilihat komponen yang memiliki nilai
tertinggi adalah kurangnya pengetahuan para warga dan guru tentang
penyebab, penularan, pengobatan, dan pencegahan penyakit skabies. Hal ini
merupakan masalah yang paling berpengaruh pada tingginya angka
kesakitan skabies di Desa Bernung. Pengetahuan yang kurang mengenai
pemutusan rantai penularan akan menyebabkan tidak teratasinya masalah
ini. Hal ini tergambar pada fakta bahwa ketika hanya satu warga yang
berobat namun warga lain yang juga terkena skabies tidak berobat, maka
penularan skabies di desa tersebut akan tetap berlanjut.
Cara yang paling efektif untuk menekan angka kesakitan skabies di Desa
Bernung adalah dengan memutus rantai penularan. Putusnya rantai
penularan skabies terjadi jika tidak ada lagi warga yang menderita skabies.
Namun penulis belum mampu mengadakan deteksi dini dikarenakan
keterbatasan biaya dan persiapan, sehingga penulis menekankan untuk
memberikan anjuran dan advokasi pada pihak pihak untuk mengadakan
deteksi dini penyakit skabies melalui formulir yang kami ajukan. Pihak desa
dapat bekerjasama dengan Puskesmas Bernung dengan sebelumnya
mengajukan permohonan terkait hal tersebut. Penyuluhan tentang definisi,
penularan, dan pencegahan skabies juga dilakukan agar para warga dan
pihak desa mengerti upaya preventif agar tidak terkena skabies lagi.
Penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat juga perlu dilakukan.
Hal ini berkaitan dengan penyuluhan skabies, dimana skabies sangat
dipengaruhi oleh kebersihan lingkungan sekitar. Peran bidan desa dan kader
posyandu bukan hanya bersifat mengobati ketika ada warga yang sakit, tapi
juga membantu mencegah penularan lebih lanjut. Perlu dibuatnya suatu tim
dari bidan desa dan kader posyandu yang berfungsi untuk memantau
perubahan perilaku dan sikap warga dan guru mengenai perilaku hidup
bersih dan sehat dan upaya pencegahan skabies, contohnya membiasakan
menjemur kasur satu kali seminggu atau memakai barang pribadi ketika
mandi. Advokasi ini dapat dilakukan oleh pihak Puskesmas atau tenaga
kesehatan kepada pihak Desa Bernung setelah mendapatkan pengetahuan
yang lebih dalam mengenai skabies dan PHBS.
5.6 Advokasi
Usaha sistematik dan terorganisir dapat dilakukan dengan melibatkan peran
dari kepala desa Bernung, Kepala Puskesmas Bernung, serta Pemegang
Program pemberantasaan penyakit menular puskesmas Bernung. Dalam hal
ini pertama sekali dilakukan penyuluhan kepada masyarakat yang dilakukan
lewat program pemberantasan penyakit menular tentang penyakit scabies,
penularan dan pencegahannya untuk memberikan pengetahuan dasar tentang
penyakit tersebut. Kemudian langkah selanjutnya diharapkan dapat dilakukan
deteksi dini pada masyarakat khususnya di desa Bernung. Deteksi dini dapat
dilakukan melalui advokasi kepada kepala desa. Deteksi dini penting untuk
mengetahui seberapa banyak orang yang tertular dan dan dapat menularkan ke
masyarakat lainnya. Kepada kepala desa kami juga memberikan anjuran untuk
dilakukannya deteksi dini agar masyarakat yang belum mendapat pengobatan
secara tepat dapat diobati hingga tuntas sehingga dapat memutus rantai
penularan. Deteksi dini dilakukan dengan panduan formulir yang sudah kami
susun yang diharapkan lebih cepat dan tepat dalam menjaring pasien –pasien
yang menderita scabies. Untuk pengadaan program ini diharapkan dapat
dilakukan secara berkesinambungan sehingga dibutuhkan kerjasama antara
puskesmas Bernung dan kepala desa Bernung.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
1. Masalah komunitas yang terjadi di Dusun III Desa Bernung Gedong
Tataan Pesawaran yaitu tingginya angka kejadian skabies di lingkungan
rumah.
2. Prioritas masalah yang paling utama setelah proses identifikasi adalah
kurangnya pengetahuan masyarakat komunitas Dusun III Desa Bernung
Gedong Tataan tentang penyakit skabies serta kurangnya perilaku hidup
bersih dan sehat di lingkungan tersebut.
3. Alternatif pemecahan masalah (jalan keluar) antara lain melakukan
penyuluhan mengenai penyakit skabies dan memberikan penyuluhan
mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.
6.2 Saran
a. Warga Dusun III Desa Bernung Gedong Tataan Pesawaran
1. Menyarankan kepada warga untuk menerapkan pola hidup bersih dan
sehat.
2. Mendorong warga untuk memeriksakan diri ke puskesmas atau
pelayanan kesehatan lainnya bila mengalami gejala-gejala skabies
untuk mengobati penyakit dan mengurangi penularan.
Amiruddin MD. 2013. Skabies. Dalam: Amiruddin MD, editor. Ilmu Penyakit
Kulit. Ed 1. Makassar: Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin. Hlm. 5-10.
Burns DA. 2014. Diseases Caused by Arthropod and Other Noxious Animals.
Dalam: Burns T, Breathnac S, Cox N, Griffiths C, editor. Rook’s Textbook of
Dermatology. Ed. 7.Oxford: Blackwell. Hlm.37-46.
Chandler DJ, Fuller IC. 2019. A Review of Scabies: An Infestation More than Skin
Deep. P 79-90.
Handoko RP. 2012. Skabies. Dalam: Djuanda A., Hamzah M., Aisah S,editor.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Hlm. 122-5.
Harahap M. 2011. Ilmu Penyakit Kulit. Edisi 3: Makassar :Fakultas Kedokteran
Hasanuddin. Hlm. 43-6.
Khalil S, Abbas O, Kibbi AG, Kurban M. 2017. Scabies: The Age of Increasing
Drug Resistance. PLoSNegl Trop Dis 11(11): 1-10
Rezki S. 2017. Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Secara In vivo
terhadap Scabies pada Kambing Kacang (Capra hircus).:6-7.
Stone SP, Goldfarb JN, and Bacalieri RF. 2018. Scabies, Other Mites, and
Pediculosis. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS,
Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Ed 7. New
York: Mc-Graw Hill. Hlm. 2029-32.