Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Skabies merupakan penyakit infestasi ektoparasit pada manusia yang
disebabkan Sarcoptes scabiei varietas hominis (Harahap M., 2000). Penyakit
ini dikenal juga dengan nama the itch, gudik, atau gatal agogo. Skabies
ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang bervariasi (Handoko,
2009). Skabies tidak membahayakan bagi manusia. Adanya rasa gatal pada
malam hari merupakan gejala utama yang mengganggu aktivitas dan
produktivitas. Penyakit scabies banyak berjangkit di: (1) lingkungan yang
padat penduduknya, (2) lingkungan kumuh, (3) lingkungan dengan tingkat
kebersihan kurang. Skabies cenderung tinggi pada anak-anak usia sekolah,
remaja bahkan orang dewasa.

2.2 Epidemiologi
Skabies merupakan penyakit endemik pada banyak masyarakat. Penyakit ini
dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia. Penyakit ini banyak
dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat mengenai semua umur.
Insidens sama pada pria dan wanita (Harahap M., 2000). Insidens skabies di
negara berkembang menunjukkan siklus fluktuasi yang sampai saat ini belum
dapat dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu epidemic dan permulaan
epidemi berikutnya kurang lebih 10-15 tahun (Harahap M., 2000). Beberapa
faktor yang dapat membantu penyebarannya adalah kemiskinan, higiene yang
jelek, seksual promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi, ekologi, dan derajat
sensitasi individual (Harahap M., 2000).
2.3 Etiologi
Penyebabnya penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun lalu sebagai
akibat infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei atau pada manusia disebut
Sarcoptes scabiei varian hominis. Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda,
kelas Arachnida, ordo Acarina, super famili Sarcoptes (Djuanda, 2010).

Gambar 3. Morfologi Sarcoptes Scabiei (Siregar, 2005)

Secara morfologi tungau ini berbentuk oval dan gepeng, berwarna putih kotor,
transulen dengan bagian punggung lebih lonjong dibandingkan perut, tidak
berwarna, yang betina berukuran 300-350 mikron, sedangkan yang jantan
berukuran 150-200 mikron. Stadium dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang
merupakan kaki depan dan 2 pasang lainnya kaki belakang. Siklus hidup dari telur
sampai menjadi dewasa berlangsung satu bulan. Sarcoptes scabiei betina terdapat
cambuk pada pasangan kaki ke-3 dan ke-4. Sedangkan pada yang jantan
bulu cambuk tersebut hanya dijumpai pada pasangan kaki ke-3 saja. (Aisyah,
2005).

Klasifikasi
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit
dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk
tersebut antara lain (Harahap M., 2000):
1. Skabies pada orang bersih
Skabies yang terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya baik
sering salah didiagnosis. Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan.
Kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur.
2. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasu k
seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi
infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang
ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di muka.
3. Skabies yang ditularkan oleh hewan
Sarcoptes scabiei varian canis dapat menyerang manusia yang
pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut, mis. peternak
dan gembala. Gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul
terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat -tempat kontak. Lesi
akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih
bersih.
4. Skabies noduler
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal.
Nodus biasanya terdapat di daerah tertutup, terutama pada genitalia
laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi
hipersensetivitas terhadap tungau skabies. Pada nodus yang berumur
lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat
menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah
diberi pengobatan anti skabies dan corticosteroid.
Universitas Sumatera Utara
5. Skabies inkognito
Obat steroid topical atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan
tanda skabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan
dengan steroid topical yang lama dapat pula menyebabkan lesi
bertambah hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan
respons imun seluler.
6. Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus
tinggal di tempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
7. Skabies krustosa (Norwegian scabies)
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang
luas dengan krusta, skuama generalisata, dan hyperkeratosis yang
tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, siku,
lutut, telapak tangan, dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku.
Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies
Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena
jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies
Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun
tubuh gagal membatasi proliferasi tungau sehingga dapat berkembang
biak dengan mudah.

2.4 Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi
terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan
setelah infestasi. Pada saat itu dijumpai kelainan kulit menyerupai dermatitis
dengan ditemukannya papul, vesikel, urticaria, dan lain-lain. Dengan garukan
dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder (Handoko, 2009).

Tungau dapat hidup di dalam terowongan di tempat predileksi, yaitu jari tangan,
pergelangan tangan bagian ventral, siku bagian luar, lipatan ketiak depan,
umbilicus, gluteus, ekstremitas, genitalia eksterna pada laki-laki, dan areola
mammae pada perempuan. Pada bayi, skabies dapat menyerang telapak tangan
dan telapak kaki (Harahap M., 2000).

Pada tempat predileksi dapat ditemukan terowongan berwarna putih abu abu
dengan panjang yang bervariasi, rata-rata 1 mm, berbentuk lurus atau berkelok-
kelok. Terowongan ditemukan bila belum terdapat infeksi sekunder. Di ujung
terowongan dapat ditemukan vesikel atau papul kecil (Sutanto I. et al, 2009).
Terowongan lebih banyak terdapat di daerah yang berkulit tipis dan tidak banyak
mengandung folikel pilosebasea (Harahap M., 2000).

Adanya periode asimptomatis bermanfaat sekali bagi parasit ini, karena dengan
demikian mereka mempunyai waktu untuk membangun dirinya sebelum hospes
membuat respons imunitas. Setelahnya, hidup mereka menjadi penuh bahaya
karena terowongannya akan digaruk dan tungau -tungau serta telur mereka akan
hancur. Dengan cara ini hospes mengendalikan populasi tungau dan pada
kebanyakan penderita skabies, rata-rata jumlah tungau betina dewasa pada
kulitnya tidak lebih dari selusin (Graham-Brown dan Burns, 2005).

2.5 Cara Penularan


1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur
bersama, dan berhubungan seksual.
2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal,
dan lain-lain. Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah
dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var.
animalis yang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang
banyak memelihara binatang peliharaan, misalnya anjing (Handoko, 2009).

2.6 Gambaran Klinis


Diagnosa dapat ditegakkan dengan menentukan 2 dari 4 tanda dibawah
ini :
a. Pruritus noktural yaitu gatal pada malam hari karena aktifitas tungau
yang lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam
keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga, begitu pula dalam
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar
tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut.
Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya
terkena.
c. Adanya kunikulus (terowongan) pada tempat-tempat yang dicurigai
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok, rata-rata 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papula
(tonjolan padat) atau vesikel (kantung cairan). Jika ada infeksi
sekunder, timbul polimorf (gelembung leokosit).
d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Gatal yang hebat
terutama pada malam sebelum tidur. Adanya tanda : papula (bintil),
pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas garukan).
Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal
pada kulit yang umumnya muncul di sela-sela jari, selangkangan dan
lipatan paha, dan muncul gelembung berair pada kulit (Djuanda,
2010)

Anda mungkin juga menyukai