Anda di halaman 1dari 22

Skripsi

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN ENTEROBIASIS PADA SISWA KELAS I DAN KELAS VI DI SDN WONOKUSUMO SURABAYA

Oleh :
DEVI SAGITA RATNA
Dosen Pembimbing : Dra. Wieke Sriwulan,ST., MARS., M.Kes
Dosen Penguji : 1. Gilang Nugraha, S.Si., M.Si
2. Thomas Sumarsono S.Si., M.Si

PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
BAB 1 : LATAR BELAKANG

Enterobius Vermicularis atau cacing kremi adalah salah satu jenis cacing usus yang masih tinggi angka
kejadian infeksinya pada masyarakat. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan yang erat antara parasit ini
dengan manusia pada lingkungannya. Nama penyakitnya adalah enterobiasis.

Angka kejadian di Indonesia termasuk masih tinggi, dimana kesehatan penduduk masih didominasi oleh0tingginya penyakit
yang berkaitan dengan rendahnya tingkat sosial ekonomi penduduk. Hal ini dapat dipahami mengingat Indonesia masih
negara dengan tingkat sosial ekonomi, pengetahuan, keadaan sanitasi dan hygiene yang rendah sehingga mengakibatkan
terjadinya infeksi dan penularan cacing. Terpilihnya siswa kelas I dikarenakan , siswa kelas I belum mengetahui sepenuhnya
tentang personal hygiene yang menyebabkan penyakit Enterobiasis dan terpilihnya siswa kelas VI dikarenakan sudah
mengetahui personal hygine yg tidak menyebabkan penyakit Enterobiasis.

Dan Terpilihnya SDN Wonokusumo di Kelurahan Wonokusumo, Kecamatan Semampir Kota Surabaya
disebabkan0karena0daerah0tersebut adalah daerah dengan keadaan ekonomi rendah dan tingkat kebersihan lingkungan yang
masih kurang.
.
 Pembatasan Masalah
• Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan mikroskopis telur Enterobius
vermicularis yang diambil dari sampel dubur serta pengisian kuisioner pada anak-
anak kelas I dan kelas VI yang berada di SDN Wonokusumo. Pengujian dilakukan
di Laboratorium Balai Besar Laboraturium Kesehatan Surabaya.

 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalahnya dirumuskan
adalah apakah terdapat hubungan dengan personal hygiene dan kejadian Enterobiasis
pada siswa kelas I dan kelas VI di SDN Wonokusumo Surabaya ?
 
 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui hubungan personal hygiene dengan kejadian Enterobiasis
pada siswa kelas I dan kelas VI di SDN Wonokusumo Surabaya.

Tujuan Khusus
• Menganalisis hasil personal hygiene pada kelas I dan kelas VI
• Menganalisis kejadian Enterobiasis kelas I dan kelas VI.
• Menganalisis hasil personal hygien dan kejadian Enterobiasis pada siswa
kelas I dan kelas VI
 Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi pasien


Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kejadain Enterobiasis yang
diderita oleh anak-anak kelas I dan kelas VI sehingga pasien diberikan tindakan
pengobatan lebih awal.

2. Manfaat bagi peneliti


Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan wawasan mengenai hubungan
personal hygiene serta kejadian Enterobiasis di SDN Wonokusumo Surabaya.
3. Manfaat bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat yang sering
dan lama kontak langsung dengan lingkungan yang kotor dan untuk lebih menerapkan
pola hidup yang sehat, khususnya pada anak-anak di SDN Wonokusumo Surabaya.
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

• Manifestasi klinis
Perasaan gatal sering terjadi pada malam hari sehingga pasien terganggu pada saat tertidur, akan menjadi lemah, dan
iritabel (tidur tidak pulas) atau mimpi yang menakutkan (nightmare).
• Cacing dewasa muda dapat bergerak keusus halus bagian proksimal sampai ke lambung, esofagus, dan hidung
sehingga menyebabkan gangguan di daerah tersebut.
• Pengobatan infeksi cacing ini harus dilaksanakan pada seluruh anggota keluarga oleh karena mudah terjadi
penularan. Bisa menggunakan Albendazole atau Mebendazole.
BAB 3 : KERANGKA KONSEPTUAL

H0: Tidak ada hubungan dengan personal hygiene


dengan kejadian Enterboasis pada siswa kelas I
dan kelas VI.
H1: Adanya hubungan dengan personal hygiene
dengan kejadian Enterboasis pada siswa kelas I dan
kelas VI
 
BAB 4 : METODE PENELITIAN

 Jenis Penelitian

Penelitian Pendekatan

• Observasional Analitik • Cross Sectional


 Populasi dan Sample Penelitian
Populasi yang dilakukan adalah seluruh jumlah anak-anak kelas I dan kelas VI
di SDN Womokusumo Surabaya.

 Besar Sample
besar sampel pada penelitian ini adalah 23 responden

 Cara Pengambilan Sample


Cara pengambilan sample dilakukan dengan teknik total sampling.
 Lokasi dan Waktu Penelitian
- Lokasi : 1. Pengambilan sampel dilakukan di sekitaran SDN
Wonokusumo Surabaya
2. Pemeriksaan sampel dilakukan di BBLK (Balai Besar
Laboraturium Kesehatan Surabaya)
- Waktu Penelitian :
Kerangka Kerja Penelitian
 Prosedure Kerja

• Siapkan alat dan bahan.


• Objek glss dibersihakan menggunakan alkohol swabb agar lebih bersih dan
steril.
• Tarik sedikit selotip untuk persiapan pengambilan sampel pada dubur.
• Responden dengan posisi seperti sujud, kemudian selotip ditempelkan
pada dubur tunggu hingga mengembun (±1 menit)
• Tarik selotip pada dubur , kemudian tempelkan selotip pada objek glass
• Di periksa dibawah mikroskop dengan mengurangi celah kondensor, dan
gunakan obyektif 10x.
 Variable Penelitian  Definisi Operasional
Variabel bebas yang diteliti adalah telur cacing
Enterobius vermicularis dan variabel terikat yang
diteliti adalah personal hygiene pada siswa kelas
I dan kelas VI.

 Pengolahan dan Analisa


Data
pengolahan data
menggunakan pesentase (%)
BAB 5 HASIL PENELITIAN
• Data pada penelitian ini meliputi pengisian kuisioner dan pengambilan sampel dengan
metode Adhesive chollaphane tape (preparat selotip) pada siswa kelas I dan kelas IV
dengan jumlah responden sebanyak 23. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini didapat
bahwa sampel Adhesive chollaphane tape (preparat selotip) yaitu negatif (100%) yang
dapat dilihat pada diagram 5.1 Hasil pemeriksaan enterobiasis.
• Hasil negatif yang didapatkan berdasarkan jenis kelamin responden kelas I dan kelas VI
yang masing-masingnya sebesar 100% (laki-laki: 47,8% . Perempuan 52,2%)
• Hasil positif yang didapatkan sebesar 0%, dan hasil negatif yang didapatkan berdasarkan
umur dan kelas pada responden kelas I dan kelas VI sebesar 100% , responden umur 7-6
tahun didapatkan hasil falid positif 0%, hasil falid negatif sebesar 60,9%. Untuk umur 11-
12 tahun didapatkan hasil falid negatif sebesar 39,1, hasil falid positif sebesar 0%.
• Hubungan Personal Hygiene dinilai dengan menggunakan kuisioner dan kejadian
Enterobiasis dinilai dengan pemeriksaan parasitologi di laboraturium. Hasil penelitian ini
menunjukan kejadian Enterobiasis sebesar 100% atau dinyatakan negatif. Dan hasil pada
Personal Hygiene terdapat tiga point dimana point Personal Hygiene pada perilaku baik
(100%) perilaku buruk (0%), untuk point pemakaian alas kaki pada perilaku baik (100%)
perilaku buruk (0%), dan point kebersihan kuku pada perilaku baik (87%) perilaku buruk
(13%).
Data Hasil Penelitian
BAB 6 PEMBAHASAN
• Tabel 1 hasil Pemeriksaan Enterobiasis
pada tabel 5.1 menunjukan hasil negatif (100%) terhadap pemeriksaan enterobiasis dengan jumlah 23 sampel
responden kelas I dan kelas VI. Jika dilihat dari asal sampel dan jumlah sampel tentu sampel berasal dari padat
penduduk yang tinggi. Dan pengulangan sebanyak 2 kali.

• Tabel 2 distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin


Pada tabel 5.2 distribusi frekuensi berdasaran jenis kelamin didapatkan hasil negatif (100%) dan untuk hasil
positif (0%). Dari responden kelas I dan kelas VI yang masing-masing laki-laki 47,8%, perempuan 52,2%).

• Tabel 3 distribusi frekuensi berdasarkan umur dan karakter berdasarkan kelas.


Pada tabel 5.3 data distribusi frekuensi berdasarkan umur dan kelas I dan kelas VI didapatkan hasil positif 0%
dan yang negatif sebesar 100% . responden berumur 6-7 tahun didapatkan hasil falid positif 0% , hasil falid
negatif 60,9%. Untuk umur 11-12 tahun didapatkan hasil falid positif 0%, hasil falid negatif sebesar 39,1%.

• Tabel 4 distribusi frekuensi personal hygiene pada responden


Pada tabel 5.4 hasil yag didapatkan pada pengisian kuisioner berdasarkan 3 point yaitu : personal hygiene,
pemakaian alas kaki, dan kebersihan kuku. Dari data personal hygiene didapatkan hasil terhadap responden
kelas I dan kelas VI , frekuensi personal hygiene yang baik 22 responden dengan hasil 95,7% sedangkan personal
hygiene frekuensi yang kurang baik dengan 1 responden dengan hasil 4,3%. Dari data pemakaian alas kaki
didapatkan frekuensi hasil yang baik 23 responden sebesar 100%, sedangkan untuk frekuensi hasil yang kurang
baik sebesar 0%. Dari data kebersian kuku didapatkan frekuensi yang baik 20 responden sebesar 87%,
sedangkan frekuensi yang kurang baik terdapat 3 responden sebesar 13%.
- Hasil dari penelitian ini didapatkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
personal hygiene dengan kejadaian eneterobiasis. Hal ini disebabkan hasil dari
pemeriksaan kejadian enterobiasis menghasilkan hasil negatif yang artinya keseluruhan
responden tidak terdeteksi adanya telur cacing Enterobius vermicularis dan keseluruhan
responden telah memiliki porsonal hygiene yang baik. Data yang diambil berasal dari
kuisioner yang mengambilnya melalui responden menjawab pertanyaan yang teah
tersedia. Ada kemungkinan bias hasil dari hasil pengisian kuisioner karena peneliti tida
dapat memastikan responden menjawab pertanyaan secara jujur atau tidak. Komponen
yang peneliti observasi haya bagian kuku.

- Upaya dalam hal ini yang masih kurang yaitu kebiasaan mencuci tangan setelah
bermain, mencuci tangan dengan sabun, mengganti seprei sekali dalam seminggu. Hal
ini disebabkan dari pengetahuan dan kemampuan responden yang rendah dalam
menjaga porsonal hygiene. Faktor lain yang mempengaruhi hasil dari tidak adanya
hubungan porsonal hygiene dengan kejadian Enterobiasis adalah pada saat ini telah
terjadi wabah covid-19 yang mengharuskan kebiasaan mencuci tangan setiap waktu
menggunakan air bersih dan sabun, mengganti pakaian dan mandi setiap setelah keluar.
• Hasil yang serupa pada peneltian (Adrial,et all. 2017) hasil penelitian
didapatkan tidak terdapat hubungan porsonil hygiene dengan kejadian
enterobiasis pada responden berumur 6-12 tahun. Dan kejadian
Enterobiasis ditemukan sangat rendah lebih dari setengah responden yang
diteliti sudah memiliki posonal hygiene yang baik.

KETERBATASAN PENELITIAN
• Pada saat melakukan pengambilan sampel peneliti sedikit kesulitan
dikarenkaan para responden kelas I dan kelas VI masih ada yang merasa
awam jika harus diminta sampel lewat dubur terutama para orangtua dan
sedangkan pada saat ini terjadi wabah covid-19 para orangtua ketakutan
akan hal-hal lainnya untuk keselamatan masing-masing. tetapi peneliti
menjelaskan secara detail dan menggunakan kata-kata yang lebih ringkat
dan jelas sehingga kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan dapat
dipahami.
BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN
• Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
-Tidak terdapat hubungan personal hygiene dengan kejadian
Enterobiasis pada siswa kelas 1 dan kelas VI di SDN Wonokusumo
Surabaya.
-Analisa hasil personal hygiene pada kelas I dan kelas VI meliputi 3
konsep yaitu hygiene dan sanitasi, kebersihan kuku dan
penggunaan alas kaki. Dari ketiga konsep tersebut keseluruhan
responden sudah sangat baik namun masih ada beberapa
responden yang masih kurang dalam hygiene dan kebersihan
kuku..
-Analisa hasil kejadian Enterobiasis pada kelas 1 dan kels VI yaitu
tidak ditemukan telur Enterobiasis (negatif 100%) pada siswa
kelas I dan kelas VI.
SARAN
• Bagi responden
Menjaga kebersihan diri seperti memotong kuku secara
teratur dan menjaga kebersihan dari lingkungan lebih
ditingkatkan lagi agar mencegah terjadinya infeksi
kecacingan.
• Bagi peneliti selanjutnya.
Pada peneliti selanjutnya diharapkan dapat diteliti
dengan faktor lainnya dari kontaminasi telur cacing
nematoda usus pada responden berumur 6-12 atau pada
siswa sekolah dasar seperti factor kesehatan itu sendiri.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai