Anda di halaman 1dari 76

SKRIPSI

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN ENTEROBIASIS


PADA SISWA KELAS 1 DAN KELAS 6 DI SDN WONOKUSUMO
SURABAYA

DEVI SAGITA RATNA


2240016021

DOSEN PEMBIMBING :
Dra. WIEKE SRI WULAN, S.T., MARS., M.Kes

PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2019
SKRIPSI

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN ENTEROBIASIS


PADA SISWA KELAS I DAN KELAS VI DI SDN WONOKUSUMO
SURABAYA

DEVI SAGITA RATNA


2240016021

DOSEN PEMBIMBING :
Dra. WIEKE SRI WULAN, S.T., MARS., M. Kes

PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2019

ii
LEMBAR PERNYATAAN TENTANG ORIENTASI

Skripsi ini hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Devi Sagita Ratna

Nim : 2240016021

Tanda tangan :

Tanggal : 20 September 2020

iii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul : Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Enterobiasis Pada


Siswa Kelas I Dan Kelas VI di SDN Wonokusumo Surabaya.
Penyusun : Devi Sagita Ratna
Pembimbing : Dra. WIEKE SRI WULAN, S.T., MARS., M. Kes
Tangal ujian : 17 September 2020

Disetujui oleh :

Pembimbing :

Dra. WIEKE SRI WULAN, S.T., MARS., M. Kes : ..................................................


Npp. 19091269

Mengetahui,

Ketua program studi D-IV Analis Kesehatan

Thomas Sumarsono S.Si., M.Si


NIP. 1206830
iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, saya yang


bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Devi Sagita Ratna

Nim : 2240016021

Program Studi : D-IV Analis Kesehatan

Fakultas : Kesehatan

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahua, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-
exclisive Royalty- Ree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN ENTEROBIASIS


PADA SISWA KELAS I DAN KELAS VI DI SDN WONOKUSUMO
SURABAYA

Besertas perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
Eksklusif ini Fakultas Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya berhak
menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya uat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di : Surabaya

Pada tanggal : 20 September 2020

Yang menyatakan

Devi Sagita Ratna

v
ABSTRAK

Infeksi kecacingan adalah salah satu penyakit yang paling sering tersebar dan
menjangkit pada manusia tanpa mengenal usia dan jenis kelamin. Penyakit yang
diakibatkan oleh infeksi cacing E.vermicularis disebut Enterobiasis. Cacing ini sering
ditemukan pada anak-anak yang menyebabkan gatal didaerah anal pada malam hari
sehingga mengganggu kenyamanan. Enterobiasis penyebab tersering cacingan pada
anak-anak di negara berkembang. Data pravelensi di Indonesia Enterobiasis yaitu
sebesar 3% sampai 80% pada berbagai kalangan usia. Usia terbanyak yang terinfeksi
adalah pada usia 5 sampai dengan 9 tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan Personal Hygiene dengan kejadian Enterobiasis pada siswa
kelas I dan kelas VI di SDN Wonokusumo Surabaya. Jenis penelitian ini adalah
observasional analitik dengan desain cross sectional yaitu jenis penelitian yang
menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada satu
waktu yang dilakukan pada variabel terikat dan variabel bebas. Penelitian yang
dilaksanakan pada bulan Juli 2020. Penelitan dilakukan di rumah reponden yang berada
di wilayah SDN Wonokusumo Surabaya. Hubungan Personal Hygiene dinilai dengan
menggunakan kuisioner dan kejadian Enterobiasis dinilai dengan pemeriksaan
parasitologi di laboraturium. Hasil penelitian ini menunjukan kejadian Enterobiasis
sebesar 100% atau dinyatakan negatif. Dan hasil pada Personal Hygiene terdapat tiga
point dimana point Personal Hygiene pada perilaku baik (100%) perilaku buruk (0%),
untuk point pemakaian alas kaki pada perilaku baik (100%) perilaku buruk (0%), dan
point kebersihan kuku pada perilaku baik (87%) perilaku buruk (13%).

Kata kunci: Enterobius vermicularis, siswa SD kelas I dan kelas VI, Kecacingan

vi
ABSTRACT

Worms infection is one of the most well-known diseases and spreads in humans
regardless of age and sex. The disease caused by infection with E.vermicularis worms
is called Enterobiasis. These worms are often found in children which cause itching in
the anal area at night so that they interfere with comfort. Enterobiasis is the most
common cause of intestinal worms in children in developing countries. The data
potential in Indonesia for Enterobiasis is 3% to 80% in various ages. The most infected
ages are 5 to 9 years old. The purpose of this study was to see the relationship between
personal hygiene and enterobiasis in grade I and grade VI students at SDN
Wonokusumo Surabaya. This type of research is analytic observational with cross
sectional design, namely the type of research that emphasizes the time of measurement
or observation of data in one time at a time carried out on the dependent variable and
the independent variable. The research was conducted in July 2020. The research was
carried out at the homes of respondents in the SDN Wonokusumo area of Surabaya.
Personal Hygiene relationships overcome by using a questionnaire and the incidence
of enterobiasis from parasitological examinations in the laboratory. The results
showed that the incidence of enterobiasis was 100% or stated negative. And the results
on Personal Hygiene there are three points where the point of Personal Hygiene is on
good behavior (100%) bad behavior (0%), for the point of wearing footwear on good
behavior (100%) bad behavior (0%), and the point of nail hygiene is on good behavior
(87%) bad behavior (13%).

Keywords: Enterobius vermicularis, grade I and grade VI elementary students,


worms.

KATA PENGANTAR

vii
Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat hidayah,dan
inayah-nya, serta salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
parasahabat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Enterobiasis pda siswa kelas I dan
kelas VI di SDN Wonokusumo Surabaya”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk menyelesaikan skripsi pada program studi D-IV Analis Kesehatan
Fakultas Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
Penulis menyadari bahwa terselesaikan skripsi penelitian ini tidak lepas dari
bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir Achmad Jazizdie, M.Eng, selaku rektor Universitas Nahdlatul
Ulama Surabaya.
2. Bapak Prof. Subagio Poegoeh. Edijanto, Sp. PK(K), selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
3. Bapak Thomas Sumarsono, S.Si., M.Si., selaku Kaprodi D-IV Analis Kesehatan
Fakultas Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya dan juga selaku
penguji ke II terimakasih atas masukan dan pengarahannya dalam menyusun
skripsi ini.
4. Ibu Dra. Wieke Sri Wulan, S.T., MARS., M.Kes selaku pembimbing dan penguji
I terimakasih atas waktu dan bimbingan sehingga skripsi ini terselesaikan.
5. Bapak Gilang Nugraha,S.Si., M.Si selaku ketua penguji terimakasih atas masukan
dan pengarahannya dalam menyusun skripsi ini.
6. Seluruh dosen, staf karyawan Prodi D-IV Analis Kesehatan Universitas Nahdlatul
Ulama Surabaya.
7. Kedua orang tua saya tercinta yang selalu berdo’a dan memberikan dukungan baik
secara moril maupun materil.
8. Sahabat dan teman Program Studi D-IV Analis Kesehatan Universitas Nahdlatul
Ulama Surabaya yang selalu memberikan motivasi.
Penulis menyadari masih banyak ketidak sempurnaan dan kekurangan dalam
penyusunan proposal penelitian ini. Semoga proposal penelitian ini berguna dan
bermanfaat untuk menambah ilmu bagi pembaca.

Surabaya, 20 September 2020

Devi Sagita Ratna

DAFTAR ISI

viii
Sampul Depan .................................................................................................... i
Lembar Judul ….................................................................................................. ii
Lembar Pernyataan Orisinalitas .......................................................................... iii
Lembar Persetujuan Skripsi ................................................................................. iv
Lembar Pengesahan Skripsi ................................................................................. v
Lembar Publikasi ................................................................................................. vi
Abstrak ................................................................................................................. vii
Abstract ................................................................................................................ viii
Kata Pengantar ..................................................................................................... ix
Daftar Isi .............................................................................................................. x
Daftar Gambar ...................................................................................................... xi
Daftar Tabel .......................................................................................................... xii
Daftar Singkatan dan Istilah ................................................................................. xiii
Daftar Lampiran ................................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
B. Pembatasan Penelitian ..................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4
1. Tujuan Umum .......................................................................................... 4
2. Tujuan Khusus ......................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 5
1. Manfaat bagi Pasien ................................................................................. 5
2. Manfaat bagi Peneliti .............................................................................. 5
3. Manfaat Bagi Masyarakat ........................................................................ 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


A. Enterobius vermicularis
1. Pengertian ............................................................................................... 6
2. Penularan .................................................................................................. 8
3. Manifestasi Klinis ..................................................................................... 10
4. Diagnosa ................................................................................................... 11
5. Pengobatan ............................................................................................... 11
6. Pencegahan ................................................................................................ 12
B. Enterobiasis
1. Patologi dan Gejala Klinis ......................................................................... 13
2. Epidemiologi .............................................................................................. 13
3. Diagnosa Laboraturium ............................................................................. 14
4. Waktu Pengambilan Sampel ...................................................................... 17
C. Personal Hygiene
1. Pengertian ................................................................................................... 18
2. Macam-macam hygiene ............................................................................. 18
3. Faktor mempengaruhi hygiene ................................................................... 21
ix
4. Dampak yang ditimbulkan ........................................................................ 22

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HEPOTESIS PENELITIAN


A. Kerangka Konseptual Penelitian ..................................................................... 24
B. Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 25

BAB 4 METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Rancang Bangun Penelitian ............................................................. 26
B. Populasi Penelitian .......................................................................................... 26
C. Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel .................................. 27
1. Sampel ....................................................................................................... 27
2. Cara Pengambil Sampel ........................................................................... 27
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 27
1. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 27
2. Waktu Penelitian ....................................................................................... 29
E. Kerangka Kerja Penelitian ............................................................................. 30
F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................................ 30
1. Variabel Penelitian .................................................................................... 30
2. Definisi Operasional Penelitan ................................................................ 30
G. Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ....................................... 31
1. Instrumen Penelitian ................................................................................. 31
2. Cara Pengumpulan Data ........................................................................... 32
H. Pengolahan dan Analisis Data ....................................................................... 32
1. Pengolahan Data ....................................................................................... 33
2. Analisis Data ............................................................................................. 34
I. Etika Penelitian ............................................................................................. 34
1. Informed Consent .................................................................................... 34
2. Ketelitian ................................................................................................. 34
3. Kerahasiaan ............................................................................................. 35

BAB 5 HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Lokasi Pengambilan Sampel ..................................................... 36
B. Gambaran Lokasi Penelitian ....................................................................... 36
C. Hasil Penelitian ........................................................................................... 37

BAB 6 PEMBAHASAN
A. Pembahasan ................................................................................................ 38
B. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 40

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ................................................................................................ 41
B. Saran .......................................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
xi
Gambar 2.1 Telur Enterobius Vermicularis .......................................................... 7
Gambar 2.2 Morfologi Cacing Dewasa Betina dan Jantan ................................... 7
Gambar 2.3 Daur Hidup Cacing Enterobius Vermicularis ................................... 8
Gambar 3.1 Kerangaka Konseptual Penelitian ..................................................... 24
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian ................................................................ 29
Gambar 5.1 Lokasi Pengambilan Sampel ............................................................. 36
Gambar 5.2 Lokasi Penelitian ............................................................................... 36

DAFTAR TABEL

xii
Tabel 4.1 Waktu Penelitian ............................................................................. 28
Tabel 4.2 Definisi Operasional Penelitian ....................................................... 30
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Enterobiasis ...................................................... 32
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 33
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur ........................................ 33
Tabel 4.6 Karakteristik Berdasarkan Kelas .................................................... 33
Tabel 4.7 Kontrol Hygiene dan Kuku ............................................................ 34
Tabel 5.1 Hasil Pemeriksaan Enterobiasis ..................................................... 37
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 38
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur dan Kelas ...................... 39
Tabel 5.4 Kontrol Hygiene dan Kuku ........................................................... 40

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

ATP : Adenosin Trifosfat

xiii
IgE : Imunoglobulin E
mm : Milimeter
NaCL : Natrium Chlorida
NIH : National Institude of Health
SDN : Sekolah Dasar Negeri
SPSS : Statistical Product and Service Solution

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Infeksi2kecacingan2merupakan salah2satu penyakit3yang paling sering

tersebar9dan menjangkit manusia tanpa mengenal usia dan jenis kelamin.

Penyakit yang diakibatkan oleh infeksi cacing E.vermicularis disebut

Enterobiasis. Oxyuris vermicularis (O.vermicularis) adalah salah2satu jenis

cacing usus yang vermicularis yang berhabitat diusus, penyebaran luasnya

terdapat di daerah tropis. Cacing ini sering ditemukan pada anak-anak dan cepat

menginfeksi seluruh anggota keluarga penderita yang menyebabkan gatal

didaerah anal pada malam hari sehingga mengganggu kenyamanan (Purba,

2016).

Penyakit kecacingan pada Enterobius vermicularis telah diketahui sejak

dulu2dan telah banyak3dilakukan penelitian2mengenai biologi,9epidemiologi

dan gejala9klinisnya. Manusia adalah9satu-satunya hospes. Hal ini9diakibatkan

oleh cara5pemeriksaan9diagnosa yang2memakai selotip2yang ditempel pada

anus yang2menimbulkan rasa1enggan atau malu pada1pnderita (Setya, 2013).

Enterobiasis penyebab9tersering cacingan pada7anak-anak di negara

berkembang. Data pravelensi di3Indonesia Enterobiasis yaitu sebsar 3% sampai

80% pada7berbagai kalangan usia. Usia terbanyak2yang terinfeksi1adalah pada

usia 5 sampai dengan 9 tahun. Menurut8penelitian yang dilakukan oleh Purba

1
2

berdasarkan penelitian1yang dilakukan di1daerah Jakarta1Timur menunjukan

sebanyak anak (54,1%) menderita enterobiasis dari 85 anak yang diperiksa.

Penelitian yang dilaksanakan8di1SDN Pondokrejo 4 Jember didapatkan hasil

yang positif enterobiasis 56,76% terjadi pada laki-laki dan hasil 48,83% terjadi

pada perempuan. Penelitian juga dilakukan pada kelurahan Pasienan Tigo Ota

Padang didapatkan hasil 11,8% pada balita yang mengalami enterobiasis.

Penelitian yang dilakukan oleh Perdana juga pada siswa SDN Kenjeran No.248

Kecamatan Bulak Surabaya bahwa sebanyak 42 siswa dengan kelas IV yang

positif sebanyak 7 siswa (36,8%) yang negatif sebanyak 12 siswa (63,2%) dan

untuk kelas V yang positif 13 siswa (56,5%) yang negatif 10 siswa (43,5 %). Dan

penelitian juga dilakukan oleh Rosdania di SDN9Mojorejo101

Bondowoso1Sukoharjo5dari1451anak1didapatkan181siswa1terinfeksi7Enterob

iasis1yaitu151anak1(62,5%)1dengan7personal1hygiene1buruk1terkena5Entero

biasis dan 3 anak (8,1%) dengan personal hygiene baik terkena Enterobiasis.

Infeksi terhadap cacing menjadi salah satu penyakit yang paling banyak

tersebar dan menjangkit manusia diseluruh dunia. Hal1ini dikarenakan1adanya

hubungan1yang1erat1antara1parasit1dengan1manusia dan lingkungan7yang

buruk7disekitarnya. Parasit tersebut lebih0banyak0didapatkan0pada0kelompok

dengan0tingkat0sosial0yang0rendah,0tetapi0tidak0jarang0ditemukan0pada0ora

ng-orang0dengan-tingkat0sosial0yang0tinggi (Purba, 2016).

Enterobiasis0penyakit0yang terutama ditemukan pada anak karena kurang

menjaga kebersihan dan kesehatan seperti mencuci tangan, karena dengan


3

berjabatan tangan dengan tangan penderita yang terkontaminasi dengan telurtelur

yang menginfeksi orang lain (Pinardi, 2011). Pada1anak-anak kecacingan akan

berdampak pada gangguan kemampuan belajar. Dalam jangka panjang, hal ini

akan berakibat menurunkan kualitas pengetahuannya (Purba, 2016).

Angka kejadian di0Indonesia0termasuk masih tinggi,0dimana0kesehatan

penduduk0masih0didominasi0oleh0tingginya0penyakit0yang0berkaitan0denga

n0rendahnya tingkat0sosial0ekonomi0penduduk. Hal0ini0dapat0dipahami

mengingat0Indonesia0masih0negara0dengan0tingkat0sosial0ekonomi,9pengeta

huan,0keadaan0sanitasi0dan0hygiene yang rendah sehingga mengakibatkan

terjadinya0infeksi0dan9penularan cacing. Terpilihnya siswa kelas I

dikarenakan , siswa kelas I belum mengetahui sepenuhnya tentang personal

hygiene yang menyebabkan penyakit Enterobiasis dan terpilihnya siswa kelas VI

dikarenakan sudah mengetahui personal hygine yg tidak menyebabkan penyakit

Enterobiasis. Penelitian ini menggunakan sampel anak kelas I dan kelas VI

dikarenakan infeksi kecacingan terjadi pada umur 5 hingga 12 tahun. Dan

Terpilihnya SDN Wonokusumo di Kelurahan Wonokusumo, Kecamatan

Semampir Kota Surabaya disebabkan0karena0daerah0tersebut adalah daerah

dengan keadaan ekonomi rendah dan tingkat kebersihan lingkungan yang masih

kurang.

Berdasarkan0penjelasan0diatas0perlupditeliti hubungan9personal hygiene

dan0kejadian0Enterobiasis pada siswa kelas I dan kelas VI di SDN

Wonokusumo Surabaya. Serta penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi kepada masyarakat setempat mengenai Pravelensi angka Enterobiasis


4

pada murid SDN Wonokusumo dan memberikan bahan masukan mengenai

pentingnya kebersihan dalam keluarga. Meskipun0upaya0penyembuhan0yang

efektif0untuk0enterobiasis0sudah0tersedia0selama0berabad-abad namun masih

terdapat0kesulitan0dalam mengontrol enterobiasis oleh karena itu mudahnya

penularan dan terinfeksi.

B. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan mikroskopis telur

Enterobius vermicularis yang diambil dari sampel dubur serta pengisian

kuisioner pada anak-anak kelas I dan kelas VI yang berada di SDN

Wonokusumo. Pengujian dilakukan di Laboratorium Balai Besar Laboraturium

Kesehatan Surabaya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalahnya

dirumuskan adalah apakah terdapat hubungan dengan personal hygiene dan

kejadian Enterobiasis pada siswa kelas I dan kelas VI di SDN Wonokusumo

Surabaya ?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan personal hygiene dengan kejadian Enterobiasis

pada siswa kelas I dan kelas VI di SDN Wonokusumo Surabaya.


5

2. Tujuan Khusus

1. Menganalisis hasil personal hygiene pada kelas I dan kelas VI

2. Menganalisis kejadian Enterobiasis kelas I dan kelas VI.

3. Menganalisis hasil personal hygien dan kejadian Enterobiasis pada siswa

kelas I dan kelas VI

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Pasien

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kejadain

Enterobiasis yang diderita oleh anak-anak kelas I dan kelas VI sehingga

pasien diberikan tindakan pengobatan lebih awal.

2. Manfaat bagi Peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan wawasan mengenai

hubungan personal hygiene serta kejadian Enterobiasis di SDN

Wonokusumo Surabaya.

3. Manfaat bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

masyarakat yang sering dan lama kontak langsung dengan lingkungan yang

kotor dan untuk lebih menerapkan pola hidup yang sehat, khususnya pada

anak-anak di SDN Wonokusumo Surabaya.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Enterobius vermucularis

1. Karakteristik

Cacing Enterobius vermicularis seperti benang berwarna putih, hidup di

sekum, apendiks dan di daerah yang berbatasan dengan ileum dan kolon

asendens. Cacing betina dewasa berukuran 8-13 mm X 0,3-0,5 mm dengan

ekor luru panjang. Bentuk jantan berukuran 2,5 mm X 0,1-0,2 mm, ujung ekor

memiliki ujung posterior dengan spiculet tunggal sehingga bentuknya seperti

tanda tanya. Baik jantan maupun betina memiliki chpalic alae (pelebaran

kutikula) anterior. Seekor cacing betina dapat menghasilkan rata-rata 11.000-

15.000 butir telur, berimigrasi ke daerah perianal untuk bertelur dengan cara

kontraksi uterus dan vaginanya.

Kingdom : Animalia

Phylum : Nematoda

Class : Secernentea

Subclass : Spiruria

Ordo : Oxyurida

Family : Oxyuride

Genus : Enterobius

Species : Enterobius Vermicularis

(Natadisastra,2005)

6
7

Seperti pada gambar 2.1 Telur Enterobius Vermicularis di bawah ini

bebentuk ovoid dengan panjang 50-60 mm dan lebar 20-30 mm, oval,

memanjang, dan agak pipih pada satu sisi.

Gambar 2.1 Telur Enterobius vermicularis (Prasetyo, 2003)

Dalam suhu badan, telur menjadi infektif dalam 6 jam. Telur dapat

kehilangan infetivitasnya setelah 1-2 hari di bawah panas dan keadaan

lingkungan yang kering. Kemampuan telur untuk bertahan hidup sangat

dipengaruhi oleh temperatur dan kelembapan. Kemampuan telur untuk

bertahan hidup lebih besar pada keadaan temparatur rendah dan kelembapan

tinggi. Telur dapat hidup selama kurang dari 2 minggu lamanya kemampuan

maksimal telur untuk bertahan hidup dilaporkan hingga 19 minggu (Abidin,

dkk. 2008).

Gambar 2.2 Morfologi cacing dewasa betina dan jantan (Wijaya, 2016).
8

2. Siklus Hidup Enterobius Vermicularis

Pada gambar 2.2 siklus cacing Enterobius vermiculari Cacing dewasa

tinggal dan hidup di lumen usus besar. Setelah kopulasi cacing jantan mati,

cacing betina gravit dan dapat mengandung sebanyak 11.000 – 15.000 telur.

Pada waktu malam hari cacing betina akan bergerak keluar lewat anus dan

meletakan telur di daerah perianal. Telur dalam keadaan lembab dapat

bertahan hidup dalam waktu sekitar 13 hari. Setelah bertelur, cacing betina

mati dan jika pada penderita wanita dapat mesuk ke liang vagina.

Gambar 2.3 Daur Hidup Enterobiasis vermicularis (sutanto, 2008)


9

Infeksi pada manusia terjadi secara per-oral (dari tangan ke mulut) telur

tertelan melalui tangan yang terkontaminasi telur, baik secara autoinfeksi

(setelah penderita menggaruk), maupun secara heteroinfeksi (tangan yang

terkontaminasi telur dari penderita). Telur yang tertelan akan masuk ke usus

halus dan menuju ke usus besar berkembang menjadi cacing dewasa.

Telur yang berada di daerah perianal apabila tidak segera dibersihkan

maka dalam beberapa jam sudah bisa menetas menjadi larva yang ditetaskan

akan bisa masuk kembali ke anus (retroineksi) dan dapat berkembang menjadi

cacing dewasa di lumen usus besar.

Terdapat 4 cara terjadinya infeksi, yaitu:

a. Langsung dari anus ke mulut melalui tangan yang terkontaminas oleh telur

cacing.

b. Penularan pada orang yang setempat tidur dengan pasien, infeksi terjadi

melalui telur yang ada di alas tempat tidur, sarung bantal ataupun pada

benda yang terkontaminasi.

c. Melalui udara, telur cacing yang berada di udara terhirup oleh orang lain

(misalnya pada saat membersihkan tempat tidur)

d. Retroinfection, pada keadaan yang memungkinkan telur cacing segera

menetas dikulit sekitar ansu dan larva yang keluar masuk kembali kedalam

usus melalui anus (Sutanto, 2008)


10

3. Penyakit yang disebabkan Enterobius vermicularis

Enterobiasis relatif tidak berbahaya dan infeksi yang terjadi pada

umumunya asimtomatik. Pada infeksi yang sintomatik, gejala klinis yang

mencolok disebabkan iritasi disekitar anus, perineum dan vagina oleh cacing

betina gravit yang berimigrasi ke daerah anus dan vagina. Hal ini

menyebabkan proritus lokal, anak menggaruk kulit disekitar anus, berakibat

terjadinya iritasi yang bisa diikuti dengan infeksi bakteria sekunder. Apabila

hal ini terjadi segera diatasi karena dapat menganggu pertumbuhan anak.

Perasaan gatal sering terjadi pada malam hari sehingga pasien terganggu pada

saat tertidur, akan menjadi lemah, dan iritabel (tidur tidak pulas) atau mimpi

yang menakutkan (nightmare), sehingga kelopak mata bawah tampak

bayangan kulit gelap. Cacing dewasa muda dapat bergerak keusus halus

bagian proksimal sampai ke lambung, esofagus, dan hidung sehingga

menyebabkan gangguan di daerah tersebut. Cacing juga sering ditemukan di

apendiks tetapi jarang menyebabkan apendisitis. Cacing betina gravid

mengembara dan dapat bersarang di vagina dan tuba fallopi sehingga

menyebabkan radang di saluran telur dan vulvovaginitis pada anak perempuan

prapubertas. Juga diketahui merupakan menyebabkan potensial enuresis

sekunder dan infeksi saluran kemih. Tidak ada bukti menunjukan bahwa

enterobiasis berhubungan dengan eosinofilia ataupun peningkat kadar serum

Imunoglobin E (IgE) (Sutanto, 2008).


11

4. Diagnosis Enterobius vermicularis

Enterobius vermucularis tidak seperti nematoda usus lainnya, telur

cacing jarang ditemukan di feses dan hanya dapat mendeteksi telur berkisar

10-15% pasien yang terinfeksi pada pemeriksaan feses rutin. Infeksi cacing

sering diduga pada anak yang menunjukan rasa gatal disekitar anus pada

malam hari. Diagnosis pasti dapat ditegakan dengan melihat anus si anak pada

malam hari dan menemukan cacing dewasa yang sedang keluar untuk bertelur.

Scoth addhesive tape merupakan metode menggunakan selotip yang

ditempelkan pada tengah anus. Selotip yang telah ditempelkan pada anus akan

dilekatkan pada object glass (kaca objek) dan selanjutya akan diperiksa

menggunakan mikroskop (Sutanto, 2008).

5. Pengobatan Enterobius Vermicularis

Sebenarnya pada kasus ini tidak diperlukan pemberian obat, mengingat

cacing jantan Enterobius vermicularis mati setelah kopulasi dan cacing betina

mati setelah bertelur. Pengobatan infeksi cacing ini harus dilaksanakan pada

seluruh anggota keluarga oleh karena mudah terjadi penularan. Enterobius

vermicularis rentan terhadap sejumlah obat cacing dengan keberhasilan

pengobatan 90%. Pirantel pamoate, mabendazole dan albendazole memiliki

efektifitas tinggi dalam mengobati infeksi cacing Enterobius vermicularis.

Albendazole adalah obat cacing spektrum luas yang diberikan per oral

dan sudah digunakan sejak 1979. Beberapa bukti menunjukan bahwa

albendazole tidak hanya membunuh telur dan larva. Pada pemberian oral

albendazole diserap dengan cepat oleh usus. Waktu paruh 8-9 jam, metbolit
12

terutama dikeluarkan leat urin dan hanya sedikit lewat feses. Cara kerjanya

memblokir pengambilan glukosa oleh larva maupun cacing dewasa sehingga

persediaan glikogen menurun dan pembentukan ATP (adenosin trifosfat)

berkurang, mengakibatkan kematian parasit (cacing).

Mebendazole mempunyai efektifitas tinggi terhadap infeksi nematoda

usus dan terutama digunakan untuk emngobati infeksi cacing campuran

Pirantel pamoate merupakan terapi pilihan selain albendazole dan

mabendazole, bekerja dengan cara menghambat depalarisasi neuromuskular,

menghambat kolinesterase dan menyebabkan paralisis spastik pada cacing.

Untuk kasus enterobiasis sebaiknya pengobatan diulang setelah interval waktu

2 minggu. Namun, pirantel pamoate yang diberikan dalam dosis tunggal tidak

efektif terhadap stadium muda cacing (Sutanto, 2008).

6. Pencegahan

Upaya untuk pecegahan maka dianjurkan segea cebok dengan sabun dan

mencuci tangan sesudah itu. Dianjurkan pula memotong kuku secara teratur.

Mencuci tangan sebelum makan merupakan anjuran yang diperlukan

dibiasakan. Pakaian terutama pakaian dalam setelah dipakai jangan

digantung/ditumpuk, apabila tidak segera dicuci/mau dipakai lagi, maka lebih

baik dijemur.

Dengan alas tidur pun yang telah dipakai jangan dikibaskan untuk

menghindari telur yang menempel pada alas tidur berterbangan dan

menginfeksi secara per-inhalasi, namun sebaiknya dilakukan penjemuran,

karena telur akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung. Untuk
13

mengurangi kepengapan tempat tinggal upayakan dibuatkan jendela/ genting

kaca agar sinar matahari menembus langsung ke ruangan (Prasetyo, 2003).

B. Enterobiasis

1. Patologi dan Gejala Klinis

Enterobiasis relatif tidak berbahaya, jarang menimbulkan lesi yang

berarti. Gejala klinis yang menonjol disebabkan iritasi di sekitar anus,

perineum dan vagina oleh cacing betina gravid yang berimigrasi ke daerah

anus dan vagina sehingga menyebabkaan pruritus lokal. Karena cacing

berimigrasi ke daerah anus dan menyebabkan pruritus ani, maka penderita

menggaruk daerah sekitar anus sehingga timbul luka garuk di sekitar anus.

Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari hingga penderita terganggu

tidurnya dan menjadi lemah (Sutanto, 2008).

Beberapa gejala infeksi Enterobius vermikularis yaitu kurang nafsu

makan, berat badan turun, aktivitas meninggi, cepat marah, gigi menggeretak,

insomnia dan masturbasi (Sutanto, 2008).

2. Epidemiologi

Penyebaran penyakit cacing kremi lebih luas dari pada penyakit cacing

lain. Penularan dapat terjadi pada keluarga atau kelompok yang hidup dalam

satu lingkungan yang sama (asrama, rumah piatu). Telur cacing dapat diisolasi

dari debu di ruangan sekolah atau kafetaria sekolah dan menjadi sumber

infeksi bagi anak-anak sekolah. Diberbagai rumah tangga dengan beberapa

anggota keluarga yang mengandung cacing kremi, telur cacing dapat


14

ditemukan dilantai, meja ,kursi, bak mandi, alas kasur dan pakaian (Soedarto,

1995).

3. Diagnosa Laboratorium

a. Teknik diagnosa laboratorium

Teknik diagnosa laboratorium untuk enterobiasis memiliki

perbedaan yang berarti khususnya pada saat pengambilan spesimen

pemeriksaan. Cara pemeriksaan enterobiasis yaitu dengan menemukan

hcacing dewasa atau telur dari Enterobius vermicularis. Adapun caranya

sebagai berikut :

1) Cacing dewasa

a) Makroskopis

Cacing kremi dapat dilihat secara makroskopis atau dengan

mata telanjang pada anus penderita terutama dalam waktu 1-2 jam

setelah anak tertidur pada malam hari. Cacing kremi berwarna putih

dan setipis rambut mereka aktif bergerak (Soedarto, 1995)

b) Mikroskopis

Cacing dewasa dapat ditemukan di feses, dengan syarat harus

dilakukan enema terlebih dahulu, yaitu memasukan cairan kedalam

rektum agar cacing dewasa keluar dari rektum (Soejoto dan

Soebari, 1996). Cacing dewasa yang ditemukan dalam feses, dicuci

dengan NaCl agak panas, kemudian dikocok sehingga cacing

menjadi lemas, selanjutnya diperiksa dalam keadaan segar atau

dimatikan dengan larutan fiksasi untuk mengawetkan. Nematoda


15

kecil, seperti Enterobius vermicularis dapat juga difiksasi dan

diawetkan dengan alkohol 70% yang agak panas (Brown, 1983).

2) Telur cacing

Telur Enterobius vermicularis jarang ditemukan di dalam feses,

hanya ditemukan 5% yang positif pada orang-orang yang menderita

infeksi ini (Soejoto dkk, 1996).

Telur Enterobius vermicularis lebih mudah ditemukan dengan

tehnik pemeriksaan khusus, yaitu dengan menghapus daerah sekitar

anus dengan “ Scotch adhesive tape swab” (Lynne, 1996).

Pada metode ini bahan yang diperiksa berupa perianal swab oleh

karena itu cacing betina yang banyak mengandung telur pada waktu

malam hari melakukan migrasi ke daerah perianal (Soedarto, 1995).

b. Metode pemeriksaan enterobiasis

Dalam pelaksanaan diagnosis untuk Enterobiasis terdapat bermacam-

macam metode pada cara pengambilan spesimen :

1) Metode N-I-H (National Institude of Heatlh)

Pengambilan spesimen menggunakan kertas selofan yang di

dibungkuskan pada ujung batang gelas dan diikat dengan karet gelang pada

bagian sisi kertas selofan. Kemudian batang gelas pada ujung lainnya

dimasukkan kedalam tutup karet yang sudah ada lubang dibagian

tengahnya. Bagian batang gelas yang mengandung selofan dimasukkan

kedalam tabung reaksi yang kemudian ditutup karet. Hal ini dimaksudkan
16

agar bahan pemeriksaan tidak hilang dan tidak mudah terkontaminasi

(Hadidjaja, 1994).

2) Metode cellophane tape atau adhesive tape

Pengambilan spesimen menggunakan alat berupa spatel lidah atau

batang gelas yang ujungnya dilekatkan adhesive tape, kemudian

ditempelkan di daerah perianal. Adhesive tape diratakan dikaca objek dan

bagian yang berperekat menghadap kebawah. Pada waktu pemeriksaan

mikroskopis, salah satu ujung adhesive tape ditambahkan sedikit toluol

atau xylen pada perbesaran rendah dan cahayanya di kurangi (Gracia,

1996).

3) Metode anal swab

Pengambilan spesimen menggunakan swab yang pada ujungnya

terdapat kapas yang telah dicelupkan pada campuran minyak dengan

parafin yanng telah dipanaskan hingga cair. Kemudian swab disimpan

dalam tabung berukuran 100x13 mm dan disimpan dalam lemari es. Jika

akan di gunakan untuk pengambilan spesimen, swab diusapkan didaerah

permukaan dan lipatan perianal, swab diletakkan kembali dalam tabung.

Pada saat pemeriksaan, tabung yang berisi swab diisi dengan xylen dan

dibiarkan 3 – 5 menit, kemudian di centripuge pada kecepatan 500 rpm

selama 1 menit. Ambil sedimen lalu periksa dalam mikroskop (Gracia,

1996).

4) Graham scotch tape


17

Alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya

dilekatkan adhesive tape (Gandahusada, 1998). Teknik penggunaan alat ini

ditemukan oleh Graham (1941). Teknik alat ini termasuk sederhana dalam

penggunaannya. Untuk pengambilan spesimen dilakukkan sebelum pasien

defekasi atau mandi, pengambilan spesimen dapat dilakukan di rumah.

Sedangkan untuk membantu dalam pemeriksaan di laboratorium di

gunakan mikroskop dan sedikit penambahan toluen atau xylen.

c. Waktu pengambilan spesimen

Apusan perianal yang diambil dari penderita mempersyaratkan kondisi

tertentu sehingga bahan apusan yang diambil layak dan diyakini akan

memberikan hasil pemeriksaan laboaratorium yang sebenarnya. Bahan apusan

perianal yang diambil dari penderita saat pagi hari selepas bangun tidur

syaratnya sebelum mandi, buang air besar dan aktifitas lain yang dapat

menghilangkan atau membersihkan telur cacing dari daerah perianal (Srisari,

2004).

Waktu Pengambilan spesimen yang sering dilakukan dalam

pemeriksaan telur cacing Enterubius Vermicularis dengan menggunakan

teknik “graham Scotch Tape” adalah pagi hari sebelum penderita buang air

besar dan mencuci pantat (cebok) (Sutanto, dkk, 2008). Selain itu waktu

pengambilan juga dapat dilakukan pada malam hari yaitu sebelum tidur

terutama saat gejala rasa gatal muncul disekitar anus. Karena pada saat itu

cacing betina bermigrasi kedaerah perianal tempat telur diletakkan

(Soedarto,1995)
18

C. Personal Hygiene

1. Pengertian

Hygiene adalah usaha untuk memelihara dan mempertinggi derajat

kesehatan, atau ilmu yang mempelajari cara-cara yang berguna bagi

kesehatan. Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, Personal adalah

perorangan, sedangkan hygiene adalah sehat. Personal hygiene merupakan

kebutuhan dasar manusia untuk perawatan diri yang mempengaruhi kesehatan

manusia dimana personal hygiene dilakukan sebagai aktifitas kehidupan

sehari–hari. Kebersihan dan kesehatan perorangan yang bertujuan untuk

mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun orang lain (Duwita,

2018)

2. Macam-macam personal Hygiene

macam-macam personal hygiene yang dapat meningkatkan status kesehatan

manusia sebagai upaya mencegah penyakit diantaranya :

1) Kebersihan rambut dan kulit kepala

Tujuan merawat rambut adalah untuk menjaga kebersihan dan

kesehatan kulit kepala, di samping itu untuk memudahkan dalam

penataannya. Untuk menjaga kesehatan rambut dilakukan beberapa upaya

diantaranya memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut

sekurang-kurangnya dua kali seminggu, mencuci rambut memakai

shampoo atau bahan pencuci rambut lainnya, melindungi kulit kepala dari

sinar matahari langsung, menghindari air yang terlalu panas saat keramas,
19

menyisir rambut secara perlahan setelah keramas, dan menggunakan

peralatan pemeliharaan rambut sendiri. Gangguan kesehatan batang rambut

dan kulit kepala diantaranya :

a) Kerusakan zat tanduk: pemakaian sisir yang terlalu keras, shampoo

yang tidak sesudai, pencucian rambut yang tidak bersih dan rutin.

Infeksi jamur: pada permukaan batang rambut, dan dalam korteks

batang rambut.

b) Ketombe

c) Serangga: kutu rambut, kontak langsun

2) Kebersihan tangan , kaki, dan kuku

Menjaga kebersihan tangan, kuku, dan kaki adalah salah satu aspek

penting dalam mempertahankan kesehatan badan perseorangan, oleh

karena itu tangan, kuku, dan kaki harus dijaga kebersihannya. Kuman

penyakit dapat terbawa melalui tangan, kuku, dan kaki yang kotor. Hal ni

akan membawa bibit penyakit dan telur cacing yang mungkin ada dalam

tangan atau kuku yang kotor lalu ikut tertelan. Sebagian masyarakat

mengetahui pentingnya mencuci tangan memakai sabun, tetapi dalam

kenyataannya masih sedikit yang tahu bagaimana cara melakukannya

dengan benar. Cuci tangan adalah cara yang efektif untuk mencegah

terjadinya penyebaran mikroorganisme. Mencuci tangan sebaiknya

dilakukan sesudah ke WC, sebelum membuat atau menyajikan atau makan

makanan, setelah menyentuh sampah. Jangan berjalan dengan kaki

telanjang ( tidak menggunakan alas kaki). Gunakan kaos kaki yang bersih
20

jika perlu ganti kaos kaki dua kali sehari dan Hindari menggunakan kaos

kaki yang sempit, sudah using, dan kotor karena bisa menimbulkan bau

pada kaki, alergi dan infeksi pada kulit kaki. Memotong kuku secara

teratur , mencuci kaki sebelum tidur dan membersihkan lingkungan.

3) Kebersihan kulit

Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat

melindungi tubuh dari berbagai kuman, sehingga diperlukan perawatan

yang adekuat (cukup) dalam mempertahankan fungsinya. Di dalam

memelihara kesehatan kulit, kebiasaan yang sehat harus sering

diperhatikan seperti :

a) Mandi menggunakan sabun mandi secara rutin

b) Menggunakan pakaian yang bersih dan rapi (pakaian diganti 1 kali

sehari atau jika pakaian sudah kotor atau basah).

c) Menghindari penggunaan pakaian, handuk, selimut, sabun mandi, dan

sarung tangan secara bersama-sama

4) Kebersihan gigi dan mulut

Perawatan mulut merupakan salah satu hal yang penting. Kesehatan mulut

akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan kecepatan pemulihan. Higiene

mulut yang buruk mengakibatka penurunan produk saliva, peningkatan

plak gigi, dan perubahan flora mulut. Menggosok gigi dengan teratur dan

baik akan menguatkan dan membersihkan gigi sehingga terlihat cemerlang.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan gigi adalah :

a) Memakai sikat gigi sendiri


21

b) Menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap sehabis

makan

c) Memeriksa gigi secara teratur

5) Kebersihan mata, telinga, dan hidung

Perawatan mata, telinga dan hidung merupakan aspek yang penting

dalam hygiene perseorangan. Kurangnya menjaga kesehatan dan

kebersihan mata, telinga dan hidung akan menyebabkan berbagai masalah

kesehatan. Hal – Hal yang perlu diperhatikan dalam kesehatan mata

adalah :

a) Membaca di tempat terang

b) Membersihkan telinga teratur

c) Membersihkan hidung teratur (pada saat mandi) dan Jangan mencabut

bulu hidung

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene

1) Praktik social

Personal hygiene atau kebersihan diri seseorang sangat mempengaruhi

praktik sosial seseorang. Selama masa kanak-kanak, kebiasaan keluarga

mempengaruhi praktik hygiene, misalnya mandi, waktu mandi. Pada masa

remaja, hygiene pribadi dipengaruhi oleh kelompok teman sebaya. Pada

masa dewasa, teman dan kelompok kerja membentuk harapan tentang

penampilan pribadi. Sedangkan pada lansia, akan terjadi beberapa

perubahan dalam praktik hygiene karena perubahan dalam kondisi

fisiknya.
22

2) Status sosial ekonomi

Status ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik

hygiene perorangan. Sosial ekonomi yang rendah memungkinkan hygiene

perorangan rendah pula.

3) Pengetahuan dan motivasi

Pengetahuan tentang hygiene akan mempengaruhi praktik hygiene

seseorang. Sedangkan motivasi merupakan kunci penting dalam

pelaksanaan hygiene tersebut. Permasalahan yang sering terjadi adalah

ketiadaan motivasi karena kurangnya pengetahuan.

4. Dampak yang sering timbul di dalam personal hygiene

1) Dampak Fisik

Dampak fisik dalah gangguan fisik yang terjadi karena adanya

gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya

kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan ini sering terjadi yaitu

gangguan membran mukosa mulut, gangguan kulit, infeksi pada mata dan

telinga, serta gangguan fisik pada kuku.

2) Dampak Psikososial

Dampak Psikososial adalah masalah sosial yang berhubungan dengan

personal hygiene, diantaranya gangguan kebutuhan rasa nyaman,

gangguan interaksi sosial, dan aktualisasi diri.


23

Dampak fisik dalah gangguan fisik yang terjadi karena adanya

gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya

kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan ini sering terjadi yaitu

gangguan membran mukosa mulut, gangguan kulit, infeksi pada mata dan

telinga, serta gangguan fisik pada kuku.

Dampak Psikososial Dampak Psikososial adalah masalah sosial yang

berhubungan dengan personal hygiene, diantaranya gangguan kebutuhan

rasa nyaman, gangguan interaksi sosial, dan aktualisasi diri.


BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual Penelitian

Penyakit
kecacingan

Faktor resiko

Sosial Ekonomi Hygen rendah Kepadatan


Rendah penghuni

Intesitas telur:
- Per-oral
- Per-inhalasi

Menginfeksi manusia Siswa kelas I dan


kelas VI

Enterobiasis

Telur Cacing Nematoda

Keterangan : Enterobius Vermicularis

Diteliti

Tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka konseptual penelitian

24
25

Kontaminasi telur cacing pada anak-anak terjadi karena posonal

hygiene rendah dan lingkungan tempat tinggal yang kurang baik sehingga

dapat mempengaruhi individu tersebut. Telur cacing biasanya berada pada

tangan individu, tertelan kemudian masuk kedalam sistem pencernaan seperti

usus. Sehingga ketika membuang sisa pencernaan maka akan terkontaminasi

dengan telur cacing nematoda usus yaitu Enterobius vermicularis.

B. Hipotesis Penelitian

Jika anak-anak usia antara 5 hingga 12 tahun maka akan ditemukan

telur cacing Enterobius vermicularis pada mikroskop.

H0: Tidak ada hubungan dengan personal hygiene dengan kejadian

Enterboasis pada siswa kelas I dan kelas VI.

H1: Adanya hubungan dengan personal hygiene dengan kejadian Enterboasis

pada siswa kelas I dan kelas VI

BAB 4
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancang Bangun Penelitian

Jenis penilitian yang digunakan menggunakan metode observasional

analitik dengan desain cross sectional yaitu jenis penelitian yang

menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada

satu waktu yang dilakukan pada variabel terikat dan variabel bebas.

Pendekatan ini digunakan untuk menlihat hubungan antara variabel satu

dengan variabel lainnya.

CT PH H1

CS C.E.v H0

Keterangan :
P : Populasi
CT : Kasus
CS : Control
PH : Personal Hygiene
C.E.v : Cacing Enterobius vermicularis
H1 : Hasil dari Kebersihan
H0 : Hasil Cacing Enterobius vermicularis

B. Populasi Penelitian

Populasi yang dilakukan adalah seluruh jumlah anak-anak kelas I dan

kelas VI di SDN Womokusumo Surabaya.

26
27

C. Sampel dan Cara Pengambilan Sampel

1. Sampel

Penelitian kali ini tidak menggunakan sampel karena menggunakan


total populasi adalah anak kelas I dan kelas VI di SDN Wonokusumo
Surabaya.

2. Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

total sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan pada jumlah

sampel sama dengan jumlah populasi.

D. Lokasi dan Waktu Pengambilan

1. Lokasi

a. Lokasi Analisis Sampel

Pengambilan sampel dilakukan di masing-masing rumah

responden dan Analisa sampel Enterobiasis dilakukan di

Laboraturium BBLK (Balai Besar Laboraturium Kesehatan

Surabaya)

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai bulan Juli 2020.


28

Tabel 4.1 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan
Jenis
NO 2019 2020
Penelitian
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

Penelusur
an
1
Kepustaka
an

Penyusun
an naskah
2
proposal
skripsi

Presentasi
naskah
3
proposal
skripsi

Persiapan
4
penelitian

Pelaksana
5 an
penelitian

Pengolaha
6
n data

Pembuata
7
n laporan

presentasi
8 hasil
penelitian
29

E. Kerangka kerja Penelitian

Uji Kelaikan
Etik

Identitas Pasien

Pengambilan
Sampel
Pemeriksaan

Rektal swab

Pengamatan Mikroskop

Identifikasi telur cacing


enterobius vermicularis

Analisis hasil
dan daa statistik

Pembahasan dan
kesimpulan
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian
30

F. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian

a. Variabel Penelitian

Variabel bebas yang diteliti adalah telur cacing Enterobius vermicularis

dan variabel terikat yang diteliti adalah personal hygiene pada siswa kelas I

dan kelas VI.

b. Definisi Operasional Penelitian

Tabel 4.2 Definisi operasional penelitian

Variabel Definisi Kategori Skala Hasil


No Oprasional dan Pengukuran Pengukuran
Kreteria

Telur cacing E.vermicularis Positif Nominal 0:≠


1 E.vermicularis adalah jenis (+) : 1 :
cacing yang terdapat E.vermicularis
menyebabkan telur
infeksi cacing cacing
kremi Negatif
(-) : tidak
terdapat
telur
cacing
Personal Personal Positif Ordinal Observasi dan
2 Hygiene hygiene adalah (+) : pengisian
perawatan diri hygiene kuisioner
yang baik
mempengaruhi Negatif
kesehatan (-) :
manusia hygiene
dimana buruk
personal
hygiene
dilakukan
sebagai
aktifitas
kehidupan
sehari–hari
31

G. Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

a. Alat

Objek glass, selotip, mikroskop, cover glass, tissue, pot wadah sampel.

b. Bahan

Sampel dubur, alkohol, plastik pembungkus wadah sampel.

2. Cara Pengumpulan Data

a. Pengambilan Bab Uji

Pengambilan sampel penelitian ini berasal dari feses yang berada

pada dubur. Awal peniliti akan menjelaskan maksud dari penelitian

yang akan diteliti kepada reponden anak-anak. Jika memenuhi syarat

peneliti akan mengambil sampel dan ditaruh pada objek glass. Objek

glass yang sudah terdapat sampel ditaruh pada wadah yang bener-bener

aman.

b. Pengelolahan sampel

1) Siapkan alat dan bahan.

2) Objek glss dibersihakan menggunakan alkohol swabb agar lebih

bersih dan steril.

3) Tarik sedikit selotip untuk persiapan pengambilan sampel pada

dubur.

4) Responden dengan posisi seperti sujud, kemudian selotip

ditempelkan pada dubur tunggu hingga mengembun (±1 menit)

5) Tarik selotip pada dubur , kemudian tempelkan selotip pada objek

glass
32

6) Di periksa dibawah mikroskop dengan mengurangi celah

kondensor, dan gunakan obyektif 10x.

c. Analisis sampel

setelah sampel diamati, jika terdapat hasil positif lalu dilaporkan

hasil yang telah didapat.

H. Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Penelitian ini dilakukan sebanyak 23 responden pada siswa kelas I dan

kelas VI. Penelitian ini diperiksa langsung dengan mikroskop. Hasil yang

diketahui akan dimasukan di dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.3 Hasil pemeriksaan enterobiasis

No Kode Jenis Umur Hasil Pemeriksaan Enterobiasis


Kelamin

Total

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Kejadian Jumlah Presentase (%)


33

Total

Tabel 4.5 Distribusi Fekuensi Berdasarkan Umur


Umur (TH) Frekuensi Falid (%)

5-8

9-10

Total

Tabel 4.6 karakter berdasarkan kelas

Kelas (%) Frekuensi Presentase (%)

VI

Total

Tabel 4.7 Kontrol Hygiene dan kuku


34

kelas Bersih Kotor Anak (%) jumlah Presentase

(%) (%) (%)

Jumlah

2. Analisis Data

Analisis deskriptif dilakukan dengan menghitung besarnya perbedaan

hasil yang dinyatakan dalam satuan presentase (%) atau diagram.

Sedangkan data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan uji

korelasi. Data diuji normalitas terlebih dahulu. Apabila data berdistribusi

normal maka data diuji menggunakan korelasi P earson, namun apabila

data berdistribusi tidak normal akan diuji dengan korelasi Spearman.

3. Etika Penelitian

Etika dalam penelitian ini adalah :

1. Informed Consent

Lembar persetujuan penelitian diberikan kepada responden, supaya

mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak bagi yang diteliti

selama pengumpulan data, jika menolak untuk diteliti maka peneliti tidak

akan memaksa dan menghormati haknya.


35

2. Ketelitian

Peneliti sebaiknya melakukan penelitian secara teliti dari pekejaan

yang telah dilakukan supaya didapatkan hasil yang baik dan akurat.

3. Kerahasiaan

kerahasiaan informasi yang diberikan untuk subjek dijamin untuk

peneliti. Data tersebut hanya akan disajikan atau dilaporkan kepada yang

berhubungan dengan penelitian ini.


BAB 5

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Pengambilan Sampel

Gambar 5.1 Lokasi pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada siswa kelas I dan kelas VI di


sekitar SDN Wonokusumo Surabaya, dimana dapat dilihat kebersihan dari
lokasi pengambilan sampel sangat kurang bersih, dan tempat tersebut sangat
padat oleh penduduk yang sangat memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh
kecacingan dan pola hygiene pada responden sangat berkurang.

B. Gambaran Lokasi Penelitian

Gambar 5.2 Lokasi Penelitian

penelitian ini dilakukan di BBLK (Balai Besar Laboraturium Kesehatan


Surabaya) pada tanggal 13 sampai dengan tanggal 18 Juli 2020, tepatnya di
Laboraturium Mikrobiologi. Besarnya ukuran laboraturium dan fasilitas yang
disediakan oleh pihak BBLK (Balai Besar Laboraturium Kesehatan
Surabaya) tentunya sangat membantu kelancaran dari penelitian ini. Fasilitas
yang disediakan meliputi: mikroskop binokuler, pinset, mikropipet, lugol.

36
37

C. Hasil Penelitian
Data pada penelitian ini meliputi pengisian kuisioner dan pengambilan
sampel dengan metode Adhesive chollaphane tape (preparat selotip) pada
siswa kelas I dan kelas IV dengan jumlah responden sebanyak 23. Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini didapat bahwa sampel Adhesive chollaphane tape
(preparat selotip) yaitu negatif (100%) yang dapat dilihat pada diagram 5.1
Hasil pemeriksaan enterobiasis.

no Kode Jenis Umur Hasil


sampel kelamin pemeriksaan

A 6-7 NEGATIF
1 laki-laki
B 6-7 NEGATIF
2 perempuan
C 6-7 NEGATIF
3 laki-laki
D 6-7 NEGATIF
4 perempuan
E 6-7 NEGATIF
5 perempuan
F 6-7 NEGATIF
6 perempuan
G 11-12 NEGATIF
7 laki-laki
H 11-12 NEGATIF
8 laki-laki
I 6-7 NEGATIF
9 laki-laki
J 6-7 NEGATIF
10 perempuan
K 6-7 NEGATIF
11 perempuan
L 6-7 NEGATIF
12 laki-laki
M 6-7 NEGATIF
13 perempuan
N 11-12 NEGATIF
14 perempuan
O 11-12 NEGATIF
15 perempuan
P 11-12 NEGATIF
16 laki-laki
Q 6-7 NEGATIF
17 laki-laki
38

R 11-12 NEGATIF
18 laki-laki
S 11-12 NEGATIF
19 perempuan
T 6-7 NEGATIF
20 laki-laki
V 11-12 NEGATIF
21 laki-laki
W 11-12 NEGATIF
22 perempuan
X 6-7 NEGATIF
23 perempuan

Tabel 5.1 hasil Pemeriksaan Enterobiasis

Hasil negatif yang didapatkan berdasarkan jenis kelamin responden kelas I


dan kelas VI yang masing-masingnya sebesar 100% (laki-laki: 47,8% . Perempuan
52,2%) dan dapat dilihat pada gambar 5.2 tabel distribusi frekunsi berdasarkan jenis
kelamin dibawah ini :

Kejadian Jumlah Persentase negatif Persentase positif


(%) (%)

Perempuan 12 52,2% 0%

Laki-laki 11 47,8% 0%

Total 23 100% 0%

Tabel 5.2 distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin

Hasil positif yang didapatkan sebesar 0%, dan hasil negatif yang didapatkan
berdasarkan umur dan kelas pada responden kelas I dan kelas VI sebesar 100% ,
responden umur 7-6 tahun didapatkan hasil falid positif 0%, hasil falid negatif
sebesar 60,9%. Untuk umur 11-12 tahun didapatkan hasil falid negatif sebesar 39,1,
hasil falid positif sebesar 0%. Dapat dilihat pada gambar tabel 5.3 distribusi
frekuensi berdasarkan umur dan karakter berdasarkan kelas:
39

Umur Frekuensi Falid negatif (%) Falid positif (%)

6-7 tahun 14 60,9% 0%

11-12 tahun 9 39,1% 0%

Total 23 100% 0%

Tabel 5.3 distribusi frekuensi berdasarkan umur dan karakter berdasarkan kelas

Hasil yang didapatkan pada kuisioner porsonal hygiene terhadap responden


kelas I dan kelas VI dapat dilihat pada tabel berikut :

Variabel Frekuensi %

Personal hygine

Baik 22 95,7

Kurang baik 1 4,3

Jumlah 23 100%

Pemakaian alas kaki

Baik 23 100

Kurang baik 0 0

jumlah 23 100%
40

Kebersihan Kuku

Baik 20 87

Kurang baik 3 13

Jumlah 23 100%

Tabel 5.4 distribusi frekuensi personal hygiene pada responden


BAB 6

PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN

Infeksi kecacingan merupakan suatu penyakit yang dapat


menyebabkan kehilangan nutrisi yang akan berpengaruh terhadap
penurunan kualitas sumber daya manusia. Epidemologi infeksi cacing
berhubungan erat dengan keterbelakangan dalam pembangunan sosial
ekonomi dan erat kaitannya dangan kemiskinan. Kemiskinan, kepadatan
penduduk yang tinggi, dan kurangnya hygiene perorangan maupun
lingkungan dikatakan memiliki peranan besar pada transmisi E.
vermicularis, terutama pada anak usia sekolah. Tujuan dilakukan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan personal hygiene dengan
kejadian enterobiasis pada siswa kalas I dan kelas VI di SDN
Wonokusumo Surabaya. Penelitian ini menggunakan 23 sampel yang
diperoleh dari 14 responden siswa kelas I dan 9 sampel responden kelas
VI daerah Wonokusumo Surabaya. Keseluruhan sampel diolah dengan
menggunakan hitungan dalam bentuk persentase (%).

Tabel 1 hasil Pemeriksaan Enterobiasis

pada tabel 5.1 menunjukan hasil negatif (100%) terhadap


pemeriksaan enterobiasis dengan jumlah 23 sampel responden kelas I dan
kelas VI. Jika dilihat dari asal sampel dan jumlah sampel tentu sampel
berasal dari padat penduduk yang tinggi. Dan pengulangan sebanyak 2 kali.

Tabel 2 distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin

Pada tabel 5.2 distribusi frekuensi berdasaran jenis kelamin


didapatkan hasil negatif (100%) dan untuk hasil positif (0%). Dari
responden kelas I dan kelas VI yang masing-masing laki-laki 47,8%,
perempuan 52,2%).

41
42

Tabel 3 distribusi frekuensi berdasarkan umur dan karakter


berdasarkan kelas.

Pada tabel 5.3 data distribusi frekuensi berdasarkan umur dan kelas
I dan kelas VI didapatkan hasil positif 0% dan yang negatif sebesar 100% .
responden berumur 6-7 tahun didapatkan hasil falid positif 0% , hasil falid
negatif 60,9%. Untuk umur 11-12 tahun didapatkan hasil falid positif 0%,
hasil falid negatif sebesar 39,1%.

Tabel 4 distribusi frekuensi personal hygiene pada responden

Pada tabel 5.4 hasil yag didapatkan pada pengisian kuisioner


berdasarkan 3 point yaitu : personal hygiene, pemakaian alas kaki, dan
kebersihan kuku. Dari data personal hygiene didapatkan hasil terhadap
responden kelas I dan kelas VI , frekuensi personal hygiene yang baik 22
responden dengan hasil 95,7% sedangkan personal hygiene frekuensi yang
kurang baik dengan 1 responden dengan hasil 4,3%. Dari data pemakaian
alas kaki didapatkan frekuensi hasil yang baik 23 responden sebesar 100%,
sedangkan untuk frekuensi hasil yang kurang baik sebesar 0%. Dari data
kebersian kuku didapatkan frekuensi yang baik 20 responden sebesar 87%,
sedangkan frekuensi yang kurang baik terdapat 3 responden sebesar 13%.

Hasil dari penelitian ini didapatkan tidak terdapat hubungan yang


bermakna antara personal hygiene dengan kejadaian eneterobiasis. Hal ini
disebabkan hasil dari pemeriksaan kejadian enterobiasis menghasilkan hasil
negatif yang artinya keseluruhan responden tidak terdeteksi adanya telur
cacing Enterobius vermicularis dan keseluruhan responden telah memiliki
porsonal hygiene yang baik. Data yang diambil berasal dari kuisioner yang
mengambilnya melalui responden menjawab pertanyaan yang teah tersedia.
Ada kemungkinan bias hasil dari hasil pengisian kuisioner karena peneliti
tida dapat memastikan responden menjawab pertanyaan secara jujur atau
tidak. Komponen yang peneliti observasi haya bagian kuku.
43

Upaya dalam hal ini yang masih kurang yaitu kebiasaan mencuci
tangan setelah bermain, mencuci tangan dengan sabun, mengganti seprei
sekali dalam seminggu. Hal ini disebabkan dari pengetahuan dan
kemampuan responden yang rendah dalam menjaga porsonal hygiene.
Faktor lain yang mempengaruhi hasil dari tidak adanya hubungan porsonal
hygiene dengan kejadian Enterobiasis adalah pada saat ini telah terjadi
wabah covid-19 yang mengharuskan kebiasaan mencuci tangan setiap
waktu menggunakan air bersih dan sabun, mengganti pakaian dan mandi
setiap setelah keluar.

Hasil yang serupa pada peneltian (Adrial,et all. 2017) hasil


penelitian didapatkan tidak terdapat hubungan porsonil hygiene dengan
kejadian enterobiasis pada responden berumur 6-12 tahun. Dan kejadian
Enterobiasis ditemukan sangat rendah lebih dari setengah responden yang
diteliti sudah memiliki posonal hygiene yang baik.

B. KETERBATASAN PENELITIAN

Pada saat melakukan pengambilan sampel peneliti sedikit kesulitan


dikarenkaan para responden kelas I dan kelas VI masih ada yang merasa
awam jika harus diminta sampel lewat dubur terutama para orangtua dan
sedangkan pada saat ini terjadi wabah covid-19 para orangtua ketakutan
akan hal-hal lainnya untuk keselamatan masing-masing. tetapi peneliti
menjelaskan secara detail dan menggunakan kata-kata yang lebih ringkat
dan jelas sehingga kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan dapat
dipahami.
BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Tidak terdapat hubungan personal hygiene dengan kejadian Enterobiasis


pada siswa kelas 1 dan kelas VI di SDN Wonokusumo Surabaya.
2. Analisa hasil personal hygiene pada kelas I dan kelas VI meliputi 3
konsep yaitu hygiene dan sanitasi, kebersihan kuku dan penggunaan alas
kaki. Dari ketiga konsep tersebut keseluruhan responden sudah sangat
baik namun masih ada beberapa responden yang masih kurang dalam
hygiene dan kebersihan kuku..
3. Analisa hasil kejadian Enterobiasis pada kelas 1 dan kels VI yaitu tidak
ditemukan telur Enterobiasis (negatif 100%) pada siswa kelas I dan kelas
VI.

B. SARAN
1. Bagi responden
Menjaga kebersihan diri seperti memotong kuku secara teratur dan
menjaga kebersihan dari lingkungan lebih ditingkatkan lagi agar
mencegah terjadinya infeksi kecacingan.
2. Bagi peneliti selanjutnya.
Pada peneliti selanjutnya diharapkan dapat diteliti dengan faktor
lainnya dari kontaminasi telur cacing nematoda usus pada responden
berumur 6-12 atau pada siswa sekolah dasar seperti factor kesehatan itu
sendiri.

44
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, S. Alisah.N. 2008 . Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Balai


Penerbit FKUI
Bernardus, S. 2007 . Helminthologi Kedokteran Prestasi . Jakarta: EGC
Brown H.W. 1983 . Dasar Parasitologi Klinis. Jakarta: PT Gramedia
Gandahusada, S., Herry D.I., Wita, P., 1998 . Parasitologi Kedokteran, Edisi III,
Jakarta: Badan Penerbit FKUI
Gracia S., Lynne, David A, Bruckner. 1996 . Diagnostik Parasitologi Kedokteran,
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Hadidjaja, P. 1994 . Penuntun Laboratorium Parasitologi Kedokteran. Jakarta:
EGC
Hadidjaja,P, dan Margono,S. 2011 . Dasar Parasitologi Klinik. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI
Hendratno, S. 1994 . Oxyuriasis pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Kandang
Serang Kabupaten Pekalongan . Majalah Kedokteran Tropis Indonesia . Vol. 7
No. 3
Hidajati, S., Prijatna, Y., Yotopranoto, S,. 2013 . Atlas Parasitologi Kedokteran.
Jakarta: EGC
Kumoro Setya, A. 2014 . Parasitologi Pratikum Analis Kesehatan. Jakarta: EGC
Mayasari Lubis, S., Pasaribu, S., Chairuddin, P. 2008 . Enterobiasis pada Anak.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran : Universitas Sumatera
Utara. Vol. 9 No. 6
Natadisastra, D. 2005 . Parasitologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Pinardi. 2011 . Dasar Parasitologi Klinik . Jakarta: Badan Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Prasetyo, R, H. 2003 . Atlas Berwarna Helmintologi Kedokteran. Surabaya
Airlangga University Press.
Purba, Y., Ariyanti, P,. 2016 . Identifikasi Telur Enterobius Vermicularis pada Anal
Swab Anak Usi 3-5 Tahun di Desa Singkil Tahun 2015. Jurnal Analis
Laboraturium Medik. Vol. 01 No.01
Rosdania, E. 2016 . Hubungan Antara Personal Hygiene dan Kejadian Enterobiasis
pada Siswa SDN Mojorejo 01 Bendosari Sukoharjo 1 : Naskah Publikasi KTI
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
(http://eprints.ums.ac.id/40743/1/Naskah%20Publikasi.pdf (diakses pada
tanggal 31 Desember 2019, pukul 09:00))

45
46

Setya Perdana, A., Keman,S. 2013 . Hubungan Hygiene Tangan dan Kuku Dengan
Kejadian Enterobiasis Pada Siswa SDN Kenjeran No.248 Kecematan Bulak
Surabya. Jurnal Kesehatan Lingkungan . Vol. 7 No.1 : 7-13
Setya, A. K . 2014 . Parasitologi Pratikum Analis Kesehatan. Jakarta : EGC
Shinta Agustin S, Renita Rusjdi S, Desmawati . 2017 . Hubungan Personal Hygiene
dengan Kejadian Enterobiasis pada Anak Panti Asuhan di Wilayah Kerja
Puskesmas Rawang. Jurnal kesehatan andalas Vol. 6 No. 3
Soebari dan Soejoto. , 1996. Parasitologi Medik Jilid I, Protozologi dan
Helmintologi. Solo: EGC
Soedarto. 1995 . Entomologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Soedarto. 2008 . Parasitologi Klinik. Surabaya Airlangga University Press
Srisari, G., 2006 . Parasitologi Kedokteran edisi ke 3. Jakarta: EGC
Sutanto, I. Ismid, S. Sjarifuddin, K. Sungkar,S . 2013. Buku Ajar Parasitologi
Kedokteran Edisi Ke-empat. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Widayanti, L. 2008 . Hubungan Status Ekonomi Dengan Kejadian Infeksi Cacing
Enterobius vermicularis pada Siswa SDN Panggung Kelurahan Mangunharjo,
Jawa Tengah. Naskah Publikasi KTI Universitas Diponegoro Semarang.
(http://repo.stikesicme-
jbg.ac.id/1202/1/151310012_revisi%20KTI%20lengkap%20FITRIA%20RIZK
I-converted.pdf (diakses pada tanggal 23 januari 2020, pukul 12:05) )
Widyastuti R. 2006 . Parasitologi, Cetakan Keempat, Jakarta: Universitas Terbuka.
Zulkoni A. 2010 . Parasitologi Cetkan Pertama. Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Pengambilan Data

47
48

Lampiran 2 Surat Izin dari Bakesbangpol


49

Lampiran 3 Surat izin penelitian di SDN Wonokusumo Surabaya


50

Lampiran 4 Lembar Permohonan etichal clearence


51

Lampiran 5 Surat Keterangan Laik Etik


52

Lampiran 6 Lembar Hasil Penelitian


53
54

Lampiran 7 Lembar Informasi untuk Responden

LEMBAR INFORMASI UNTUK RESPONDEN

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Saya Devi Sagita Ratna (NIM. 2240016021) merupakan mahasiswa dari Program
Studi D-IV Analis Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama
Surabaya mengucapkan terma kasih kepada calon responden yang telah membaca
lemabar informasi. Pada saat saya melakukan penelitian tentang “Hubungan
personl hygiene dengan kejadian enterobiasis pada siswa kelas I dan kelas VI di
SDN Wonokusumo Surabaya”. Metode yang digunakan adalah metode Adhesive
Collaphane Tape (selotip). Kriteria responden yang diperlukan dalam penelitian ini
adalah laki-laki dan perempuan kelas I dan kelas VI. Jumlah responden yang
dibutuhkan sebesar 80 orang siswa. Lama waktu pengumpulan data atau intervensi
kurang lebih 2 minggu. Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui dan
mengidentifikasi keberasaan telur cacing nematoda usus yaitu Enterobius
vermicularis dalam anal responden. Manfaat dari penelitian ini adalah responden
akan mendapatkan pelayanan kesehatan yaitu mengetahui ada atau tidaknya
enterobiasis (infeksi kecacingan). Berkenan dalam hal tersebut, saya bermaksud
untuk meminta kesediaan saudara/i untuk menjadi responden guna penelitian yang
dimaksud.
Hal-hal yang perlu diinformasikan:
A. Manfaat Terhadap Subjek Penelitian
Responden dari penelitian ini akan mendapatkan pelayanan kesehatan yaitu
mengetahui ada atau tidaknya enterobiasis (infeksi kecacingan).
B. Kesukarelaan Untuk Ikut Penelitian
Pnelitian ini bersifat sukarela dan tidak memaksa calon responden sehingga
calon responden berhak tidak mengikuti ataupun mengundurkan diri dari
penelitian ini. Jika calon responden mengundurkan diri ataupun tidak ingin
mengikuti penelitian ini tidak dikenakan sanksi dan denda.
C. Unsur Paksaan
Jika dalam penelitian ini calon responden terdapat membatalkan
partisipasinya, maka tidak akan mendapatkan souvenir maupun hidangan yang
sudah disiapkan sebelumnya.
D. Prosedur Penelitian
1. Persiapan Sampel
Sampel dalam penelitian ii didapat dari siswa laki-laki dan perempuan
kelas I dan kelas VI SDN Wonokusumo Surabaya yang mengisi
permintaan menjadi responden dan lembar persetujuan responden untuk
bersedia sebagai bahan sampel penelitian.
2. Cara Pengambilan Sampel
Sampel yang akan diambil pada siswa kelas I dan kelas VI adalah rectal
swab. Pada hari pertama penelitian akan memberikan pengarahan serta
55

memberikan lembar persetujuan responden. Lalu hari kedua peneliti


mengambil sampel tersebut pada responden. Setelah memperoleh sampel
keseluruhan, penelti akan memeriksanya di laboraturium mikrobiologi
UNUSA.
3. Resiko yang mungkin timbul dan efek samping penelitian
Peneliti akan mengganggu waktu kesibukan calon responden dan tidak
menimbulkan efek samping pada pengambilan sampel.
4. Tindakan penelitian
Peralatan P3K
E. Kerahasiaan
Menjaminkan kerahasiaan pada nama dan identitas calon responden dengan
menyimpan data diri responden dengan aman, dan tidak menyebarluaskan serta
mencantumkannya dalam lembar skripsi.
F. Kompensasi
Setelah penelitiaan selesai, peneliti akan memberikan souvenir sebagai
ungkapan rasa terimakasih karena bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

Surabaya, ................................ 2020

Peneliti Responden

Devi Sagita Ratna ( )

Saksi I Saksi II

( ) ( )
56

Lampiran 8 Lembar Persetujuan Mengikuti Penelitian

PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur/JenisKelamin :
Alamat :
No Telepon/HP :

Menyatakan setelah memperoleh informasi lengkap dan diberikan kesempatan


untuk menanyakan segala sesuatu yang ingin saya ketahui, saya bersedia mengikuti
penelitian dengan judul

“Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Enterobiasis pda siswa Kelas I dan
Kelas VI di SDN Wonokusumo Surabaya”

Saya juga dapat menolak menjawab pertanyaan yang diberikan ataupun menarik
diri dari persetujuan ini suatu saat, tanpa sanksi apapun.

Demikian persetujuan ini dibuat memahami sepenuhnya terhadap informasi yang


telah diberikan kepada saya serta tanpa adanya paksaan.

Surabaya,………………………….

Peneliti Yang Membuat Pernyataan

( ) ( )
Saksi 1 Saksi 2

( ) ( )
57

Lampiran 9 Lembar Penjelasan Penelitian untuk Disetujui

PENJELASAN PENELITIAN UNTUK DISETUJUI

(Information for Consent)

Nama peneliti :
Alamat :
Judul penelitian :

A. Tujuan penelitian dan penggunaan hasilnya

B. Manfaat bagi peserta penelitian

C. Metode dan prosedur kerja penelitian

D. Jaminan kerahasiaan

E. Hak untuk menolak menjadi subyek penelitian

F. Partisipasi berdasarkan kesukarelaan dan hak untuk mengundurkan diri

G. Subjek dapat dikeluarkan dari penelitian

H. Hal-hal lain yang perlu diketahui

Surabaya,……………………….

Peneliti Yang Membuat Pernyataan

( ) ( )
Saksi 1 Saksi 2

( ) ( )
58

Lampiran 10 Lembar Persetujuan Tindakan Medis

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur/Jenis Kelamin :
Alamat :
No Telepon/HP :
Sesudah mendengarkan penjelasan yang diberikan dan kesempatan untuk menanyakan yang

belum dimengerti, dengan ini memberikan:

PERSETUJUAN

Untuk dilakukan tindakan medis berupa pengambilan darah vena.*

Dengan judul penelitian :

“Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Enterobiasis pda siswa Kelas I dan Kelas

VI di SDN Wonokusumo Surabaya”

Sewaktu-waktu saya berhak mengudurkan diri.


Demikian persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran diri tanpa paksaan

Surabaya, …………………

Peneliti

( )

Saksi 1 Saksi 2

( ) ( )
59

Lampiran 11 Lembar Pengunduran Diri

PENGUNDURAN DIRI

Saya yang bertanda tangan di bawahini:


Nama :
Umur/Jenis Kelamin :
Alamat :
No Telepon/HP :

Dengan ini menyatakan MENGUNDURKAN DIRI sebagai subjek penelitian.

Dengan judul penelitian :

“Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Enterobiasis pda siswa Kelas I dan Kelas

VI di SDN Wonokusumo Surabaya”

Demikian lembar pengunduran diri ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa
paksaan.

Surabaya, …………………

Peneliti

( )

Saksi 1 Saksi 2

( ) ( )
60

Lampiran 11 Lembar Persetujuan Responden

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Alamat :

Dengan ini saya menyatakan bersedia dan tidak keberatan menjadi responden di dalam

penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dengan

judul

“Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Enterobiasis pda siswa Kelas I dan Kelas VI

di SDN Wonokusumo Surabaya”.

Dimana pernyataan ini saya buat dengan suka rela dan tanpa paksaan dari pihak manapun dan

kiranya dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Surabaya , 2020

( )
61

Lampiran 12 Lembar Kuisioner

DAFTAR KUESIONER
Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Enterobiasis pda siswa Kelas I dan Kelas VI di
SDN Wonokusumo Surabaya
A. Identitas Responden
Nama :
Alamat :
Jenis kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Nama orang tua :
B. Panduan Wawancara
Data Pelaku Personal Hygiene
Beri tanda (x) pada jawaban yang dipilih
Hygiene dan Sanitasi Anak
1. apakah setiap mau makan selalu mencuci tangan ?
d) Ya
e) Tidak
2. mandi ?
a) 1x/ hari
b) >1 atau <1x/hari
3. penggunaan sabun mandi ?
a) tidak pernah
b) selalu
4. tempat mandi ?
a) umum
b) kamar mandi sendiri
5. ganti pakaian/ pakaian dalam ?
a) 1x/ hari
b) <1 atau >1/ hari
6. jika iya, menggunakan apakah untuk mencuci tangan ?
f) Air saja
g) Sabun dan air mengalir
7. apakah setelah buang air besar selalu mencuci tangan
a) Ya
b) Tidak
8. jika iya, dengan apakah untuk mencuci tangan setelah buang air besar ?
a) Air dan sabun
b) Air saja
9. apakah sering bermain tanah ?
a) Ya
b) Tidak
10. apakah pernah makan sambil bermain ditanah
a) Ya
b) Tidak
11. apakah setelah bermain ditanah melakukan cuci tangan ?
62

a) Ya
b) Tidak
12. dengan apakah untuk mencuci tangan setelah bermain di tanah ?
a) air dan sabun
b) air saja
Pemakaian Alas Kaki
13. apakah menggunakan alas kaki (sepatu, sandal) setiap keluar rumah ?
a) Ya
b) Tidak
14. pada waktu istirahat apakah sering bermain sambil membuka sepatu ?
a) Ya
b) Tidak
Kebersihan Kuku
15. apakah selalu memotong kuku setiap seminggu sekali ?
a) Ya
b) Tidak
16. apakah sering menggigit kuku ?
a) Ya
b) Tidak
17. apakah senang memiliki kuku yang panjang ?
a) Ya
b) Tidak
18. apakah sering memiliki kuku yang hitam/kotor ?
a) Ya
b) Tidak
19. apakah jajan sembarangan ?
a) Ya
b) Tidak
20. apakah jajanan yang dibeli terbungkus/tertutup ?
a) Ya
b) Tidak
21. apakah buang air di wc ?
a) Ya
b) Tidak
22. apakah buang air dikebun ?
a) Ya
b) Tidak
23. apakah buang air besar di sungai ?
a) Ya
b) Tidak
24. apakah setelah buang air besar mencuci tangan dengan sabun dan air bersih ?
a) Air bersih dan sabun
b) Air sbersih saja

Anda mungkin juga menyukai