Pityrosporum ovale
SKRIPSI
OLEH
Pityrosporum ovale
SKRIPSI
OLEH
Tanggal Lulus :
i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Pityrosporum ovale
Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing,
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Pityrosporum ovale
Disetujui Oleh :
Pembimbing Utama
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
Nim : 161335300021
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan karya orang
lain atau pikiran utuh orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau
pemikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini
hasil plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan di Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo atas perbuatan tersebut.
iv
ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui suatu
pengaruh ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan
konsentrasi yang berbeda terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum
ovale, serta untuk mengetahui lebih efektif mana antara beberapa
konsentrasi dari metode maserasi dan infusa. penelitian ini dilakukan
secara experimental, perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan
terhadap beberapa konsentrasi yaitu 20%,40%, 60%, 80%, 100%, kontrol
negatif dan kontrol positif, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
konsentrasi yang lebih tinggi serta efektif dalam menghambat
pertumbuhan jamur pityrosporum ovale terdapat pada konsentrasi 100%
pada metode maserasi dengan zona hambat sekitar 28 mm, sedangkan
konsentrasi terendah terdapat pada konsentrasi 80% dengan metode infusa
dan memiliki zona hambat sekitar 17 mm, selanjutnya akuades yang
digunakan sebagai kontrol negatif tidak dapat menghambat pertumbuhan
jamur pityrosporum ovale, tetapi pada penggunaan ketokonazol 2% yang
digunakan sebagai kontrol positif dapat menghambat pertumbuhan jamur
pityrosporum ovale dengan zona hambat 30 mm secara in vitro.
v
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of wuluh starfruit leaf extract
(Averrhoa bilimbi L.) with different concentrations on the growth of the fungus
Pityrosporum ovale, and to find out more effectively which of the several
concentrations of the maceration and infusion method. This research was
conducted experimentally, the treatment was carried out 3 times a repetition of
several concentrations namely 20%, 40%, 60%, 80%, 100%, negative control and
positive control, the results obtained showed that higher concentrations and were
effective in inhibiting Pityrosporum ovale fungus growth is at 100% concentration
in the maceration method with inhibition zone around 28 mm, while the lowest
concentration is at 80% concentration with infusion method and has inhibition
zone around 17 mm, then distilled water used as negative control cannot inhibit
fungal growth pityrosporum ovale, but the use of ketoconazole 2% which is used
as a positive control can inhibit the growth of pityrosporum ovale fungi with
inhibition zones of 30 mm in vitro.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi judul “In Vitro: Pengaruh Daun
Belimbing Wuluh Secara Infusa Dan Maserasi Terhadap Jamur Pityrosporum
ovale”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat skripsi pada program studi D-
IV Teknologi Laboratorium Medis, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai
tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Sri Mukhodim Farida Hanum S.ST., M.M., M.Kes. Selaku Dekan
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
2. Ibu Puspitasari S.ST., M.PH. Selaku Kaprodi D-IV Teknologi
Laboratorium Medis.
3. Ibu Chylen Setiyo Rini, S.Si., M.Si. Selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan serta saran yang membantu dalam penelitian ini.
4. Ibu Jamilatur Rohmah S.Si., M.Si. Selaku dosen penguji yang memberikan
bimbingan serta saran yang membantu dalam penyusunan tugas akhir ini.
5. Ibu Galuh Ratmana Hanum S.Si., M.Si. Selaku dosen wali yang selalu
mengingatkan dan memberikan semangat.
6. Bapak H. Muhammad Rodhi Sholeh dan Ibu Hj. Sundani Nuril Widad
selaku orang tua kandung saya, serta Ahmad Solihin yang selalu
mendukung, memberikan doa dan semangat dalam menyelesaikan tugas
akhir ini.
7. Sahabat seperjuangan (Vifin, Rifki, dan Dani) dan seluruh sahabat yang
telah memberikan doa, semangat, bantuan moral serta finansial dalam
penyusunan penelitian ini.
8. Semua dosen dan staff Fakultas Ilmu kesehatan yang memberikan Ilmu
dan membantu kelancaran dalam kegiatan belajar dan mengajar
vii
9. Semua teman-teman seperjuangan angkatan 2016 Fakultas Ilmu Kesehatan
yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam penelitian ini.
Penulis
viii
ix
DAFTAR ISI
x
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
kulit kepala (Sinaga et al., 2012). Jamur Pityrosporum ovale adalah jamur
1
2
(Utami et al, 2018). Ketombe terjadi pada semua usia maupun ras. Jamur
sekunder yang juga terdapat pada daun belimbing wuluh, maka penulis
sebagai obat penyakit kulit, jerawat, diabetes, malaria, diare, dan lain
suatu proses pengambilan zat-zat aktif pada tumbuhan dan hewan, yang
pelarut dengan pemanasan suhu 90°C (Isnawati, 2018). Menurut Sari dan
Suryani (2014), ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dapat
yaitu:
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1. Bagi masyarakat
2. Bagi Institusi
bahan alami berupa daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) memiliki
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Geraniales
Famili : Oxalidaciae
Genus : Averrhoa
daun). Serta terdapat panjang anak daun (2-10 cm), lebar 1-3 cm
5
6
a b
c d
asam dan berair, buahnya berbentuk elips dan hampir mirip dengan
torpedo, memiliki panjang 4-10 meter pada saat buah mentah maka akan
kulitnya tipis dan memiliki biji yang kecil (Nugraha, 2017). Akarnya
2007).
tanin (Dayani, 2018). Senyawa tersebut tergolong dari senyawa fenol. Sifat
nutrisi, serta dapat melindungi tanaman dari serangga, bakteri, jamur dan
patogen yang lainnya. Senyawa ini terletak pada daun, buah, bunga,
potensi terhadap suatu tanaman dapat dijadikan sebagai obat untuk suatu
2.2 Jamur
terhadap makhluk hidup lain. Pada saat sumber nutrisi berasal dari bahan
Keuntungan dari jamur yaitu digunakan untuk elemen daur ulang yang
memanjang, serta mirip bola. Ketika dilakukan biakan, maka akan terdapat
berbagai macam ukuran maupun bentuk sel, hal tersebut disebabkan oleh
faktor lingkungan dan usia. Khamir belum memiliki alat gerak berbentuk
cambuk pada seumlah organisme yang bersel satu. Terdapat 2 macam tubuh
tidak dengan bantuan oksigen, sedangkan kapang hanya hidup secara aerob,
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Exobasidiomycetes
Ordo : Malasseziales
Famili : Malasseziaciae
9
Genus : Pityrosporum
normal kulit yang terdapat pada orang dewasa (Cafarchia et al., 2004),
yang paling sering adalah golongan dermatofita. Akan tetapi, dari kerokan
secara aseksual (monopolar) merupakan sel anakan maupun sel induk yang
(Wijaya, 2001).
difusi dan metode dilusi. Menurut Kusmiyati dan Agustini (2007), metode
difusi dibagi menjadi tiga cara, didasa rkan pada metode Kirby bauer
Zona bening dapat diukur setelah proses inkubasi selama 24 jam (1-5
hari), dengan suhu 37°C. Metode sumuran yaitu metode difusi, dengan
wuluh (sesuai kadar), dan di inkubasi pada suhu 37°C (Putri, 2012).
berikut:
amino akan keluar, dan terjadilah kematian terhadap sel jamur, misalnya
protein jamur.
terhadap sel, kemudian akan merusak struktur serta akan berhenti metafase
al., 2012).
terhadap jamur, bakteri dan lain sebagainya pada saat golongan fenolik
merusak lipid terhadap membran plasma, sehingga isi sel keluar (Pratiwi,
2008). Steroid yaitu golongan lipid yang termasuk dalam senyawa jenuh
benda cair, gas, serta padat sehingga bisa menghasilkan suatu larutan,
yang terlarut, dan dapat menguap. Pelarut digunakan pada jumlah yang
lebih besar daripada jumlah zat yang dilarutkan (Irawan, 2010). Untuk
proses ekstraksi pelarut maka zat aktif yang terdapat pada simplisia harus
tepat agar bisa ditarik keluar zat aktif tersebut (Saifudin, 2014).
14
Tabel 2.1 Beberapa sifat pelarut berdasarkan tingkat kelarutan dalam air,
titik didih dan konstanta dielektrikum (Saifudin, 2014).
Jenis pelarut Tingkat kelarutan Titik didih (oC) Konstanta
dalam air dielektrikum
Heksana Tidak larut 69 2.0
Kloroform Sedikit 61 4.8
Etil asetat Sedikit 77 6.0
Butanol Sedikit 118 18
Aseton Larut dalam 56 21
berbagai proporsi
Metanol Larut dalam 65 33
berbagai proporsi
Air Larut dalam 100 80
berbagai proporsi
Jika dilihat dari tabel diatas maka semakin rendah nilai titik didih
bersifat non polar, namun semakin tinggi nilai titik didih maka kelarutan
pada air dan konstanta dielektrikum akan membuat pelarut bersifat polar
(Saifudin, 2014).
yang diekstrak bersifat non polar dengan cara memisahkan larutan yaitu
a. Ekstraksi Maserasi
b. Ekstraksi Infusa
pada waktu yang diperlukan infusa lebih pendek, dan sampel rebusan
c. Ekstraksi Soxhletasi
sehingga uap dari pelarut dapat tercampur, dan pada saat pelarut
2014).
2.1 Hipotesis
20%, 40%, 60%, 80%, 100% dengan metode infusa dan maserasi.
20%, 40%, 60%, 80%, 100% dengan metode infusa dan maserasi.
18
BAB III
METODE PENELITIAN
(Averrhoa bilimbi L.) yang diperoleh dari Desa Rame Pilang Kecamatan
Surabaya.
( t – 1 ) ( n – 1 ) ≥ 15
18
n: Jumlah pengulangan
( t – 1 ) ( n – 1 ) ≥ 15
( 8 - 1 ) ( 8 - 1 ) ≥ 15
7 n – 7 ≥ 15
7 n ≥ 15 + 7
22
n>
7
= 3,14
≈3
Negeri Surabaya.
gelas beaker, erlenmeyer, batang pengaduk, sendok zat, gelas ukur, pipet
tetes, obyek glass, cawan petri, tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet
maat, bulb, ose loop, ose jarum, kaki tiga dan kasa, pembakar spiritus,
analitik, kapas, tissue, jangka sorong, bejana, cover glass, blender, rotary
19
3.4.2 Bahan yang digunakan
kertas cakram (blank disk), BaCl2 1%, Mc Farland (0,5), H2SO4 1%.
plastik.
Pityrosporum ovale.
3. Variabel kontrol
dapat dipastikan bahwa Tanaman yang akan uji benar tanaman belimbing
20
3.5.1 Pembuatan Simplisia Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
ekstrak etanol kental. Berikut ini proses rumus pembuatan ekstrak daun
belimbing wuluh:
V1 x N1= V2 x N2
ditambah 8 ml aquades
ditambah 6 ml aquades
ditambah 4 ml aquades
21
ditambah 2 ml aquades
ditambah 1 ml aquades
2014 ).
(Suryaningrum, 2011).
22
b. Tahap Perbanyakan Jamur Pada Media SDA
berisi jamur, kemudian ambil sedikit dan goreskan pada media SDA,
(Suryaningrum, 2011).
larutan H2SO4 1% dan ditambahkan kedalam tabung reaksi yang berisi 0,1
(Saboraud dextrose agar) lalu ditutup menggunakan wrip cling dan diinkubasi
20%, 40%, 60%, 80%, 100% dan ditunggu selama 1 jam, selanjutnya
beberapa blank disk yang sebelumnya telah didiamkan selama 1 jam dan
23
e. Pengukuran Zona Bening Maupun Zona Hambat Dengan Rumus hitung
2020). Tujuan dari DDH (Diameter daya hambat) dilakukan pada daun
20%, 40%, 60%, 80%, 100% dan ketokonazol 2%. Pengukuran DDH
kimia yang terdapat pada aktivitas biologi dari tanaman, uji fitokimia
24
a. Alkaloid
b. Flavonoid
ditambahkan serbuk magnesium sekitar 0,1 gram dan 3 tetes HCl pekat.
c. Saponin
d. Triterpenoid
e. Steroid
ml etanol 70% serta 2 ml H2SO4 pekat dan CH3COOH. Jika positif akan
25
f. Tanin
kehitaman.
g. Fenolik
serta gelatin 10%. Jika positif akan terbentuk endapan berwarna putih.
data. Data yang dperoleh dari pengukuran zona hambat dari ekstrak daun
Pityrosporum ovale.
Pengulangan
konsentrasi 1 2 3
Kontrol + (Ketokonazol)
Kontrol – (0%)
20%
40%
60%
80%
100%
26
Berikut ini merupakan alur penelitian daun belimbing wuluh
Metode difusi
Perhitungan diameter
zona bening
Analisis Data
27
3.1 Teknik Analisis Data
Tabel 3.3 Hasil fitokimia ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Alkaloid
Flavonoid
Tanin
Triterpenoid
Steroid
Saponin
Fenolik
digunakan anova two way, sebelumnya telah dilakukan uji normalitas dan
homogenitas dengan menggunakan confident level 95%. Jika uji normalitas p > 0,05%
maka terdistribusi normal dan dilanjutkan uji parametrik (uji anova one way),
selanjutnya dilakukan uji post hoc. Sedangkan jika p < 0,05 maka tidak dapat
terdistribusi normal uji non parametrik), dan dilanjutkan dengan uji kruskal-wallis
antar kelompok.
28
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
kental atau pekat, metode maserasi yaitu suatu teknik pengambilan sari-
sari dan minyak, baik berasal dari tumbuhan maupun hewan, teknik ini
wuluh yang masih segar dan berwarna hijau muda, selanjutnya daun
belimbing wuluh yang masih segar ditimbang sebanyak 4,25 kg, dan
sinar matahari secara langsung agar tidak merusak senyawa aktif yang
telah terkandung pada daun belimbing wuluh, yang terakhir yakni daun
a b c
Gambar 4.1 Proses ekstraksi daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
29
(a) daun belimbing wuluh segar, (b) proses maserasi, (c) proses infusa.
(Dokumen pribadi, 2020).
perbandingan 1:2 yaitu sebanyak 500 gram serbuk dan 700 ml etanol.
misalnya flavonoid, alkoloid, fenol, tanin, serta saponin. Tetapi tidak banyak
diperoleh senyawa yang dapat diketahui secara kualitatif (Tedjo, 2015). Hasil dari
dapat diperoleh ekstrak pekat dari daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
semakin tinggi, maka ekstraksi yang dilakukan semakin efisien, dan jika
hasil rendeman semakin besar, maka zat aktif akan banyak yang
hasil uji fitokimia, maka diperoleh zat aktif yang terkandung dalam
30
Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pada daun belimbing
et al., 2010).
2014). Kelebihan metode ini yaitu termasuk metode yang mudah serta
31
sederhana. Adanya pemilihan pelarut yang digunakan dalam proses
dan suhu yang tinggi, namun waktunya yang dibutuhkan cukup lama
satu atom nitrogen (bersifat basa) dan sebagian besar atom nitroge
sedangkan untuk kerugian metode ini yaitu beberapa zat yang tertarik
bilimbi L.)
32
biru/hijau
Triterpenoid Kloroform+H2SO4 Pekat Merah + +
kecoklatan
Fenolik NaCl 10% + Gelatin 1% Endapan putih + +
Tanin FeCl3 1% Ungu + +
kehitaman
Keterangan:
(+) : Hasil positif, terdapat kandungan senyawa pada daun belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.)
(-) : Hasil negatif, tidak terdapat kandungan senyawa daun belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.)
senyawa alkaloid. Hasil uji fitokimia infusa dan maserasi pada daun
33
tumbuh-tumbuhan hanya satu atau dua famili dari jamur saja yang
infusa dan maserasi pada daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
menyebabkan dinding sel rusak. Selanjutnya zat yang mudah larut dapat
al., 2019).
mengandung saponin. Hasil uji fitokimia infusa dan maserasi pada daun
34
yang difungsikan terhadap diterjen (Febriani, 2014). Selanjutnya pada
membentuk warna ungu ke biru atau hijau. Hasil uji fitokimia maserasi
infusa pada daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) tidak terbentuk
warna, tetap berwarna hijau, jika positif maka akan berubah warna
namun pada saat ditetesi H2SO4 pekat terjadi perubahan warna menjadi
35
Selanjutnya uji senyawa triterpenoid, menggunakan 1 ml
denga NaCl 1%, dan gelatin 10%, jika positif akan terbentuk endapan
berwarna putih. Hasil uji fitokimia infusa dan maserasi daun belimbing
koagulasi protein sel maupun membran sel yang dapat lisis (Permatasari
et al., 2010).
36
disaring, dan filtrate yang telah didapatkan ditambah 2-3 tetes pereaksi.
kehitaman maka terdapat senyawa tanin. Hasil uji fitokimia infusa dan
Sampel jamur yang digunakan yaitu Pityrosporum ovale yang didapatkan dari kultur
Mikologi, lalu jamur yang telah didapatkan dilakukan uji karakteristik jamur
37
tidak ditemukan makronokonidia
a b
Gambar 4.2 Gambaran jamur Pityrosporum ovale secara mikroskopis dengan
menggunakan perbesaran 40x menggunakan pewarnaan LCB (Lactophenol cotton
blue). (a) jamur Pityrosporum ovale diteliti pada RSUD Dr. Soetomo, (b) jamur
Pityrosporum ovale diteliti pada Laboratorium Bakteriologi Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo (Dokumen pribadi, 2020).
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Geraniales
Family : Oxalidacedae
Genus : Averrhoa
4.2 Hasil Uji Daya Hambat Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
38
Uji efektivitas daya antifungi ekstrak daun belimbing wuluh
sebesar 28 mm.
3 kali pengulangan
39
Kelompok Pengulangan Rata-
No
perlakuan rata
1 2 3
Kontrol
1 30 30 30 30
positif
Kontrol
2 0 0 0 0
negatif
3 20% 0 0 0 0
4 40% 0 0 0 0
5 60% 0 0 0 0
6 80% 17 17 17 17
7 100% 18 18 18 18
a b
c d
Gambar 4.3 Hasil uji ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale. (a) konsentrasi
20%, (b) konsentrasi 40%, (c) konsentrasi 60%, (d) kontrol negatif
(Dokumen pribadi, 2020).
agar) yang telah berisi paper disk ekstrak daun belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) secara maserasi pada konsentrasi 20%, 40%, dan
40
Pada pengulangan pertama, kedua, maupun ketiga sama karena pada
a b
c d
Gambar 4.4 Hasil uji ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale. (a) konsentrasi
20%, (b) konsentrasi 40%, (c) konsentrasi 60%, (d) kontrol negatif
(Dokumen pribadi, 2020).
agar) yang telah berisi paper disk ekstrak daun belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) secara infusa pada konsentrasi 20%, 40%, dan
41
tanaman. Pada saat musim kemarau, maka akan kekurangan air yang akan
senyawa aktif yang terkandung pada daun belimbing wuluh yakni meliputi
a b c
Gambar 4.5 Hasil positif uji ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
secara maserasi terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale dan
kontrol positif ketokonazole. (a) media SDA yang berisi paper disk
positif dengan konsentrasi 80%, (b) media SDA yang berisi paper disk
positif dengan konsentrasi 100%, (c) media SDA yang berisi paper
disk kontrol positif ketokonazole terhadap jamur Pityrosporum ovale
(Dokumen pribadi, 2020).
a b c
Gambar 4.6 Hasil positif uji ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
secara infusa terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale dan
kontrol positif ketokonazole. (a) media SDA yang berisi paper disk
positif dengan konsentrasi 80%, (b) media SDA yang berisi paper
disk positif dengan konsentrasi 100%, (c) media SDA yang berisi
paper disk kontrol positif ketokonazole terhadap jamur Pityrosporum
ovale (Dokumen pribadi, 2020).
42
Mekanisme ketokonazol dalam menghambat jamur yaitu dengan
jamur, dan jamur akan kekurangan nutrisi serta sel akan mati (sholichah,
ANOVA maka data yang akan diuji harus terdistribusi normal. Sehingga
diperoleh kurang dari 0,05 yaitu .000. kemudian data akan dilanjutkan
43
yang tujuannya untuk menentukan adanya perbedaan siginifikan secara
satu maupun seluruh data tidak terdistribusi normal. Sehingga pada uji
44
45
45
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
bahwa ekstrak infusa maupun maserasi pada daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
pada konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan kontrol negatif tidak memiliki pengaruh terhadap
pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale. Sedangkan hasil positif pada konsentrasi 80%
dengan metode maserasi memiliki diameter zona hambat sekitar 26 mm, dan pada
konsentrasi 100% memiliki zona hambat 28 mm, kemudian pada metode infusa terdapat
hasil positif pada konsentrasi 80% dengan diameter zona hambat 17, serta pada
konsentrasi 100% memiliki zona hambat 18 mm, dan kontrol positif keduanya yang
(Averrhoa bilimbi L.) terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale secara in vitro.
5.2 Saran
1. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut yaitu tentang pengaruh maupun efektivitas daun
2. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dalam penggunaan obat kontrol positif, contohnya
3. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut yaitu tentang pengaruh maupun efektivitas daun
ovale, selain pelarut etanol, bisa juga menggunakan aseton, methanol, dan lainnya
46
DAFTAR PUSTAKA
Ardananurdin, A., Winarsih, S., & Widayat, M. (2004). Uji Efektifitas Dekok
Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Sebagai
Antimikroba Terhadap Bakteri Salmonella typhi Secara In Vitro.
Jurnal Kedokteran Brawijaya, 20(1), 30-33.
Retrieved from
https://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/236.
Budiwati, A. C., Pamudji, G., & Iswandi. (2014). Aktivitas Antijamur Fraksi
n- Heksana, Etil Asetat,dan Airdari Ekstrak Metanolik Daun
Bunga Pukul Empat (Mirabilis jalapa L.) Terhadap Pityrosporum
47
Retrieved from https:// jurnal. setiabudi. ac. id/ 57- article text-
70-1-10- 20170607.pdf.
Djajanegara, I., & Wahyudi, P. (2009). Pemakaian Sel Hela Dalam Uji
Sitotoksisitas Fraksi Kloroform Dan Etanol Ekstrak Daun Annona
Squamosa. Jurnal Ilmu Kefarmasian, 7(1), 7-11. ISSN 1693-
1831.
Retrieved from
https://www.neliti.com/id/publications/65487/uji-daya- hambat-
daun-senggani-melastoma-melabathricum-L.
Retrieved from
https://e-journal.unair.ac.id/JIPK/article/view/11379.
49
Khafidhoh, Z., Dewi, S. S., & Iswara, A. (2015). Efektivitas Infusa Kulit Jeruk
Purut (Citrus hystrix) Terhadap Pertumbuhan Candida albicans
Penyebab Sariawan Secara In Vitro. Journal The 2nd University
Research Coloquium, 31-37. ISSN 2407-9189.
50
Khusnul, & Suhartati, R. (2018). Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun
Karuk (Piper Sarmentosum Roxb) Dan Rimpang Lengkuas Putih
Terhadap Pertumbuhan Jamur Penyebab Ketombe. Jurnal
Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu Ilmu Keperawatan,
Analis Kesehatan dan Farmasi, 18(2), 249-259.
Retrieved from https:// www. isca. in/ IJBS/ Archive/ v5/ i8/ 10.
ISCA- IRJBS- 2016- 103. Php.
Noverita, Fitria, D., & Sinaga, E. (2009). Isolasi dan Uji Aktivitas
Antibakteri Jamur Endofit Dari Daun dan Rimpang Zingiber
ottensii. Jurnal Farmasi Indonesia, 4(4), 171-176. Retrieved
from https:// www. researchgate. net/
profile/Ernawati_Sinaga/publication/235981709.
Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/115842-ID- uji-
banding-efektivitas-ekstrak-daun-sir.pdf.
Prihatiningtyas, W., Mariani, Y., Oramahi, H. A., Yusro, F., Sisillia, L. (2018).
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Batang Mangga
Kweni (Mangifera odorata Griff) Terhadap Escherichia coli Dan
Staphylococcus aureus ATCC 25923. Jurnal Tengkawang, 8(2),
59-74. Retrieved from https://doi.org/10.26418/jt.v8i2.30206.
Retrieved from https:// journal. umy. ac. id/ index. php/ di/
53
Rachman, dan Resky, B. (2017). Daya Hambat Ekstrak Metanol Daun Sirih
Merah (Piper crocatum) dan Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap
Pertumbuhan Pityrosporum ovale. Undergraduate thesis,
Fakultas Kedokteran. Universitas Muhammadiyah Semarang.
Roza, R. M., Martina, A., Fibriarti, B. L., Zul, D., Ramadhan, N. (2013).
Isolasi dan Seleksi Jamur Selulolitik dari Tanah Gambut di
Perkebunan Karet Desa Rimbo Panjang Kabupaten Kampar
Riau. Jurnal Prosiding Semirata FMIPA, 263-266.
Retrieved from https:// jurnal. fmipa. unila. ac. id/ index. php/
semirata/ article/ view/ 618/ 438.
Sari, M., & Suryani, C. (2014). Pengaruh Ekstrak Daun Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) Dalam Menghambat Pertumbuhan Jamur
Candida albicans Secara In Vitro. Jurnal Prosiding Seminar
Nasional Biologi, 325-332. Retrieved from
https://digilib.unimed.ac.id/4808/
Sakinah, S., Nur, A., & Ayu P. R. (2015). Uji Perbandingan Aktivitas
Antijamur Pityrosporum Ovale Dari Kombinasi Ekstrak Etanol
Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L) Dan Daun Sirih
(Pipper Betle) Dengan Ketokonazol 2%. Jurnal Kimia Farmasi,
12(1), 66-82. Retrieved from
https://journal.uad.ac.id/index.php/Media-Farmasi/article/vie
w/3018.
Seidel., Sarker, S. D., Latif, Z., Gray, A. I. (2006). Natural Products Isolation.
Jersey Humana Press.
Retrieved from https://books.google.co.id/books.
Sinaga, S. R. (2012). Uji Banding Perasan Jeruk Purut (Citrus Hystrix Dc)
Dengan Zinc Pythirithion 1% Terhadap Pertumbuhan
Pityrosporum Ovale Pada Penderita Berketombe. Karya Tulis
Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Retrieved from https:// journal. unesa. ac. id/ index. php/ jkk/
article/ view/ 6483/
Yuliana, A., dan Albert. (2013). Aktivitas Kangkung Air (Ipomoea aquatica)
Terhadap Jamur Pityrosporum ovale Hasil Isolasi Secara In Vitro.
Jurnal Kesehatan Bakti tunas Husada, 9(1), 1-6.
1. Preparasi sampel
2. Ekstraksi sampel
3. Infundasi sampel
Perhitungan kloramfenikol
Rumus: 1 liter larutan ditambahkan 250 mg kloramfenikol
Cara perhitungannya: 1000 ml = 0,25 gram
840 ml =µ
µ = 840x 0,25
1000
210 = 0,25 gram
1000
1. Konsentrasi 100% : V1 x N1 = V2 x N2
V1 X 100% = 10 X 100%
V1 X 100 = 1000
V1 = 1000
100
V1 = 10 ml
2. Konsentrasi 80% : V1 x N1 = V2 x N2
V1 X 100% = 10 X 80%
V1 X 100 = 800
V1 = 800
100
V1 = 8 ml
3. Konsentrasi 60% : V1 x N1 = V2 x N2
V1 X 100% = 10 X 60%
V1 X 100 = 600
V1 = 600
100
V1 = 6 ml
62
4. Konsentrasi 40% : V1 x N1 = V2 x N2
V1 X 100% = 10 X 40%
V1 X 100 = 400
V1 = 400
100
V1 = 4 ml
5. Konsentrasi 20% : V1 x N1 = V2 x N2
V1 X 100% = 10 X 20%
V1 X 100 = 200
V1 = 200
100
V1 = 2 ml
Sehingga: 2% = 2 x 1 = 2
100 100
= 0,2 gram
Normalitas Infusa
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
hasil .421 18 .000 .613 18 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Kruskal wallis
Ranks
perlak
uan N Mean Rank
hasil konef 3 6.50
20% 3 6.50
40% 3 6.50
60% 3 6.50
80% 3 14.00
100% 3 17.00
Total 18
Test Statisticsa,b
hasil
Chi-Square 17.000
df 5
Asymp.
.004
Sig.
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
perlakuan
65
Mann- whitney
Ranks
perlak
uan N Mean Rank Sum of Ranks
hasil konef 3 3.50 10.50
20% 3 3.50 10.50
Total 6
Test Statisticsb
hasil
Mann-Whitney U 4.500
Wilcoxon W 10.500
Z .000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
Exact Sig. [2*(1-tailed
1.000a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan
Ranks
perlak
uan N Mean Rank Sum of Ranks
hasil konef 3 3.50 10.50
40% 3 3.50 10.50
Total 6
66
Test Statisticsb
hasil
Mann-Whitney U 4.500
Wilcoxon W 10.500
Z .000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
Exact Sig. [2*(1-tailed
1.000a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
Ranks
perlak
uan N Mean Rank Sum of Ranks
hasil konef 3 3.50 10.50
60% 3 3.50 10.50
Total 6
Test Statisticsb
hasil
Mann-Whitney U 4.500
Wilcoxon W 10.500
Z .000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
Exact Sig. [2*(1-tailed
1.000a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan
67
Ranks
perlak
uan N Mean Rank Sum of Ranks
hasil konef 3 2.00 6.00
80% 3 5.00 15.00
Total 6
Test Statisticsb
hasil
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.236
Asymp. Sig. (2-tailed) .025
Exact Sig. [2*(1-tailed
.100a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan
Ranks
perlak
uan N Mean Rank Sum of Ranks
hasil konef 3 2.00 6.00
100% 3 5.00 15.00
Total 6
68
Test Statisticsb
hasil
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.236
Asymp. Sig. (2-tailed) .025
Exact Sig. [2*(1-tailed
.100a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan
Normalitas ekstrak
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
hasil .420 18 .000 .616 18 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Kruskal wallis
Ranks
perlak
uan N Mean Rank
hasil konef 3 6.50
20% 3 6.50
40% 3 6.50
60% 3 6.50
80% 3 14.00
100% 3 17.00
Total 18
69
Test Statisticsa,b
hasil
Chi-Square 17.000
df 5
Asymp.
.004
Sig.
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
perlakuan
Mann-whitney
Ranks
perlak
uan N Mean Rank Sum of Ranks
hasil konef 3 3.50 10.50
20% 3 3.50 10.50
Total 6
Test Statisticsb
hasil
Mann-Whitney U 4.500
Wilcoxon W 10.500
Z .000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
Exact Sig. [2*(1-tailed
1.000a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan
70
Ranks
perlak
uan N Mean Rank Sum of Ranks
hasil konef 3 3.50 10.50
40% 3 3.50 10.50
Total 6
Test Statisticsb
hasil
Mann-Whitney U 4.500
Wilcoxon W 10.500
Z .000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
Exact Sig. [2*(1-tailed
1.000a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan
Ranks
perlak
uan N Mean Rank Sum of Ranks
hasil konef 3 3.50 10.50
60% 3 3.50 10.50
Total 6
71
Test Statisticsb
hasil
Mann-Whitney U 4.500
Wilcoxon W 10.500
Z .000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
Exact Sig. [2*(1-tailed
1.000a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan
Ranks
perlak
uan N Mean Rank Sum of Ranks
hasil konef 3 2.00 6.00
80% 3 5.00 15.00
Total 6
Test Statisticsb
hasil
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.236
Asymp. Sig. (2-tailed) .025
Exact Sig. [2*(1-tailed
.100a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan
72
Ranks
perlaku
an N Mean Rank Sum of Ranks
Total 6
Test Statisticsb
hasil
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.236
Proses penghalusan
Daun belimbing wuluh Daun pisang dikeringkan dan
yang masih segar dipotong kecil
Maserasi Infundasi
500 gram serbuk daun
belimbing wuluh
Hasil uji fitokimia daun Hasil uji fitokimia daun Hasil uji fitokimia daun
belimbing wuluh (Saponin belimbing wuluh (Steroid belimbing wuluh
positif) positif) (Tiriterpenoid positif)
Hasil uji fitokimia daun Hasil uji fitokimia daun Hasil uji fitokimia daun
belimbing wuluh (Fenolik belimbing wuluh (Tanin belimbing wuluh (alkoloid
positif) positif) positif)
75
Hasil uji fitokimia daun Hasil uji fitokimia daun Hasil uji fitokimia daun
belimbing wuluh belimbing wuluh (Saponin belimbing wuluh (Steroid
(Flavonoid positif) positif) negatif)
Hasil uji infundasi daun Hasil uji infundasi daun Hasil uji infundasi daun
belimbing wuluh pada belimbing wuluh pada jamur belimbing wuluh pada
jamur Pityrosporum ovale. Pityrosporum ovale. jamur Pityrosporum ovale.
(konsentrasi 20%) (konsentrasi 40%) (konsentrasi 60%)
77
Hasil uji infundasi daun Hasil uji infundasi daun Hasil uji infundasi daun
belimbing wuluh pada belimbing wuluh pada jamur belimbing wuluh pada
jamur Pityrosporum ovale. Pityrosporum ovale. jamur Pityrosporum ovale.
(kontrol negatif) (konsentrasi 80%) (konsentrasi 100%)
Lampiran 5
79
80