OBAT ANTIBIOTIK
DI UNIT PELAYANAN GIGI DAN MULUT
UPT DAERAH PUSKESMAS AMBAL II
KABUPATEN KEBUMEN
at ha
TESIS
gi a
la w
P Wi
an ya
ng id
Ja W
IE
T
S
Diajukan Oleh :
ERAWATI KUSUMA DEWI
172903826
Kepada
MAGISTER MANAJEMEN
STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA
2019
1
S
T
IE
Ja W
ng id
an ya
P Wi
la w
gi a
HALAMAN PENGESAHAN
at ha
2
3
PERNYATAAN
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
at ha
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
gi a
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
la w
P Wi
NIM . 172903826
T
S
4
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur, kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
hanya atas segala karunia dan ridho-N YA maka tesis berjudul Upaya
M eningkatkan Kepatuhan M inum Obat Antibiotik di Unit Pelayanan Gigi dan
M ulut UPT Daerah Puskesmas Ambal II Kabupaten Kebumen, dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar M agister M anajemen (M .M .) dalam bidang kesehatan pada Program Studi
M agister M anajemen STIE Widya Wiwaha Yogyakarta.
at ha
Olehkarenanya, pada kesempatan ini kami sampaikan rasa hormat dan
gi a
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
la w
1. Dr. Didik Purwadi, M .Ec, selaku pembimbing I yang telah meluangkan
P Wi
waktu dan fikiran untuk membimbing dan memberi dukungan, masukan
dan saran ;
an ya
ini;
3. I Wayan Nuka Lantra, SE, M Si, PhD selaku penguji;
IE
5
Semoga tesis ini memberi manfaat bagi kita semua, mohon maaf atas segala
khilaf, terimakasih.
Penulis
at ha
gi a
la w
P Wi
an ya
ng id
Ja W
IE
T
S
6
DAFTAR ISI
at ha
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ……………………………………………….. 1
gi a
1.2. Perumusan M asalah …………………………………………… 6
la w
1.3. Pertanyaan Penelitian …………………………………………. 6
P Wi
1.4. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 7
1.5. M anfaat Penelitian …………………………………………….. 7
an ya
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mendiskripsikan kepatuhan minum obat
antibiotik di Unit Pelayananan Gigi dan M ulut Puskesmas Ambal II Kebumen.
Desain penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan rancang
bangun cross sectional ,serta metode analisis data kualitatif. Hasil penelitian dari
86 penderita diperoleh bahwa penggunaan antibiotik terbanyak adalah
Amoxicillin (77,91%) dan dukungan keluarga memberi konstribusi terbesar
(31,40%) terhadap kepatuhan, kemudian sikap, pemahaman terhadap instruksi
serta kualitas interaksi sebesar 29,07% dan keyakinan (23,26%).
Antibiotik adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengatasi dan
mencegah infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara membunuh dan
menghentikan bakteri berkembang biak di tubuh. Antibiotik sendiri berasal dari
at ha
zat-zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba/bakteri dan fungi. Penggunaan
antibiotik harus dilakukan tepat aturan, tepat jumlah, tepat frekuensi dan tepat
gi a
lama penggunaan. Karena bila tidak sesuai petunjuk penggunaan, maka akan
la w
meningkatkan resiko morbiditas, mortalitas dan resistensi antibiotika, baik
terhadap penderita itu sendiri maupun kepada masyarakat luas. Hal ini
P Wi
berhubungan erat dengan kepatuhan penderita untuk minum antibiotik. Diagnosa
yang tepat, pemilihan serta pemberian antibiotik yang benar oleh dokter belum
an ya
cukup untuk menjamin keberhasilan suatu terapi apabila penderita tidak mematuhi
aturan minum/penggunaan yang diperintahkan.
ng id
8
ABSTRACT
at ha
infections. This drug work by killing and stop stopping bacteria from multiplying
in the body. Antibiotics themselves come from substances produced by a
gi a
micobe/bacteria and fungi. The use of antibiotics must be done in the right rules,
la w
the right amount, the right frequency and the right time of use; because if it does
not comply with the instructions for use it will increase the morbidity, mortality
P Wi
and antibiotic resistance both to patients and the wider community. This is closely
related to patient adherence to taking antibiotics. Proper diagnosis, selection and
administration of the correct antibiotics by the dentist is not enough to guarantee
an ya
the success of a therapy if the patient does not obey the rules of usage ordered.
ng id
9
DAFTAR TABEL
Kelamin…………………………………………………………………. 53
at ha
4. Tabel 3.3. Indikator Kepatuhan M enurut Niven..……………………… 43
gi a
5. Tabel 4.1. Persentase Penggunaan Antibiotik…...……………………… 46
la w
6. Tabel 4.2. Presentase Kepatuhan M inum Antibiotik M enurut Jenis
P Wi
10
at ha
gi a
la w
P Wi
an ya
ng id
Ja W
IE
T
S
11
at ha
gi a
la w
P Wi
an ya
ng id
Ja W
IE
T
S
12
at ha
6. RI : Republik Indonesia
gi a
7. Riskesdasla w : Riset Kesehatan Dasar
9. AM R : Antimicrobial Resistance
an ya
Transparan, Inovatif
13
BAB I
PENDAHULUAN
at ha
Kepatuhan terhadap suatu terapi merupakan suatu perilaku positif. Seseorang
gi a
la w
akan termotivasi mengikuti terapi karena mendapatkan keuntungan dan
P Wi
merasakan manfaat dari perilaku tersebut (Panesar, 2012). Tingkat kepatuhan
dirinya, disiplin diri, stress dan depresi, hubungan antara penderita dengan
T
(Niman, 2017).
status perawatan dan dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. M enilai
14
terapi yang efektif dan efisien serta untuk memastikan hasil dari pengobatan
at ha
kualitas hidup seseorang. (Ahuja, 2013). Rongga mulut dan gigi yang sehat
gi a
menjadi hal yang sangat penting dan hanya dapat dicapai apabila rongga
la w
P Wi
mulut senantiasa bersih. (Bangash et al., 2012). Rongga mulut dan gigi yang
bersih membuat orang merasa lebih percaya diri untuk berbicara, makan dan
an ya
bersosialisasi tanpa rasa sakit, tidak nyaman ataupun rasa malu. (Naito et al.,
ng id
yang paling sering terjadi dan konsekuensinya tidak hanyak fisik melainkan
IE
dipengaruhi oleh tingkat kesehatan gigi dan mulut orang tersebut. (Ettinger,
1987). Kesehatan gigi dan mulut yang buruk dapat berdampak pada
15
bebas dari rasa sakit pada mulut dan wajah, kanker mulut dan tenggorokan,
infeksi di dalam mulut, penyakit periodontal dan gusi, karies, kehilangan gigi
at ha
mengalami keterbatasan menggigit, tersenyum, berbicara dan berinteraksi
gi a
sosial (Anonim, 2012).
la w
P Wi
Kesehatan gigi merupakan bagian integral dari kesehatan pada
umumnya. Selain itu gigi geligi merupakan salah satu organ pencernaan yang
an ya
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Gigi dan M ulut tahun 2018, proporsi
IE
gigi hilang 19%, gigi ditumpat 4,1% dan gigi goyah 10,4% sedangkan
sebesar 43,4%, sedangkan perilaku menyikat gigi yang benar pada penduduk
usia 3 tahun ke atas hanya sebesar 2,8%. Namun dalam lingkup pelayanan di
16
kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Ambal II, berturut-turut dari tahun
2017, 2018 dan Juli 2019 dapat dilihat kecenderungan pelayanan pramedikasi
at ha
hampir 50% dari seluruh pelayanan gigi yang dilakukan (Tabel 1.1.).
gi a
Tabel 1.1. Persentase Kasus dengan Pemberian Antibiotik dibandingkan
la w
dengan Jumlah Kunjungan Kasus Gigi dan M ulut
P Wi
Jumlah Jumlah kasus Persentase kasus
Tahun kunjungan kasus yang mendapat yang mendapat
an ya
seringkali pada saat kontrol, ada penderita yang datang tapi ada juga yang
tidak datang/kontrol. Penderita yang kontrol pun kadang tidak rutin minum
tepat, pemilihan obat serta pemberian obat yang benar oleh dokter, ternyata
17
belum cukup untuk menjamin keberhasilan terapi jika tidak diikuti kepatuhan
at ha
sangat berhubungan dengan penggunaan antimikroba dan penyebaran
gi a
mikroba resisten (spread). Tekanan seleksi resistensi dapat dihambat dengan
la w
P Wi
cara menggunakan secara bijak, sedangkan proses penyebaran dapat
efektif untuk terapi infeksi yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, dan
Ja W
antibiotik tersebut dalam mengobati infeksi dan penyakit. Lebih lanjut hal ini
18
meningkatnya efek samping dari penggunaan obat ganda dan dosis yang
tinggi.
at ha
dialami seseorang (diutamakan antibiotik lini pertama/spektrum sempit),
gi a
tepat aturan pakai, tepat jumlah yang diminum, tepat frekuensi, tepat lama
la w
waktu konsumsi, sesuai dengan kondisi klinis penderita, biaya terjangkau dan
P Wi
antibiotik di unit pelayanan gigi dan mulut UPT Daerah Puskesmas Ambal
II.”
unit pelayanan gigi dan mulut UPT daerah Puskesmas Ambal II?
19
minum obat antibiotik di unit pelayanan gigi dan mulut UPT Daerah
at ha
disengaja maupun yang tidak disengaja
gi a
1.4.3. Menganalisis upaya peningkatan kepatuhan minum obat antibiotik
la w
1.5. Manfaat Penelitian
P Wi
a. Bagi lingkungan UPTD Puskesmas Ambal II Kabupaten Ke bumenyaitu
an ya
antibiotik di unit pelayanan gigi dan mulut UPT D Puskesmas Ambal II.
b. Bagi pe neliti
IE
20
BAB II
LANDASAN TEORI
at ha
kesehatan (WHO, 2003). Kepatuhan adalah suatu bentuk perilaku yang
gi a
timbul akibat adanya interaksi antara petugas kesehatan dan penderita
la w
sehingga penderita mengerti rencana dengan segala konsuekensinya dan
P Wi
21
terapi, baik diit, latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan
dokter.
at ha
strategi mendorong kepatuhan tidak boleh hanya menangani faktor
gi a
intrapsikis seperti pengetahuan tentang regimen, kepercayaan pada
la w
P Wi
manfaat pengobatan, norma subyektif dan sikap terhadap pengambilan
22
tidak membantu
at ha
dilakukan
gi a
j. Tingkat kepuasan dan kualitas serta jenis hubungan dengan
la w
P Wi
penyediaan pelayanan kesehatan.
yaitu;
IE
23
at ha
kepatuhan. Terdapat hubungan yang kuat antara kepuasan konsultasi
gi a
dengan derajat kepatuhan penderita. Kualitas interaksi dipengaruhi
la w
P Wi
oleh empat hal yaitu lama, arah, frekuensi serta isi pesan dalam
interaksi tersebut.
an ya
24
pengetahuan dan persepsi pada diri sendiri. Penderita yang tidak patuh
at ha
cenderung tidak patuh dari program pengobatan. M odel keyakinan
gi a
kesehatan berguna untuk memperkirakan adanya kepatuhan. Dengan
la w
P Wi
memahami kepribadian seseorang diharapkan dapat meningkatkan
yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka akan mengurangi tingkat
kepatuhannya.
25
at ha
diberikan kepadanya maka tidak dapat mematuhi instruksi dengan
gi a
baik. Penyebab ketidakpahaman dapat disebabkan oleh tenaga
la w
P Wi
kesehatan sebagai komunikator, penderita sebagai penerima pesan dan
karateristik pesan.
an ya
M enurut Potter & Perry (2007) petugas kesehatan harus bisa berperan
sebagai:
1) Customer
26
2) Komunikator
at ha
komunikator, agar isi pesan yang disampaikan dapat dimengerti
gi a
diyakini serta pada tahap selanjutnya. Petugas kesehatan secara
la w
P Wi
fisik dan psikologis harus hadir secara utuh pada waktu
menguasai bahasa.
3) M otivator
27
4) Fasilitator
at ha
kesehatan yang optimal.
gi a
5) Konselor
la w
P Wi
Konselor adalah orang yang memberikan bantuan kepada
yang optimal.
T
S
28
at ha
dalam melaksanakan pengobatan, terapi dan program diit yang
gi a
diberikan sehingga dukungan keluarga tidak dapat diabaikan begitu
la w
P Wi
saja. Efek dari dukungan keluarga terhadap kesehatan dan
mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik dan
Ja W
suatu program terapi, pengobatan yang harus dijalani. Hal ini dapat
29
at ha
kepatuhan seorang penderita untuk meminum obat. Perilaku penderita
gi a
lebih patuh diperkuat dengan drivingforce dengan cara menggalakan
la w
P Wi
persuasi dan memberi informasi yang dalam, hal ini bisa didapatkan
diit. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Senuk et al. (2013)
30
at ha
dukungan instrumental yaitu orang-orang terdekat sebagai pemberi
gi a
dukungan berupa biaya, transportasi, dan dukungan emosional yaitu
la w
P Wi
orang-orang terdekat sebagai sebuah tempat yang aman dan damai
31
at ha
menghadapi stress serta pola hidup sehat individu. Individu dengan
gi a
persepsi dukungan yang positif akan sangat membantu meningkatkan
la w
P Wi
kemampuan self monitoring perilaku.
32
atau penyakit.
at ha
M engingat bahwa banyak penyakit dapat dicegah,
gi a
disembuhkan, atau paling tidak dapat diobati, kepatuhan penderita
la w
P Wi
merupakan langkah penting untuk meningkatkan status perawatan dan
33
at ha
biaya pengobatan, sikap apatis penderita dan keluarga,
gi a
la wketidakpercayaan penderita dan keluarga terhadap terapi yang
P Wi
diberikan.
informasi.
IE
tersebut
34
at ha
sosial supportnetwork yang efektif, kepercayaan dan budaya
gi a
tentang penyakit, faktor kondisi penyakit, keparahan penyakit,
la w
P Wi
hilangnya gejala akibat terapi/kemajuan, tingkat
35
penderita
at ha
kesehatan, penerimaan atau penyangkalan terhadap penyakit,
gi a
keyakinan agama budaya dan biaya finasial dan lainnya yang
la w
P Wi
termasuk dalam mengikuti regimen.
(Niven, 2002):
ng id
1) Pendidikan
Ja W
secara mandiri.
2) Akomodasi
36
at ha
dan teman-teman. Kelompok-kelompok pendukung dapat
gi a
dibentuk untuk membantu kepatuhan terhadap program-
la w
program pengobatan, seperti pengurangan berat badan,
P Wi
37
melakukan pengobatan.
a. Pengertian antibiotik
at ha
cara membunuh dan menghentikan bakteri berkembang biak di
gi a
dalam tubuh. Antibiotik tidak dapat digunakan untuk mengatasi
la w
infeksi akibat virus seperti flu.
P Wi
38
at ha
infeksi bakteri atau dalam dunia medis dikenal sebagai profilaksis.
gi a
Orang-orang yang diberikan antibiotik untuk profilaksis adalah
la w
P Wi
orang yang memiliki risiko tinggi mengalami infeksi bakteri, seperti
diberikan.
39
ditentukan.
b. Jenis-jenis antibiotik
at ha
1) Penisilin
gi a
la w Penisilin digunakan untuk banyak kondisi akibat
P Wi
adanya infeksi bakteri, beberapa di antaranya adalah
pengawasan dokter.
T
S
40
2) Sefalosporin
at ha
media, infeksi kulit, dan infeksi saluran kemih. Obat ini
gi a
berpotensi menimbulkan efek samping berupa sakit
la w
P Wi
kepala, nyeri pada dada, bahkan syok. Penggunaan
dokter.
ng id
3) Aminoglikosida
T
S
kesadaran.
41
at ha
Paromomycin, Tobramycin, Gentamicin, Amikacin,
gi a
Kanamycin, Neomycin.
la w
P Wi
4) Tetrasiklin
5) M akrolid
42
at ha
Jenis-jenis makrolid meliputi: Erythromycin,
gi a
la wAzithromycin, Clarithromycin.
P Wi
6) Quinolone
7) Amubisid
43
at ha
anaerob. Namun efeknya lebih jelas pada jaringan, sebab
gi a
la w sebagian besar metronodazole mengalami penyerapan di
P Wi
usus halus.
akan mati.
tubuh manusia.
44
antimikroba ini baik di tingkat perorangan maupun di tingkat institusi atau lembaga
at ha
penanggulangan masalah resistensi antimikroba di tingkat internasional hanya
gi a
la w
dapat dituntaskan melalui gerakan global yang dilaksanakaan secara serentak,
P Wi
terpadu dan bersinambung dari semua negara. Diperlukan pemahaman dan
dilanjutkan dengan gerakan nasional melalui program terpadu antara rumah sakit,
ng id
dua kegiatan utama, yaitu penerapan penggunaan antibiotik secara bijak (prudent
antibiotik yang sesuai dengan penyebab infeksi dengan rejimen dosis optimal, lama
munculnya mikroba resisten. Oleh sebab itu pemberian antibiotik harus disertai
45
Antibiotik dibedakan dalam kelompok antibiotik yang bebas digunakan oleh semua
bertujuan mengatasi penyakit infeksi (terapi) dan mencegah infeksi pada pasien
yang berisiko tinggi untuk mengalami infeksi bekteri pada tindakan pembedahan
Antibiotik tidak diberikan pada penyakit non-infeksi dan penyakit infeksi yang
at ha
dapat sembuh sendiri (self-limited) seperti infeksi virus.
gi a
2.4. Puskesmas
la w
P Wi
a. Pengertian puskesmas
46
at ha
kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan
gi a
kepada perorangan (Depkes, 2009).
la w
P Wi
Peranan dan kedudukan puskesmas adalah sebagai
kedokteran.
1. Lingkungan sehat.
2. Perilaku sehat.
47
pelayanan kesehatan
adalah :
at ha
1. Keputusan Bupati Kebumen nomor 445/428/KEP/2015
gi a
la w tentang Kategori Unit Pelaksana T eknis Dinas Kesehatan
M otto : “INDAH”
48
at ha
Laporan dalam rangka Sistem Informasi Kesehatan, Kesehatan Usia
gi a
Lanjut dan Pcmbinaan Pengobatan Tradisional.
la w
P Wi
UKP tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk pengobatan dan
hari (one day care) dan home care yang ditunjang dengan laboratorium
ng id
sederhana.
Ja W
d. Fungsi puskesmas
IE
49
umumnya melalui upaya rawat jalan dan rujukan ( Depkes RI, 2007).
at ha
2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
gi a
3. Sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.
la w
P Wi
e. Jangkauan Pelayanan Puskesmas
penempatan bidan di desa yang belum terjangkau oleh pelayanan yang ada
T
S
masyarakat).
teori yang dikemukakan oleh para ahli, terdapat beberapa faktor yang
50
berikut:
at ha
gi a
la w
P Wi
an ya
ng id
Ja W
IE
51
BAB III
METODE PENELITIAN
observasi tanpa memberikan intervensi pada variabel yang diteliti; sedangkan cara
pengambilan data dilakukan pada satu periode tertentu dan pengamatan obyek
at ha
penelitian hanya dilakukan dua kali yaitu pada saat penderita datang pertama kali
gi a
la w
dan pada saat kontrol.
P Wi
3.2.Definisi Operasional
an ya
Dalam penelitian ini, usia penderita lebih dari 2 tahun, yang mana
ng id
apabila untuk anak dibawah 10 tahun, wawancara dilakukan pada orang tua
Ja W
atau orang dewasa yang mengantar saat berobat, semua penderita tidak
IE
keempat indikator kepatuhan minum obat yaitu tepat aturan, tepat jumlah
sesuai waktu yang telah ditetapkan. Tepat aturan pakai berarti penderita
52
atau dimasukkan lewat anal; kontra indikasi dengan obat atau makanan. Tepat
frekuensi berarti obat diminum sesuai waktu yang telah diberikan misalnya
diminum setiap enam, delapan atau duabelas jam sekali. Tepat jumlah yang
baik yang diberikan untuk 3 ataupun 5 hari. Tepat lama penggunaan berarti
obat yang diminum harus sesuai dengan waktu perkiraan obat habis, misalnya
at ha
amoxicillin yang diminum 8 jam sekali dan diberikan sejumlah 10 tablet,
gi a
maka harus habis dalam waku 3 hari.
la w
P Wi
Kemudian kepatuhan dan ketidakpatuhan penderita diukur kembali
keluarganya tidak ada/ sikap dan keyakinannya tidak baik apabila tidak
T
S
apabila penderita minum obat sesuai aturan yang dibuat sendiri, Penderita
lupa atau tidak diingatkan keluarga, dengan kata lain melakukannya dengan
53
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita pelayanan gigi dan mulut di
UPT Daerah Puskesmas Ambal II..Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
penderita pelayanan gigi dan mulut yang mendapatkan terapi antibiotik dalam
at ha
T abel 3.1. Jumlah Penderita mendapat Antibiotik berdasarkan Jenis Kelamin
gi a
la w Jumlah (orang) Persentase (%)
P Wi
Penderita laki-laki 26 30,23
Penderita perempuan 60 69,77
an ya
T otal 86 100
ng id
digunakan pada saat awal penelitian, namun semua itu tergantung pada
2) Peneliti
54
Indikator kepatuhan
Tepat Tepat
Jenis dan dosis Tepat Tepat
No Tidak jumlah lama
antibiotic control aturan frekuensi
yang penggu
pakai penggunaan
diminum naan
1 Amoxcillin
at ha
3x 500 mg
2 Ciprofloxacin
gi a
la w
2x500 mg
P Wi
3 Cefadroxyl
2x500 mg
an ya
4 M etronidazole
3X 500 mg
ng id
5 Doxycicline
Ja W
1x100mg
IE
T
55
Cukup baik
Sangat baik
3 Isolasi sosial dan Dukungan keluarga Tidak mendukung
keluarga
Kurang mendukung
Cukup mendukung
Sangat mendukung
Sikap, keyakinan, Sikap Tidak baik
4 kepribadian
Kurang baik
Cukup baik
Sangat baik
at ha
Keyakinan Tidak yakin
gi a
Kurang yakin
la w Cukup yakin
Sangat yakin
P Wi
an ya
kunjungan ulang..
IE
Agustus-September 2019.
dan sumber sekunder (data jenis dan jumlah obat antibiotik yang
56
datanya, yang tertuang dalam teks atau narasi tekstual sebagai unit analisisnya.
namun disisi lain menjadi kekuatan riset kualitatif karena peneliti menjadi bagian
at ha
dari instrumen penelitian yang sangat berperan penting dalam proses analisis.
gi a
la w
Dalam penelitian ini reduksi data akan menghasilkan pengelompokan narasi atau
P Wi
deskripsi secara tematik dalam laporan penelitian.
an ya
ng id
Ja W
IE
T
S
66
A.A. M uninjaya. (2004). M anajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Bangash, R.Y., Khan, A. U., Tariq,K. M ., and Dil, R., 2012, Evaluation of Tooth Brushing
Technique and Oral Hygiene Knowledge at Afid, Rawalpindi, Pakistan Oral & Dental
Journal,
Berman, Barry, and Joel R. Evans, 2007, Retail M anagement, New Jersey: Prentice Hall.
Brennan, DS.,dan Spencer AJ., 2004, Health and Quality of Life Outcomes: Dimensions of Oral
Health-Related Quality of life M easured By EQ-5D+ and OHIP-14, J. Aust. Res.
at ha
Carpenito, L.J. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta.
gi a
Departemen Kesehatan. 2009. Sistem Kesehatan. Jakarta
la w
Departemen Kesehatan. 2010. Direktorat Jendral Bina Pelayanan M edik Standar M inimal
P Wi
Pelayanan Kesehatan Gigi Puskesmas.
Friedman, M . M . (1998). Buku Ajar Keperawatan Keluarga :Riset, Teori, dan Praktik. Jakarta:
EGC.
IE
Friedman, M . M ., Bowden (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga :Riset, Teori, dan Praktik.
T
Jakarta: EGC.
S
Ganiswara, S,G. 1995.Farmakologi dan Terapi Edisi 4 (cetak ulang 2003). Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Herlina et al, 2013, Hubungan Pola Asuh Keluarga dengan Kemandirian Perawatan Anak Usia
Sekolah di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Linggir, Depok, Tesis M agister pada
FIK-UI.
Hutapea, 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin :Sifilis, Jakarta, Balai Penerbitan
FKUI Edisi 4.
Jürgensen, N., and Petersen, P.E., 2009, Oral Health and The Impact of Socio– Behavioral
factors in a Cross Sectional Survey of 12-year Old School Children in Laos, Biomed
Central Oral Health,
Kozier, B.E., G. Berman, A., and Synder, S.J., 2010, Buku Ajar Fundamental Keperawatan,
Konsep, Proses, &Praktik (terj). EGC, Jakarta..
67
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Penggunaan Antibiotik Bijak dan Rasional Kurangi
Beban Penyakit Infeksi. Dipublikasikan 5 Agustus 2015
M aisa, E A, Nelwati dan Neherta, M . 2011. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo
Kecamatan Nanggalo. NERS Jurnal Keperawatan Vol.7, No.2, Desember 2011: 170-175.
Diakses dari URL://www.jurnalkeperawatan.ac.id/index.php.
M orisky D.E., Ang A., Krousel-Wood M . and Ward H.J., 2011, The M orisky 8-Item Self-Report
M easure of M edication-Taking Behavior (MM AS-8), Journal of Clinical Epidemiology,
64, 262-263.
Naito, M ., Yuassa, H., Nomura, Y., Nakayama, T., Hamajima, N., dan Hanada, N., 2006, Oral
health status and health-related quality of life: A systematic review, Journal of Oral
Science, 48(1); 1-7.
at ha
Niman, 2017. Perawat Dan Profesional. Jakarta: EGC
gi a
Niven, Neil. 2002. Psikologi Kesehatan Keperawatan Pengantar untuk Perawat dan Profesional
la w
Kesehatan lain. Jakarta: EGC.
P Wi
Niven, Neil. 2008. Psikologi Kesehatan: Pengantar Untuk Perawat Dan Profesional. Jakarta:
EGC.
an ya
Panesar,S,Cosway,B.,Stevens,A.C.,&.(2012).Clinicalleadership:Aroleforstudents/British Journal
of Hospital M edicine.Vol.73/No.1. Diunduh melalui
ng id
http://web.ebscohost.com/ehost/detail.
Ja W
Potter, Perry. (2007). Buku Ajar Fundamental Keperwatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta:
EGC.
IE
https://emedicine.medscape.com
S
Ramu C, Padmanabhan TV. 2012. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine : Indication of
Antibiotics Prophylaxis in Dental Practice.
Rizani, Khairir. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Ketaatan Pola M akan Penderita
Diabetes M ellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Seibesar Banjarbaru. Jurnal Skala
Kesehatan, Vol 5. No 2.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI tahun 2018. http://www.depkes. go.id/ resources/ download/ infoterkini/
materi_rakorpop_2018/ Hasil % 2018 Riskesdas % 2018.pdf – Diakses Juli 2018.
Senuk, Abdurrahim. (2013). Hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga dengan kepatuhan
menjalani diet diabetes mellitus di poliklinik RSUD kota Tidore Kepulauan Provinsi
M aluku Utara. Jurnal Keperawatan. Vol 1, No 1.1-7.
Stanley, M & Patricia, G.B. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik edisi 2. Jakarta: EGC.
68
Sugiyono. (2017). M etode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :Alfabeta, CV.
World Health Organization,UNICEF. Global Strategy for Infant and Young Child
Feeding.Geneva:World Health Organization;2003.
World Health Organization, 2003, Continuous Improvement of Oral Health in 21st Century –
The Approach of The WHO Global Oral Health Programme, The World Oral Health
Report, Geneva.
at ha
gi a
la w
P Wi
an ya
ng id
Ja W
IE
T
S