Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/343382012

Adaptasi Alat Ukur Literasi Kesehatan pada Mahasiswa Angkatan Pertama


Universitas Andalas di Padang

Article · February 2020


DOI: 10.37598/jukema.v6i1.802

CITATIONS READS

0 296

5 authors, including:

Yulita Sirinti Pongtambing Yoslien Sopamena


University of Indonesia University of Indonesia
3 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    3 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Dien Anshari
University of Indonesia
23 PUBLICATIONS   126 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Studi Literasi Kesehatan View project

Health Literacy View project

All content following this page was uploaded by Yoslien Sopamena on 02 August 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


JUKEMA
Vol. 6, No. 1, Februari 2020: 60-65
ADAPTASI ALAT UKUR LITERASI KESEHATAN PADA
MAHASISWA ANGKATAN PERTAMA
UNIVERSITAS ANDALAS PADANG TAHUN 2019

Adaptation of Health Literacy Measurement Tool for First Year Students at Andalas
University Padang Year 2019

Yessy Fitriani*, Wa Ode Arin Sri Andriani, Yoslien Sopamena, Yulita Sirinti, dan
Dien Anshari
Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
*
yessyfitriani20@gmail.com

Received: 4 November 2019/ Accepted: 19 February 2020

ABSTRAK
Latar Belakang: Literasi kesehatan adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan, memproses dan
memahami informasi serta pelayanan kesehatan dasar yang diperlukan untuk mengambil keputusan yang tepat
mengenai kesehatan. Penelitian mengenai bagaimana literasi kesehatan berkaitan dengan status kesehatan
seseorang masih belum banyak dilakukan di Indonesia, terutama karena belum adanya instrumen yang layak
untuk mengukur tingkat literasi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengadaptasi versi singkat dari
instrumen Health Literacy Scale yang dikembangkan di Uni Eropa (HLS-EU-Q16) agar dapat digunakan untuk
kelompok usia remaja akhir dan dewasa muda di Sumatera Barat. Metode: Penelitian kualitatif ini mengambil
data melalui wawancara kognitif dengan 10 mahasiswa tingkat pertama di Universitas Andalas, Sumatera Barat
yang direkrut secara purposif pada Juni 2019. Panduan wawancara dikembangkan dari 16 pertanyaan dalam
instrumen HLS-EU-Q16 yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil: Secara umum informan
banyak yang kurang paham dengan penggunaan frasa yang baku (seperti “mengambil keputusan”,
“membutuhkan pemeriksaan kesehatan” dan “menilai mana perilaku sehari-hari” serta informan mengakui
kesulitan memahami kosa kata “dokter lain atau second opinion”). Kesimpulan: Instrumen HLSE-EU-Q16
dapat digunakan untuk kalangan usia remaja akhir dan dewasa muda dengan penyesuaian pada pilihan frasa
yang lebih mudah dipahami.

Kata Kunci: Literasi Kesehatan, Wawancara Kognitif, Adaptasi Alat Ukur

ABSTRACT
Background: Health literacy is a person's ability to obtain, process and understand information and basic
health services needed to make the right decision about health. Research on how health literacy is related to a
person's health status is still not not much done in Indonesia, especially because there are no appropriate
instruments to measure the level of health literacy. This study was designed to adapt the shorten version of the
Health Literacy Scale instrument developed in the European Union (HLS-EU-Q16) so that it can be used for
late teens and young adult in West Sumatra. Method: This Qualitative research took data through cognitive
interviews with 10 first-year students at Andalas University, West Sumatra, who were recruited purposively in
June 2019. The interview guide was developed from 16 questions in the HLS-EU-Q16 instrument which was
translated in Indonesian. Results: In general, many informants did not understand the use of standard phrases
(such as "making decisions", "requiring health checks" and "assessing daily behavior" and the informants
acknowledge the difficulty of understading the vocabulary of "other doctors or second opinions"). Conclusion:
The HLSE-EU-Q16 instrument can be used for late teens and young adults with adjustments to phrase choices
that are more easily understood.

Keywords: Health Literacy, Cognitive Interview, Adaptation of Measurement Tool

60
JUKEMA
Vol. 6, No. 1, Februari 2020: 60-65
PENDAHULUAN bahwa 72.6% responden memiliki tingkat
literasi kesehatan yang rendah. Berbagai
Literasi kesehatan (health literacy) macam instrumen telah dikembangkan
adalah kemampuan seseorang untuk untuk dapat mengukur tingkat literasi
memperoleh, mengolah dan memahami kesehatan seseorang dengan berbagai
informasi dan layanan kesehatan dasar pendekatan, design dan tujuan dari
guna mengambil keputusan yang tepat instrument tesebut. Storms et al. (2017)
terkait dengan masalah kesehatannya mengemukakan bahwa ada berbagai
(Balitbangkes, 2018). Jones, et al. (2011) instrument yang fokus pada beberapa
menyatakan bahwa health literacy pada penyakit seperti diabetes, kesehatan
setiap individu penting untuk diketahui mental, kanker dan terhadap beberapa
karena berhubungan dengan kemampuan populasi tertentu. Instrumen yang pertama
untuk memperoleh informasi kesehatan kali di buat adalah REALM (Rapid
dalam upaya meningkatkan dan Estimate of Adult Literacy in Medicine),
mempertahankan kesehatannya. Secara Newest Vital Sign (NVS), Nutrition
general health literacy dikatakan dapat Literacy Assessment Instrument (NLAI),
meningkatkan pengetahuan kesehatan serta dan Short Assessment of Health Literacy
membantu individu/masyarakat dalam (SAHL). Instrumen-instrumen diatas
pengambilan keputusan yang tepat tentang biasanya digunakan untuk skrining literasi
kesehatan mereka. Zhonghua Yi Xue Za kesehatan fungsional terhadap masalah-
(2001) mengatakan bahwa rendahnya masalah yang timbul di fasilitas kesehatan.
literasi kesehatan merupakan masalah yang Selain instrumen tersebut, terdapat pula
meluas baik di negara maju maupun instrumen yang mengkaji lebih dalam
negara berkembang. Sampai saat ini suatu literasi kesehatan, misalnya Critical
literasi kesehatan masih menjadi masalah Health Competence Test (CHC), Swiss
baik di negara maju maupun berkembang. Health Literacy Survey, Health Literacy
Pada penelitian yang dilakukan oleh Management Scale (HeLMS) dan Health
Keenan et al. (2005) di Amerika Serikat, Literacy Questionnaire (HLQ).
kurang lebih setengah orang dewasa Sorensen et al. (2013) menyatakan
memiliki tingkat literasi kesehatan yang instrumen lain yang dapat digunakan
kurang. Berdasarkan penelitian Santosa et sebagai skrining dan wawancara lebih
al (2012) survei yang dilakukan di Kanada dalam adalah Survei Literasi Kesehatan
pada tahun 2003 memberikan hasil sekitar Eropa (HLS-EU-Q). HLS-EU-Q
60% penduduk dewasa disana tidak merupakan instrumen yang di kembangkan
memiliki tingkat kemelekan yang cukup. oleh Konsorsium organisasi Eropa
Santosa et al. (2012) mengatakan di European Commission and National
Indonesia sendiri, data kesehatan oleh Partner pada tahun 2009-2012. HLS-EU
Organization for Economic Cooperation digunakan dalam mengukur literasi
and Development (OECD) pada tahun kesehatan dan kuesioner ini tidak hanya
2014 menunjukkan bahwa tingkat literasi digunakan dalam pengaturan klinis, tetapi
kesehatan masyarakat Indonesia masih juga dalam populasi dan komunitas.
sangat rendah. Penelitian literasi kesehatan Berdasarkan Statistik (2019), penduduk
yang dilakukan di Semarang kepada 1029 Indonesia secara keseluruhan baik yang
responden pada tahun 2014 juga tinggal di daerah perkotaan maupun
menunjukkan 53.6% responden memiliki perdesaan mengalami keluhan kesehatan
masalah literasi kesehatan dan 10.67% dan mengakibatkan terganggunya kegiatan
memiliki tingkat literasi kesehatan yang sehari-hari, pada tahun 2018 mencapai
buruk. Sebuah penelitian juga dilakukan 27.82 persen. Berdasarkan Statistik (2019)
terhadap 135 pasien di Klinik Dokter penduduk Sumatera Barat dilihat secara
Keluarga Kiara di Jakarta menunjukkan keseluruhan baik yang tinggal pada daerah

61
JUKEMA
Vol. 6, No. 1, Februari 2020: 60-65
perkotaan maupun perdesaan mengalami sosial instagram dan whatsApp. Pesan
keluhan kesehatan dan mengakibatkan berisi ajakan untuk bersedia meluangkan
terganggu kegiatan sehari-hari pada tahun waktu untuk wawancara dalam penelitian.
2018 mencapai 13.88 persen. BPS (2017) Informan dari berbagai rumpun ilmu yang
menyatakan angka tersebut masih terdiri dari 2 informan berasal dari rumpun
merupakan masalah karena salah satu ilmu kesehatan, 4 orang berasal dari
indikator rendahnya perilaku hidup sehat rumpun ilmu sosial humaniora dan 4 orang
ditandai dengan masih adanya keluhan berasal dari rumpun ilmu saintek
kesehatan yang dicirikan oleh munculnya kemudian mahasiswa yang bersedia
berbagai gangguan kesehatan baik karena menjadi informan diminta kesepakatannya
penyakit (ringan atau akut/kronis), untuk menentukan waktu wawancara.
kecelakaan, kriminalitas, serta hal lainnya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-
Kondisi seperti ini tidak dapat dibiarkan Agustus 2019 di gedung PKM (Pusat
begitu saja karena dapat mengganggu Kegiatan Mahasiswa) Universitas Andalas.
aktivitas. Balitbangkes (2018) menyatakan Teknik pengumpulan data menggunakan
Indeks Pembangunan Kesehatan wawancara kognitif. Instrumen ini terdiri
Masyarakat (IPKM) hampir semua sub dari 3 versi yang mana salah satunya
indeks mengalami peningkatan, kecuali adalah HLS-EU-Q16 versi singkat terdiri
pada sub indeks penyakit tidak menular. dari 16 item pertanyaan. Setiap pertanyaan
Sedangkan pada sub indeks penyakit tidak menggunakan skala Likert 1-5, dimana
menular terjadi penurunan nilai, yang 1=sangat sulit, 2=cukup sulit, 3=cukup
mana pada tahun 2013 IPKM Sumatera mudah, 4=sangat mudah dan 5=tidak tahu.
Barat sebesar 0.6788 sedangkan tahun Pada penelitian ini, alat ukur yang
2018 sebesar 0.4923 artinya terjadi kondisi digunakan adalah The European Health
yang lebih memburuk pada capaian Literacy Survey short form 16 (HLS-EU-
indikator penyusun sub indeks penyakit Q16) yang dapat mengukur dimensi
tidak menular. Sehingga penting untuk literasi kesehatan (literasi kesehatan
mengetahui literasi kesehatan dikalangan fungsional, literasi kesehatan interaktif dan
usia muda agar bisa intervensi lebih dini. literasi kesehatan kritis) yang berada di
Maka, penelitian ini bertujuan untuk tiga domain yang terdiri dari pelayanan
mengadaptasi instrumen HLS-EU-Q16 kesehatan, pencegahan penyakit dan
dapat digunakan untuk menilai tingkat promosi kesehatan. HLS-EU-Q16 telah
literasi kesehatan pada kelompok usia digunakan di beberapa negara, termasuk
remaja akhir dan dewasa muda di Belgia, Belanda dan Jerman. HLS-EU-Q16
Sumatera Barat. dipilih karena relatif mudah diberikan,
baik dalam pengaturan klinis maupun pada
METODE PENELITIAN tingkat populasi. Pertanyaan yang diajukan
adalah apakah ada hal lain yang ingin
Populasi dalam penelitian adalah ditanyakan oleh informan terkait dengan
seluruh mahasiswa angkatan pertama kuesionernya? Adakah saran atau masukan
Universitas Andalas tahun 2019 sebanyak lain yang dapat membantu mempermudah
6378 orang. Responden dalam penelitian informan dalam mengisi kuesioner?
adalah mahasiswa program sarjana reguler Bagaimana pendapat informan secara
angkatan 2018 Universitas Andalas. umum mengenai proses pengisian
Adapun responden dalam penelitian ini kuesioner? Apakah ada kosa kata yang
berjumlah 10 mahasiswa yang direkrut sulit dipahami? Apakah ada opsi jawaban
melalui pesan elektronik yang disebar lain dalam pertanyaan? Apakah ada
melalui jaringan komunikasi angkatan di pertanyaan yang sulit dijawab?
tiap-tiap fakultas, halaman situs media

62
JUKEMA
Vol. 6, No. 1, Februari 2020: 60-65
HASIL PEMBAHASAN

Informan penelitian sebanyak 10 Berdasarkan hasil penelitian dapat


orang dari berbagai fakultas di Universitas disimpulkan bahwa informan tidak
Andalas. Penelitian dilakukan selama 3 memahami frasa yang baku. Mayoritas
bulan. Kriteria inklusinya adalah bahasa sehari-hari informan menggunakan
mahasiswa angkatan pertama di bahasa minang sehingga dinilai mereka
Universitas Andalas yang berstatus aktif kurang memahami frasa yang baku. Storm
kuliah tahun 2019, informan terdiri dari 5 et al. (2017) menyatakan model konsep
orang laki-laki dan 5 orang perempuan. health literacy menurut teori Nut Beam
Informan berusia rata-rata 19 tahun. dalam model terdapat 4 determinan faktor
Seluruh informan berasal dari suku yang memberikan pengaruh terhadap
Minang. Hasil penelitian dianalisis secara health literacy, yaitu faktor individu,
kualitatif untuk melihat pemahaman, situasional, sosial, dan lingkungan. Faktor
pemaknaan, maupun saran partisipan atas sosial dan lingkungan meliputi situasi
pilihan kata, kalimat, dan opsi jawaban demografi, budaya, bahasa, politik dan
dari pertanyaan-pertanyaan dalam alat sistem sosial. Bahasa dapat mempengaruhi
ukur. Hasil dari analisis data digunakan health literacy karena perbedaan bahasa
untuk merevisi alat ukur untuk masing- dapat menghalangi seseorang dalam
masing kelompok populasi. Daftar tilik memahami informasi yang di berikan. Hal
pertanyaannya adalah: adakah kata yang tersebut membutuhkan kemampuan
sulit dipahami? Adakah frasa yang sulit pemahaman dan bahasa yang memadai
dipahami? Adakah pilihan jawaban yang dalam memahami informasi yang
sulit dipahami? Apa rekomendasi informan didapatkan. Kaaffah (2018) menyatakan
untuk hal-hal tersebut? Hasil wawancara bahwa semakin banyak kosakata yang
kognitif menunjukkan bahwa informan 1 dipahami maka akan berpengaruh pada
kurang paham maksud pertanyaan nomor 6 bagaimana seseorang memahami literasi
“menggunakan informasi dari dokter untuk pada media cetak.
mengambil keputusan tentang penyakit Berdasarkan penelitian, 1 informan
kamu”. Informan 2 kurang paham maksud yang berasal dari rumpun ilmu sosial
pertanyaan nomor 6, informan 3 kurang humaniora juga tidak memahami opsi
paham maksud pertanyaan nomor 10 jawaban nomor 10. Setelah dilakukan
“memahami mengapa kamu membutuhkan wawancara informan mengatakan bahwa
pemeriksaan kesehatan” dan bingung dirinya bingung terhadap opsi jawaban.
terhadap opsi jawabannya serta informan 4 Hal ini dibuktikan dengan informan sedikit
kurang paham pertanyaan nomor 16 lama menjawab pertanyaan nomor 10.
“menilai mana perilaku sehari-hari terkait Menurut Institute of Medicine tahun
dengan kesehatan kamu” dan informan 5 (2009) kefasihan membaca memungkinkan
mengalami kesulitan kosa kata “dokter lain individu mengembangkan kosa kata
(second opinion). Sementara 5 informan sehingga mencapai pengetahuan
tidak mengalami kesulitan dalam konseptual. Kosa kata dan pengetahuan
memahami pertanyaan kuesioner. Yang tertentu yang dimiliki individu pada bahan
paling tidak dipahami informan adalah bacaan tertulis akan meningkatkan
pertanyaan nomor 6. Semua informan pemahaman individu terhadap pesan
merasa puas dengan jumlah pertanyaan kesehatan tertentu. Jika dua individu
kuesioner karena tidak membutuhkan memiliki kefasihan membaca yang sama,
waktu yang lama untuk mengisinya. 16 dapat dikatakan individu tersebut memiliki
pertanyaan kuesioner diisi dengan lengkap kapasitas membaca dan memahami materi
oleh seluruh informan penelitian. kesehatan, walaupun keduanya memiliki

63
JUKEMA
Vol. 6, No. 1, Februari 2020: 60-65
perbedaan pengetahuan dasar tentang melakukan penelitian seperti ini. Apalagi
kesehatan. menjangkau orang muda yang
Pada pertanyaan nomor 5c informan berlatarbelakang pendidikan sarjana.
mengakui kesulitan memahami kosa kata Tujuan dari wawancara ini adalah untuk
“dokter lain atau second opinion” menganalisis pemahaman pertanyaan pada
disebabkan kurang paham maksud kosa mahasiswa dengan maksud untuk
kata dan tidak mengetahui arti bahasa mendapatkan informasi tentang
asing kosa kata tersebut. Hal tersebut kesulitannya dalam memahami pertanyaan.
menunjukkan bahwa informan hanya Penelitian ini membutuhkan waktu
mengetahui istilah dokter umum. Starfield mengisi kuesioner dan probing 30 menit.
et al. (2005) menyatakan sebagaimana Penelitian ini dilakukan dengan
dokter umum adalah seseorang sebagai membagikan kuesioner berupa kertas.
sumber informasi kesehatan yang Pewawancara tidak membutuhkan
mempunyai tanggapan jelas dan sering keterampilan khusus dalam penelitian ini.
disebutkan. Starfield et al. (2012)
mengatakan bahwa pernyataan ini paling KESIMPULAN DAN SARAN
sering disertai dengan komentar bahwa
responden mengalami kesulitan dalam Kesimpulan
memutuskan bagaimana merespons.
Penelitian yang dilakukan Shi et al. (2002) Instrumen HLSE-EU-Q16 dapat
menunjukkan bahwa secara tidak digunakan untuk kalangan usia remaja
langsung, temuan ini mengungkapkan akhir dan dewasa muda dengan
kepercayaan pada dokter umum dan penyesuaian pada pilihan frasa yang lebih
akibatnya posisi penting mereka dalam mudah dipahami.
perawatan kesehatan, terutama untuk
kelompok rentan (orang dengan tingkat Saran
pendapatan dan pendidikan rendah).
Dalam penilaian kelayakan ini, Berdasarkan kesulitan yang
berbagai faktor (kesulitan teks dan tata dilaporkan, penelitian lanjutan secara
letak) dapat diatasi. Bahkan, kuantitatif dapat dilakukan untuk
mewawancarai informan dapat membantu pengujian lebih lanjut dan untuk
mengumpulkan informasi yang mendalam. mendapatkan gambaran tingkat literasi
Berdasarkan hasil penelitian bahwa kesehatan pada kelompok usia remaja
merevisi frasa saja tidak cukup untuk akhir dan dewasa muda di Sumatera Barat.
meningkatkan kesesuaian HLS-EU-Q16. Berdasarkan temuan penelitian, informan
Dijelaskan Storm et al. (2017) bahwa yang kesulitan memahami frasa baku dapat
untuk menyelesaikan proses pemahaman dilakukan dengan memberi penjelasan.
dan pengambilan keputusan masalah,
beberapa pertanyaan perlu diberikan DAFTAR PUSTAKA
penjelasan tambahan tentang arti kata
sehingga memudahkan informan dalam 1. Balitbangkes, Indeks Pembangunan
memahami frasa. Kesehatan Masyarakat 2018,
Storms et al. (2017) menyatakan Jakarta: Balitbangkes; 2018.
bahwa kelebihan penelitian ini adalah 2. BPS, Statistik Pemuda Indonesia
wawasan yang diperoleh berkaitan dengan 2017, Jakarta: BPS; 2017.
proses kognitif responden saat 3. BPS, Profil Statistik Kesehatan
menyelesaikan HLS-EU-Q16. 2019, Jakarta: BPS; 2019.
Keterbatasan penelitian ini adalah sampel 4. Jones, C. A., Mawani, S., King, K.
yang relatif kecil, target populasinya M., Allu, S. O., Smith, M., Mohan, S.,
mahasiswa yang mana masih sedikit and Campbell, N. R. C., Tackling

64
JUKEMA
Vol. 6, No. 1, Februari 2020: 60-65
Health Literacy: Adaptation Of
Public Hypertension Educational
Materials for an Indo-Asian
Population in Canada, BMC Public
Health; 2011, Vol. 11, p.p. 1471–
2458.
5. Kaaffah, S., Gambaran Literasi
Kesehatan Mahasiswa Program
Sarjana Reguler Tingkat Pertama
Angkatan 2017 Universitas
Indonesia Tahun 2018; 2018.
6. Keenan, J. et al., Health Literacy the
Gap Between Physicians and
Patients; 2005, Vol. 72, No. 3, p.p.
463–468.
7. Santosa, K. S. et al., Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Tingkat
Kemelekan Pasien di Klinik
Kedokteran Keluarga Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Kiara 2012, Universitas Indonesia;
2012.
8. Sørensen, K. et al., Measuring
Health Literacy in Populations:
Illuminating the Design and
Development Process of the
European Health Literacy Survey
Questionnaire ( HLS-EU-Q ); 2013.
9. Storms, H. et al., Measuring Health
Literacy Among Low Literate
People : an Exploratory Feasibility
Study with the HLS-EU
Questionnaire, BMC Public Health;
2017, p.p. 1–10, doi: 10.1186/s12889-
017-4391-8.
10. Zhonghua Yi Xue Za. Z., Health
Literacy: an Important Issue for
Communicating Health Information
to Patients, PubMed; 2001, Vol. 64,
No. 11.

View publication stats 65

Anda mungkin juga menyukai