Anda di halaman 1dari 8

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

JURNAL INTERNASIONAL PEMBELAJARAN PELAYANAN KOMUNITAS.


Jilid 4 Nomor 3 2020, hal 215-222
E-ISSN: 2549-6417 P-ISSN: 2579 -7166
DOI:DOI:

Peningkatan Keterampilan Literasi Kesehatan Siswa SMA dengan


Media Likes
Kartika Yuni Purwanti1*, Ela Suryani2, M. Imron Rosyidi3

1,2,3Universitas Ngudi Waluyo


* Penulis yang sesuai:

Abstrak
Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan agar mahasiswa mampu melakukan literasi kesehatan dengan
menggunakan media like. Hasil dari pelatihan ini adalah media like dapat meningkatkan pemahaman literasi
kesehatan siswa rata-rata sebesar 92,17% yaitu pemahaman literasi kesehatan siswa meningkat sebesar 35,87%
(awalnya 64,13% menjadi 100%), keberdayaan siswa dalam memilah informasi kesehatan meningkat 36,74%
(awalnya 46,75% menjadi 83,49%), pemahaman siswa tentang kesukaan media meningkat 56,24% (dari 37,52
menjadi 93,76%) dan penggunaan suka media meningkat 55,53% (dari 35,91 menjadi 91,44%). Media like berisi
tips dan trik melakukan literasi kesehatan, sehingga dapat memilah informasi yang tepat. Hasil kegiatan
pelatihan literasi kesehatan dapat dikatakan berhasil dalam kategori sangat baik.

Kata kunci:media, suka, literasi kesehatan

pengantar
Media dan sumber informasi dalam perkembangan teknologi di zaman modern ini
selalu diikuti dengan perkembangan informasi. Media berperan penting dalam memberikan
informasi apapun dalam kehidupan, khususnya informasi kesehatan(Amri, 2016; Nur, 2018;
Prasanti & Fuady, 2018). Semakin banyaknya sumber informasi diharapkan setiap orang dapat
menguasainya dan mampu mencari informasi untuk memenuhi kebutuhannya. Informasi
memegang peranan penting dalam menunjang berbagai aktivitas setiap orang, karena
informasi telah menjadi kebutuhan utama setiap individu terutama dalam bidang pendidikan
dan penelitian.(Grataridarga, 2018; Rufaidah, 2015). Seseorang dalam mencari informasi harus
memiliki kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh informasi tersebut berupa cara-cara
mengakses, mencari, mengidentifikasi, menemukan, membaca atau memahami, menilai atau
mengevaluasi dan memanfaatkan informasi yang diperoleh.(Deliasari & Kurnianingsih, 2017;
Johan, 2018; Setyowati, 2015). Dalam perkembangan saat ini, konsep literasi tidak lagi hanya
dikaitkan dengan informasi dan media, tetapi telah menyentuh aspek-aspek tertentu dari
kehidupan manusia secara lebih spesifik.(Giovanni & Komariah, 2020; Rachmawati, Silvana, dkk.,
2018; Yusup & Saepudin, 2017).
Keterampilan literasi sangat dibutuhkan dalam mengakses berbagai informasi khususnya di
bidang kesehatan(Musmulyadi dkk., 2019; Nurjanah dkk., 2017; Pattah, 2014). Education Development
Center (EDC) menyatakan bahwa Literasi lebih dari sekedar keterampilan membaca dan menulis. Dengan
pengertian bahwa literasi mencakup kemampuan membaca kata dan membaca dunia (Iskandar & Dede
Sukmana, 2018; Lisnawati & Ertinawati, 2019). Literasi secara luas didefinisikan sebagai keterampilan
bahasa termasuk kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis, dan berpikir

Sejarah: Penerbit:Undiksha PresBerlisensi:Karya ini dilisensikan di bawah


Diterima
Diperbaiki : 6 Juni 2020
Diterima : 10 Juli 2020
Diterbitkan : 27 Juli 2020
: 01 Agustus 2020

215
Purwanti

yang merupakan elemen dalam literasi itu sendiri(Purwanti dkk., 2018; NPA Sari dkk., 2017). Literasi
informasi sering diterapkan pada lingkungan pendidikan, namun akhir-akhir ini lebih terfokus pada
kehidupan sehari-hari. Literasi informasi berkaitan dengan kemampuan menggunakan teknologi informasi
namun dengan kompetensi dan cakupan yang berbeda(Purwanti dkk., 2018; Rohman & Saeful, 2013).
Ternyata, seseorang harus melek dalam menerima dan memperoleh informasi. Salah satunya adalah
beragamnya informasi tentang kesehatan karena kesehatan penting bagi setiap orang, terutama
mencegah, mengobati dan meningkatkan kesehatan penyakit serta pengambilan keputusan. Literasi
informasi bukan hanya kemampuan membaca dan menulis dengan lancar, tetapi juga mampu memproses
dan mensintesis secara akurat sejumlah besar informasi secara online dengan cara yang membawa kita
pada kebenaran sesuatu karena ada dalam kenyataan.(Prasanti & Fuady, 2018). Jadi, setiap orang dituntut
memiliki keterampilan literasi informasi dalam kesehatannya. Keterampilan literasi informasi kesehatan
perlu dimiliki oleh seseorang secara efektif di lingkungan perawatan kesehatannya(Prasanti, 2018).
Literasi kesehatan merupakan salah satu determinan kesehatan dan refleksi bagaimana individu
dapat memahami dengan baik, mengasimilasi dan mengkritik refleks informasi tentang kesehatan dan
penyakit.(Kesumawati dkk., 2019; Nutbeam, 2000; Sahroni dkk., 2019). Literasi kesehatan menggambarkan
berbagai tingkatan yang ada di dalamnya. Pertama, kemampuan dasar membaca dan memahami bahan-
bahan penting untuk kesehatan yang mereka butuhkan, seperti membaca resep, label obat, dan petunjuk
perawatan kesehatan. Kedua, tingkat menengah dimana individu sudah memiliki pengetahuan dari tingkat
pertama yang akan dihubungkan dengan informasi di lingkungan. Ketiga, tingkat tinggi, yang merupakan
perpaduan antara tingkat dasar dan menengah, yang mencerminkan kemampuan individu untuk
menganalisis berbagai informasi yang ada dan untuk selanjutnya mempublikasikan informasi yang telah
diperolehnya untuk orang lain sehingga dapat menambah informasi khususnya di bidang kesehatan. .
Literasi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran anak dan mencegah anak dari berbagai
masalah kesehatan dan penyakit yang mengakibatkan perlunya pemeriksaan, pengobatan dan perawatan.
(Fitri Perdana & Herawati, 2018; Inten & Permatasari, 2019; Wijaya Kuswanto & Dinda Pratiwi, 2020). Jika
masyarakat memiliki literasi kesehatan yang mumpuni maka masyarakat akan dapat mencari, memahami
bahkan mengevaluasi informasi kesehatan yang diperoleh sehingga nantinya dapat disebarluaskan untuk
meningkatkan kualitas kesehatan pada masyarakat tertentu.(Fitriarti, 2019).
Hoax atau berita bohong banyak beredar di media sosial. Data yang disampaikan Rudiantara,
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Republik Indonesia (RI), menunjukkan bahwa
penyebaran hoax dan ujaran kebencian terindikasi berasal dari 800 ribu situs di Indonesia.(Amelia
Lewerissa, 2019; Ferdiawan dkk., 2019). Salah satu hoax yang juga banyak beredar melalui media
sosial adalah hoax di bidang kesehatan. Menurut survei yang dilakukan oleh dokter bernama Ari
Fahrial Syam, lebih dari 90 persen informasi tentang kesehatan memiliki sumber yang tidak jelas dan
tidak dapat dipertanggungjawabkan.(Judita, 2019). Namun, berita tersebut menyebar dengan bebas
melalui situs jejaring sosial dan pesan instan. Hal ini ditegaskan oleh penelitian Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI) yang menyebutkan bahwa hoax yang paling banyak adalah informasi tentang
kesehatan. Hoax tersebut disebarkan oleh orang-orang secara tidak sengaja. Mereka menganggap
informasi ini harus segera disampaikan karena bermanfaat bagi orang lain. Kondisi ini menjadi salah
satu penyebab cepatnya penyebaran hoax melalui media sosial. Pemberantasan hoaks bukan semata-
mata tanggung jawab pemerintah, tetapi juga membutuhkan inisiatif masyarakat untuk cerdas
menyikapi hoaks(Judita, 2018).
Siswa sangat mempercayai informasi kesehatan yang mereka temukan di internet.
Seseorang akan dengan mudah menerima informasi apapun tentang seseorang, sekelompok orang,
kebijakan, dan produk tertentu, jika orang tersebut sudah menyukainya.(Judita, 2019). Hasil informasi
yang mereka peroleh langsung diterapkan tanpa mencari tahu sumber lain. Akibatnya banyak siswa
yang tertipu dengan menggunakan obat-obatan yang tidak sesuai aturan yang seharusnya.
Persentase kondisi awal literasi kesehatan di SMA digambarkan dalam grafik berikut.

2
Peningkatan Keterampilan Literasi Kesehatan Siswa SMA dengan Media

Gambar 1.Persentase Literasi Kesehatan Siswa

Seperti yang terlihat pada Gambar 1 menunjukkan bahwa persentase tertinggi keterampilan
literasi kesehatan siswa masih pada tingkat dasar. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa mampu
membaca dan memahami materi kesehatan esensial yang mereka butuhkan, namun belum mampu
menganalisis informasi kesehatan yang telah diperoleh. Siswa yang terbiasa memecahkan masalah akan
memiliki kebiasaan membaca berbagai sumber, sehingga dapat melatih diri untuk menilai kebenaran
sumber informasi yang dibaca.(Patiung, 2016; Permana dkk., 2016). Hasil kondisi awal menunjukkan
literasi kesehatan siswa masih rendah, sehingga diperlukan pembelajaran yang dapat meningkatkan
literasi kesehatan siswa. Pelajar perlu mengetahui apa yang dibutuhkan tentang literasi kesehatan, di
mana dapat ditemukan, dengan cara apa mendapatkannya, bagaimana mengolahnya, dan bagaimana
menggunakan informasi tersebut.(Rusmana dkk., 2018; Saepudin, 2013). Oleh karena itu, penulis
mengangkat topik penelitian ini, hubungannya dengan media pendukung literasi kesehatan siswa SMA.
Kegiatan ini dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu metode sosialisasi dengan ceramah, praktik, dan
monitoring dan evaluasi literasi kesehatan. Harapan dari kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan
mahasiswa tentang kesadaran akan kesehatan, serta memilah informasi kesehatan yang beredar di
masyarakat.

Bahan dan metode


Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan dengan metode sosialisasi dengan ceramah, praktik, serta monitoring dan evaluasi literasi kesehatan. Kegiatan pertama adalah

sosialisasi konsep kesehatan dan literasi kesehatan. Kegiatan ini diawali dengan presentasi berupa ceramah tentang kesehatan. Tim pelayanan memberikan contoh cara menjaga kesehatan

dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan. Dengan membiasakan memiliki budaya sehat, siswa akan terhindar dari penyakit. Selain itu juga diberikan cara memilah informasi tentang

kesehatan. Dalam kesempatan ini, narasumber juga memberikan contoh informasi kesehatan yang beredar di masyarakat. Tim pengabdian masyarakat juga memposting beberapa gambar/

foto tentang informasi kesehatan yang mungkin tidak benar/hoax. Siswa sangat antusias dalam mendengarkan materi yang disampaikan. Beberapa siswa sangat aktif bertanya tentang hal-hal

yang berhubungan dengan kesehatan. Kegiatan kedua adalah latihan dan pemaparan suka media. Siswa sangat antusias dalam memperhatikan media like yang disajikan oleh tim pengabdi.

Dalam media like, tips membaca informasi kesehatan disampaikan agar siswa tidak terjerumus ke dalam informasi yang salah. Di media like beberapa berita hoax yang beredar di media sosial

juga ditampilkan. Kegiatan selanjutnya adalah praktek mencari informasi kesehatan. siswa langsung mencoba mencari informasi kesehatan menggunakan ponselnya. Kegiatan praktikum ini

diakhiri dengan harapan agar mahasiswa dapat selektif dalam memilah informasi kesehatan yang beredar di media sosial. Itu Siswa sangat antusias dalam memperhatikan media like yang

disajikan oleh tim pengabdi. Dalam media like, tips membaca informasi kesehatan disampaikan agar siswa tidak terjerumus ke dalam informasi yang salah. Di media like beberapa berita hoax

yang beredar di media sosial juga ditampilkan. Kegiatan selanjutnya adalah praktek mencari informasi kesehatan. siswa langsung mencoba mencari informasi kesehatan menggunakan

ponselnya. Kegiatan praktikum ini diakhiri dengan harapan agar mahasiswa dapat selektif dalam memilah informasi kesehatan yang beredar di media sosial. Itu Siswa sangat antusias dalam

memperhatikan media like yang disajikan oleh tim pengabdi. Dalam media like, tips membaca informasi kesehatan disampaikan agar siswa tidak terjerumus ke dalam informasi yang salah. Di

media like beberapa berita hoax yang beredar di media sosial juga ditampilkan. Kegiatan selanjutnya adalah praktek mencari informasi kesehatan. siswa langsung mencoba mencari informasi

kesehatan menggunakan ponselnya. Kegiatan praktikum ini diakhiri dengan harapan agar mahasiswa dapat selektif dalam memilah informasi kesehatan yang beredar di media sosial. Itu Di

media like beberapa berita hoax yang beredar di media sosial juga ditampilkan. Kegiatan selanjutnya adalah praktek mencari informasi kesehatan. siswa langsung mencoba mencari informasi

kesehatan menggunakan ponselnya. Kegiatan praktikum ini diakhiri dengan harapan agar mahasiswa dapat selektif dalam memilah informasi kesehatan yang beredar di media sosial. Itu Di media like beberapa berita hoax

2
Purwanti

kegiatan ketiga adalah monitoring dan evaluasi (uang). Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari dua
kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya. Siswa mengisi kuesioner yang disediakan oleh tim layanan
menggunakan google form.

Hasil dan Diskusi


Hasil dari ketiga kegiatan yang telah dilakukan menunjukkan adanya peningkatan
pemahaman yang dimiliki peserta. Peningkatan ini dapat dilihat pada persentase pemahaman
sebelum melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan setelah melakukan kegiatan
pengabdian masyarakat yang dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2.Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang Literasi Kesehatan

Berdasarkan Gambar 2 peserta kegiatan mengalami peningkatan pemahaman literasi


kesehatan rata-rata 92,17% yaitu pemahaman literasi kesehatan mahasiswa meningkat 35,87%
(awalnya 64,13% menjadi 100%), keberdayaan mahasiswa dalam memilah informasi kesehatan
meningkat 36,74% (awalnya 46,75% menjadi 83,49%), pemahaman siswa tentang like media
meningkat 56,24% (awalnya 37,52 menjadi 93,76%) dan penggunaan media likes meningkat sebesar
55,53% (awalnya 35,91 menjadi 91,44% ). Oleh karena itu, hasil kegiatan pelatihan literasi kesehatan
ini dapat dikatakan berhasil dengan kategori sangat baik. Hasil ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Silalahi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi informasi kesehatan merupakan
cara yang efektif dan mudah untuk menangkal hoaks kesehatan(Silalahi dkk., 2020).

Empat kunci kompetensi literasi digital yaitu knowledge assembly, evaluation


konten informasi, mencari di Internet, dan menavigasi hypertext(A'yuni, 2015). Siswa yang terbiasa
membaca berbagai sumber akan melatih dirinya untuk menilai kebenaran dari sumber informasi
yang dibaca. Berdasarkan informasi yang diperoleh, siswa akan menindaklanjuti kesehatan
lingkungan di sekitar mereka. Pendidikan kesehatan melalui media publikasi, dan sudah menjadi
literasi harus dikemas sejalan dengan proses perubahan dalam diri seseorang yaitu membaca anak
menjadi remaja, kemudian remaja menuju dewasa, yang dikaitkan dengan pencapaian tujuan
kesehatan individu dan masyarakat.(Hamson et al., 2018; Rahmawati et al., 2019). Literasi
kesehatan individu akan membuat masyarakat memiliki pilihan positif dalam meningkatkan
kesehatannya.
Pendidikan di sekolah memiliki peran dalam meningkatkan literasi kesehatan siswa. Guru atau
pendidik wajib mengajarkan kepada siswa tentang kebiasaan hidup sehat, serta keterampilan dasar
dalam menafsirkan dan menggunakan informasi kesehatan(IPTP Sari, 2013).
Pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat berjalan dengan baik. Program
pengabdian masyarakat berupa pelatihan literasi informasi kesehatan perlu terus dilakukan

2
Peningkatan Keterampilan Literasi Kesehatan Siswa SMA dengan Media

ditempuh mengingat belakangan ini informasi hoaks marak beredar di masyarakat. Literasi kesehatan
mencakup kapasitas, keterampilan, pengetahuan, dan motivasi masyarakat untuk mengakses, memahami,
menilai, dan menerapkan informasi kesehatan dalam berbagai bentuk, untuk membentuk penilaian dan
pengambilan keputusan dalam hal penggunaan sistem pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit dan
promosi kesehatan, untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. hidup sepanjang perjalanan
hidupnya(Rachmawati, Winoto, dkk., 2018). Pengukuran literasi kesehatan seseorang dilakukan terhadap
pengetahuan sikap, motivasi dan niat berperilaku, keterampilan pribadi, dan efikasi diri yang berkaitan
dengan kesehatan sehingga mengarah pada pengetahuan baru, perilaku yang lebih positif, efikasi diri
yang lebih besar, perilaku kesehatan yang positif dan kesehatan yang lebih baik. Literasi informasi
kesehatan sangat penting dilakukan di masyarakat(Hernawaty & Arifin, 2016). Literasi kesehatan juga
menggambarkan kemampuan kognitif dan keterampilan sosial yang dapat diartikan sebagai kekebalan
dan kemampuan individu untuk mengakses, memahami dan menggunakan informasi dalam hal menjaga
kesehatannya.(Prasanti & Fuady, 2018). Manfaat yang dapat diperoleh peserta pelatihan adalah dapat
memilah informasi yang benar yang beredar di media sosial. Literasi kesehatan merupakan faktor yang
harus diperhatikan sebagai kompetensi kesehatan yang penting. Dengan literasi kesehatan yang baik,
perilaku tidak sehat akan lebih rendah(Nurjanah dkk., 2017).

Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat dengan judul media suka mendukung literasi
kesehatan siswa SMA dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang literasi kesehatan Media
like berisi tips dan trik dalam melaksanakan literasi kesehatan, sehingga dapat memilah
informasi dengan benar. Hasil kegiatan pelatihan literasi kesehatan ini dapat dikatakan berhasil
dalam kategori sangat baik. Meningkatkan pengetahuan bagi peserta pelatihan tentang
kesadaran kesehatan, serta memilah informasi kesehatan yang beredar di masyarakat.
Internet menjadikan media sosial sebagai bagian dari kehidupan masyarakat untuk melakukan
aktivitas, salah satunya adalah mencari informasi kepada komunitas online. Pengguna media sosial harus
aktif dan selektif dalam menghasilkan informasi yang diperoleh. Dengan literasi digital diharapkan
masyarakat dapat menghasilkan pesan atau informasi serta dapat selektif dalam mencari informasi yang
dibutuhkan karena kemampuan khalayak dalam menghasilkan dan memilih informasi sesuai dengan
kebutuhannya.

Referensi
A'yuni, QQ (2015). Literasi Digital Remaja Di Kota Surabaya.Jurnal Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya ,4(2), 1–15.
http://journal.unair.ac.id/literasi-digital-remaja-di-kota-surabaya-article-9195-
media-136-category-8.html
Amelia Lewerissa, Y. (2019). Kebijakan Kriminal Ujaran Kebencian di Media Sosial Terhadap
Martabat Keagamaan Masyarakat di Abad Digital.Pers Atlantis,187(Icrpc 2018),
71– 77.https://doi.org/10.2991/icrpc-18.2019.13
Amri. (2016). Analisis Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam
Menunjang Terwujudnya Makassar Sebagai “Smart City.”Jurnal Komunikasi KAREBA,
5(2).http://journal.unhas.ac.id/index.php/kareba/article/view/1916/1074
Deliasari, A., & Kurnianingsih, I. (2017). Analisis kebutuhan topik pembelajaran online
literasi informasi di perpustakaan sekolah man insan cendekia.Edulib,7(2), 93–
107. https://ejournal.upi.edu/index.php/edulib/article/download/9384/5742
Ferdiawan, YI, Nurjanah, PAD, Krisdyan, EP, Hidayatullah, A., Sirait, HJM, &
Rakhmawati, NA (2019). Dampak HOAX Bagi Masyarakat Melalui Media Sosial

2
Purwanti

Indonesia.
Cakrawala - Jurnal Humaniora, 19(1), 121–124.
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/cakrawala/article/view/4452/3113

Fitri Perdana, & Herawati, H. (2018). Upaya peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak Melalui
Program Literasi Kesehatan dan Hibah Buku di Desa Cintamulya RW 05
Jatinangor. Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat ,7(1), 6–10.
https://journal.lppm-stikesfa.ac.id/index.php/FHJ/article/download/94/38
Fitriarti, EA (2019). Urgensi Literasi Digital Dalam Menangkal Hoax Informasi Kesehatan
Di Era Digital.Metakomunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi,4(2), 219. https://
doi.org/10.20527/mc.v4i2.6929
Giovanni, F., & Komariah, N. (2020). Hubungan Antara Literasi Digital Dengan Prestasi
Belajar Siswa SMA Negeri 6 Kota Bogor.PERPUSTAKAAN: Jurnal Perpustakaan,7(1),
147. https://doi.org/10.21043/libraria.v7i1.5827

Grataridarga, N. (2018). Analisis kebutuhan pengguna pada kegiatan pengembangan koleksi


perpustakaan mahkamah agung republik indonesia.Jurnal Rekam dan Perpustakaan,4,
22–31.https://e-journal.unair.ac.id/RLJ/article/download/10339/5816
Hamson, Z., Maryam, A., & Atrianingsi, A. (2018). Penyuluhan Pola Komunikasi dan
Literasi Kesehatan Seksual Remaja di Kota Makassar. Jurnal Masyarakat
Pendidikan Karakter,1(2), 1–8.https://doi.org/10.31764/jces.v1i2.1499
Hernawaty, T., & Arifin, HS (2016). Literasi Informasi Kesehatan Lingkungan pada
Masyarakat di Dusun Cikangkung Desa Cikembulan Kecamatan Sidamulih
Kabupaten Pangandaran: Pengelolaan Sampah Berbasis Teknologi Lingkungan
Tepat Guna.Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat,5(1), 34–37.
https://doi.org/10.24198/dharmakarya.v6i1.14559

Inten, DN, & Permatasari, AN (2019). Literasi Kesehatan pada Anak Usia Dini melalui
Kegiatan Makan Bersih.Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini ,3(2), 366. https://
doi.org/10.31004/obsesi.v3i2.188
Iskandar, D., & Dede Sukmana, RT (2018). peningkatan Kesadaran Masyarakat Akan.
PengabdianPadaMasyarakat,02,1–8.http://pkm.uika-
bogor.ac.id/index.php/ABDIDOS/article/view/67
Johan, RC (2018). Analisis Kebutuhan Pelatihan Untuk Menuhi Kompetensi Literasi
InformasiPengelolaPerpustakaanSekolah. Edulib,2(2).
https://doi.org/10.17509/edulib.v2i2.10048
Juditha, C. (2018). Interaksi Simbolik Dalam Komunitas Virtual Anti Hoaks Untuk
Mengurangi Penyebaran Hoaks.Jurnal Penelitian Komunikasi Dan Pembangunan, 19(1),
17.https://doi.org/10.31346/jpkp.v19i1.1401
Juditha, C. (2019). Literasi Informasi Melawan Hoaks Bidang Kesehatan di Komunitas
On line.JurnalILMUKOMUNIKASI,16(1),77.
https://doi.org/10.24002/jik.v16i1.1857
Kesumawati, R., Ibrahim, K., & Witdiawati, W. (2019). Literasi Kesehatan Orang
Dengan HIV/AIDS.Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia ,5(1), 77–88.
https://doi.org/10.17509/jpki.v5i1.15533
Lisnawati, I., & Ertinawati, Y. (2019). Sastra Melalui Presentasi.Metaedukasi,1(1), 1–12.
http://jurnal.unsil.ac.id/index.php/metaedukasi/article/download/976/661

2
Peningkatan Keterampilan Literasi Kesehatan Siswa SMA dengan Media

Musmulyadi, M., M., MZ, & Mukhtar, AM (2019). Hubungan Heath Literacy dengan
Kualitas Hidup dan Manajemen Perawatan Diri pda Pasien Diabetes Melitus.
Jurnal Ilmiah KesehatanPencerah,8(1),1–6.
https://doi.org/https://doi.org/10.12345/jikp.v8i01.101

Nur, L. (2018). Gambaran Penggunaan Internet Dalam Mencari Informasi Kesehatan Pada
Siswa Sekolah Menengah Pertama ( Smp ) X Deskripsi Penggunaan Internet dalam Mencari
Kesehatan.Jurnal Promkes,6(2), 188–200.

Nurjanah, E., Rusmana, A., & Yanto, A. (2017). Hubungan Literasi Digital dengan
Kualitas Penggunaan E-Resources.Lentera Pustaka: Jurnal Kajian Ilmu
Perpustakaan, Informasi Dan Kearsipan,3(2),
117.https://doi.org/10.14710/lenpust.v3i2.16737
Nutbeam, D. (2000). Literasi kesehatan sebagai tujuan kesehatan masyarakat: Sebuah tantangan untuk kontemporer
pendidikan kesehatan dan strategi komunikasi ke abad ke-21.Promosi
Kesehatan Internasional,15(3), 259–267.https://doi.org/10.1093/heapro/15.3.259
Patiung, D. (2016). Membaca Sebagai Sumber Pengembangan Intelektual.Al Daulah : Jurnal
HukumPidanaDanKetatanegaraan,5(2),352–376.
https://doi.org/10.24252/ad.v5i2.4854

Pattah, SH (2014). Literasi Informasi: Peningkatan Kompetensi Informasi Dalam Proses


Pembelajaran.Khizanah Al-Hikmah,2(2), 101-104. https://doi.org/10.1210/
endo-104-1-101
Permana, TI, Suwono, H., & Listyorini, D. (2016). Prosiding Seminar Nasional II Tahun
2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016.
Prosiding Seminar Nasional II 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP
Dengan Pusat Studi Lingkungan Dan Kependudukan (PSLK) Universitas
Muhammadiyah Malang,3(1), 1019–1028.
Prasanti, D. (2018). Literasi Informasi Kesehatan sebagai Proses Pencegahan Hoax
Informasi Penggunaan Obat Tradisional di Era Digital (Literasi Informasi
Kesehatan sebagai Upaya Pencegahan Informasi Hoax dalam Penggunaan
Obat Tradisional di Era Digital).Jurnal Pekommas,3(1), 45.
https://doi.org/10.30818/jpkm.2018.2030105
Prasanti, D., & Fuady, I. (2018). Pemanfaatan Media Komunikasi Dalam Penyebaran
Informasi Kesehatan Kepada Masyarakat. Reformasi,8(1), 8–14.
https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/reformasi/article/download/921/889

Purwanti, KY, Putra, LV, & Hawa, AM (2018). Literasi Informasi untuk foto foto
Keterampilan Pencarian Informasi Ilmiah Siswa SMA.Jurnal Internasional Pembelajaran
Pengabdian kepada Masyarakat,2(4), 237.https://doi.org/10.23887/ijcsl.v2i4.16247
Rachmawati, Silvana, T., Fitriawati, & Saepudin, E. (2018). Studi Tentang Kemampuan
Literasi Informasi Di Kalangan Siswa Menengah Pertama.Edulib,7(2), 17–28.
https:// doi.org/10.17509/edulib.v7i2.9488
Rachmawati, TS, Winoto, Y., & Rohman, AS (2018). Sosialisasi literasi informasi
kesehatan bagi anak sekolah di wilayah Kabupaten Pangandaran.Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat Universitas Padjadjaran,2(8), 691–694.
Rahmawati, NI, Suminar, DR, Soedirham, O., Ilmu, F., Politik, I., & Airlangga, U.
(2019). Hubungan Pribadi Remaja Dengan Pelaksanaan Pendidikan Karakter
Orang Tua Dalamupaya Pencegahan Perilaku Pranikah Di Kabupaten Jember.

2
Purwanti

Jurnal Kesehatan Reproduksi, 9(2), 149-157.


https://doi.org/10.22435/kespro.v9i2.2028.149-157
Rohman, & Saeful, S. dan A. (2013). Literasi Informasi Pustakawan: Studi Kasus di
Universitas Padjadjaran.Jurnal Kajian Informasi & Perpustakaan,1(1), 61–72. http://
jurnal.unpad.ac.id/jkip/article/download/9612/4322
Rufaidah, VW (2015). Literasi Informasi Pustakawan/Pengelola Perpustakaan Lingkup
Kementerian Pertanian.Jurnal Perpustakaan Pertanian,22(1), 16.
https://doi.org/10.21082/jpp.v22n1.2013.p16-23
Rusmana, A., Rizal, E., & Khadijah, UL (2018). Literasi Sosial Budaya Masyarakat
Penyangga Hutan Terhadap Pelestarian Taman Nasional Gunung Gede Halimun
Salak (TNGHS).Jurnal Rekam dan Perpustakaan,3(2), 116–126.https://e-
journal.unair.ac.id/RLJ/article/view/7333
Saepudin, E. (2013). Literasi Informasi Kesehatan Lingkungan Pada Masyarakat Pedesaan:
Studi Deskriptif Di Desa Nagrog Kecamatan Cicalengka.Jurnal Kajian Informasi
Dan Perpustakaan,1(1), 81.https://doi.org/10.24198/jkip.v1i1.9614
Sahroni, Anshari, D., & Krianto, T. (2019). Determinan Sosial Terhadap Tingkat
Literasi Kesehatan Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kota
Cilegon.Jurnal Kesehatan Faletehan,6(3),111–117.https://journal.lppm-
stikesfa.ac.id/index.php/FHJ/article/download/94/38
Sari, IPTP (2013). Pendidikan Kesehatan Sekolah Sebagai Proses Perubahan Perilaku
Siswa.Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia,9(2), 141–147.
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpji/article/viewFile/3017/2510
Sari, NPA, Kristiantari, MGR, & Asri, IGAAS (2017). Pengaruh Model
Pembelajaran Literasi sebagai Budaya Sekolah terhadap Pengusaan
Kompetensi Pengetahuan IPS Siswa Kelas VE.-Jurnal PGSD,5(2), 1–10.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.23887/jjpgsd.v5i2.10761

Setyowati, L. (2015). Literasi Informasi Dilihat dari Perspektif Modal Manusia.PERPUSTAKAAN:


JurnalPerpustakaan,3(2),232.
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Libraria/article/download/1594/1463

Silalahi, RR, Mardani, PB, & Christanti, MF (2020). Peningkatan Literasi Kesehatan
Digital Bagi Ibu-Ibu Rumah Tangga Di Posyandu Flamboyan, Bekasi. Jurnal
Komunitas Dedikator,4(1), 57–67.https://doi.org/10.34001/jdc.v4i1.993
Wijaya Kuswanto, C., & Dinda Pratiwi, D. (2020). Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan
Jasmani untuk Anak Usia Dini Berbasis Tematik.Al-Athfal : Jurnal Pendidikan Anak, 6(1),
55–68.https://doi.org/10.14421/al-athfal.2020.61-05
Yusup, PM, & Saepudin, E. (2017). Praktik Literasi Informasi Dalam Proses Pembelajaran
Sepanjang Hayat (Praktik Literasi Informasi dalam Proses Pembelajaran
Seumur Hidup). Jurnal Kajian Informasi Dan Perpustakaan ,5(1), 79.
https://doi.org/10.24198/jkip.v5i1.11387

Anda mungkin juga menyukai