Disusun oleh:
KELOMPOK 4
Fatiya Putri Nurul Qomariyah 192310101048
Fabila Shafa Adnia 192310101129
Annisa Zahra M 192310101131
Delvin Hilario Utama Putra 192310101144
Nisa Nabila Sandy 192310101189
Mohammad Wavy Azkiya 212310101148
Rella Desinta Kustri Andini 212310101151
Sisma Yessi Yunnita 212310101152
KELAS D 2019
Kategori : Perilaku
Definisi
Subjektif Objektif
Subjektif Objektif
Membaik :
a. Memahami kalimat :
Contoh: Mayarakat memahami setiap kalimat penyuluhan yang di sampaikan
mahasiswa dengan baik dan benar
b. Memahami paragraph
Contoh: masyarakat memahami dan mampu menjelaskan kembali setiap
paragraph yang terdapat di slid ppt penyuluhan
c. Memahami cerita
Contoh: masyarakat memahami isi cerita yang di sampaikan oleh tim
penyuluhan dengan baik
d. Memahami simbol simbol umum :
Contoh: masyarakat dapat memahami simbol simbol umum dan tanda bahaya
yang terdapat di label obat
e. Menyampaikan pesan yang koheren
Contoh: masyarakat mampu menyampaikan pertanyaan maupun penjelasan
ulang kepada penyuluh dengan rinci dan jelas
f. Proses pikir teratur
Contoh: masyarakat mampu berfikir secara logis dan mampu mengambil
keputusan yang baik setelah di berikan penyuluhan
g. Proses pokir logis
Contoh; masyarakat mampu berfikir secara logis setiap masalah yang
menimpanya
h. Menjelaskan kesamaan antara dua item
Contoh : masyarakat mampu menjelaskan kesamaan antara dua item yang
berbeda dengan baik dan benar
i. Menjelaskan perbedaan antara dua item
Contoh: masyarakat mampu menjelaskan perbedaan antara dua item dengan
baik dan benar
Hoaks atau berita bohong banyak beredar di media sosial. Data yang disampaikan
oleh Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Republik
Indonesia (RI), menunjukkan bahwa penyebaran hoaks dan ujaran kebencian
diindikasikan berasal dari 800 ribu situs di Indonesia (Amirullah, 2017, h. 1). Salah
satu hoaks yang juga banyak beredar melalui media sosial adalah hoaks bidang
kesehatan.
Menurut survei yang dilakukan oleh seorang dokter bernama Ari Fahrial Syam,
sebanyak 90 persen lebih informasi tentang kesehatan memiliki sumber yang tidak
jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan (Widiarini & Permatasari, 2017, h. 1).
Namun demikian, berita tersebut menyebar dengan bebas melalui situs jejaring sosial
maupun pengiriman pesan instan
Hoaks memiliki dampak negatif yang besar bagi masyarakat. Penyebaran berita
kerap dibarengi dengan ujaran kebenciaan yang tidak terkendali. Berbagai cara telah
dilakukan untuk membatasi penyebaran hoaks. Perusahaan Facebook dan Google
yang sangat berperan dalam diseminasi informasi lewat internet telah berkomitmen
untuk turut aktif dalam hal memberantas hoaks. Upaya yang di lakukan untuk
mengantisipasi maraknya peredaran hoaks perlu disertai dengan adanya peningkatan
literasi informasi oleh masyarakat karena pada dasarnya masyarakat adalah seorang
yang memilki pengendali utama arus informasi. Masyarakat Indonesia cenderung
lebih cepat memercayai sebuah berita tanpa melakukan konfirmasi kebenarannya dan
langsung menyebarkannya di media sosial.
Menurut Catts dan Lau (2008, h. 12), masyarakat yang terliterasi informasi adalah
masyarakat yang dapat menyadari bahwa mereka membutuhkan, memperoleh, dan
melakukan evaluasi mutu informasi. Literasi informasi juga identik dengan
kemampuan seseorang melakukan penyimpanan dan dapat menemukan informasi.
Informasi dapat dibuat sendiri, digunakan secara etis dan efektif, serta
dikomunikasikan. Jika dihubungkan dengan hoaks, maka masyarakat yang memiliki
literasi informasi memadai adalah masyarakat yang mampu mencari informasi,
membedakan, dan tidak menyebarkan hoaks. Literasi informasi yang memadai dapat
menghindarkan masyarakat dari kecenderungan perilaku cepat percaya pada berita-
berita yang beredar tanpa menguji kebenarannya terlebih dahulu.
Hoaks bidang kesehatan membuat masyarakat resah dan banyak yang terjebak
memercayainya, sehingga menyebabkan masalah kesehatan yang fatal dan merugikan
seluruh lapisan masyarakat. Hoaks bidang kesehatan dipandang lebih berbahaya
dibanding hoaks jenis lain karena memiliki dampak fatal yang dapat mengancam jiwa
seseorang. Penyebaran hoaks bidang kesehatan terbilang berbahaya dan perlu dilawan
ataupun di berant keberadaanya. Salah satu cara untuk melawannya adalah dengan
menggalakkan literasi informasi melalui kelompok-kelompok online. Identifikasi
informasi merupakan sebuah kemampuan anggota komunitas online untuk
memahami kebutuhan informasi.
Hasil kajian juga menunjukkan bahwa admin dan anggota komunitas mampu
menemukan strategi yang tepat untuk mencari kata kunci dari informasi yang mereka
butuhkan. Hal ini terlihat dari antusiasme mereka dalam mengunggah informasi yang
perlu dipertanyakan kebenarannya. Sebagian anggota melakukan pencarian informasi
dan anggota lain memberikan informasi tambahan (Juditha, 2019).
Edukasi Kesehatan
Media yang digunakan untuk edukasi kesehatan saat ini dinilai kurang efektif
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan karena masih
menggunakan media yang bersifat konvensional seperti leaflet, booklet, power point,
dan lembar balik (Aisah, Ismail and Margawati, 2021). Penelitian yang dilakukan
oleh Aisah, dkk pada tahun 2021 menunjukkan bahwa video animasi merupakan
media yang efektif dalam edukasi kesehatan untuk meningkatkan pengerahuan
kesehatan karena bersifat menarik dan artistik. Selain itu, pendekatan audiovisual
dalam bentuk video animasi dinilai mudah dimengerti dan informatif. Hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa media video animasi edukasi cocok untuk berbagai
kelompok usia dan kelompok penyakit dalam meningkatkan tingkat pengetahuan.
Salah satu metode edukasi kesehatan yang dapat digunakan oleh perawat
dalam memberikan edukasi agar sasaran mudah paham adalah metode teach-back
(Kanang, Kadar and Arafat, 2021). Metode ini menggunakan edukasi dua arah
dengan meminta sasaran untuk menjelaskan kembali informasi yang telah diberikan
oleh pemateri. Berdasarkan penelitain yang dilakukan oleh Kanang, dkk pada tahun
2021 menunjukkan bahwa pelaksanaan metode teach-back dapat disesuaikan dengan
proses dan kondisi sasaran untuk mendapatkan edukasi kesehatan yang efisien.
Metode ini dapat dikombinasikan dengan metode lain dan dapat menjadi lebih efektif
apabila digunakan sebagai bentuk dari evaluasi edukasi kesehatan yang dilakukan.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi
Meningkatkan kesiapan pasien dalam informasi tentang kondisi kesehatan
Tindakan yang dilakukan :
Observasi
1. Identifikasi informasi yang akan disampaikan, untuk mengetahui dan
memahami
2. Indentifikasi pemahaman tentang kondisi kesehatan saat ini
3. Indentifikasi kesiapan menerima informasi
Terapeutik
1. Lakukan penguatan potensi pasien dan keluarga untuk menerima informasi
2. Libatkan pengambilan keputusan dalam keluarga untuk menerima informasi
3. Fasilitasi mengenali kondisi tubuh yang membutuhkan layanan keperawatan
4. Dahulukan menyampaikan infromasi baik (positif) sebelum menyampaikan
informasi kurang baik (negatif) terkait kondisi pasien
5. Berikan nomor kontak yang dapat dihubungi jika pasien membutuhkan
bantuan
6. Catat identitas dan nomor kontak pasien untuk mengingatkan atau follow up
kondisi pasien
7. Fasilitasi akses pelayanan pada saat dibutuhkan.
Edukasi
1. Berikan informasi berupa alur, leaflet, atau gambar untuk memudahkan pasien
mendapatkan informasi kesehatan.
2. Anjurkan keluarga mendampingi pasien selama fase akut, progresif, atau
terminal jika memungkinkan.
Salah satu intervensi utama untuk memahami informasi kesehatan yang tepat
dan baik ialah melalui literasi kesehatan (Shipman, KurtzRossi & Funk, 2009;
Berens, E. M., Vogt, D., Messer, dkk, 2016). Literasi kesehatan adalah kemampuan
individu mengkomunikasikan informasi kesehatan secara benar, jelas dan
memahaminya. Literasi kesehatan relevan dalam semua bagian dari rangkaian
perawatan, kecacatan dan kesehatan, untuk pencegahan dan deteksi dini penyakit juga
untuk diagnosis dan pengambilan keputusan untuk perawatan bagi dirinya (Osborne,
2013; Berens, E. M., Vogt, D., dkk, 2016).
Beberapa konsep teori mengenai literasi kesehatan telah dikembangkan salah
satunya oleh Sorensen,dkk (2012) konsep literasi ini memiliki kompenen yang
penting dalam literasi kesehatan karena didalam konsep tersebut terdapat tiga bagian
kesehatan. Tiga komponen itu adalah kemampuan perawatan kesehatan, upaya
pencegahan penyakit dan pendidikan atau promosi kesehatan yang akan
menghasilkan pengetahuan dan keterampilan dalam perawatan kesehatan.
Thompson, Havenga dan Naude (2015) mengatakan bahwa literasi kesehatan
akan menjadi sebuah kebutuhan yang dirancang khusus untuk orang yang hidup
dengan HIV/ AIDS dan telah terbukti sangat berpengaruh positif terhadap perilaku
penderita dan hasil kesehatan. Dari berbagai hasil penelitian literasi kesehatan Sari
(2013) mengemukakan bahwa pentingnya literasi kesehatan bagi orang yang
memiliki penyakit kronis HIV/AIDS, dengan literasi yang baik seseorang dapat
menambah wawasannya mengenai pengetahuan, dapat mengakses informasi,
memahami dan mengevaluasi informasi, mengetahui cara penularan, cara pencegahan
dan menggunakan pelayanan kesehatan untuk merawat dirinya dari penyakit yang
dideritanya.
BAB 3. PENUTUP
Kesimpulan
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1
Cetakan II.
Rohmah, Linda, Yulia Susanti, and Dwi Haryanti. 2019. “Gambaran Tingkat
Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue.”
Community of Publishing in Nursing (COPING).
Kesumawati, R., Ibrahim, K. & Witdiawati , W., 2019. Literasi Kesehatan Orang
dengan HIV/AIDS. Jurnal Pendidikan keperawatan, Volume 5, pp. 78-
88.
Yanti, Ni Putu Emy Darma, I. Made Arie Dharma Putra Nugraha, Gede Adi
Wisnawa, Ni Putu Dian Agustina, and Ni Putu Arsita Diantari. 2020.
“Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Covid-19 Dan Perilaku
Masyarakat Di Masa Pandemi Covid-19.” Jurnal Keperawatan Jiwa.
Juditha, C. (2019) „Literasi Informasi Melawan Hoaks Bidang Kesehatan di
Komunitas Online‟, Jurnal ILMU KOMUNIKASI, 16(1), pp. 77–90. doi:
10.24002/jik.v16i1.1857.
Aisah, S., Ismail, S. and Margawati, A. (2021) „Edukasi Kesehatan Dengan Media
Video Animasi: Scoping Review‟, Jurnal Perawat Indonesia, 5(1), pp. 641–656. doi:
10.32584/jpi.v5i1.926.
Kanang, S. W. Y., Kadar, K. and Arafat, R. (2021) „Process Teach Back in Health
Education: Literature Review‟, Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of
Nursing), 7(1), pp. 85–96. doi: https://doi.org/10.33023/jikep.v7i1.679.