Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN KOMUNITAS

SDKI, SIKI DAN SLKI DALAM ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Dosen Pembimbing : Ns. Tantut Susanto, S. Kp.,M.Kep. Sp. Kom., Ph.D

Disusun oleh:
KELOMPOK 4
Fatiya Putri Nurul Qomariyah 192310101048
Fabila Shafa Adnia 192310101129
Annisa Zahra M 192310101131
Delvin Hilario Utama Putra 192310101144
Nisa Nabila Sandy 192310101189
Mohammad Wavy Azkiya 212310101148
Rella Desinta Kustri Andini 212310101151
Sisma Yessi Yunnita 212310101152

KELAS D 2019

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB 1. PENDAHULUAN

Komunitas merupakan sekumpulan orang yang di dalamnya terjalin hubungan


interaktif dengan kepentingan serupa di mana karakteristik yang berperan sebagai
akar dari terciptanya rasa kesatuan dan kepemilikan. Salah satu elemen dari
komunitas yaitu manusia (Kholifah and Widagdo, 2016). Elemen manusia dapat
menjadi pengaruh dalam kesehatan dalam komunitas itu sendiri. Cara manusia
berperilaku dalam kesehatan merupakan respons yang memengaruhi kesehatannya.
Perilaku kesehatan anatara lain memelihara kesehatan, mencari dan menggunakan
fasilitas kesehatan, dan kesehatan lingkungan (Nurmala et al., 2018). Semakin baik
perilaku kesehatan manusia di kominitas tersebut maka akan semakin baik pula
tingkat kesehatan komunitas. Namun, begitu juga sebaliknya.

Menutut Bloom (1908) dalam (Nurmala et al., 2018) mengategorikan perilaku


individu dalam tiga domain dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan, yaitu kognitif
(cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Pengetahuan atau
ranah kognitif menjadi salah satu domain yang sangat penting dalam sesorang
bertindak. Artinya ketika anggota-anggota dalam suatu komunitas memiki
pengetahuan kesehatan yang baik maka komunitas tersebut akan memiliki perilaku
kesehatan yang baik pula.

Keseiapan peningkatan pengetahuan dapat didefinisikan sebagai perkembangan


informasi kognitif yang berhubungan dengan topik spesifik cukup untuk memenuhi
kebutuhan tujuan kesehatan dan dapat ditingkatkan (SDKI, 2017). Diagnosa ini dapat
digunakan dalam komunitas bertujuan untuk meningkatkan aspek kognitif dari
komunitas. Sehingga dapat mempengaruhi perilaku komunitas tersebut.

Asuhan keperawatan komunitas adalah suatu pelayanan kesehatan yang


menitikberatkan pada individu, keluarga, kelompok, ataupun masyarakat secara
menyeluruh (bio-psiko-sosio-spiritual). Dengan tujuan menaikkan level kesehatan
melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan mengikutsertakan
komunitas sebagai mitra dalam menanggulangi masalah yang terjadi (Sinaga, 2021).
Asuhan keperawatan komunitas dilakukan dalam satu kesatuan dari proses
keperawatan seperti pengkajian, menentukan diagnosa, merencanakan tindakan
keperawatan, memberikan tindakan, dan mengevaluasi hasil tidakan untuk
meningkatkan fungsi-fungsi dalam kehidupan seoptimal mungkin, sehingga mandiri
dalam melakukan upaya kesehatan (Kholifah and Widagdo, 2016).
Sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang keperawatan
Persatuan Keperawatan Nasional Indonesia berkewajiban menyusun standar-standar
dalam profesi keperawatan. Salah satunya menyusun standart asuhan keperawatan
dibutuhkan beberapa standar antara lain Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI). Standar ini disusun untuk menjadi pedoman dalam
pemberian asuhan keperawatan yang aman, efektif, serta dapat meningkatkan
profesionalisme perawat dan kualitas asuhan keperawatan (Nurhesti, Prapti and
Kamayani, 2020).
Evidence based practice merupakan penggunaan atau pemanfaatan bukti
ilmiah terbaik dengan keahlian klinis terhadap nilai pasien. Tujuan dari praktik ini
adalah meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, meningkatkan pelayanan yang
memprioritaskan keselamatan pasien, hingga membantu menurunkan hospital costs,
serta memberikan tindakan terkini dan efektifuntuk mengatasi masalah kesehatan
(Rahyani and Hakimi, 2021; Sari and Asryadi, 2020). Sebagai tenaga kesehatan harus
memiliki kompetensi Evidence based practice yang harus berintegrasi dalam
kurikulum keperawatan dan dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam
mengambil keputusan klisis menjadi lebih efektif (Sari and Asryadi, 2020).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Evidence based practice
diperlukan dalam keperawatan komunitas.
BAB 2. ISI

 Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia

Dalam PPNI (2017) diagnosa yang muncul dalam keperawatan komunitas


yaitu:

Kesiapan Peningkatan Pengetahuan (D.0113)

Kategori : Perilaku

Subkategori : Penyuluhan dan Pembelajaran

Definisi

Perkembangan informasi kognitif yang berhubungan dengan topik spesifik


cukup untuk memenuhi tujuan kesehatan dan dapat ditingkatkan.

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif

1. Mengungkapkan minat dalam belajar 1. Perilaku sesuai dengan pengetahuan


2. Menjelaskan pengetahuan tentang
suatu topik
3. Menggambarkan pengalaman
sebelumnya yang sesuai dengan topik
Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif

(tidak tersedia) (tidak tersedia)

Kondisi Klinis Terkait

Perilaku upaya peningkatan kesehatan


 Evidence Based Practice Diagnosis Keperawatan Kesiapan Peningkatan
Pengetahuan

Keperawatan Kesiapan Peningkatan Pengetahuan merupakan perkembangan


informasi kognitif yang berhubungan dengan topik spesifik cukup untuk memenuhi
tujuan kesehatan dan dapat ditingkatkan (PPNI, 2017). Penerapan evidence based
practice dalam kesiapan peningkatan pengetahuan dapat dilihat dalam Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam
Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Barombong
(Suprapto & Arda, 2021).

Peneliti menyesuaikan dengan kondisi lingkungan masyarakat di Wilayah


Kerja Puskesmas Barombong. Ditemukan permasalahan yang terjadi di wilayah
tersebut antara lain akses literasi informasi kesehatan masih terbatas yang disebabkan
oleh penghasilan utama masyarakat yang umumnya bekerja sebagai petani, dengan
tingkat pendidikan sekolah dasar (SD), menengah pertama (SMP), dan pelayanan
kesehatan hanya dilakukan di Puskesmas. Sehingga peneliti melakukan salah satu
intervensi kesiapan peningkatan pengetahuan yaitu dengan pemberian edukasi
kesehatan dan tanya jawab interaktif dalam peningkatan pengetahuan masyarakat
tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

 Standar Luaran Keperawatan Indonesia


Tingkat Pengetahuan (L.12111)
Dalam SLKI, tingkat pengetahuan didefinisikan sebagai kecukupan informasi
kognitif yang berkaitan dengan topic tertentu (PPNI, 2019). Ekspektasi dari luaran ini
adalah meningkat dengan kriteria hasil:
Meningkat
a. Perilaku sesuai anjuran
Contoh: Masyarakat Desa X melakukan kompres hangat saat anak mengalami
demam sesuai dengan anjuran dari perawat mandiri setempat.
b. Verbalisasi minat dalam belajar
Contoh: Anak sekolah di Desa X rajin ke sekolah dan menyatakan senang pergi
belajar bersama teman.
c. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik
Contoh: Mayoritas masyarakat di Desa X mengetahui dan memahami langkah
awal menangani demam.
d. Kemampun menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan topik
Contoh: Mayoritas masyarakat di Desa X mampu menceritakan pengalamannya
terkait pengompresan pada anaknya yang demam.
e. Perilaku sesuai dengan pengetahuan
Contoh: Masyarakat melakukan cuci tangan setiap akan makan agar terhindar dari
penyakit.
Menurun
f. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi
Contoh: Masyarakat Desa X tidak lagi menanyakan bagaimana cara menangani
demam pada anak.
g. Persepsi yang keliru terhadap masalah
Contoh: Masyarakat Desa X tidak lagi mengompres dingin anak yang demam.
h. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
Contoh: Mayoritas masyarakat Desa X memeriksakan diri ke perawat mandiri,
bukan dukun.
Membaik
i. Perilaku
Contoh: Tidak ada lagi masyarakat Desa X yang menganggap remeh cuci tangan.

 Evidence Based Tingkat Pengetahuan


Tingkat pengetahuan merupakan kecukupan informasi kognitif yang berkaitan
dengan topik tertentu (PPNI, 2019). Semakin baik tingkat pengetahuan kesehatan
pada suatu komunitas, maka semakin baik pula tingkat pencegahan penyakitnya
sehingga dapat meningkatkan status kesehatan masyarakat. Hal tersebut sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Linda Rohmah dkk mengenai gambaran
tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit demam berdarah dengue. Penelitian
tersebut menunjukkan tingkat pengetahuan masyarakat di Desa Tunggulsari,
Kabupaten Kendal tergolong baik sehingga masyarakat yang pernah mengalami DBD
adalah 16 % dari total responden (Rohmah et al. 2019). Menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ni Putu Emy dkk pada tahun 2020 terkait gambaran pengetahuan
masyarakat tentang covid-19 dan perilaku masyarakat di masa pandemi covid-19
menunjukkan perbandingan yang lurus antara keduanya. Masyarakat di Desa Sumerta
Kelod memiliki pengetahuan yang baik dan berperilaku yang sesuai dengan atran
kesehatan sehingga potensi terjadinya kasus di daerah tersebut rendah (Yanti et al.
2020).
 Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Proses informasi (L.10110)

Berdasarkan buku SLKI (2019) Poses informasi memiliki pengertian yaitu


kemampuan untuk mencari, mengorganisasi dan menggunakan informasi .
Ekspektasi dari luaran ini adalah membaik dengan kriteria hasil sebagai berikut:

Membaik :

a. Memahami kalimat :
Contoh: Mayarakat memahami setiap kalimat penyuluhan yang di sampaikan
mahasiswa dengan baik dan benar
b. Memahami paragraph
Contoh: masyarakat memahami dan mampu menjelaskan kembali setiap
paragraph yang terdapat di slid ppt penyuluhan
c. Memahami cerita
Contoh: masyarakat memahami isi cerita yang di sampaikan oleh tim
penyuluhan dengan baik
d. Memahami simbol simbol umum :
Contoh: masyarakat dapat memahami simbol simbol umum dan tanda bahaya
yang terdapat di label obat
e. Menyampaikan pesan yang koheren
Contoh: masyarakat mampu menyampaikan pertanyaan maupun penjelasan
ulang kepada penyuluh dengan rinci dan jelas
f. Proses pikir teratur
Contoh: masyarakat mampu berfikir secara logis dan mampu mengambil
keputusan yang baik setelah di berikan penyuluhan
g. Proses pokir logis
Contoh; masyarakat mampu berfikir secara logis setiap masalah yang
menimpanya
h. Menjelaskan kesamaan antara dua item
Contoh : masyarakat mampu menjelaskan kesamaan antara dua item yang
berbeda dengan baik dan benar
i. Menjelaskan perbedaan antara dua item
Contoh: masyarakat mampu menjelaskan perbedaan antara dua item dengan
baik dan benar

 Evidence Based Proses Informasi

Hoaks atau berita bohong banyak beredar di media sosial. Data yang disampaikan
oleh Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Republik
Indonesia (RI), menunjukkan bahwa penyebaran hoaks dan ujaran kebencian
diindikasikan berasal dari 800 ribu situs di Indonesia (Amirullah, 2017, h. 1). Salah
satu hoaks yang juga banyak beredar melalui media sosial adalah hoaks bidang
kesehatan.

Menurut survei yang dilakukan oleh seorang dokter bernama Ari Fahrial Syam,
sebanyak 90 persen lebih informasi tentang kesehatan memiliki sumber yang tidak
jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan (Widiarini & Permatasari, 2017, h. 1).
Namun demikian, berita tersebut menyebar dengan bebas melalui situs jejaring sosial
maupun pengiriman pesan instan

Hoaks memiliki dampak negatif yang besar bagi masyarakat. Penyebaran berita
kerap dibarengi dengan ujaran kebenciaan yang tidak terkendali. Berbagai cara telah
dilakukan untuk membatasi penyebaran hoaks. Perusahaan Facebook dan Google
yang sangat berperan dalam diseminasi informasi lewat internet telah berkomitmen
untuk turut aktif dalam hal memberantas hoaks. Upaya yang di lakukan untuk
mengantisipasi maraknya peredaran hoaks perlu disertai dengan adanya peningkatan
literasi informasi oleh masyarakat karena pada dasarnya masyarakat adalah seorang
yang memilki pengendali utama arus informasi. Masyarakat Indonesia cenderung
lebih cepat memercayai sebuah berita tanpa melakukan konfirmasi kebenarannya dan
langsung menyebarkannya di media sosial.

Menurut Catts dan Lau (2008, h. 12), masyarakat yang terliterasi informasi adalah
masyarakat yang dapat menyadari bahwa mereka membutuhkan, memperoleh, dan
melakukan evaluasi mutu informasi. Literasi informasi juga identik dengan
kemampuan seseorang melakukan penyimpanan dan dapat menemukan informasi.
Informasi dapat dibuat sendiri, digunakan secara etis dan efektif, serta
dikomunikasikan. Jika dihubungkan dengan hoaks, maka masyarakat yang memiliki
literasi informasi memadai adalah masyarakat yang mampu mencari informasi,
membedakan, dan tidak menyebarkan hoaks. Literasi informasi yang memadai dapat
menghindarkan masyarakat dari kecenderungan perilaku cepat percaya pada berita-
berita yang beredar tanpa menguji kebenarannya terlebih dahulu.

Hoaks bidang kesehatan membuat masyarakat resah dan banyak yang terjebak
memercayainya, sehingga menyebabkan masalah kesehatan yang fatal dan merugikan
seluruh lapisan masyarakat. Hoaks bidang kesehatan dipandang lebih berbahaya
dibanding hoaks jenis lain karena memiliki dampak fatal yang dapat mengancam jiwa
seseorang. Penyebaran hoaks bidang kesehatan terbilang berbahaya dan perlu dilawan
ataupun di berant keberadaanya. Salah satu cara untuk melawannya adalah dengan
menggalakkan literasi informasi melalui kelompok-kelompok online. Identifikasi
informasi merupakan sebuah kemampuan anggota komunitas online untuk
memahami kebutuhan informasi.

Hasil kajian juga menunjukkan bahwa admin dan anggota komunitas mampu
menemukan strategi yang tepat untuk mencari kata kunci dari informasi yang mereka
butuhkan. Hal ini terlihat dari antusiasme mereka dalam mengunggah informasi yang
perlu dipertanyakan kebenarannya. Sebagian anggota melakukan pencarian informasi
dan anggota lain memberikan informasi tambahan (Juditha, 2019).

 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Luaran: Tingkat Pengetahuan

Edukasi Kesehatan

Edukasi kesehatan merupakan upaya mengajarkan pengelolaan faktor risiko


penyakit dan perilaku hidup bersih serta sehat (PPNI, 2018). Tindakan yang
dilakukan:

a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.


Rasional: Untuk mempermudah perawat komunitas memberikan informasi sesuai
dengan kemampuan sasaran
b) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Rasional: Untuk mempermudah pemateri dalam menyampaikan informasi dan
mempermudah sasaran dalam memahami materi yang disampaikan
c) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Rasional: Untuk mengatur penyampaian materi sesuai waktu dan sasaran yang
tepat
d) Berikan kesempatan untuk bertanya
Rasional: Untuk meluruskan persepsi yang salah terhadap masalah kesehatan
e) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
Rasional: Untuk membentuk perilaku sesuai dengan ajaran dan pengetahuan yang
diberikan
 Evidence Based Edukasi Kesehatan

Edukasi kesehatan merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk menyampaikan


pesan kesehatan pada masyarakat, baik kelompok sasaran maupun individu. Tujuan
dari kegiatan ini adalah meningkatkan tingkat pengetahuan tentang kesehatan dan
meningkatkan derajat kesehatan sasaran. Dalam rangka mempermudah penyampaian
edukasi kesehatan, terdapat berbagai metode dan media yang dapat digunakan sesuai
dengan sasaran dan tujuan yang ingin dicapai.

Media yang digunakan untuk edukasi kesehatan saat ini dinilai kurang efektif
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan karena masih
menggunakan media yang bersifat konvensional seperti leaflet, booklet, power point,
dan lembar balik (Aisah, Ismail and Margawati, 2021). Penelitian yang dilakukan
oleh Aisah, dkk pada tahun 2021 menunjukkan bahwa video animasi merupakan
media yang efektif dalam edukasi kesehatan untuk meningkatkan pengerahuan
kesehatan karena bersifat menarik dan artistik. Selain itu, pendekatan audiovisual
dalam bentuk video animasi dinilai mudah dimengerti dan informatif. Hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa media video animasi edukasi cocok untuk berbagai
kelompok usia dan kelompok penyakit dalam meningkatkan tingkat pengetahuan.

Salah satu metode edukasi kesehatan yang dapat digunakan oleh perawat
dalam memberikan edukasi agar sasaran mudah paham adalah metode teach-back
(Kanang, Kadar and Arafat, 2021). Metode ini menggunakan edukasi dua arah
dengan meminta sasaran untuk menjelaskan kembali informasi yang telah diberikan
oleh pemateri. Berdasarkan penelitain yang dilakukan oleh Kanang, dkk pada tahun
2021 menunjukkan bahwa pelaksanaan metode teach-back dapat disesuaikan dengan
proses dan kondisi sasaran untuk mendapatkan edukasi kesehatan yang efisien.
Metode ini dapat dikombinasikan dengan metode lain dan dapat menjadi lebih efektif
apabila digunakan sebagai bentuk dari evaluasi edukasi kesehatan yang dilakukan.
 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Luaran: Tingkat Pengetahuan

Bimbingan Sistem Kesehatan

Bimbingan sistem kesehatan merupakan upaya untuk mengidentifikasi dan


mengembangkan kemampuan untuk mengatasi masalah kesehata (PPNI, 2018).
Tindakan yang dilakukan:

f) Identifikasi masalah kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat.


Rasional: Untuk mempermudah perawat komunitas memberikan informasi sesuai
dengan kemampuan sasaran
g) Identifikasi inisiatif individu, keluarga, dan masyarakat.
Rasional: Untuk mempermudah pemateri dalam menyampaikan informasi dan
mempermudah sasaran dalam memahami materi yang disampaikan
h) Fasilitasi pemenuhan kebutuhan kesehatan.
Rasional: Untuk mendukung kemampuan sasaran dalam upaya mengatasi
masalah kesehatan.
i) Fasilitasi pemenuhan kebutuhan kesehatan mandiri
Rasional: Untuk mendukung kemampuan sasaran dalam upaya mengatasi
masalah kesehatan secara mandiri.
j) Bimbing untuk bertanggung jawab mengidentifikasi dan mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah kesehatan secara mandiri.
Rasional: Untuk membentuk perilaku sesuai dengan ajaran dan pengetahuan pada
sasaran agar dapat melakukan upaya mengatasi masalah kesehatan secara
mandiri.

 Evidence Based Bimbingan Sistem Kesehatan

Bimbingan merupakan pengertian yang berkaitan dengan makna pemberian bantuan.


Dalam konteks keperawatan komunitas, bimbingan dapat diberikan kepada kelompok
sasaran sedang mengalami masalah kesehatan dalam lingkup komunitasnya.
Bimbingan dalam keperawatan komunitas merupakan bantuan yang dapat diberikan
oleh perawat komunitas kepada masyarakat agar mereka dapat mengambil keputusan
berkaitan dengan masalah kesehatan yang dialami dan diharapkan masyarakat
memapu melakukan upaya untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut.

Bimbingan penyuluhan merupakan upaya yang dilakukan oleh pihak terkait


(konselor) dalam memberikan edukasi kepada masyarakat (Noffiyanti and Mauliddia,
2021). Dalam memberikan edukasi kepada masyarakat, Bimbingan penyuluhan
merupakan upaya untuk dilakukan seperti halnya yang diungkapkan oleh Mirwan et
al., (2020) dalam penelitiannya menyatakan bahwa, bimbingan penyuluhan adalah
metode yang tepat untuk dilakukan dalam upaya memberikan pemahaman kepada
masyarakat, karena mengandalkan kecakapan dalam berkomunikasi secara persuasif
ataupun dalam bentuk nasihat. Menurut Noffiyanti dan Mauliddia (2021) dalam
bimbingan terdapat beberapa fungsi, salh satunya yakni fungsi pencegahan, dimana
merupakan upaya mempengaruhi dengan cara yang positif dan bijaksana yang
sebelum kesulitan atau kerugian itu benar-benar terjadi.

 Standart Intervensi Keperawatan Indonesia


Luaran : Proses Informasi
Promosi Kesiapan Penerimaan Informasi

Definisi
Meningkatkan kesiapan pasien dalam informasi tentang kondisi kesehatan
Tindakan yang dilakukan :
Observasi
1. Identifikasi informasi yang akan disampaikan, untuk mengetahui dan
memahami
2. Indentifikasi pemahaman tentang kondisi kesehatan saat ini
3. Indentifikasi kesiapan menerima informasi
Terapeutik
1. Lakukan penguatan potensi pasien dan keluarga untuk menerima informasi
2. Libatkan pengambilan keputusan dalam keluarga untuk menerima informasi
3. Fasilitasi mengenali kondisi tubuh yang membutuhkan layanan keperawatan
4. Dahulukan menyampaikan infromasi baik (positif) sebelum menyampaikan
informasi kurang baik (negatif) terkait kondisi pasien
5. Berikan nomor kontak yang dapat dihubungi jika pasien membutuhkan
bantuan
6. Catat identitas dan nomor kontak pasien untuk mengingatkan atau follow up
kondisi pasien
7. Fasilitasi akses pelayanan pada saat dibutuhkan.
Edukasi
1. Berikan informasi berupa alur, leaflet, atau gambar untuk memudahkan pasien
mendapatkan informasi kesehatan.
2. Anjurkan keluarga mendampingi pasien selama fase akut, progresif, atau
terminal jika memungkinkan.

Promosi kesiapan penerimaan informasi merupakan intervensi keperawatan yang


mengacu pada 5 fungsi keperawatan yaitu keluarga mampu mengambil keputusan
dengan cara memberikan informasi untuk memudahkan keluarga mendapatkan
informasi kesehatan, keluarga mampu merawat angoota keluarga yang sakit dengan
edukasi program pengobatab dengan cara memberikan informasi dan fasilitas
kesehatan yang dapat digunakan selama pengobatan. Tujuan dilakukannya
pendidikan kesehatan ini dapat mempermudah pasien dan keluarga pasien dalam
mendapatkan informasi kesehatan dan meningkatnkan pengetahuan mereka tentang
sakit yang sedang dialami pasien (Pusparatih and Windyastuti, 2021).
Intervensi utama
Edukasi kesehatan Promosi Kesiapan Penerimaan
Informasi
Intervensi Pendukung
Bimbingan sistem kesehatan Kontrak perilaku positif
Dukungan pengambilan keputusan Perlibatkan keluarga
Dukungan pengungkapan kebutuhan Penentuan tujuan utama
Edukasi latihan fisik Promosi kepercayaan diri
Edukasi perilaku mencari kesehatan Promosi kesadaran diri
Edukasi program pengobatan Promosi kesiapan penerimaan
informasi
Edukasi proses penyakit Promosi literasi kesehatan
Konseling Stimulasi kognitif
 Standart Intervensi Keperawatan Indonesia
Promosi Literasi Kesehatan
Promosi literasi kesehatan yaitu meingkatkan kesehatan individu, keluarga,
dan masyarakat untuk mendapatkan, mengelola dan memahami informasi terkait
dengan kesehatan. Tindakan yang dilakukan yaitu:
a) Observasi
- Identifikasi status literasi kesehatan yang kontak perdana
- Identifikasi gaya belajar pasien
b) Terapeutik
- Ciptakan lingkungan yang mendukung agar pasien tidak merasa malu dan/atau
terstigmasi
- Gunakan teknik komunikasi yang tepat dan jelas
- Gunakan bahasa yang mudah dimengerti
- Gunakan bahasa yang sederhana
- Gunakan teknik komunikasi yang memperhatikan aspek budaya, usia dan
gender
- Sediakan penerjemah, jika perlu
- Persiapkan informasi-informasi yang akan diberikan baik secara verbal maupun
non verbal
- Gunakan strategi yang tepat dalam penyampaian informasi
- Fasilitasi untuk bertanya dan mengklarifikasi informasi yang belum jelas

 Evidence Based Promosi Literasi Kesehatan

Salah satu intervensi utama untuk memahami informasi kesehatan yang tepat
dan baik ialah melalui literasi kesehatan (Shipman, KurtzRossi & Funk, 2009;
Berens, E. M., Vogt, D., Messer, dkk, 2016). Literasi kesehatan adalah kemampuan
individu mengkomunikasikan informasi kesehatan secara benar, jelas dan
memahaminya. Literasi kesehatan relevan dalam semua bagian dari rangkaian
perawatan, kecacatan dan kesehatan, untuk pencegahan dan deteksi dini penyakit juga
untuk diagnosis dan pengambilan keputusan untuk perawatan bagi dirinya (Osborne,
2013; Berens, E. M., Vogt, D., dkk, 2016).
Beberapa konsep teori mengenai literasi kesehatan telah dikembangkan salah
satunya oleh Sorensen,dkk (2012) konsep literasi ini memiliki kompenen yang
penting dalam literasi kesehatan karena didalam konsep tersebut terdapat tiga bagian
kesehatan. Tiga komponen itu adalah kemampuan perawatan kesehatan, upaya
pencegahan penyakit dan pendidikan atau promosi kesehatan yang akan
menghasilkan pengetahuan dan keterampilan dalam perawatan kesehatan.
Thompson, Havenga dan Naude (2015) mengatakan bahwa literasi kesehatan
akan menjadi sebuah kebutuhan yang dirancang khusus untuk orang yang hidup
dengan HIV/ AIDS dan telah terbukti sangat berpengaruh positif terhadap perilaku
penderita dan hasil kesehatan. Dari berbagai hasil penelitian literasi kesehatan Sari
(2013) mengemukakan bahwa pentingnya literasi kesehatan bagi orang yang
memiliki penyakit kronis HIV/AIDS, dengan literasi yang baik seseorang dapat
menambah wawasannya mengenai pengetahuan, dapat mengakses informasi,
memahami dan mengevaluasi informasi, mengetahui cara penularan, cara pencegahan
dan menggunakan pelayanan kesehatan untuk merawat dirinya dari penyakit yang
dideritanya.

BAB 3. PENUTUP

Kesimpulan

Komunitas merupakan sekumpulan orang yang di dalamnya terjalin hubungan


interaktif yang berperan sebagai akar dari terciptanya rasa kesatuan dan kepemilikan
Elemen manusia dapat menjadi pengaruh dalam kesehatan dalam komunitas itu
sendiri. Cara manusia berperilaku dalam kesehatan merupakan respons yang
memengaruhi kesehatannya. Menutut Bloom dalam Nurmala et al mengategorikan
perilaku individu dalam tiga domain dalam kaitannya dengan tujuan
pendidikan, yaitu kognitif , afektif , dan psikomotor . Pengetahuan atau ranah kognitif
menjadi salah satu domain yang sangat penting dalam sesorang bertindak. Artinya
ketika anggota-anggota dalam suatu komunitas memiki pengetahuan kesehatan yang
baik maka komunitas tersebut akan memiliki perilaku kesehatan yang baik pula.

Diagnosa ini dapat digunakan dalam komunitas bertujuan untuk


meningkatkan aspek kognitif dari komunitas. Dengan tujuan menaikkan level
kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan
mengikutsertakan komunitas sebagai mitra dalam menanggulangi masalah yang
terjadi. Asuhan keperawatan komunitas dilakukan dalam satu kesatuan dari proses
keperawatan seperti pengkajian, menentukan diagnosa, merencanakan tindakan
keperawatan, memberikan tindakan, dan mengevaluasi hasil tidakan untuk
meningkatkan fungsi-fungsi dalam kehidupan seoptimal mungkin, sehingga mandiri
dalam melakukan upaya kesehatan.
Dalam Undang Undang No.28 Tahun 2014 tentang keperawatan Persatuan
Keperawatan Nasional Indonesia berkewajiban menyusun standar-standar dalam
profesi keperawatan. Standar ini disusun untuk menjadi pedoman dalam pemberian
asuhan keperawatan yang aman, efektif, serta dapat meningkatkan profesionalisme
perawat dan kualitas asuhan keperawatan. Sebagai tenaga kesehatan harus memiliki
kompetensi Evidence based practice yang harus berintegrasi dalam kurikulum
keperawatan dan dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam mengambil
keputusan klisis menjadi lebih efektif. Berdasarkan penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa Evidence based practice diperlukan dalam keperawatan
komunitas.
Daftar Pustaka
Kholifah, S.N. and Widagdo, W., 2016. Keperawatan Keluarga dan Komunitas. 1st
ed. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.
Nurhesti, P.O.Y., Prapti, N.K.G. and Kamayani, M.O.A., 2020. ANALISIS
PENGGUNAAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN BERBASIS SDKI DAN
NANDA. Community of Publishing In Nursing (COPING), 8(2), pp.118–123.
Nurmala, I., Rahman, F., Nugroho, A., Erlyani, N., Laily, N. and Anhar, V. yulia,
2018. Promosi Kesehatan. 1st ed. Surabaya: Airlangga University Press.
Rahyani, N.K.Y. and Hakimi, M., 2021. Critical Thinking dalam Asupan Kebidanan
Berbasis Bukti. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sari, A.P. and Asryadi, F., 2020. Hubungan Perilaku dengan Kesiapan Penerapan
Evidence-Based Practice pada Mahasiswa Profesi Ners UMKT Tahun 2019.
Borneo Student Research, 2(1), pp.85–91.
SDKI, P., 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Sinaga, M.R.E., 2021. Pencegahan Covid-19 Melalui Pemberian Asuhan
Keperawatan Komunitas Daring. E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada
Masyarakat, 12(1), pp.59–66.
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Suprapto, & Arda, D. (2021). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penyuluhan


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam Meningkatkan Derajat
Kesehatan Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Barombong. Jurnal
Pengabdian Kesehatan Komunitas, 1(2), 77–87.
https://doi.org/https://doi.org/10.25311/jpkk.Vol1.Iss2.957

PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1
Cetakan II.
Rohmah, Linda, Yulia Susanti, and Dwi Haryanti. 2019. “Gambaran Tingkat
Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue.”
Community of Publishing in Nursing (COPING).
Kesumawati, R., Ibrahim, K. & Witdiawati , W., 2019. Literasi Kesehatan Orang
dengan HIV/AIDS. Jurnal Pendidikan keperawatan, Volume 5, pp. 78-
88.
Yanti, Ni Putu Emy Darma, I. Made Arie Dharma Putra Nugraha, Gede Adi
Wisnawa, Ni Putu Dian Agustina, and Ni Putu Arsita Diantari. 2020.
“Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Covid-19 Dan Perilaku
Masyarakat Di Masa Pandemi Covid-19.” Jurnal Keperawatan Jiwa.
Juditha, C. (2019) „Literasi Informasi Melawan Hoaks Bidang Kesehatan di
Komunitas Online‟, Jurnal ILMU KOMUNIKASI, 16(1), pp. 77–90. doi:
10.24002/jik.v16i1.1857.

Aisah, S., Ismail, S. and Margawati, A. (2021) „Edukasi Kesehatan Dengan Media
Video Animasi: Scoping Review‟, Jurnal Perawat Indonesia, 5(1), pp. 641–656. doi:
10.32584/jpi.v5i1.926.

Kanang, S. W. Y., Kadar, K. and Arafat, R. (2021) „Process Teach Back in Health
Education: Literature Review‟, Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of
Nursing), 7(1), pp. 85–96. doi: https://doi.org/10.33023/jikep.v7i1.679.

Noffiyanti, N. and Mauliddia, P. A. (2021) „Bimbingan Penyuluhan Terhadap Bahaya


Virus Covid-19 Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)‟, KONSELING
EDUKASI ‘Journal of Guidance and Counseling’, 5(1), pp. 32–45. doi:
10.21043/konseling.v5i1.9780.

Pusparatih, D. A. and Windyastuti, E. (2021) Asuhan Keperawatan Keluarga Dalam


Tahap Perkembangan Keluarga Dengan Anak Usia Prasekolah. Universitas Kusuma
Husada Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai